Share

Awal Baru

Penulis: Nurmoyz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Awal Baru

Pagi ini, di rumah keluarga Amran tampak ada kejadian menarik. Halimah yang tengah menata sarapan di meja mendadak menjatuhkan sendok di tangannya. Wanita yang kini mengenakan kerudung abu-abu itu terpaku menatap Safiyya yang baru saja keluar dari kamar. Gibran yang masih berada di kamarnya pun otomatis keluar karena mendengar dentingan beda jatuh.

"Ibu ada ap-" Belum selesai kalimat yang diucapkan dari bibirnya, Gibran juga ikut terpaku menatap kakaknya.

Safiyya menyunggingkan senyum lebar ke arah adik dan ibunya. "Gimana, Bu? Safiyya cocok ndak pakai hijab?" tanya wanita itu dengan senyum ceria. Sembari memutar tubuh, membuat rok plisket berwarna peach yang dikenakan mengembang.

Tak ada respons dari dua orang di depannya. Halimah dan Gibran justru tampak saling berpandangan. Seolah terkejut dengan perubahan mendadak sang putri. Pasalnya Safiyya semalam memang belum sempat memberitahukan keinginannya berhijrah pada Halimah dan Gibran.

"Gimana? Safiyya nggak cocok, ya, pakai hijab?" ulang Safiyya menyadarkan dua orang di depannya. Nada suaranya terdengar kecewa.

"Ndak, kamu cantik kok pakai hijab kayak gitu. Ibu hanya merasa terkejut dengan perubahan kamu yang mendadak ini. Ya, kan, Gibran?" ujar Halimah meminta persetujuan putranya.

Gibran mengangguk setuju. "Ya, Mbak. Ibu benar. Mbak tambah cantik pakai hijab."

Safiyya tersenyum lebar mendengar penuturan dua orang paling berarti dalam hidupnya. Wanita dua puluh tiga tahun itu lantas mendekati Halimah yang duduk di kursi roda.

"Tapi, Safiyya belum bisa hijrah total dengan mengenakan pakaian syar'i. Baru ini yang bisa Safiyya usahakan, Bu." Safiyya terdengar menyesal.

Halimah tersenyum, lantas mengusap tangan Safiyya yang ada di pundakn. Seolah menenangkan keraguan anak sulungnya. "Ndak Po-po, Sayang. Kamu sudah mau berubah aja Ibu udah seneng. Hijrah juga butuh proses. Ndak bisa langsung instan. Kalau kamu tiba-tiba pakai cadar, itu justru bikin Ibu sama Gibran jadi takut."

"Bener kata Ibu, Mbak. Nanti dikira aku punya kakak teroris lagi. Tahu sendiri gimana sekarang."

Safiyya mengangguk setuju dengan ucapan mereka.

"Ya sudah, kalian sarapan sekarang. Nanti telat," ujar Halimah.

Dua anaknya mengangguk, kemudian Safiyya mendorong kursi roda Halimah ke depan meja makan. Sudah beberapa tahun ini Halimah mengidap diabetes. Satu kakinya bahkan sudah diamputasi.

"Kamu memilih hijrah seperti sekarang, bagaimana reaksi Bu Sinta? Kamu ndak diapa-apain, kan?" tanya Halimah khawatir. Setahu Halimah, Bu Sinta bukan orang yang mudah menyerah dengan keinginannya. Apa lagi jika itu sangat menguntungkan. Dan Safiyya adalah salah satu aset yang menguntungkan Bu Sinta. Selain memiliki suara bagus, Safiyya juga cantik. Penggemarnya pun lumayan banyak.

"Awalnya, sih, Bu Sinta sempat marah. Tapi setelah Safiyya keukeuh baru Bu Sinta mengizinkan."

Halimah menghembuskan napas lega mendengar penuturan putrinya.

"Dek, sementara kamu belum kuliah, di rumah dulu, ya, jagain Ibu. Mbak mau coba cari kerjaan lain. Insyaallah kalau Mbak udah ada uang kamu kuliah."

"Siap, Mbak."

Halimah memandang kedua anaknya dengan tatapan iba. Andai kondisinya tak seperti ini mungkin semua jauh lebih baik. Setidaknya Safiyya tak harus berjuang sendirian demi menghidupi dirinya dan Gibran. Safiyya yang menyadari kesedihan pada raut wajah ibunya akhirnya menegur wanita berpenampilan sederhana itu.

"Ibu kenapa?"

Halimah terkesiap kaget dan menatap Safiyya sejenak dengan mata berkaca-kaca. "Ibu hanya kasihan sama kamu. Andaikan Ibu nggak seperti ini kondisinya, mungkin ibu-"

"Bu, ndak usah dipikirin. Insya Allah Fiyya kuat. Asal Ibu sama Gibran selalu ada buat Fiyya." Safiyya memotong ucapan Halimah.

Tak ada yang bisa dilakukan Halimah untuk kedua anaknya selain doa setulus hati yang selalu dipanjatkan pada Sang Pencipta.

Halimah menghembuskan napas berat, kemudian menggenggam tangan Safiyya yang ada di atas meja. "Semoga Allah selalu memberimu kebahagiaan dan kesabaran, Nak." Gibran dan Safiyya mengamini harapan Halimah.

*****

Safiyya keluar dari sebuah angkot, dan berhenti tepat di depan salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta. Wanita itu menarik napas sejenak, kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling kampus. Universitas tempatnya menimba ilmu termasuk salah satu Universitas tertua di Indonesia. Safiyya merasa amat bersyukur, ditengah keterbatasan yang dihadapi, Allah memberinya kecerdasan. Hingga dia diberi kesempatan menjadi salah satu mahasiswa di sini. Karena sudah semester akhir Safiyya sudah jarang ke kampus kecuali untuk beberapa hal. Terasuk hari ini. Dia harus mengadakan beberapa diskusi dengan kelompoknya.

Gadis yang kini mengenakan hijab berwarna peach itu tampak cantik dengan rok yang dia kenakan. Safiyya menarik napas dalam terlebih dulu. Dua seakan memiliki firasat buruk akan keputusannya. Dia yakin semua temannya akan kembali mengolok-olok tanpa henti karena penampilan barunya. "Bismillah, semoga ini adalah awal yang baik," gumamnya, lalu melangkah masuk.

Beberapa orang yang mengenalnya mulai menatap wanita itu dengan tatapan aneh dan heran. Kasak-kusuk terus terdengar sepanjang melewati koridor menuju kelas.

"Eh, itu bukannya Safiyya? Dia ngapain pake hijab segala."

"Tahu tuh, tobat kali."

"Halah, tobat juga percuma. Biduan ya biduan aja. Nggak bakal merubah image buruknya. Kalian masih pada inget, kan, pas dia tampil di acara kampus waktu itu. Najis banget." Lalu terdengar tawa mengejek ikut bersahutan.

Begitu langkah kakinya mencapai ambang pintu, semua temannya yang ada di dalam kelas terdiam. Mereka semua saling melempar tatapan-tatapan aneh ke arah Safiyya. Seolah kehadiran wanita itu dengan penampilan barunya adalah lelucon.

"Saf, kamu tobat sekarang? Kesambet setan mana?" seru seorang laki-laki yang duduk paling depan.

"Mungkin Safiyya udah bosan jadi biduan. Dia ingin berubah haluan jadi Ustazah." Terdengar tawa semua orang setelah itu.

Safiyya memilih tak ambil peduli. Dia tetap melangkah mendekati Maira yang duduk di pojok ruangan. Bagi wanita bertubuh semampai tersebut, cemoohan seperti tadi adalah makanannya sehari-hari. Bahkan dia sering menerima yang lebih dari itu.

Suara gebrakan meja yang cukup keras menghentikan tawa semua orang. Maira berdiri dari duduknya dan mengarahkan tatapan membunuh pada semua temannya. Wanita itu sudah dari tadi menahan emosi agar tak meledak.

"Kalian semua bisa diem nggak! Apa salah kalau Safiyya mau berubah lebih baik?! Aku heran ya sama kalian semua, dulu waktu Safiyya jadi biduan kalian suka ngatain dia. Ini Safiyya mau berubah kalian juga pada nyinyir. Mau kalian apa, sih! Harusnya kalian dukung dia!"

"Udah, aku nggak pa-pa, Mai." Safiyya menenangkan.

Sahabatnya satu ini memang selalu begitu saat beberapa temannya mengejek. Maira akan tampil sebagai pembela. Bukan berarti Safiyya adalah gadis lemah yang tak bisa membela dirinya sendiri. Dia hanya terlalu malas membalas perkataan mereka dengan kemarahan. Baginya tak masalah mereka mau bicara apa, toh yang tahu dia hanya Allah dan orang-orang terdekatnya. Safiyya sadar, apa pun yang dia lakukan tak akan lepas dari komentar orang. Terlebih imag buruk yang terlanjur melekat padanya sebagai biduan jelas menambah parah semuanya, dan dari awal dia jelas tahu konsekuensi itu.

"Tapi, Saf. Mereka sudah keterlaluan. Aku nggak te-" Maira menghentikan ucapannya begitu seorang dosen masuk. Dengan terpaksa dia menyimpan kemarahan itu.

Bab terkait

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Perjodohan Maira

    Hari ini Safiyya menyusuri seluruh sudut kota Yogya. Sesekali wanita berkulit kuning langsat itu menyeka peluh di dahinya. Dia yang masih tampak cantik dengan seragam hitam putih, menarik napas lelah. Amplop coklat yang digenggamnya pun diletakkan di atas kepala untuk melindungi wajahnya dari sengatan sinar matahari. Sudah sejak pagi Safiyya kesana-kemari mencari pekerjaan. Berharap ada satu perusahaan yang bersedia mempekerjakan dirinya sebagai karyawan magang. Tapi, hari sudah menjelang sore tak ada tanda-tanda dia akan berhasil. Semua tempat yang didatanginya sedang tak membutuhkan karyawan magang seperti dirinya.Tiba-tiba dering suara ponsel terdengar dari dalam tas, tertera nama Maira di layar. Safiyya berhenti dan memutuskan duduk di depan sebuah mini market, kemudian mengangkat panggilan itu."Assalamualaikum, ada apa, Mai?" tanyanya pada orang di seberang." ......""Aku di jalan, lagi nyari lowongan buat magang, kenapa?"" ......""Di mana? Kamu kirim lewat chat aja alamatn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Nalendra Zavier Akhtar

    Seorang laki-laki tampak tengah bersantai di sebuah kursi panjang dekat kolam renang. Menikmati deburan ombak yang tampak dari hotel tempat dia menghabiskan malam. Sesekali laki-laki itu menenggak wain dalam gelas. Tubuh kekarnya yang bertelanjang dada membuat para wanita di sekitar tak berkedip menatap. Ditambah kacamata hitam yang membingkai wajah tegasnya, semakin menambah kesan maskulin. Beberapa saat kemudian ponsel di sampingnya bergetar. Tertera nama 'Tuan Aidan yaang terhormat' di layar. Dengan enggan Nalendra mengangkat panggilan itu."Kapan kamu ke Yogya? Sahabat Papa sudah menunggu kamu di sana." Nalen menarik napas kasar mendengar ucapan di seberang. "Aku sudah bilang pada Papa, kalau nggak sudi dijodohkan. Papa tahu aku nggak suka terikat.""Papa nggak mau tahu, sekarang juga kamu ke Yogya. Mau sampai kapan kamu keluyuran nggak jelas seperti itu demi hobi kamu! Umurmu sudah lebih dari cukup untuk berkeluarga, dan lagi Papa butuh bantuan untuk mengurus perusahaan." Aidan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Pertemuan Tak Terduga

    "Sumpah, ya, ogah banget aku ketemu calon suami kamu lagi," gerutu Safiyya kesal. Wanita itu lantas memilih duduk di atas kasur setelah langkahnya mencapai kamar."Kenapa? Cerita dong. Dia gimana orangnya?" tanya Maira antusias dari ambang pintu. Setelah menutup pintu kamarnya rapat-rapat dia menyusul Safiyya duduk di ranjang.Hari ini Safiyya tengah berada di rumah Maira. Tepatnya di kamar nyaman milik sahabatnya. Kamar yang didominasi warna putih itu terlihat minimalis tapi elegan dan mewah. Tepat di depan ranjang ada nakas berbentuk persegi panjang berwarna putih untuk meletakan televisi, Ada sebuah kamar mandi minimalis yang menggunakan kaca transparan di beberapa sisi. Tepat di sebelah pintu kamar mandi ada meja rias dan lemari. Sementara di dekat sisi kepala ranjang terdapat ruangan khusus untuk seluruh koleksi fashion Maira.Sudah tak terhitung berapa kali Safiyya ke sini. Tapi tetap saja ia tak pernah berhenti mengagumi kamar tersebut.Semenjak Safiyya pulang dari benteng verd

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Sebuah Janji

    Nalen menghentikan mobilnya di depan rumah bergaya minimalis. Rumah yang terletak dekat pusat kota Jogja itu memiliki bangunan bertingkat dua, dengan warna dominan abu-abu dan putih. Rumah ini adalah rumah pribadi keluarga Akhtar yang memang hanya dipakai ketika mereka ke Jogja. Meski jarang dikunjungi, keluarga Akhtar tetap menyewa orang untuk mengurus rumah itu jika sewaktu-waktu dia ke sini.Sejujurnya Nalen benci sekali berada di rumah tersebut. Rumah milik mendiang kakeknya itu adalah saksi bisu bagaimana hancurnya Nalen setelah kehilangan Alice, mantan kekasihnya. Juga saksi bagaimana dia harus menanggung beban rasa bersalah seumur hidup.Sambil memindai beberapa gambar yang dia ambil tadi, Nalen berjalan masuk tanpa mempedulikan Aidan yang kini sudah duduk di ruang tengah. Senyum samar sesekali tersungging di bibir Nalen saat mengingat pertemuannya dengan Safiyya tadi pagi. Begitu satu kakinya baru menaiki anak tangga pertama, teguran Aidan terdengar. Diam-diam sang ayah memper

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Di Persimpangan Jalan

    Safiyya berjalan tak tentu arah. Wanita itu tengah bingung memikirkan cara mendapat uang untuk operasi ibu. Tak enak hati jika harus meminta tolong pada Maira lagi, dia akhirnya memutuskan mendatangi Bu Sinta. Tapi syarat yang diajukan Bu Sinta sangat berat untuk Safiyya lakukan kala itu."Saya akan membantu kamu, dengan satu syarat," ujar Bu Sinta. Ada jeda sejenak, wanita bertubuh gemuk itu menanti respon dari lawan bicaranya yang masih diam. "Kamu sanggup?" sambung Bu Sinta."Saya harus tahu dulu syaratnya apa."Bu Sinta tersenyum culas, kemudian menghampiri Safiyya, lalu membelai wajah cantik wanita itu dengan gerakan seringan kapas. Seolah tengah mengagumi sebuah karya Tuhan."Buka hijab kamu, dan datang besok ke club biasa. Ada seseorang yang harus kamu temui."Safiyya terdiam mendengar syarat yang diajukan Bu Sinta. Hatinya kembali dilanda kebimbangan. Satu sisi dia tak memiliki banyak waktu lagi. Disisi lain dia tak bisa menerima jika harus kembali ke masa lalu."Bagaimana?" u

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Siapa Sebenarnya Yang Bersalah?

    "Bodoh, pastikan bahwa dia tak akan kabur! Orang ku sudah menunggunya di sana. Aku tak mau tahu, kalau sampai rencana ini gagal aku tak akan segan-segan melaporkanmu ke polisi." Laki-laki itu menutup panggilan sepihak setelah memperingatkan seseorang di seberang sana. Wajahnya mengeras menahan amarah."Dasar brengsek!" makinya kemudian sambil melempar ponsel dengan kasar. Tindakannya pun tak ayal menimbulkan suara gaduh di apartemen itu.Mendengar keributan tersebut seorang wanita cantik tergopoh-gopoh datang. "Apa yang terjadi?"Pertanyaan si wanita semakin membuat laki-laki bertubuh tinggi dengan sedikit jambang, jengkel dan frustasi. Dengan wajah penuh amarah ia menatap wanita cantik di depannya."Si brengsek itu hampir saja mengacaukan rencana kita. Berani-beraninya dia …," Laki-laki tersebut menggantung kalimat, seakan tak bisa berkata-kata lagi. Rasa bencinya pada Nalen yang sudah mengakar kuat di hati seolah sudah tak bisa dibendung."Apa maksudmu Nalen?" Wanita di sampingnya m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Antara Persahabatan dan Cinta

    Jam satu lebih, mobil sedan hitam berhenti tepat di depan rumah Safiyya. Wanita cantik itu tak langsung masuk ke rumah, dia mengajak bicara orang di dalam mobil terlebih dulu. Tak lain adalah pelanggan Bu Sinta."See you tomorrow weekend. Don't forget your promise to accompany me again."Safiyya membalas ucapan laki-laki itu dengan anggukan. Ia tak berminat sama sekali memperpanjang obrolan itu. Kemudian mobil sedan di hadapannya melesat pergi. Baru hendak melangkah masuk dia dikagetkan dengan sebuah suara yang berasal dari teras rumah.Maira berlari kecil menghampiri Safiyya, seolah dia sudah menunggu kehadirannya cukup lama. "Kamu dari mana aja? Kenapa kamu pakai pakaian kayak gini, Saf? Apa yang terjadi? Kenapa kamu nggak bilang kalau Ibu masuk RS?"Safiyya tak menjawab pertanyaan beruntun Maira. Dia lebih memilih masuk ke rumah, mengabaikan wanita cantik di belakangnya yang terus merecoki dengan pertanyaan bertubi-tubi."Saf, jawab dong pertanyaan aku! Kenapa kamu jadi kayak gini?

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Menekan Perasaan

    Safiyya melangkahkan kaki menyusuri koridor rumah sakit. Wanita berhijab itu terlihat cantik dalam balutan blus berwarna pink, berpadu celana kulot hitam. Pagi ini sebelum bekerja Safiyya memutuskan terlebih dulu menemui ibunya untuk memastikan kondisi Halimah sudah jauh lebih baik atau belum. Pasalnya akhir-akhir ini ia sibuk di kantor dan jarang bisa menemani sang ibu selama dua puluh empat jam."Ass-" Ucapannya terhenti begitu ia membuka tirai, dan mendapati laki-laki yang paling dihindarinya setengah mati kini duduk di samping ranjang Halimah. Tiga orang di sana tengah asyik mengobrol. Nalen bahkan terlihat akrab dengan ibu dan Gibran.Safiyya mendekat meski ragu. Ia meletakan kantong plastik berisi makanan ke atas nakas. "Anda kenapa di sini?" Safiyya bertanya tanpa melepas perhatiannya pada makanan yang tengah ia keluarkan.Nalen bangkit dan menyunggingkan senyum ke arah Safiyya "Saya kebetulan ada keperluan di sekitar sini, jadi sekalian mampir. Ada hal penting juga yang ingi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Akhir Bahagia

    Tiga bulan berlalu dari semua kekacauan hidup yang Safiyya alami. Wanita itu kini tengah menikmati kebahagiaan berlimpah. Terlebih keadaan Nalen pulih dengan cepat setelah melakukan banyak terapi. Kini keduanya tengah berbahagia untuk menanti kelahiran buah hati. Usia kandungan Safiyya kini sudah berusia enam bulan.Safiyya menatap pantulan dirinya di dalam cermin. Gaun putih brokat dengan detail payet nan mewah bermodel mengembang, membalut tubuh Safiyya dengan pas. Hijab putihnya dipercantik dengan mahkota kecil di atas kepala. Penampilannya hari ini sungguh sangat menakjubkan.Safiyya tersenyum lebar lalu menarik nafas untuk menghilangkan kegugupan, mengingat hari ini acar resepsi pernikahannya akan segera digelar. Keduanya memang sepakat untuk mengundur rencana peresmian pernikahan mereka sampai Nalen benar-benar pulih. Seperti rencana terakhir kemarin, acara itu benar-benar digelar di Bali. Tepatnya di belakang cafe Nalen dengan latar danau Baratan dan pure-pure nan megah."Sayan

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Rasa Putus Asa

    Safiyya menatap gundukan tanah merah di depannya dengan perasaan tak menentu. Di sampingnya Maira terus menenangkan wanita itu yang tampak sudah kelelahan. Pemakaman tersebut hanya dihadiri beberapa rekan kantor dan orang-orang yang kenal baik dengan Anna. Sedangkan Brian dikuburkan di samping makam Anna. Keduanyya meninggal dalam waktu bersamaan. Meski dengan kematian keduanya kasus kecelakaan Alice akhirnya tak diusut, Safiyya tetap merasa bersyukur. Mungkin ini yang terbaik menurut Allah.Ya, hari ini Safiyya tengah berada di depan makam Anna dan Brian untuk mengantarkan mereka ke peristirahatan terakhir. Setelah perjuangan Anna selama beberapa hari, wanita itu akhirnya menyerah.Bersamaan dengan itu, Nalen juga dirawat di ruang ICU. Suaminya masih belum bangun hingga detik ini setelah menjalani oprasi."Ayo kita pulang. Anna sudah tenang di alam sana bersama Brian," ujar Maira sambil menuntun Safiyya menjauh dari pemakaman.Safiyya tak banyak bicara, sejak semua kejadian itu ia me

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Pengorbanan

    Safiyya terbangun subuh hari karena suara putrinya yang memanggil. Gadis kecil itu naik ke kasur empuk dimana di sana ada ibunya yang masih terlelap."Bunda, Papa pergi." Tiba-tiba Nafis berkata seperti itu sambil mengguncang tubuh Safiyya. Mendengar ucapan putri nya, Safiyya reflek bangun, ia mendapati tempat tidur di sampingnya sudah kosong. Wanita itu menundukkan kepala karena sedih. Firasatnya ternyata benar, Nalen pergi setelah mengucap salam perpisahan padanya semalam."Permisi, Bu."Bu Anni menginterupsi obrolan Safiyya dan putrinya, lalu masuk ke kamar. "Ada apa, Bu Ani?" tanya Safiyya dengan nada lemah, wajahnya terlihat pucat dan sembab karena terus menangis sejak malam tadi."Pak Nalen semalam menitipkan ini pada saya. Dia bilang maaf karena pergi dengan cara diam-diam. Beliau nggak mau melihat Ibu sedih dan menangis lagi." Bu Ani lalu menyodorkan sebuah surat pada Safiyya."Ibu tolong bawa Nafis keluar dulu, ya."Bu Ani pun mengangguk lalu membawa gadis kecil itu keluar ka

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Ancaman Pembunuhan

    Seperti rencana kemarin, hari ini Nalen dan keluarga kecilnya berangkat lebih dulu ke Bali. Ia berusaha melakukan yang terbaik untuk melindungi keluarganya. Bukan tanpa alasan mengapa Nalen merasa khawatir dengan belum tertangkapnya Brian.Mark mengatakan pada Nalen beberapa minggu lalu, bahwa Brian pernah memiliki catatan buruk masalah kesehatan mental yang dia derita. Laki-laki itu meski lahir dari keluarga kaya, tapi keluarganya terlalu misterius untuk ditelusuri. Kemungkinan alasan Brian tinggal bersama neneknya di Australia, adalah karena latar belakang keluarganya.Mark hanya bisa membantu Nalen untuk menyelidiki sebatas itu. Dia bilang terlalu berisoko menelusuri lebih jauh keluarga Brian. Sebab Brian sudah lama memilih tinggal terpisah dengan keluarganya yang kaya dengan alasan penyembuhan. Neneknya lah yang mengasuh Brian sejak dia duduk di bangku sekolah menengah.Kenyataan itu semakin membuat Nalen ketakutan setiap hari. Terlebih ia pernah memiliki masalah dengan laki-laki

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Bahaya Yang Lebih Besar Mengancam

    Safiyya menatap kondisi Anna dari jendela kaca besar di sebuah kamar rumah sakit. Wanita itu masih terbaring lemah di ruang ICU setelah dua hari ini dirawat. Safiyya kembali mengingat perkataan dokter yang menangani Anna waktu itu. Sebuah kalimat yang membuat hatinya seakan ikut tersayat."Wanita ini telah mengalami pemerkosaan yang sangat parah. Sekujur tubuhnya mengalami luka memar akibat pukulan yang sangat keras. Organ vitalnya pun telah dihancurkan dengan cara paling tak manusiawi. Saya tak yakin dia akan sadar dalam waktu dekat setelah siksaan yang ia terima. Beruntung dia masih kuat pergi jauh ke rumah Anda untuk meminta pertolongan. Jiak tidak saya tak yakin dia mampu bertahan dalam waktu tiga hari saja dengan kondisinya yang seperti ini."Dada Safiyya sesak membayangkan apa yang menimpanya dulu harus dialami pula oleh Anna. Meski Anna begitu jahat padanya, tapi hati nuraninya sebagai sesama wanita yang pernah mengalami nasib tragis itu, benar-benar ikut merasa sakit. Butuh wa

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Pembalasan Tuhan

    Anna membanting pintu dengan keras begitu ia masuk ke dalam rumah. Tatapan matanya menyiratkan kebencian dan amarah. "Hah, Brengsek! Bisa-bisanya mereka mentertawakan aku seperti tadi. Awas saja kalian, tunggu pembalasanku." Napas Anna naik turun karena teriakan itu. Bukan saja marah karena lelucon sahabat Safiyya. Ia juga marah karena wanita itu akhirnya mengandung anak Nalen. Jika sudah begitu semuanya akan semakin sulit."HAAAAAH!" Terlalu kuat teriakan itu hingga membuat nafas Anna kembali naik turun. Merasa sudah tak sanggup lagi menghadapi kesedihan dan rasa putus asa, Anna jatuh terduduk lalu suara tangisnya mulai terdengar memenuhi rumah itu.Haruskah ia menyerah sekarang atau berjuang hingga titik darah penghabisan? Kenapa cinta Nalen begitu sulit untuk digapai? Mengapa perjuangannya tak pernah sedikitpun dilihat olehnya? Memikirkan semua itu, mata Anna tiba-tiba menggelap karena dendam. "Jika aku tak bisa memilikimu, maka kamu tak akan bisa menjadi milik orang lain," ujarnya

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Berbagi Kebahagiaan Kecil

    Safiyya melangkahkan kaki memasuki kantor dengan langkah ringan. Sepanjang jalan ia tiba-tiba merasa semua orang memperhatikan dirinya."Mereka semua kenapa, Mas?" tanya Safiyya heran sambil mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kantor. Dimana orang-orang tengah memperhatikan dirinya dan Nalen.Mendengar ucapan istrinya, Nalen pun tersenyum. "Mereka pasti sudah tahu berita bahagia tentang kamu."Safiyya menautkan Alis mendengar ucapan suaminya. Ia masih tak paham karena Safiyya memang sudah dua hari ini tak berangkat ke kantor. Nalen terus memaksanya istirahat. Bahkan hari ini juga Nalen ingin Safiyya keluar dari kantor demi kesehatan bayinya sekaligus menjaga dari kemungkinan terburuk. Nalen khawatir kalau Anna bisa saja merencanakan mencelakakan dia dan bayinya di kantor ini. Mempertimbangkan semua itu Safiyya pun akhirnya setuju. Dan hari ini dia akan berpamitan pada semua teman baiknya di sini."Selamat, Bu Safiyya, atas kehamilannya," ucap seorang karyawan yang berpapasan dengan

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Moment Mengharukan

    Safiyya keluar dari ruang dokter dengan perasaan tak menentu. Ia menatap lagi kertas putih yang ia bawa dan membaca setiap huruf bertuliskan kalimat 'positiv' dengan seksama. Senyum Safiyya merekah kala mengingat Nalen pasti akan sangat bahagia jika tahu bahwa ia kini tengah mengandung anaknya.Maira yang melihat tingkah aneh sang sahabat akhirnya ikut mendekat. Ia pun penasaran. "Gimana hasilnya, Saf? Apa kata dokter?" Maira sungguh penasaran.Safiyya menatap Maira sejenak sebelum menjawab pertanyaannya, senyumnya merekah. "Aku hamil, Mai. Aku hamil!" seru Safiyya bahagia. Ia langsung memeluk Maira antusias. Bahkan sangking bahagianya ia seolah tak peduli dengan tatapan aneh orang-orang di sana.Senyum Maira pun mengembang mendengar kabar itu. Ia ikut senang dengan kabar baik ini. "Selamat, Saf. Aku ikut bahagia mendengarnya. Nalen pasti seneng banget kalau tahu," ujar Maira tulus. Ia mengurai pelukan dan menatap Safiyya yang kini menitikan air mata karena terharu."Ayo kita pulang d

  • Misteri Di Balik Pernikahan Safiyya   Menyangkal Semua Kesalahan

    "Lepas, brengsek!" Anna berteriak pada beberapa orang yang coba menghajarnya ketika ia di jalan menuju rumah. Mereka terdiri dari dua orang laki laki dan dua perempuan.Mereka semua adalah teman-temannya yang hidup di jalanan dan bernasib kurang beruntung sepertinya. "Heh Anna, sekarang kau sombong sekali. Mentang-mentang bisa sekolah di tempat orang kaya!" Seru salah satu dari mereka. Sementara dua yang lain memegangi tangan wanita itu."Kalau kau ingin seperti aku, belajarlah agar otakmu bisa cerdas sepertiku, dasar sampah!" Balas Anna arogan.Mendengar hinaan itu, perempuan di depan Anna pun marah. Tanpa pikir dua kali mereka bergantian memukuli Anna. Ia sudah akan menyerah ketika sebuah suara tiba-tiba terdengar menginterupsi."Apa yang kalian lakukan!" seru suara itu mendekat. Kehadirannya membuat anak-anak itu pun ketakutan, lalu membubarkan diri.Nalen mengalihkan perhatian pada Anna yang sekarang kondisinya sudah babak belur. "Kau tak apa?" tanya Nalen sambil membantu Anna ber

DMCA.com Protection Status