Share

Chapter 73

Author: keearfi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Nathan, Zach, dan Aleysha sedang fokus mendengarkan cerita dari Keenan. Cerita persoalan teror yang menghantuinya dan masih belum bisa terpecahkan hingga saat ini.

“… Sampai sekarang gue gak tau siapa pelakunya, apa motifnya, apa kesalahan gue, dan intinya gak tau apa-apa. Aneh aja sih kalau dia dendam ke gue kenapa gak langsung to the point aja? Kenapa malah mempersulit keadaan gini,” tutur Keenan. Ia menceritakan semuanya termasuk project yang ia rahasiakan selama ini.

“Hm sebenernya agak susah cari pelakunya karena gue sama Aleysha juga gak kenal temen-temen lo di Amerika, tapi kalau mecahin kodenya sih mungkin masih ada harapan.”

“Menurut gue pelakunya perempuan, tapi kata Kak Keenan sendiri dia jarang punya temen perempuan,” ucap Nathan.

“Segala kemungkinan pasti ada. Entah dari temen lo, keluarga, bahkan orang asingpun bisa ngelakuin itu tanpa dasar yang jelas,” ujar Aleysha.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mission of Coordinate   Chapter 74

    Semalam, Aleysha berhasil memecahkan satu kode. Lebih tepatnya, menyempurnakan analisis dari Nathan. Walau hanya dirubah tata letak kalimatnya, artinya sudah jauh berbeda. Namun, dari kode rahasia itu, sepertinya belum ada sesuatu yang dapat dipetik.“Menurut lo, bakal gimana kelanjutannya?” tanya Keenan sambil berjalan di koridor.Nathan mengedikkan bahunya. “Entah. Kan lo sendiri yang diprediksi bakal ngehancurin kehidupan orang.”“Isshh ya jangan sampai kejadian lah.”“Gue yakin sih ini berhubungan erat sama projet lo. Kita harus mulai bahas dalam cakupan itu aja. Kalau mikir hal yang jauh, nanti gak akan kelar.”“Gimana kalau enggak? Bisa aja pelakunya emang ngarahin kita buat fokus tentang itu, tapi kalau ternyata dia udah nyiapin rencana yang lain?”“Udah banyak buktinya, Kak. Di kode-kode itu juga ada kata-kata tentang ‘kehidupan, perlindungan, melumpuhka

  • Mission of Coordinate   Chapter 75

    “Keen, gue kayaknya udah nemuin sesuatu lagi deh,” ucap Aleysha sambil menyangga wajahnya dengan satu tangan.“Sesuatu gimana? Berhasil mecahin kode-kode itu maksudnya?” balas Keenan yang belum paham ke arah mana pembicaraanya.Keenan, Nathan, dan Aleysha sedang melakukan agenda rutin, yaitu rapat club detektif. Seperti biasa, mereka melakukannya di ruang club di apartemen milik Aleysha. Kebetulan hari ini Zach izin karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan.“Iya lah, apa lagi emangnya?!”“Ya santai aja gak usah marah,” sahut Nathan.“Isshh bodo amat. Nih kalian lihat secara saksama ya.” Aleysha mengumpulkan tujuh lembar foto teror. Membalik setiap lembarnya yang menunjukkan sisi angka-angka tak beraturan. Selanjutnya ia mengambil sebuah benda di meja samping, lalu menyoroti kertas-kertas itu dengan sebuah cahaya dari benda digenggamannya. Rupanya itu adalah sente

  • Mission of Coordinate   Chapter 76

    “Gue jadi kepikiran sama omongan lo beberapa hari yang lalu,” kata Keenan.Atmosfer lapangan indoor basket sangat tenang. Tidak ada siapapun kecuali Keenan dan Nathan. Keenan yang mengajak Nathan untuk membahas sesuatu yang sedikit mengganggu pikirannya. Selamam, ia janji untuk menceritakan kepada Nathan sepulang dari rabat club detektif, tetapi mereka berdua terlalu lelah dan berujung tidur.“Tentang apa?” Nathan meluruskan kakinya sehingga berada di bagian atas kursi penonton di depannya.Keenan hanya menatap lurus ke depan, tidak menghadap ke lawan bicaranya. “Hufftt … tentang lo yang tanya kepastian gue perihal nyerahin kasus teror ke club detektif.”“Hm? Kenapa lo tiba-tiba jadi kepikiran lagi?”“Gue ngerasa ada yang janggal, Nat. Gue pikir-pikir lagi omongan lo ada benernya.”“Ha? Gue masih gak paham arah pembicaraannya. Hm jadi lo nyese

  • Mission of Coordinate   Chapter 77

    Seperti yang sudah dijanjikan Keenan kemarin malam, sekarang ia sudah bisa menunjukkan data-data siswa Silverleaf kepada teman-teman club-nya. Tadi sepulang sekolah ia langsung menyambar laptopnya dan mengutak-atik file dari Finn itu. beberapa jam bergelut di depan layar akhirnya berhasil juga. File itu sudah diberi beberapa lapisan proteksi sehingga hanya bisa dilihat saja tanpa dirubah, disalin, dipindah, dan lain-lain.“Udah aman sekarang?” tanya Aleysha memastikan.Keenan mengangguk. Ia baru saja mengeluarkan laptopnya dari dalam tas ransel yang dibawanya.“Nanti kalau ada data yang sama, entah cuma satu data doank, dicatet ya!” pinta Aleyhsa.Malam ini Zach bisa bergabung. Katanya urusannya sudah mau selesai jadi ia bisa sedikit bersantai, toh itu juga bukan pekerjaan individu jadi ada temannya yang mem-back up. “Gue udah diceritain Aleysha tadi tentang temuan kalian selama gue gak bisa join

  • Mission of Coordinate   Chapter 78

    Kasus yang dihadapi club detektif semakin mengerucut. Semakin lama selalu ada kemajuan, entah banyak maupun sedikit. Hari ini pun juga berlaku demikian. Setelah semalam Keenan menghubungi dan memberikan hadiah satu-persatu kepada perempuan Silverleaf yang pernah ia tolak, seketika ponselnya selalu berbunyi dan memunculkan banyak notifikasi. Beragam jawaban diberikan perempuan-perempuan itu atas permintaan maaf Keenan. Bahkan, tadi saat bangun tidur saja sudah ada puluhan chat yang memenuhi notifikasi bar ponselnya.Semua orang menerima permintaan maaf Keenan. Apalagi saat paket yang diberikan tiba di depan pintu. Tanpa tanggung-tanggung mereka langsung mengunggahnya di sosial media. Tidak lupa men-tag akun sosial media Keenan dengan kata-kata menggelikan yang membuat direct massage-nya dibanjiri komentar.“Lo kenapa tiba-tiba viral di Silverleaf, Keen?” tanya Arga saat mereka sedang sarapan bersama. Natashya dan Annaliese

  • Mission of Coordinate   Chapter 79

    Wajah Keenan terlihat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Berkali-kali ia mengucek matanya dan mencubit dirinya untuk memastikan ini bukanlah bunga tidur. Nama Keenan Filbert terpampang di urutan pertama dari ribuan siswa. Itu tandanya ia mampu mengalahkan siswa Goldstone di ujian kali ini.“G-gue peringkat s-satu?” tanya Keenan seraya menunjuk dirinya sendiri tak percaya.“Woaaahh keren banget lo, Kak!!!” seru Nathan yang mendengar ucapan Keenan. Teman-teman lainnya masih mematung melihat nilai dan peringkat mereka masing-masing. Hanya Nathan yang sudah bisa menerimanya.“Gue gak mimpi kan, Nat?”Nathan langsung mencubit lengan Keenan dengan keras. Membuat kakak kelasnya merintih kesakitan.“Lo masa kaget sih, Kak? Bukannya udah biasa dapet peringkat atas?”“Beda, Nathan. Lagian ini Goldstone, bukan Silverleaf. Dan hal yang bikin gue lebih kaget yaitu rata-rata gue sendiri.”

  • Mission of Coordinate   Chapter 80

    Sebuah panggilan darurat tertuju pada Keenan. Membuatnya seketika panik dan tidak bisa berpikir jernih. Di saat hari bahagianya karena menjadi peringkat pertama pada ujian tengah semester, ternyata juga terjadi hal yang berkebalikan dengan itu. Mau tidak mau, cepat atau lambat, ia harus segera memutuskan sesuatu.“Guys! G-gue harus balik ke Amerika sekarang!” ujarnya panik. Ia berjalan mondar-mandir sembari kedua tangannya memijat pelipis.“Ha? Emang ada apaan, Kak?” Nathan penasaran dengan isi pembicaraan Keenan dengan profesor barusan. Ia datang saat Keenan menerima telpon. Sementara Zach dan Aleysha juga sudah memasang telinga untuk mendengar informasi dari Keenan.Keenan menelan saliva. “Ini diluar ekspektasi gue.” • Beberapa menit yang lalu •“Halo prof?” ucap Keenan yang baru saja menerima telepon dari Profesor David.

  • Mission of Coordinate   Chapter 81

    Pagi-pagi sekali Keenan dan Nathan sudah siap. Mereka tidak tidur semalam karena harus berkemas-kemas, walau tidak seluruh barang mereka dibawa pulang. Arga juga ikut membantu mereka sambil sesekali bertanya tentang plan mereka.Aleysha juga sudah mengirimkan tiket pesawat via online beberapa menit yang lalu. Keberangkatan akan tiba pukul delapan pagi. Jarak antara Goldstone dengan bandara terdekat di wilayah Eropa Utara ditempuh dengan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan. Itu tandanya Keenan dan Nathan harus mulai meninggalkan Goldstone maksimal satu jam lagi.“Hm kalian mau ngapain?” Natashya dengan wajah bantalnya tiba-tiba muncul di ambang pintu kamar Keenan. Tangannya mengucek matanya yang masih berat untuk melek. Ia sepertinya terpancing ke lantai dua karena terdengar berisik.Keenan dan Arga bertatapan, lalu Arga memberi kode untuk menjawab pertanyaan gadis itu. Lebih baik berterus terang sekarang daripada menyesal nan

Latest chapter

  • Mission of Coordinate   Epilog

    Satu tahun pasca kejadian meteor jatuh di sebuah kota di Benua Amerika. Seluruh wilayah terdampak sudah kembali normal. Pelestarian alam dilakukan secara besar-besaran. Hutan yang gundul akibat tsunami kini sudah kembali ditanami oleh pepohonan yang rimbun. Kerusakan-kerusakan juga sudah diperbaiki sedemikian rupa. Di hari yang sama dengan kejadian itu, semuanya juga sudah terungkap. Mulai dari Keysha yang menjadi dalang dalam kasus teror hingga kisah-kisah rumit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hari itu juga merupakan hari dimana Keenan merasa lega karena project garapannya berhasil melindungi dari serangan bencana alam. Akan tetapi, rasa lega itu menjadi sirna saat Keysha menghancurkannya. Gadis itu memang tidak pernah main-main dengan ucapannya untuk menghancurkan hidup Keenan. Dengan sekali pencet pada remote di telapak tangannya, seluruh gedung langsung dipenuhi gas beracun berwarna ungu. Kode-kode dari teror itu benar-benar nyata terjadi, bukan ancaman belaka. Saat i

  • Mission of Coordinate   Chapter 90

    “Keysha?!” ucap Keenan yang kaget begitu topeng sang pelaku terbuka. Situasi sudah aman terkendali jadi ia bisa langsung pulang ke rumah untuk bertemu dengan pelaku teror. Kedua profesornya yang akan mengambil alih sementara sambil menunggu situasi benar-benar pulih. Di perpustakaan ini juga sudah ada Nathan, Zach, dan Alyesha.Keysha adalah gadis yang dulu menjadi pasangan prom night Keenan saat kenaikan kelas di Silverleaf. Ia juga yang pernah datang ke rumah Keenan untuk menanyakan project tongkat buatannya.“Arghh! Lepasin gue!!!” Keysha yang baru saja sadar langsung meronta-meronta. Kedua kaki dan tangannya sudah diikat oleh tali khusus.“Dia temen sekolah lo kan, Keen?” tanya Aleysha.“Iya, tapi gue sama sekali gak nyangka kalau dia pelakunya selama ini.”“Lepasin gue, Keenan!” Seluruh tubuhnya masih menggeliat berharap ada ikatan tali yang longgar lalu lepas.

  • Mission of Coordinate   Chapter 89

    Keenan dengan kapsulnya sudah menunggu di luar gedung. Begitu terlihat Zach dan Aleysha keluar, ia langsung memberikan kode agar kedua temannya masuk ke kapsul. Kondisi kapsul masih dalam mode invisible sehingga mereka bertiga bisa bebas kemanapun tanpa diketahui sang pelaku teror yang mengawasi melalui kameradrone.“Hai Zach, Aleysha, akhirnya lo berdua ketemu sama tubuh gue yang asli,” sapa Keenan sambil mengendarai kapsulnya.“Isshh pembelahan diri lo bikin gue serem bayanginnya,” balas Aleysha.“Yaudah gak usah lo bayangin. Btw, kalian udah susun rencana kan?”“Gak ada rencana. Kita cuma ngelakuin semuanya secara spontan,” jawab Zach.“Eh?! Lo berdua tau kan kondisinya sekarang? Tsunami aja belum reda dan pelaku itu bisa dengan mudah non-aktifin selaput pelindung.”“Iya gue paham. Lo kasih ke kita aja denah rumah lo, nanti kita pikirin cara

  • Mission of Coordinate   Chapter 88

    Satu persatu posisi drone yang semulanya membentengi dari gelombang tsunami kini berpindah untuk melindungi meteorit dari serangan tsunami. Jutaan volume air itu seperti mengamuk dan dalam hitungan detik menerjang kota. Hal yang mengerikan yaitu seluruh kota tenggelam karena ketinggian dari tsunami melebihi seluruh bangunan di kota, melewati atas kubah selaput.Selaput pelindung masih bekerja efektif walaupun keadaannya seperti berada di akuarium bawah laut. Barang-barang yang terseret ombak dapat terlihat dengan jelas. Untung saja selaput mampu menahan kekuatan tsunami dengan baik, sehingga hanya menimbulkan tetesan-tetesan seperti hujan.Seluruh penduduk bergidik ngeri melihat seluruh kejadian. Mereka seperti terperangkap di dalam sebuah dome di bawah air. Tidak bisa kemana-mana sebelum tsunami mereda. Apalagi ditambah ada hujan batu akibat proses pemecahan meteorit. Semuanya terlihat kacau.“Nathan, air tsunami bisa sampai kota sebelah

  • Mission of Coordinate   Chapter 87

    WHRROOMMM!!! Getaran hebat terjadi di setiap daerah yang dilintasi oleh meteorit itu. Api yang menyelimutinya sempat membuat sejumlah area di hutan yang dilaluinya terbakar. Orang-orang yang melihatnya menjadi terpaku di tempat.“Tiga puluh detik lagi satu meteorit mendarat di laut dan disusul meteorit yang menabrak kota dengan perbedaan waktu sekitar sepuluh detik!” seru Keenan dengan tegas.Gigi Nathan sampai menggeretak karena membayangkan apa yang akan terjadi. Ia juga belum bisa berbuat apa-apa selagi menunggu.Ratusan kilometer hanya dilalui dengan sekejap mata. Meteorit berukuran enam puluh meter itu sekarang sudah di depan mata. Melewati atas kota dan berakhir di arah tenggara. Lebih tepatnya jatuh di laut dan menimbulkan dentuman yang luar biasa hebat.Air laut di sekitar titik jatuh meteorit langsung menyebar ke segala arah. Membentuk gelombang raksasa yang jauh lebih besar daripada tsunami pada umumnya. Kekuatan dari

  • Mission of Coordinate   Chapter 86

    Zach sudah berkeliling lebih dari lima kali. Tidak ada jalan keluar selain pintu masuk utama. Maksudnya, semua pintu sudah terkunci rapat. Ia mulai pasrah dengan keadaan. Menghadapi beberapa penjaga tentu saja bukanlah hal yang mudah. Apalagi siatuasi sedang tidak mendukung seperti ini.“Gue mau pasrah, tapi gue kan udah janji sama diri sendiri kalau gue bakal bantuin Keenan. Arghh!!!” Zach meremas rambutnya. Membuat rambut yang sudah disisir menjadi berantakan.“Zach lo—” panggil seseorang dari belakang.“Udah gue bilang jangan ikutin gue!” seru Zach sembari menoleh ke belakang.“Gue gak ngikutin lo.”“Eh? Aleysha? S-sorry gue kira … ah lupain.”“Lo kenapa? Ada sesuatu yang ganggu lo, kah?” tanya Aleysha penasaran.“G-gue … gue gak nemu pintu lain untuk keluar selain pintu utama. Ada banyak penjaga yang berada di sana jadi gue b

  • Mission of Coordinate   Chapter 85

    Suara gemuruh mulai terdengar sayup-sayup. Dari langit, sesuatu dengan cahaya yang amat terang bergerak dengan kecepatan supersonik. Menjadikan pusat perhatian orang-orang yang berada di area sekitar. Sayangnya itu semua hanya bisa disaksikan dalam hitungan detik.“Perhitunganku akurat. Beberapa pecahan menyebar ke arah Samudra, dan ada satu yang berdiameter tiga belas meter hendak menabrak kota kita. Ah pastikan semua sistem bekerja dengan baik, waktu kita kurang dari satu menit!”Serangan meteorit pertama dimulai. Benda berkecepatan 25 km/detik itu melaju sangat cepat. Warna jingga kekuningan dari api menyelimutinya. Seluruh penduduk mulai panik mengetahui hal itu.“Semua sudah siap. Nathan, Keenan, pastikan semua sistem di pasak tidak terjadi error!”Ribuan drone meningkatkan ketajaman kameranya. Dari jarak ratusan kilometer dari posisinya, drone-drone itu sudah bisa merekam aktivitas meteorit itu. Sep

  • Mission of Coordinate   Chapter 84

    Beberapa menit yang lalu sistem kembali memberikan informasi bahwa meteor akan memasuki lapisan atmosfer dalam kurun waktu kurang dari lima jam. Lebih mengerikannya lagi, setelah diteliti lebih jauh, diprediksi akan ada pecahan meteor terbesar yang mendarat dua puluh kilometer di arah tenggara kota. Untung saja daerah itu adalah pantai, jadi tidak mengenai kota secara langsung, walau tentu saja efek yang ditimbulkan pasti akan luar biasa hebat.Berita di televisi nasional maupun internasional ramai membicarakan persoalan benda luar angkasa tersebut. Hampir di setiap saluran membahas hal yang serupa. NASA dan badan antariksa di seluruh dunia turut merilis berita-berita prediksi berdasarkan pengamatan. Hal demikian membuat penduduk mulai resah dan khawatir.Keenan dan profesor sudah bekerja sama dengan polisi setempat untuk menutup akses keluar kota. Para penduduk diimbau untuk tetap berada di dalam kota dan mendiami rumah masing-masing. Namun, jika mereka masih merasa k

  • Mission of Coordinate   Chapter 83

    Dengan sigap Keenan langsung mengambil tindakan. Kebocoran pada selaput dibagian barat dikarenakan ada bagian yang eror di salah satu pasak akibat ada hantaman air tsunami tadi. Sayangnya hal itu tidak bisa diperbaiki hanya lewat sistem, harus terjun langsung ke lapangan untuk bisa menambal kebocoran itu.Keenan menyerahkan control system kepada Profesor David dan Theresa. Meminta tolong kepada kedua profesor itu untuk tetap berusaha me-nonaktifkan simulasi itu lewat sistem. Sebenarnya bisa saja dimatikan lewat sistem, hanya saja pusaran tornado tidak akan langsung menghilang begitu saja. Diperlukan proses bertahap hingga ukurannya menjadi kecil.“Kak, waktunya kayaknya gak bakal cukup. Perjalanan kita ke lokasi aja udah makan waktu sekitar lima menit,” ujar Nathan saat mereka masih di basement hendak masuk ke mobil.“Terus gimana? Lo mau biarin gedung-gedung itu hancur gitu aja?!” tanya Keenan dengan nada agak tinggi.

DMCA.com Protection Status