Tanpa berpikir panjang, beberapa polisi berhasil masuk ke panti asuhan. Menodongkan pistol mereka untuk berjaga-jaga. Anak-anak dalam panti asuhan berteriak ketakutan. Mereka berhamburan ke sana kemari. Ada juga ibu pemilik panti asuhan yang sedang berusaha menenangkan anak-anak. Ia sudah tidak bisa kabur kemana-mana.
Robot nyamuk milik Keenan mengikuti Mark dan Nessie. Begitu terdengar suara polisi masuk, mereka berdua langsung berlari ketakutan. Bersembunyi di tempat yang sekiranya aman dari jangkauan polisi. Namun, usaha mereka sia-sia. Seekor robot nyamuk selalu mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.
Pihak sekolah ikut memantau keadaan melalui layar hologram dari remote control milik Keenan dan Nathan. Tadi setelah Nathan mengirimkan rekaman siaran langsung, pihak sekolah langsung memberikan respon dengan cepat. Karena dirasa sudah membahayakan siswanya, mereka menghubungi pihak kepolisian untuk membantu menangani kasus ini.
“Polisi sebaikny
“Urusan Mark dan Nessie serahkan semua kepada kami dan pihak sekolah. Apapun itu kami akan tetap menegakkan hukum yang berlaku sesuai yang mereka perbuat,” ujar seorang polisi.“Baiklah kalau begitu. Saya dan teman saya juga sudah tidak mau terlibat lagi.”“Terima kasih atas kerjasamanya.” Polisi itu menjabat tangan Keenan dan Nathan secara bergantian.Keenan dan Nathan pamit. Keluar kantor polisi sambil bernafas lega. Setelah dimintai keterangan lebih lanjut, akhirnya kasus Mark dan Nessie sepenuhnya akan ditangani oleh pihak sekolah dan kepolisian. Dengan ini club detektif telah berhasil menyelesaikan satu kasus. Walaupun banyak plot twist yang terjadi, itu semua akan menjadi pengalaman untuk kedepannya.Mereka berdua kembali mengunjungi Zach dan Aleysha. Kabarnya Aleysha sudah boleh dikunjungi. Kondisinya cepat membaik setelah menjalani beberapa terapi.“Lo udah baikan, Al?” tanya
Hari-hari berlalu tanpa ada sesuatu yang menarik untuk diceritakan. Tanpa disadari ternyata sekarang sudah satu hari sebelum ujian tengah semester dilaksanakan. Persiapan siswa-siswa Goldstone juga tidak main-main. Hampir sama seperti di Silverleaf, hanya saja di sini ambisius para siswa lebih terbuka.Gedung perpustakaan selalu penuh selama satu pekan. Khusus hari-hari menjelang ujian, gedung perpustakaan dibuka 24 jam sehingga siswa bisa datang kapanpun mereka ada waktu luang. Hampir setiap sudut pasti ada orang, entah sedang membaca, mengerjakan soal, atau hanya sekadar bersantai sembari menikmati keramaian.Biasanya Keenan dan keempat temannya berkunjung saat tengah malam. Mereka memilih beristirahat dulu antara jam tujuh sampai sebelas, lalu saat sudah tengah malam mereka bisa menghabiskan waktu di perpustakaan. Umumnya jumlah pengunjung tidak sebanyak saat pulang sekolah. Hal yang membuat iri adalah pemilik ranking sepuluh besar karena mereka mendapat ru
Salah satu hal yang perlu dicermati saat melaksanakan ujian yaitu tata tertib. Dari awal guru sudah membacakan tata tertib selama ujian, tetapi tetap saja ada siswa yang bermasalah dengan itu. Di hari ketiga ujian, beberapa siswa yang seruangan dengan Keenan ketahuan bekerja sama. Bukan sembarang kerjasama seperti yang dilakukan oleh amatir, tetapi mereka terinspirasi dari film-film yang menceritakan tentang kecurangan dalam ujian.Mereka yang terlibat dalam kerjasama otomatis langsung diberi nilai nol. Bahkan, bisa saja Goldstone “mengeluarkan” siswa tersebut diam-diam. Namun, semua itu rahasia sekolah. Tidak ada yang tahu hukuman pasti yang diberikan.“Bagi siswa yang saya panggil namanya silakan tetap tinggal di ruangan ini. Siswa lain yang tidak saya panggil boleh langsung pulang,” ucap seorang guru.Guru itu mengambil kertas dari dalam saku. Kertas berisi daftar nama yang hendak dipanggil. “Eric, Matthew, Megan, dan Wanda silak
Nathan, Zach, dan Aleysha sedang fokus mendengarkan cerita dari Keenan. Cerita persoalan teror yang menghantuinya dan masih belum bisa terpecahkan hingga saat ini.“… Sampai sekarang gue gak tau siapa pelakunya, apa motifnya, apa kesalahan gue, dan intinya gak tau apa-apa. Aneh aja sih kalau dia dendam ke gue kenapa gak langsung to the point aja? Kenapa malah mempersulit keadaan gini,” tutur Keenan. Ia menceritakan semuanya termasuk project yang ia rahasiakan selama ini.“Hm sebenernya agak susah cari pelakunya karena gue sama Aleysha juga gak kenal temen-temen lo di Amerika, tapi kalau mecahin kodenya sih mungkin masih ada harapan.”“Menurut gue pelakunya perempuan, tapi kata Kak Keenan sendiri dia jarang punya temen perempuan,” ucap Nathan.“Segala kemungkinan pasti ada. Entah dari temen lo, keluarga, bahkan orang asingpun bisa ngelakuin itu tanpa dasar yang jelas,” ujar Aleysha.
Semalam, Aleysha berhasil memecahkan satu kode. Lebih tepatnya, menyempurnakan analisis dari Nathan. Walau hanya dirubah tata letak kalimatnya, artinya sudah jauh berbeda. Namun, dari kode rahasia itu, sepertinya belum ada sesuatu yang dapat dipetik.“Menurut lo, bakal gimana kelanjutannya?” tanya Keenan sambil berjalan di koridor.Nathan mengedikkan bahunya. “Entah. Kan lo sendiri yang diprediksi bakal ngehancurin kehidupan orang.”“Isshh ya jangan sampai kejadian lah.”“Gue yakin sih ini berhubungan erat sama projet lo. Kita harus mulai bahas dalam cakupan itu aja. Kalau mikir hal yang jauh, nanti gak akan kelar.”“Gimana kalau enggak? Bisa aja pelakunya emang ngarahin kita buat fokus tentang itu, tapi kalau ternyata dia udah nyiapin rencana yang lain?”“Udah banyak buktinya, Kak. Di kode-kode itu juga ada kata-kata tentang ‘kehidupan, perlindungan, melumpuhka
“Keen, gue kayaknya udah nemuin sesuatu lagi deh,” ucap Aleysha sambil menyangga wajahnya dengan satu tangan.“Sesuatu gimana? Berhasil mecahin kode-kode itu maksudnya?” balas Keenan yang belum paham ke arah mana pembicaraanya.Keenan, Nathan, dan Aleysha sedang melakukan agenda rutin, yaitu rapat club detektif. Seperti biasa, mereka melakukannya di ruang club di apartemen milik Aleysha. Kebetulan hari ini Zach izin karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan.“Iya lah, apa lagi emangnya?!”“Ya santai aja gak usah marah,” sahut Nathan.“Isshh bodo amat. Nih kalian lihat secara saksama ya.” Aleysha mengumpulkan tujuh lembar foto teror. Membalik setiap lembarnya yang menunjukkan sisi angka-angka tak beraturan. Selanjutnya ia mengambil sebuah benda di meja samping, lalu menyoroti kertas-kertas itu dengan sebuah cahaya dari benda digenggamannya. Rupanya itu adalah sente
“Gue jadi kepikiran sama omongan lo beberapa hari yang lalu,” kata Keenan.Atmosfer lapangan indoor basket sangat tenang. Tidak ada siapapun kecuali Keenan dan Nathan. Keenan yang mengajak Nathan untuk membahas sesuatu yang sedikit mengganggu pikirannya. Selamam, ia janji untuk menceritakan kepada Nathan sepulang dari rabat club detektif, tetapi mereka berdua terlalu lelah dan berujung tidur.“Tentang apa?” Nathan meluruskan kakinya sehingga berada di bagian atas kursi penonton di depannya.Keenan hanya menatap lurus ke depan, tidak menghadap ke lawan bicaranya. “Hufftt … tentang lo yang tanya kepastian gue perihal nyerahin kasus teror ke club detektif.”“Hm? Kenapa lo tiba-tiba jadi kepikiran lagi?”“Gue ngerasa ada yang janggal, Nat. Gue pikir-pikir lagi omongan lo ada benernya.”“Ha? Gue masih gak paham arah pembicaraannya. Hm jadi lo nyese
Seperti yang sudah dijanjikan Keenan kemarin malam, sekarang ia sudah bisa menunjukkan data-data siswa Silverleaf kepada teman-teman club-nya. Tadi sepulang sekolah ia langsung menyambar laptopnya dan mengutak-atik file dari Finn itu. beberapa jam bergelut di depan layar akhirnya berhasil juga. File itu sudah diberi beberapa lapisan proteksi sehingga hanya bisa dilihat saja tanpa dirubah, disalin, dipindah, dan lain-lain.“Udah aman sekarang?” tanya Aleysha memastikan.Keenan mengangguk. Ia baru saja mengeluarkan laptopnya dari dalam tas ransel yang dibawanya.“Nanti kalau ada data yang sama, entah cuma satu data doank, dicatet ya!” pinta Aleyhsa.Malam ini Zach bisa bergabung. Katanya urusannya sudah mau selesai jadi ia bisa sedikit bersantai, toh itu juga bukan pekerjaan individu jadi ada temannya yang mem-back up. “Gue udah diceritain Aleysha tadi tentang temuan kalian selama gue gak bisa join