Tookk tokk tokk … Nathan mengetuk pintu. Telinganya sedikit menempel ke pintu untuk memeriksa kehidupan di dalam.
“Lo udah tidur belum, Kak?” tanyanya dari luar ruangan masih sambil mengetuk.
Tidak lama kemudian ada suara yang menjawab. Bukan dari dalam ruangan melainkan dari belakang Nathan. “Hm?”
Nathan membalikkan badan. Sedikit terlunjak karena sebagian lampu disekitarnya sudah dimatikan. “Eh?! Gue kira hantu.”
“Lo ngapain di depan kamar gue?” tanya Keenan datar.
“Um … gak papa sih.”
“Yaudah minggir, gue mau masuk.”
Nathan bergeser beberapa sentimeter dan Keenan melewatinya. Membuka pintu lalu masuk ke kamarnya. Namun, sebelum pintu kembali tertutup rapat, Nathan menahannya dengan kaki.
“Gue mau tidur, Nathan. Besok bukan weekend,” ucap Keenan tanpa menoleh.
“Hehehe bentar aja, Kak.”
Lampu seluruh ruangan apartemen sengaja dimatikan Arga. Sekarang Keenan, Nathan, Arga, dan Annaliese sedang bersembunyi di kamar Annaliese. Menyiapkan kue ulang tahun dengan lilin. Kado-kado yang mereka belikan juga sudah disiapkan. “Udah siap?” tanya Arga bisik-bisik. “Bentar, lilinnya masih belum nyala.” Di luar kamar, terdengar suara Natashya yang memanggil-manggil teman-temannya secara bergantian. Namun, sengaja tidak ada yang menjawab. “Aduh saklarnya di mana lagi?” Natashya masih meraba-raba dinding. Kebetulan baterai ponselnya juga tinggal satu persen jadi tidak bisa dipakai sebagai penerangan. Di dalam kamar, mereka masih sibuk menyiapkan kuenya. Selalu ada drama yang membuat lilinnya susah untuk nyala. Arga yang bertugas mengintip dari kamar Annaliese. “Lo setel musik horror dulu coba sambil nunggu lilinnya,” usul Arga. “Ah iya bener!” Nathan menyalakan ponselnya. Memilih soundtrack horror yang kedengarannya cukup seram. Apalagi saat mati lampu dengan suasana yang suny
“Kira-kira tambah fitur apa lagi, Kak?” tanya Nathan meminta usul.Hari ini sengaja ditiadakan pertemuan club detektif karena mereka sibuk dengan tugas masing-masing. Zach dan Aleysha yang memantau situasi terkini sedangkan Keenan dan Nathan tengah berkutat dengan robot nyamuk yang mereka buat. Sudah sekitar 80% jadi. Mereka mengerjakan di kamar Nathan untuk menghindari kebocoran rahasia.“Tembakan laser, pelempar granat, dan penyetrum,” jawab Keenan tak serius.“Isshh ini cuma buat mata-mata, bukan buat perang.”“Yaudah sih gak perlu tambahin apa-apa. Asal kita bisa pantau situasi dan denger suaranya aja udah cukup. Lo mau kasih apa lagi emangnya?”“Bener sih, cuma gue kepikiran kalau kita jalanin plan B, lo pasti butuh bantuan dan gue pengen robot ini bisa bantu walau gak seberapa.”“Yaudah kasih stun gun aja. At least bisa buat musuh kehi
Jadwal hari ini cukup padat. Akan ada beberapa penelitian praktikum di beberapa mata pelajaran yang Keenan ambil. Selain itu, ia mendapat tugas dari guru untuk menguji salah satu eksperimen. Sebenarnya bukan tugasnya, tetapi siswa asli yang ditugaskan sedang berhalangan hadir alhasil Keenan yang dimintai tolong.Begitupun dengan Zach dan Aleysha. Selain keperluan utama dengan mata pelajaran, mereka harus segera menghubungi pihak kepolisian dan guru-guru di Goldstone terkait kasus Mark dan Nessie. Kesulitannya mungkin saat mengajak kerjasama untuk menangkap basah perbuatan Mark dan Nessie. Intinya semuanya harus beres hari ini. Besok atau besok lusa tinggal eksekusi saja.“Huh … capeknya!!!” seru Keenan sembari merentangkan tangannya. Ia tengah bersantai di perpustakaan setelah selesai menguji eksperimen yang ditugaskan pada dirinya. Gedung ini cukup sepi karena masih banyak siswa yang sedang pelajaran.“Permisi, ini pesanannya,” ujar seseorang sembari menaruh nampan di meja. Satu milk
“Aduh, ini terlalu kecil, Kak!” seru Nathan yang sedang bersusah payah.“Ayo coba dulu bareng-bareng,” ucap Keenan meyakinkan.Keenan dan Nathan sedang berada di area apartemen Aleysha. Masih belum ada tanda-tanda kehidupan di dalam apartemen milik Aleysha dan Zach. Dari bawah mereka memainkan robot nyamuk menggunakan remote control. Robot itu masuk ke apartemen Aleysha melalui celah kecil. Sekarang berada di ruang rapat club detektif.Keenan berencana menyalakan tombol on-off speaker alat sadap yang terhubung dengan Mark menggunakan robot nyamuk miliknya dan Nathan. Namun, berkali-kali robot nyamuk itu gagal mengaktifkan. Ukurannya terlalu kecil dan kekuatannya juga tidak seberapa. Nantinya, suara yang terdengar dari alat sadap itu akan mereka dengarkan menggunakan alat sadap yang Nathan letakkan di dalam buku detektif milik Aleysha.“Kalau kaya gini bakal lama, lo harus coba cara lain.&rd
Tanpa berpikir panjang, beberapa polisi berhasil masuk ke panti asuhan. Menodongkan pistol mereka untuk berjaga-jaga. Anak-anak dalam panti asuhan berteriak ketakutan. Mereka berhamburan ke sana kemari. Ada juga ibu pemilik panti asuhan yang sedang berusaha menenangkan anak-anak. Ia sudah tidak bisa kabur kemana-mana.Robot nyamuk milik Keenan mengikuti Mark dan Nessie. Begitu terdengar suara polisi masuk, mereka berdua langsung berlari ketakutan. Bersembunyi di tempat yang sekiranya aman dari jangkauan polisi. Namun, usaha mereka sia-sia. Seekor robot nyamuk selalu mengikuti mereka kemanapun mereka pergi.Pihak sekolah ikut memantau keadaan melalui layar hologram dari remote control milik Keenan dan Nathan. Tadi setelah Nathan mengirimkan rekaman siaran langsung, pihak sekolah langsung memberikan respon dengan cepat. Karena dirasa sudah membahayakan siswanya, mereka menghubungi pihak kepolisian untuk membantu menangani kasus ini.“Polisi sebaikny
“Urusan Mark dan Nessie serahkan semua kepada kami dan pihak sekolah. Apapun itu kami akan tetap menegakkan hukum yang berlaku sesuai yang mereka perbuat,” ujar seorang polisi.“Baiklah kalau begitu. Saya dan teman saya juga sudah tidak mau terlibat lagi.”“Terima kasih atas kerjasamanya.” Polisi itu menjabat tangan Keenan dan Nathan secara bergantian.Keenan dan Nathan pamit. Keluar kantor polisi sambil bernafas lega. Setelah dimintai keterangan lebih lanjut, akhirnya kasus Mark dan Nessie sepenuhnya akan ditangani oleh pihak sekolah dan kepolisian. Dengan ini club detektif telah berhasil menyelesaikan satu kasus. Walaupun banyak plot twist yang terjadi, itu semua akan menjadi pengalaman untuk kedepannya.Mereka berdua kembali mengunjungi Zach dan Aleysha. Kabarnya Aleysha sudah boleh dikunjungi. Kondisinya cepat membaik setelah menjalani beberapa terapi.“Lo udah baikan, Al?” tanya
Hari-hari berlalu tanpa ada sesuatu yang menarik untuk diceritakan. Tanpa disadari ternyata sekarang sudah satu hari sebelum ujian tengah semester dilaksanakan. Persiapan siswa-siswa Goldstone juga tidak main-main. Hampir sama seperti di Silverleaf, hanya saja di sini ambisius para siswa lebih terbuka.Gedung perpustakaan selalu penuh selama satu pekan. Khusus hari-hari menjelang ujian, gedung perpustakaan dibuka 24 jam sehingga siswa bisa datang kapanpun mereka ada waktu luang. Hampir setiap sudut pasti ada orang, entah sedang membaca, mengerjakan soal, atau hanya sekadar bersantai sembari menikmati keramaian.Biasanya Keenan dan keempat temannya berkunjung saat tengah malam. Mereka memilih beristirahat dulu antara jam tujuh sampai sebelas, lalu saat sudah tengah malam mereka bisa menghabiskan waktu di perpustakaan. Umumnya jumlah pengunjung tidak sebanyak saat pulang sekolah. Hal yang membuat iri adalah pemilik ranking sepuluh besar karena mereka mendapat ru
Salah satu hal yang perlu dicermati saat melaksanakan ujian yaitu tata tertib. Dari awal guru sudah membacakan tata tertib selama ujian, tetapi tetap saja ada siswa yang bermasalah dengan itu. Di hari ketiga ujian, beberapa siswa yang seruangan dengan Keenan ketahuan bekerja sama. Bukan sembarang kerjasama seperti yang dilakukan oleh amatir, tetapi mereka terinspirasi dari film-film yang menceritakan tentang kecurangan dalam ujian.Mereka yang terlibat dalam kerjasama otomatis langsung diberi nilai nol. Bahkan, bisa saja Goldstone “mengeluarkan” siswa tersebut diam-diam. Namun, semua itu rahasia sekolah. Tidak ada yang tahu hukuman pasti yang diberikan.“Bagi siswa yang saya panggil namanya silakan tetap tinggal di ruangan ini. Siswa lain yang tidak saya panggil boleh langsung pulang,” ucap seorang guru.Guru itu mengambil kertas dari dalam saku. Kertas berisi daftar nama yang hendak dipanggil. “Eric, Matthew, Megan, dan Wanda silak