“Yasshh thank you, Nat.” Nathan baru saja menyerahkan gelang asli milik Mark kepada Keenan.
Tadi siang setelah Nathan berhasil menduplikat gelang milik Mark, ia berpura-pura menemukan sebuah gelang yang terjatuh. Mark mengakui bahwa itu miliknya padahal gelang itu adalah gelang hasil duplikat yang telah dilengkapi alat sadap. Dengan perangkat yang terhubung, sekarang Keenan dan club detektif bisa mendengar semua percakapan sang target.
“Sekarang gue berarti boleh tagih janji kan, Kak?” Ini hal yang ditunggu-tunggu Nathan dari awal.
“Hm … lo mau apa?” Keenan pun sebenarnya penasaran dengan permintaan Nathan. Keenan sempat berpikir bahwa sepertinya Nathan tidak menginginkan suatu barang mahal ataupun barang langka. Namun, entahlah.
“Um … kalau ditanya mau apa sebenernya banyak, cuma yang gue lagi pengen sih gabung ke club detektif.”
Perhatian Keenan beralih ke so
“Lo kayaknya salah duga deh, gue aja dari kemarin gak nemu hal janggal,” ucap seorang wanita.“Mereka mencurigakan. Kalau sekalinya ketahuan kita bakal tamat,” jawab lawan bicaranya, seorang lelaki.“Lo yang terlalu sensitif.”“Oke gini aja, kalau ternyata dugaan gue bener, kita bunuh aja mereka, oke? Orang yang kaya gitu harus dilenyapin secepat mungkin.”“Ah gue gak mau main asal kaya gitu apalagi di Goldstone.”“Ah lo gak tau ya nikmatnya darah seg—”“Aaaa gue gak mau denger!” ucap Aleysha sambil menutup telinganya.Club detektif sedang mendengarkan percakapan Mark dan Nessie menggunakan alat sadap yang sudah terpasang di gelang milik Mark. Dari kesimpulan yang mereka dapatkan, Mark memperingati Nessie jika ada beberapa orang yang berusaha memata-matai mereka, tetapi Nessie menyangkal hal itu karena Mark tidak memiliki bukti konkrit.
Sepasang mata terbuka lebar secara tiba-tiba. Melirik ke setiap sudut ruangan. Pikirannya berusaha mencerna sesuatu. Cahaya matahari di siang hari sudah menembus tirai. Walau cuaca sedang memasuki musim dingin, matahari masih bisa menyinarkan cahayanya.“Astaga jam berapa ini?!” tanyanya panik kepada diri sendiri. Ia menoleh ke arah jendela dan mendapati matahari sudah tinggi.Dengan tergesa-gesa ia mencari ponselnya di nakas. Jam dua belas siang. Tandanya ia bangun kesiangan. Hanya butuh sekali sibak, selimutnya sudah terhempas. Ia langsung keluar kamar untuk memastikan sesuatu.Arga terlihat sedang bersantai di ruang tengah. Tangannya sibuk mengambil popcorn dan matanya fokus menonton sebuah film. Sesekali ia juga tertawa karena film yang ia tonton ber-genre komedi.“Ga, tadi ada yang nyariin gue gak?!” tanya Keenan saat masih menuruni tangga. Ia masih memakai piama.Arga menoleh ke sumber suara. “U
Bukan Nathan namanya jika ia hanya berdiam diri. Setelah diterima sebagai anggota club detektif oleh Aleysha, Nathan kembali beraksi. Ia mengambil alih tugas Zach yaitu menguping pembicaraan Mark dan Nessie menggunakan alat penyadap yang ada pada gelang milik Mark.“Karena gue anak baru, gue mau kasih kontribusi dulu,” ucap Nathan.Sesuai apa yang ia katakan, video pada hardisk miliknya kini menjadi milik club., Zach dan Aleysha yang akan mencerna dan menganalisis video rekaman itu. Mereka harus mencari informasi lebih diluar dari pembicaraan dalam video.Keenan sendiri hanya duduk dalam diam sembari mengamati kesibukan teman-temannya. Masih ada sedikit rasa penyesalan karena ia ketiduran, tetapi untunglah Nathan dapat menyelamatkannya. Di satu sisi ia lega karena sesuatu yang dicari telah datang dengan sendirinya. Akan tetapi, di sisi lain ia merasa jengkel karena Nathan selalu ikut campur urusannya. Ya walaupun sebenarnya
“Bagaimana hasilnya?”“Um … saya rasa ini hanya daging sapi biasa,” ujar seorang wanita yang bekerja di laboratorium setelah selesai meneliti daging pemberian Mark.“Eh?” Zach dan Nathan saling bertatapan keheranan. Bagaimana bisa itu hanya daging binatang biasa?“Dari tekstur, bentuk, warna, dan baunya juga sudah jelas bahwa ini daging sapi.”“Ah begitu rupanya. Jadi juga tidak ada kandungan lain yang tercampur?”“Tidak ada, hanya daging biasa yang dimasak dengan bumbu-bumbu pada umumnya.”“Baiklah kalau begitu, terima kasih.”Zach dan Nathan keluar ruangan dengan tangan kosong. Mereka masih tidak percaya dengan hasil uji lab. Padahal kemarin Keenan cukup yakin bahwa daging yang dibagikan kepada tetangga kamar Mark bukanlah daging binatang pada umumnya. Namun, bagaimana bisa itu hanyalah daging sapi biasa? Bahkan, tidak ada yang menyadari hal i
Tookk tokk tokk … Nathan mengetuk pintu. Telinganya sedikit menempel ke pintu untuk memeriksa kehidupan di dalam.“Lo udah tidur belum, Kak?” tanyanya dari luar ruangan masih sambil mengetuk.Tidak lama kemudian ada suara yang menjawab. Bukan dari dalam ruangan melainkan dari belakang Nathan. “Hm?”Nathan membalikkan badan. Sedikit terlunjak karena sebagian lampu disekitarnya sudah dimatikan. “Eh?! Gue kira hantu.”“Lo ngapain di depan kamar gue?” tanya Keenan datar.“Um … gak papa sih.”“Yaudah minggir, gue mau masuk.”Nathan bergeser beberapa sentimeter dan Keenan melewatinya. Membuka pintu lalu masuk ke kamarnya. Namun, sebelum pintu kembali tertutup rapat, Nathan menahannya dengan kaki.“Gue mau tidur, Nathan. Besok bukan weekend,” ucap Keenan tanpa menoleh.“Hehehe bentar aja, Kak.”
Lampu seluruh ruangan apartemen sengaja dimatikan Arga. Sekarang Keenan, Nathan, Arga, dan Annaliese sedang bersembunyi di kamar Annaliese. Menyiapkan kue ulang tahun dengan lilin. Kado-kado yang mereka belikan juga sudah disiapkan. “Udah siap?” tanya Arga bisik-bisik. “Bentar, lilinnya masih belum nyala.” Di luar kamar, terdengar suara Natashya yang memanggil-manggil teman-temannya secara bergantian. Namun, sengaja tidak ada yang menjawab. “Aduh saklarnya di mana lagi?” Natashya masih meraba-raba dinding. Kebetulan baterai ponselnya juga tinggal satu persen jadi tidak bisa dipakai sebagai penerangan. Di dalam kamar, mereka masih sibuk menyiapkan kuenya. Selalu ada drama yang membuat lilinnya susah untuk nyala. Arga yang bertugas mengintip dari kamar Annaliese. “Lo setel musik horror dulu coba sambil nunggu lilinnya,” usul Arga. “Ah iya bener!” Nathan menyalakan ponselnya. Memilih soundtrack horror yang kedengarannya cukup seram. Apalagi saat mati lampu dengan suasana yang suny
“Kira-kira tambah fitur apa lagi, Kak?” tanya Nathan meminta usul.Hari ini sengaja ditiadakan pertemuan club detektif karena mereka sibuk dengan tugas masing-masing. Zach dan Aleysha yang memantau situasi terkini sedangkan Keenan dan Nathan tengah berkutat dengan robot nyamuk yang mereka buat. Sudah sekitar 80% jadi. Mereka mengerjakan di kamar Nathan untuk menghindari kebocoran rahasia.“Tembakan laser, pelempar granat, dan penyetrum,” jawab Keenan tak serius.“Isshh ini cuma buat mata-mata, bukan buat perang.”“Yaudah sih gak perlu tambahin apa-apa. Asal kita bisa pantau situasi dan denger suaranya aja udah cukup. Lo mau kasih apa lagi emangnya?”“Bener sih, cuma gue kepikiran kalau kita jalanin plan B, lo pasti butuh bantuan dan gue pengen robot ini bisa bantu walau gak seberapa.”“Yaudah kasih stun gun aja. At least bisa buat musuh kehi
Jadwal hari ini cukup padat. Akan ada beberapa penelitian praktikum di beberapa mata pelajaran yang Keenan ambil. Selain itu, ia mendapat tugas dari guru untuk menguji salah satu eksperimen. Sebenarnya bukan tugasnya, tetapi siswa asli yang ditugaskan sedang berhalangan hadir alhasil Keenan yang dimintai tolong.Begitupun dengan Zach dan Aleysha. Selain keperluan utama dengan mata pelajaran, mereka harus segera menghubungi pihak kepolisian dan guru-guru di Goldstone terkait kasus Mark dan Nessie. Kesulitannya mungkin saat mengajak kerjasama untuk menangkap basah perbuatan Mark dan Nessie. Intinya semuanya harus beres hari ini. Besok atau besok lusa tinggal eksekusi saja.“Huh … capeknya!!!” seru Keenan sembari merentangkan tangannya. Ia tengah bersantai di perpustakaan setelah selesai menguji eksperimen yang ditugaskan pada dirinya. Gedung ini cukup sepi karena masih banyak siswa yang sedang pelajaran.“Permisi, ini pesanannya,” ujar seseorang sembari menaruh nampan di meja. Satu milk
Satu tahun pasca kejadian meteor jatuh di sebuah kota di Benua Amerika. Seluruh wilayah terdampak sudah kembali normal. Pelestarian alam dilakukan secara besar-besaran. Hutan yang gundul akibat tsunami kini sudah kembali ditanami oleh pepohonan yang rimbun. Kerusakan-kerusakan juga sudah diperbaiki sedemikian rupa. Di hari yang sama dengan kejadian itu, semuanya juga sudah terungkap. Mulai dari Keysha yang menjadi dalang dalam kasus teror hingga kisah-kisah rumit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hari itu juga merupakan hari dimana Keenan merasa lega karena project garapannya berhasil melindungi dari serangan bencana alam. Akan tetapi, rasa lega itu menjadi sirna saat Keysha menghancurkannya. Gadis itu memang tidak pernah main-main dengan ucapannya untuk menghancurkan hidup Keenan. Dengan sekali pencet pada remote di telapak tangannya, seluruh gedung langsung dipenuhi gas beracun berwarna ungu. Kode-kode dari teror itu benar-benar nyata terjadi, bukan ancaman belaka. Saat i
“Keysha?!” ucap Keenan yang kaget begitu topeng sang pelaku terbuka. Situasi sudah aman terkendali jadi ia bisa langsung pulang ke rumah untuk bertemu dengan pelaku teror. Kedua profesornya yang akan mengambil alih sementara sambil menunggu situasi benar-benar pulih. Di perpustakaan ini juga sudah ada Nathan, Zach, dan Alyesha.Keysha adalah gadis yang dulu menjadi pasangan prom night Keenan saat kenaikan kelas di Silverleaf. Ia juga yang pernah datang ke rumah Keenan untuk menanyakan project tongkat buatannya.“Arghh! Lepasin gue!!!” Keysha yang baru saja sadar langsung meronta-meronta. Kedua kaki dan tangannya sudah diikat oleh tali khusus.“Dia temen sekolah lo kan, Keen?” tanya Aleysha.“Iya, tapi gue sama sekali gak nyangka kalau dia pelakunya selama ini.”“Lepasin gue, Keenan!” Seluruh tubuhnya masih menggeliat berharap ada ikatan tali yang longgar lalu lepas.
Keenan dengan kapsulnya sudah menunggu di luar gedung. Begitu terlihat Zach dan Aleysha keluar, ia langsung memberikan kode agar kedua temannya masuk ke kapsul. Kondisi kapsul masih dalam mode invisible sehingga mereka bertiga bisa bebas kemanapun tanpa diketahui sang pelaku teror yang mengawasi melalui kameradrone.“Hai Zach, Aleysha, akhirnya lo berdua ketemu sama tubuh gue yang asli,” sapa Keenan sambil mengendarai kapsulnya.“Isshh pembelahan diri lo bikin gue serem bayanginnya,” balas Aleysha.“Yaudah gak usah lo bayangin. Btw, kalian udah susun rencana kan?”“Gak ada rencana. Kita cuma ngelakuin semuanya secara spontan,” jawab Zach.“Eh?! Lo berdua tau kan kondisinya sekarang? Tsunami aja belum reda dan pelaku itu bisa dengan mudah non-aktifin selaput pelindung.”“Iya gue paham. Lo kasih ke kita aja denah rumah lo, nanti kita pikirin cara
Satu persatu posisi drone yang semulanya membentengi dari gelombang tsunami kini berpindah untuk melindungi meteorit dari serangan tsunami. Jutaan volume air itu seperti mengamuk dan dalam hitungan detik menerjang kota. Hal yang mengerikan yaitu seluruh kota tenggelam karena ketinggian dari tsunami melebihi seluruh bangunan di kota, melewati atas kubah selaput.Selaput pelindung masih bekerja efektif walaupun keadaannya seperti berada di akuarium bawah laut. Barang-barang yang terseret ombak dapat terlihat dengan jelas. Untung saja selaput mampu menahan kekuatan tsunami dengan baik, sehingga hanya menimbulkan tetesan-tetesan seperti hujan.Seluruh penduduk bergidik ngeri melihat seluruh kejadian. Mereka seperti terperangkap di dalam sebuah dome di bawah air. Tidak bisa kemana-mana sebelum tsunami mereda. Apalagi ditambah ada hujan batu akibat proses pemecahan meteorit. Semuanya terlihat kacau.“Nathan, air tsunami bisa sampai kota sebelah
WHRROOMMM!!! Getaran hebat terjadi di setiap daerah yang dilintasi oleh meteorit itu. Api yang menyelimutinya sempat membuat sejumlah area di hutan yang dilaluinya terbakar. Orang-orang yang melihatnya menjadi terpaku di tempat.“Tiga puluh detik lagi satu meteorit mendarat di laut dan disusul meteorit yang menabrak kota dengan perbedaan waktu sekitar sepuluh detik!” seru Keenan dengan tegas.Gigi Nathan sampai menggeretak karena membayangkan apa yang akan terjadi. Ia juga belum bisa berbuat apa-apa selagi menunggu.Ratusan kilometer hanya dilalui dengan sekejap mata. Meteorit berukuran enam puluh meter itu sekarang sudah di depan mata. Melewati atas kota dan berakhir di arah tenggara. Lebih tepatnya jatuh di laut dan menimbulkan dentuman yang luar biasa hebat.Air laut di sekitar titik jatuh meteorit langsung menyebar ke segala arah. Membentuk gelombang raksasa yang jauh lebih besar daripada tsunami pada umumnya. Kekuatan dari
Zach sudah berkeliling lebih dari lima kali. Tidak ada jalan keluar selain pintu masuk utama. Maksudnya, semua pintu sudah terkunci rapat. Ia mulai pasrah dengan keadaan. Menghadapi beberapa penjaga tentu saja bukanlah hal yang mudah. Apalagi siatuasi sedang tidak mendukung seperti ini.“Gue mau pasrah, tapi gue kan udah janji sama diri sendiri kalau gue bakal bantuin Keenan. Arghh!!!” Zach meremas rambutnya. Membuat rambut yang sudah disisir menjadi berantakan.“Zach lo—” panggil seseorang dari belakang.“Udah gue bilang jangan ikutin gue!” seru Zach sembari menoleh ke belakang.“Gue gak ngikutin lo.”“Eh? Aleysha? S-sorry gue kira … ah lupain.”“Lo kenapa? Ada sesuatu yang ganggu lo, kah?” tanya Aleysha penasaran.“G-gue … gue gak nemu pintu lain untuk keluar selain pintu utama. Ada banyak penjaga yang berada di sana jadi gue b
Suara gemuruh mulai terdengar sayup-sayup. Dari langit, sesuatu dengan cahaya yang amat terang bergerak dengan kecepatan supersonik. Menjadikan pusat perhatian orang-orang yang berada di area sekitar. Sayangnya itu semua hanya bisa disaksikan dalam hitungan detik.“Perhitunganku akurat. Beberapa pecahan menyebar ke arah Samudra, dan ada satu yang berdiameter tiga belas meter hendak menabrak kota kita. Ah pastikan semua sistem bekerja dengan baik, waktu kita kurang dari satu menit!”Serangan meteorit pertama dimulai. Benda berkecepatan 25 km/detik itu melaju sangat cepat. Warna jingga kekuningan dari api menyelimutinya. Seluruh penduduk mulai panik mengetahui hal itu.“Semua sudah siap. Nathan, Keenan, pastikan semua sistem di pasak tidak terjadi error!”Ribuan drone meningkatkan ketajaman kameranya. Dari jarak ratusan kilometer dari posisinya, drone-drone itu sudah bisa merekam aktivitas meteorit itu. Sep
Beberapa menit yang lalu sistem kembali memberikan informasi bahwa meteor akan memasuki lapisan atmosfer dalam kurun waktu kurang dari lima jam. Lebih mengerikannya lagi, setelah diteliti lebih jauh, diprediksi akan ada pecahan meteor terbesar yang mendarat dua puluh kilometer di arah tenggara kota. Untung saja daerah itu adalah pantai, jadi tidak mengenai kota secara langsung, walau tentu saja efek yang ditimbulkan pasti akan luar biasa hebat.Berita di televisi nasional maupun internasional ramai membicarakan persoalan benda luar angkasa tersebut. Hampir di setiap saluran membahas hal yang serupa. NASA dan badan antariksa di seluruh dunia turut merilis berita-berita prediksi berdasarkan pengamatan. Hal demikian membuat penduduk mulai resah dan khawatir.Keenan dan profesor sudah bekerja sama dengan polisi setempat untuk menutup akses keluar kota. Para penduduk diimbau untuk tetap berada di dalam kota dan mendiami rumah masing-masing. Namun, jika mereka masih merasa k
Dengan sigap Keenan langsung mengambil tindakan. Kebocoran pada selaput dibagian barat dikarenakan ada bagian yang eror di salah satu pasak akibat ada hantaman air tsunami tadi. Sayangnya hal itu tidak bisa diperbaiki hanya lewat sistem, harus terjun langsung ke lapangan untuk bisa menambal kebocoran itu.Keenan menyerahkan control system kepada Profesor David dan Theresa. Meminta tolong kepada kedua profesor itu untuk tetap berusaha me-nonaktifkan simulasi itu lewat sistem. Sebenarnya bisa saja dimatikan lewat sistem, hanya saja pusaran tornado tidak akan langsung menghilang begitu saja. Diperlukan proses bertahap hingga ukurannya menjadi kecil.“Kak, waktunya kayaknya gak bakal cukup. Perjalanan kita ke lokasi aja udah makan waktu sekitar lima menit,” ujar Nathan saat mereka masih di basement hendak masuk ke mobil.“Terus gimana? Lo mau biarin gedung-gedung itu hancur gitu aja?!” tanya Keenan dengan nada agak tinggi.