Hari ini adalah hari pertama diselenggarakannya festival Goldstone. Sejak kemarin seluruh pulau sudah selesai dihias dengan berbagai dekorasi. Ini akan menjadi sebuah festival yang meriah. Semua perlengkapan untuk memeriahkan acara ini juga sudah siap dipakai. Penduduk yang tinggal di pulau Goldstone pun turut meramaikan festival.
Ribuan siswa Goldstone sudah mendaftarkan diri pada lomba-lomba yang diadakan sesuai instruksi Nash selaku Presiden GYO. Arga berhasil mendapatkan team untuk lomba dayung. Nathan memilih mengikuti lomba bowling karena dulu itu adalah olahraga favoritnya. Natashya sudah jelas mengikuti lomba fotografi. Annaliese mendaftar lomba petualangan yang diadakan di hutan, lomba ini kebanyakan diikuti oleh siswa yang gemar pelajaran biologi. Terakhir Keenan, karena sudah kehabisan kuota lomba yang diinginkan, akhirnya dengan terpaksa ia memilih lomba mencari harta karun. Lomba-lomba akan dilaksanakan pada hari kedua.
Acara pembukaan di
Hari kedua festival Goldstone. Hari dimana lomba-lomba juga dilaksanakan. Ada puluhan lomba yang diadakan dan pesertanya hanya dari kalangan siswa. Penduduk hanya dapat menonton dan menyemangati.Pagi ini Keenan dan Natashya yang menyiapkan sarapan. Annaliese sedang di toilet karena kemarin banyak makan makanan pedas. Arga dan Nathan masih sibuk bersiap-siap di kamar.“Kak itu bahan-bahannya ditumis dulu nanti baru dikasih daging,” ujar Natashya sembari menyiapkan bahan-bahan lain.“Hm iya gue tau.” Keenan kemudian memasukkan beberapa bahan, seperti bawang putih, bawang bombay, cabai, dan lainnya.Aroma mulai menyeruak ke seluruh ruangan. Aglio olio hasil masakan Keenan dan Natashya. Porsinya sengaja dibuat banyak karena mereka berlima hari ini akan mengikuti lomba. Butuh banyak energi.“Aigoo, baunya sedep banget!” seru Nathan sembari menuruni anak tangga. Ia sudah diajarkan Rae beberapa kosakata bahasa
“Yasshh thank you, Nat.” Nathan baru saja menyerahkan gelang asli milik Mark kepada Keenan.Tadi siang setelah Nathan berhasil menduplikat gelang milik Mark, ia berpura-pura menemukan sebuah gelang yang terjatuh. Mark mengakui bahwa itu miliknya padahal gelang itu adalah gelang hasil duplikat yang telah dilengkapi alat sadap. Dengan perangkat yang terhubung, sekarang Keenan dan club detektif bisa mendengar semua percakapan sang target.“Sekarang gue berarti boleh tagih janji kan, Kak?” Ini hal yang ditunggu-tunggu Nathan dari awal.“Hm … lo mau apa?” Keenan pun sebenarnya penasaran dengan permintaan Nathan. Keenan sempat berpikir bahwa sepertinya Nathan tidak menginginkan suatu barang mahal ataupun barang langka. Namun, entahlah.“Um … kalau ditanya mau apa sebenernya banyak, cuma yang gue lagi pengen sih gabung ke club detektif.”Perhatian Keenan beralih ke so
“Lo kayaknya salah duga deh, gue aja dari kemarin gak nemu hal janggal,” ucap seorang wanita.“Mereka mencurigakan. Kalau sekalinya ketahuan kita bakal tamat,” jawab lawan bicaranya, seorang lelaki.“Lo yang terlalu sensitif.”“Oke gini aja, kalau ternyata dugaan gue bener, kita bunuh aja mereka, oke? Orang yang kaya gitu harus dilenyapin secepat mungkin.”“Ah gue gak mau main asal kaya gitu apalagi di Goldstone.”“Ah lo gak tau ya nikmatnya darah seg—”“Aaaa gue gak mau denger!” ucap Aleysha sambil menutup telinganya.Club detektif sedang mendengarkan percakapan Mark dan Nessie menggunakan alat sadap yang sudah terpasang di gelang milik Mark. Dari kesimpulan yang mereka dapatkan, Mark memperingati Nessie jika ada beberapa orang yang berusaha memata-matai mereka, tetapi Nessie menyangkal hal itu karena Mark tidak memiliki bukti konkrit.
Sepasang mata terbuka lebar secara tiba-tiba. Melirik ke setiap sudut ruangan. Pikirannya berusaha mencerna sesuatu. Cahaya matahari di siang hari sudah menembus tirai. Walau cuaca sedang memasuki musim dingin, matahari masih bisa menyinarkan cahayanya.“Astaga jam berapa ini?!” tanyanya panik kepada diri sendiri. Ia menoleh ke arah jendela dan mendapati matahari sudah tinggi.Dengan tergesa-gesa ia mencari ponselnya di nakas. Jam dua belas siang. Tandanya ia bangun kesiangan. Hanya butuh sekali sibak, selimutnya sudah terhempas. Ia langsung keluar kamar untuk memastikan sesuatu.Arga terlihat sedang bersantai di ruang tengah. Tangannya sibuk mengambil popcorn dan matanya fokus menonton sebuah film. Sesekali ia juga tertawa karena film yang ia tonton ber-genre komedi.“Ga, tadi ada yang nyariin gue gak?!” tanya Keenan saat masih menuruni tangga. Ia masih memakai piama.Arga menoleh ke sumber suara. “U
Bukan Nathan namanya jika ia hanya berdiam diri. Setelah diterima sebagai anggota club detektif oleh Aleysha, Nathan kembali beraksi. Ia mengambil alih tugas Zach yaitu menguping pembicaraan Mark dan Nessie menggunakan alat penyadap yang ada pada gelang milik Mark.“Karena gue anak baru, gue mau kasih kontribusi dulu,” ucap Nathan.Sesuai apa yang ia katakan, video pada hardisk miliknya kini menjadi milik club., Zach dan Aleysha yang akan mencerna dan menganalisis video rekaman itu. Mereka harus mencari informasi lebih diluar dari pembicaraan dalam video.Keenan sendiri hanya duduk dalam diam sembari mengamati kesibukan teman-temannya. Masih ada sedikit rasa penyesalan karena ia ketiduran, tetapi untunglah Nathan dapat menyelamatkannya. Di satu sisi ia lega karena sesuatu yang dicari telah datang dengan sendirinya. Akan tetapi, di sisi lain ia merasa jengkel karena Nathan selalu ikut campur urusannya. Ya walaupun sebenarnya
“Bagaimana hasilnya?”“Um … saya rasa ini hanya daging sapi biasa,” ujar seorang wanita yang bekerja di laboratorium setelah selesai meneliti daging pemberian Mark.“Eh?” Zach dan Nathan saling bertatapan keheranan. Bagaimana bisa itu hanya daging binatang biasa?“Dari tekstur, bentuk, warna, dan baunya juga sudah jelas bahwa ini daging sapi.”“Ah begitu rupanya. Jadi juga tidak ada kandungan lain yang tercampur?”“Tidak ada, hanya daging biasa yang dimasak dengan bumbu-bumbu pada umumnya.”“Baiklah kalau begitu, terima kasih.”Zach dan Nathan keluar ruangan dengan tangan kosong. Mereka masih tidak percaya dengan hasil uji lab. Padahal kemarin Keenan cukup yakin bahwa daging yang dibagikan kepada tetangga kamar Mark bukanlah daging binatang pada umumnya. Namun, bagaimana bisa itu hanyalah daging sapi biasa? Bahkan, tidak ada yang menyadari hal i
Tookk tokk tokk … Nathan mengetuk pintu. Telinganya sedikit menempel ke pintu untuk memeriksa kehidupan di dalam.“Lo udah tidur belum, Kak?” tanyanya dari luar ruangan masih sambil mengetuk.Tidak lama kemudian ada suara yang menjawab. Bukan dari dalam ruangan melainkan dari belakang Nathan. “Hm?”Nathan membalikkan badan. Sedikit terlunjak karena sebagian lampu disekitarnya sudah dimatikan. “Eh?! Gue kira hantu.”“Lo ngapain di depan kamar gue?” tanya Keenan datar.“Um … gak papa sih.”“Yaudah minggir, gue mau masuk.”Nathan bergeser beberapa sentimeter dan Keenan melewatinya. Membuka pintu lalu masuk ke kamarnya. Namun, sebelum pintu kembali tertutup rapat, Nathan menahannya dengan kaki.“Gue mau tidur, Nathan. Besok bukan weekend,” ucap Keenan tanpa menoleh.“Hehehe bentar aja, Kak.”
Lampu seluruh ruangan apartemen sengaja dimatikan Arga. Sekarang Keenan, Nathan, Arga, dan Annaliese sedang bersembunyi di kamar Annaliese. Menyiapkan kue ulang tahun dengan lilin. Kado-kado yang mereka belikan juga sudah disiapkan. “Udah siap?” tanya Arga bisik-bisik. “Bentar, lilinnya masih belum nyala.” Di luar kamar, terdengar suara Natashya yang memanggil-manggil teman-temannya secara bergantian. Namun, sengaja tidak ada yang menjawab. “Aduh saklarnya di mana lagi?” Natashya masih meraba-raba dinding. Kebetulan baterai ponselnya juga tinggal satu persen jadi tidak bisa dipakai sebagai penerangan. Di dalam kamar, mereka masih sibuk menyiapkan kuenya. Selalu ada drama yang membuat lilinnya susah untuk nyala. Arga yang bertugas mengintip dari kamar Annaliese. “Lo setel musik horror dulu coba sambil nunggu lilinnya,” usul Arga. “Ah iya bener!” Nathan menyalakan ponselnya. Memilih soundtrack horror yang kedengarannya cukup seram. Apalagi saat mati lampu dengan suasana yang suny