“Hm lo gak papa?” seorang laki-laki ikut bergabung di sebelah Nathan dan Keenan.
Leher Keenan menoleh ke sumber suara yang tidak asing. Lantas mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan itu. Zach lah yang baru saja datang.
“Nih.” Ia menyodorkan segelas minuman kepada Keenan untuk mendinginkan otaknya.
“Thanks”
“Well, gue saranin mending lo tahan emosi lo di depan Aleysha. Anggap aja dia cuma orang lewat,” saran Zach.
“Gimana caranya nahan emosi? Gue sebenernya gak masalah dia ngomong apapun, cuma tadi gue kaget aja tiba-tiba dia dateng langsung tampar gue. Lo mikir gak sih kenapa dia bisa sesensitif itu sama masalah nilai? Bahkan, waktu dia motong jawaban gue, gue juga gak sampai segitunya.” Keenan masih terbawa emosi. Ia merasa sikap Aleysha terlalu berlebihan.
Zach menghirup nafas dalam-dalam. “Kalau gue gak nahan emosi, sesuatu yang buruk bakal terjadi. Gu
“Lo semalam gak balik apartemen kenapa?” tanya Arga penasaran. Bukan hanya dirinya, tetapi Nathan, Natashya, dan Annaliese pun juga ingin tahu alasan dibalik itu.“Sorry gue kemarin ada urusan yang harus diselesaiin sama Zach,” jawab Keenan. Mulutnya mengunyah roti isi.“Lo gak marah sama kita-kita kan?” giliran Annaliese yang bertanya.“Hahaha, enggaklah. Lagian emang salah kalian apa?”Kondisi Keenan sudah lumayan membaik. Setelah semalaman bermain video gim dan melakukan hal menyenangkan lainnya, secara otomatis beban yang dipikulnya sudah terlepas. Ya walaupun belum semuanya, tetapi sebagian besar sudah bisa ia lupakan.“Yaudah sih kalau gak marah, kan gue juga takut kalau ternyata gue punya salah.”“Enggaklah santai aja.”Mereka berlima sedang makan di rooftop kantin. Keenan yang memberikan saran. Ia ketagihan dengan suasana rooftop
Seorang gadis terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Beberapa selang terpasang di anggota tubuhnya. Matanya mengerjap perlahan berusaha menerima cahaya masuk. Lantas bola matanya bergerak ke sana-kemari untuk mendeteksi keberadaannya sekarang. Tubuhnya masih lemas sehingga gadis itu belum bisa mengubah posisinya menjadi duduk.Seseorang yang menunggu di luar langsung memanggil dokter begitu melihat gadis itu sadar setelah hampir dua belas jam tidak sadarkan diri. Dilihatnya dari dinding kaca seorang dokter dan dua perawat masuk. Memeriksa detak jantung, denyut nadi, tensi, dan lainnya. Setelah dirasa membaik, orang lain baru diperbolehkan masuk.“Zach bangun,” ucap Keenan lembut sambil mengguncangkan tubuh temannya itu. Mereka berdua berjaga semalaman di bangku yang disediakan, tetapi tetap di luar ruangan. Hanya bisa melihat kondisi pasien dari dinding kaca.“Hm?” Zach masih mengantuk. Mereka berdua membagi jadwal untuk menunggu Al
“Pertama, lo berdua harus habisin semua buku-buku ini.” Aleysha menaruh setumpuk buku di hadapan Keenan dan Zach. Totalnya ada sekitar tujuh buku dengan warna dominan gelap.Keenan, Zach, dan Aleysha sedang mengadakan rapat perdana sebagai anggota club detektif. Aleysha sudah boleh pulang sesuai jadwal dan sekarang mereka bertiga berada di apartemennya. Secara keseluruhan, apartemen Aleysha lebih besar dari milik Zach. Tentunya juga lebih lengkap, seperti ada tambahan ruang olahraga dan tambahan satu ruang kosong. Aleysha menyulap salah satu ruang kosong itu menjadi ruang detektif. Menghias dengan barang-barang yang berkaitan dengan detektif. Ada meja di tengah ruangan dan kursi di masing-masing sisi.“Semua buku ini?” tanya Keenan tak percaya.“Gue udah pernah baca sebagian. Tinggal sisanya aja,” sahut Zach santai.“Untuk ikut club detektif, kalian harus tau ilmu-ilmu dasarnya. Gue kasih waktu s
“Udah gue baca semuanya tanpa terlewat satu titik pun,” ujar Keenan.“Gue juga,” tambah Zach.“Nice. Sekarang kita bisa bahas kasus psikopat itu. Jadi awal—"“Wait, gue mau tanya. Bukannya psikopat itu gangguan kejiwaan manusia? Emang tugas detektif nyelesaiin masalah begituan? Bukannya ini bukan suatu hal yang harus dipecahkan?”“Iya sih lo bener. Gini gue jelasin dulu kenapa gue ambil kasus ini. Jadi gue denger-denger dari temen-temen, katanya si psikopat ini ngelakuin hal kriminal. Lo berdua udah baca kan semua buku? Pasti tahu ciri-cirinya psikopat. Nah, mereka itu suka banget sama perilaku antisosial yang membahayakan. Gue gak tau siapa orang pastinya dan ada berapa, cuma mereka mainnya rapi banget. Mereka dimanfaatin suatu oknum buat memperdagangkan data pribadi siswa Goldstone. Bayangin deh, pengawasan seketat Goldstone, mereka tetep bisa lewatin. Dan parahnya lagi, ada siswa y
“Hari ini gak ada kemajuan dari gue. Gue sebatas mantau pergerakan mereka-mereka yang gue curigai dan ya semuanya bersikap normal,” ujar Aleysha.Keenan sibuk menonton sesuatu dari layar ponselnya. Itu adalah rekaman dari kamera pengintai yang ditaruhnya tadi pagi.“Bahaya kalau lo asal masuk ruang GYO, apalagi lo bukan anggota mereka, bisa-bisa lo dicurigai.”“Ya maaf, gue tadi juga taruhnya di dinding deket pintu.”Zach menghela nafas. Ia juga belum menemukan petunjuk apapun hari ini. Menurutnya semua anggota GYO bersikap normal layaknya manusia biasa.“Lo punya informasi pendukung gak?” tanya Zach pada Alyesha.“Gak ada. Sebagai anggota club detektif, justru kita yang harus cari informasi tambahan.”“Wait guys, coba lihat sini.” Keenan menyuruh dua temannya itu mendekat. Melihat hasil rekaman dari kamera pengintainya. Namun, karena terlalu kec
Hari dimana club detektif melancarkan aksinya. Aksi untuk memata-matai orang yang dicurigai. Dengan perlengkapan yang sudah dibuatnya semalam yaitu sebuah alat berbentuk senter. Dengan sinar yang dipancarkan, alat itu dapat menduplikasi barang. Sudah diuji coba dan hasilnya sesuai ekspektasi.“Kita butuh ponselnya,” ujar Keenan di perjalanan sambil mengunyah permen karet.“Gue rasa kalau ponselnya yang kita duplikat terlalu berisiko,” jawab Aleysha.“Mending memory card,” usul Zach.Rencana awal mereka ingin menduplikat barang bawaan milik Nessie karena alat penduplikat itu sudah dilengkapi alat penyadap juga. Namun, setelah dipikir-pikir akan lebih efektif jika mereka mengetahui apa yang ada di ponsel milik Nessie. Kemungkinan besar informasi dapat diakses dari ponsel milik Nessie.“Kalau ponsel, risiko kita ketahuan jauh lebih besar. Mereka bukan orang yang bodoh dan gak peka. Misal ada
Sore hari sepulang sekolah, anggota club detektif sudah berkumpul di apartemen Aleysha. Mereka akan membongkar isi dari memory card yang sudah didapatnya kemarin. Walau ada tragedi, mereka tetap melanjutkan aksi.Zach memasukkan memory card ke dalam slot laptop dengan hati-hati. Setelah berhasil dipindai oleh sistem, semua file terlihat jelas. Zach menggerakan kursor. Masuk ke folder satu persatu. Keenan dan Aleysha di sampingnya ikut mengamati jika ada file yang mencurigakan.“Gue rasa bukan tergantung nama filenya. Mereka pinter, jadi pasti nama file sama isinya gak berhubungan,” kata Aleysha.“Iya bener. Lo harus cermat juga sama file-file yang dinamai tugas,” tambah Keenan.Zach mengangguk paham. Konsentrasinya memusat pada layar laptop. Hening. Hanya suara dari mouse yang terdengar. Berkali-kali keluar masuk file. Memeriksa secara mendetail dan pindah ke file selanjutnya.Hampir dua jam lamany
Jam istirahat dimanfaatkan club detektif untuk ke ruang kontrol CCTV. Petugas yang berjaga mengizinkan masuk. Zach meminta diputarkan rekaman kemarin lusa di sekitar gedung olahraga. Video berjalan. Terekam jelas saat rombongan kelas Nessie masuk ke gedung olahraga yang disusul oleh Aleysha. Keenan dan Zach juga terlihat berjalan santai dengan jarak agak jauh di belakang Aleysha.Layar komputer mendadak hitam setelah terakhir terlihat Keenan dan Zach masuk ke gedung olahraga. Tidak ada yang tahu penyebabnya, bahkan petugas yang berjaga juga kebingungan.“Ah udah gue duga,” ucap Keenan kesal.“Coba lihat rekaman dari dalam gedung, Pak.”Video kembali terputar dari sisi yang berbeda. Alurnya masih sama, ada rombongan kelas Nessie, Aleysha, dan yang terakhir Keenan dan Zach. Mati lagi tanpa sebab. Seperti sudah direncanakan matang-matang oleh pelaku yang mencekik Aleysha kemarin lusa.Aleysha beberapa kali minta diputa