Hari dimana club detektif melancarkan aksinya. Aksi untuk memata-matai orang yang dicurigai. Dengan perlengkapan yang sudah dibuatnya semalam yaitu sebuah alat berbentuk senter. Dengan sinar yang dipancarkan, alat itu dapat menduplikasi barang. Sudah diuji coba dan hasilnya sesuai ekspektasi.
“Kita butuh ponselnya,” ujar Keenan di perjalanan sambil mengunyah permen karet.
“Gue rasa kalau ponselnya yang kita duplikat terlalu berisiko,” jawab Aleysha.
“Mending memory card,” usul Zach.
Rencana awal mereka ingin menduplikat barang bawaan milik Nessie karena alat penduplikat itu sudah dilengkapi alat penyadap juga. Namun, setelah dipikir-pikir akan lebih efektif jika mereka mengetahui apa yang ada di ponsel milik Nessie. Kemungkinan besar informasi dapat diakses dari ponsel milik Nessie.
“Kalau ponsel, risiko kita ketahuan jauh lebih besar. Mereka bukan orang yang bodoh dan gak peka. Misal ada
Sore hari sepulang sekolah, anggota club detektif sudah berkumpul di apartemen Aleysha. Mereka akan membongkar isi dari memory card yang sudah didapatnya kemarin. Walau ada tragedi, mereka tetap melanjutkan aksi.Zach memasukkan memory card ke dalam slot laptop dengan hati-hati. Setelah berhasil dipindai oleh sistem, semua file terlihat jelas. Zach menggerakan kursor. Masuk ke folder satu persatu. Keenan dan Aleysha di sampingnya ikut mengamati jika ada file yang mencurigakan.“Gue rasa bukan tergantung nama filenya. Mereka pinter, jadi pasti nama file sama isinya gak berhubungan,” kata Aleysha.“Iya bener. Lo harus cermat juga sama file-file yang dinamai tugas,” tambah Keenan.Zach mengangguk paham. Konsentrasinya memusat pada layar laptop. Hening. Hanya suara dari mouse yang terdengar. Berkali-kali keluar masuk file. Memeriksa secara mendetail dan pindah ke file selanjutnya.Hampir dua jam lamany
Jam istirahat dimanfaatkan club detektif untuk ke ruang kontrol CCTV. Petugas yang berjaga mengizinkan masuk. Zach meminta diputarkan rekaman kemarin lusa di sekitar gedung olahraga. Video berjalan. Terekam jelas saat rombongan kelas Nessie masuk ke gedung olahraga yang disusul oleh Aleysha. Keenan dan Zach juga terlihat berjalan santai dengan jarak agak jauh di belakang Aleysha.Layar komputer mendadak hitam setelah terakhir terlihat Keenan dan Zach masuk ke gedung olahraga. Tidak ada yang tahu penyebabnya, bahkan petugas yang berjaga juga kebingungan.“Ah udah gue duga,” ucap Keenan kesal.“Coba lihat rekaman dari dalam gedung, Pak.”Video kembali terputar dari sisi yang berbeda. Alurnya masih sama, ada rombongan kelas Nessie, Aleysha, dan yang terakhir Keenan dan Zach. Mati lagi tanpa sebab. Seperti sudah direncanakan matang-matang oleh pelaku yang mencekik Aleysha kemarin lusa.Aleysha beberapa kali minta diputa
“… Polaritas dari medan magnet bumi terekam dalam bebatuan dan pembalikan medan magnet bumi terekam di dalam garis-garis yang terbentuk ketika pembentukan bebatuan terjadi. Paleomagnetisme juga dapat menjadi sarana perekaman geokronologi batuan dan sedimen. Medan magnetik bumi juga menyebabkan bebatuan yang mengandung bijih tambang dari unsur ferromagnetik lebih mudah dicari karena menyebabkan anomali magnetik bumi,” tutur Keenan panjang lebar.“Lo kenapa sih motong jawaban gue?!” Aleysha protes dari meja samping. Nadanya sedikit tinggi yang membuatnya menjadi pusat perhatian di kelas.“Aleysha dan Keenan diharap tenang! Saya tidak mau ada keributan hanya karena rebutan jawaban. Masih banyak kesempatan menjawab pertanyaan,” seorang guru menengahi.Untuk membuat adil, akhirnya guru itu memberikan beberapa pertanyaan lagi. Akan tetapi, Aleysha sudah malas duluan. Mood-nya sedang tidak baik. Sampai akhir pelajaran
Hari ini adalah hari pertama diselenggarakannya festival Goldstone. Sejak kemarin seluruh pulau sudah selesai dihias dengan berbagai dekorasi. Ini akan menjadi sebuah festival yang meriah. Semua perlengkapan untuk memeriahkan acara ini juga sudah siap dipakai. Penduduk yang tinggal di pulau Goldstone pun turut meramaikan festival.Ribuan siswa Goldstone sudah mendaftarkan diri pada lomba-lomba yang diadakan sesuai instruksi Nash selaku Presiden GYO. Arga berhasil mendapatkan team untuk lomba dayung. Nathan memilih mengikuti lomba bowling karena dulu itu adalah olahraga favoritnya. Natashya sudah jelas mengikuti lomba fotografi. Annaliese mendaftar lomba petualangan yang diadakan di hutan, lomba ini kebanyakan diikuti oleh siswa yang gemar pelajaran biologi. Terakhir Keenan, karena sudah kehabisan kuota lomba yang diinginkan, akhirnya dengan terpaksa ia memilih lomba mencari harta karun. Lomba-lomba akan dilaksanakan pada hari kedua.Acara pembukaan di
Hari kedua festival Goldstone. Hari dimana lomba-lomba juga dilaksanakan. Ada puluhan lomba yang diadakan dan pesertanya hanya dari kalangan siswa. Penduduk hanya dapat menonton dan menyemangati.Pagi ini Keenan dan Natashya yang menyiapkan sarapan. Annaliese sedang di toilet karena kemarin banyak makan makanan pedas. Arga dan Nathan masih sibuk bersiap-siap di kamar.“Kak itu bahan-bahannya ditumis dulu nanti baru dikasih daging,” ujar Natashya sembari menyiapkan bahan-bahan lain.“Hm iya gue tau.” Keenan kemudian memasukkan beberapa bahan, seperti bawang putih, bawang bombay, cabai, dan lainnya.Aroma mulai menyeruak ke seluruh ruangan. Aglio olio hasil masakan Keenan dan Natashya. Porsinya sengaja dibuat banyak karena mereka berlima hari ini akan mengikuti lomba. Butuh banyak energi.“Aigoo, baunya sedep banget!” seru Nathan sembari menuruni anak tangga. Ia sudah diajarkan Rae beberapa kosakata bahasa
“Yasshh thank you, Nat.” Nathan baru saja menyerahkan gelang asli milik Mark kepada Keenan.Tadi siang setelah Nathan berhasil menduplikat gelang milik Mark, ia berpura-pura menemukan sebuah gelang yang terjatuh. Mark mengakui bahwa itu miliknya padahal gelang itu adalah gelang hasil duplikat yang telah dilengkapi alat sadap. Dengan perangkat yang terhubung, sekarang Keenan dan club detektif bisa mendengar semua percakapan sang target.“Sekarang gue berarti boleh tagih janji kan, Kak?” Ini hal yang ditunggu-tunggu Nathan dari awal.“Hm … lo mau apa?” Keenan pun sebenarnya penasaran dengan permintaan Nathan. Keenan sempat berpikir bahwa sepertinya Nathan tidak menginginkan suatu barang mahal ataupun barang langka. Namun, entahlah.“Um … kalau ditanya mau apa sebenernya banyak, cuma yang gue lagi pengen sih gabung ke club detektif.”Perhatian Keenan beralih ke so
“Lo kayaknya salah duga deh, gue aja dari kemarin gak nemu hal janggal,” ucap seorang wanita.“Mereka mencurigakan. Kalau sekalinya ketahuan kita bakal tamat,” jawab lawan bicaranya, seorang lelaki.“Lo yang terlalu sensitif.”“Oke gini aja, kalau ternyata dugaan gue bener, kita bunuh aja mereka, oke? Orang yang kaya gitu harus dilenyapin secepat mungkin.”“Ah gue gak mau main asal kaya gitu apalagi di Goldstone.”“Ah lo gak tau ya nikmatnya darah seg—”“Aaaa gue gak mau denger!” ucap Aleysha sambil menutup telinganya.Club detektif sedang mendengarkan percakapan Mark dan Nessie menggunakan alat sadap yang sudah terpasang di gelang milik Mark. Dari kesimpulan yang mereka dapatkan, Mark memperingati Nessie jika ada beberapa orang yang berusaha memata-matai mereka, tetapi Nessie menyangkal hal itu karena Mark tidak memiliki bukti konkrit.
Sepasang mata terbuka lebar secara tiba-tiba. Melirik ke setiap sudut ruangan. Pikirannya berusaha mencerna sesuatu. Cahaya matahari di siang hari sudah menembus tirai. Walau cuaca sedang memasuki musim dingin, matahari masih bisa menyinarkan cahayanya.“Astaga jam berapa ini?!” tanyanya panik kepada diri sendiri. Ia menoleh ke arah jendela dan mendapati matahari sudah tinggi.Dengan tergesa-gesa ia mencari ponselnya di nakas. Jam dua belas siang. Tandanya ia bangun kesiangan. Hanya butuh sekali sibak, selimutnya sudah terhempas. Ia langsung keluar kamar untuk memastikan sesuatu.Arga terlihat sedang bersantai di ruang tengah. Tangannya sibuk mengambil popcorn dan matanya fokus menonton sebuah film. Sesekali ia juga tertawa karena film yang ia tonton ber-genre komedi.“Ga, tadi ada yang nyariin gue gak?!” tanya Keenan saat masih menuruni tangga. Ia masih memakai piama.Arga menoleh ke sumber suara. “U
Satu tahun pasca kejadian meteor jatuh di sebuah kota di Benua Amerika. Seluruh wilayah terdampak sudah kembali normal. Pelestarian alam dilakukan secara besar-besaran. Hutan yang gundul akibat tsunami kini sudah kembali ditanami oleh pepohonan yang rimbun. Kerusakan-kerusakan juga sudah diperbaiki sedemikian rupa. Di hari yang sama dengan kejadian itu, semuanya juga sudah terungkap. Mulai dari Keysha yang menjadi dalang dalam kasus teror hingga kisah-kisah rumit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hari itu juga merupakan hari dimana Keenan merasa lega karena project garapannya berhasil melindungi dari serangan bencana alam. Akan tetapi, rasa lega itu menjadi sirna saat Keysha menghancurkannya. Gadis itu memang tidak pernah main-main dengan ucapannya untuk menghancurkan hidup Keenan. Dengan sekali pencet pada remote di telapak tangannya, seluruh gedung langsung dipenuhi gas beracun berwarna ungu. Kode-kode dari teror itu benar-benar nyata terjadi, bukan ancaman belaka. Saat i
“Keysha?!” ucap Keenan yang kaget begitu topeng sang pelaku terbuka. Situasi sudah aman terkendali jadi ia bisa langsung pulang ke rumah untuk bertemu dengan pelaku teror. Kedua profesornya yang akan mengambil alih sementara sambil menunggu situasi benar-benar pulih. Di perpustakaan ini juga sudah ada Nathan, Zach, dan Alyesha.Keysha adalah gadis yang dulu menjadi pasangan prom night Keenan saat kenaikan kelas di Silverleaf. Ia juga yang pernah datang ke rumah Keenan untuk menanyakan project tongkat buatannya.“Arghh! Lepasin gue!!!” Keysha yang baru saja sadar langsung meronta-meronta. Kedua kaki dan tangannya sudah diikat oleh tali khusus.“Dia temen sekolah lo kan, Keen?” tanya Aleysha.“Iya, tapi gue sama sekali gak nyangka kalau dia pelakunya selama ini.”“Lepasin gue, Keenan!” Seluruh tubuhnya masih menggeliat berharap ada ikatan tali yang longgar lalu lepas.
Keenan dengan kapsulnya sudah menunggu di luar gedung. Begitu terlihat Zach dan Aleysha keluar, ia langsung memberikan kode agar kedua temannya masuk ke kapsul. Kondisi kapsul masih dalam mode invisible sehingga mereka bertiga bisa bebas kemanapun tanpa diketahui sang pelaku teror yang mengawasi melalui kameradrone.“Hai Zach, Aleysha, akhirnya lo berdua ketemu sama tubuh gue yang asli,” sapa Keenan sambil mengendarai kapsulnya.“Isshh pembelahan diri lo bikin gue serem bayanginnya,” balas Aleysha.“Yaudah gak usah lo bayangin. Btw, kalian udah susun rencana kan?”“Gak ada rencana. Kita cuma ngelakuin semuanya secara spontan,” jawab Zach.“Eh?! Lo berdua tau kan kondisinya sekarang? Tsunami aja belum reda dan pelaku itu bisa dengan mudah non-aktifin selaput pelindung.”“Iya gue paham. Lo kasih ke kita aja denah rumah lo, nanti kita pikirin cara
Satu persatu posisi drone yang semulanya membentengi dari gelombang tsunami kini berpindah untuk melindungi meteorit dari serangan tsunami. Jutaan volume air itu seperti mengamuk dan dalam hitungan detik menerjang kota. Hal yang mengerikan yaitu seluruh kota tenggelam karena ketinggian dari tsunami melebihi seluruh bangunan di kota, melewati atas kubah selaput.Selaput pelindung masih bekerja efektif walaupun keadaannya seperti berada di akuarium bawah laut. Barang-barang yang terseret ombak dapat terlihat dengan jelas. Untung saja selaput mampu menahan kekuatan tsunami dengan baik, sehingga hanya menimbulkan tetesan-tetesan seperti hujan.Seluruh penduduk bergidik ngeri melihat seluruh kejadian. Mereka seperti terperangkap di dalam sebuah dome di bawah air. Tidak bisa kemana-mana sebelum tsunami mereda. Apalagi ditambah ada hujan batu akibat proses pemecahan meteorit. Semuanya terlihat kacau.“Nathan, air tsunami bisa sampai kota sebelah
WHRROOMMM!!! Getaran hebat terjadi di setiap daerah yang dilintasi oleh meteorit itu. Api yang menyelimutinya sempat membuat sejumlah area di hutan yang dilaluinya terbakar. Orang-orang yang melihatnya menjadi terpaku di tempat.“Tiga puluh detik lagi satu meteorit mendarat di laut dan disusul meteorit yang menabrak kota dengan perbedaan waktu sekitar sepuluh detik!” seru Keenan dengan tegas.Gigi Nathan sampai menggeretak karena membayangkan apa yang akan terjadi. Ia juga belum bisa berbuat apa-apa selagi menunggu.Ratusan kilometer hanya dilalui dengan sekejap mata. Meteorit berukuran enam puluh meter itu sekarang sudah di depan mata. Melewati atas kota dan berakhir di arah tenggara. Lebih tepatnya jatuh di laut dan menimbulkan dentuman yang luar biasa hebat.Air laut di sekitar titik jatuh meteorit langsung menyebar ke segala arah. Membentuk gelombang raksasa yang jauh lebih besar daripada tsunami pada umumnya. Kekuatan dari
Zach sudah berkeliling lebih dari lima kali. Tidak ada jalan keluar selain pintu masuk utama. Maksudnya, semua pintu sudah terkunci rapat. Ia mulai pasrah dengan keadaan. Menghadapi beberapa penjaga tentu saja bukanlah hal yang mudah. Apalagi siatuasi sedang tidak mendukung seperti ini.“Gue mau pasrah, tapi gue kan udah janji sama diri sendiri kalau gue bakal bantuin Keenan. Arghh!!!” Zach meremas rambutnya. Membuat rambut yang sudah disisir menjadi berantakan.“Zach lo—” panggil seseorang dari belakang.“Udah gue bilang jangan ikutin gue!” seru Zach sembari menoleh ke belakang.“Gue gak ngikutin lo.”“Eh? Aleysha? S-sorry gue kira … ah lupain.”“Lo kenapa? Ada sesuatu yang ganggu lo, kah?” tanya Aleysha penasaran.“G-gue … gue gak nemu pintu lain untuk keluar selain pintu utama. Ada banyak penjaga yang berada di sana jadi gue b
Suara gemuruh mulai terdengar sayup-sayup. Dari langit, sesuatu dengan cahaya yang amat terang bergerak dengan kecepatan supersonik. Menjadikan pusat perhatian orang-orang yang berada di area sekitar. Sayangnya itu semua hanya bisa disaksikan dalam hitungan detik.“Perhitunganku akurat. Beberapa pecahan menyebar ke arah Samudra, dan ada satu yang berdiameter tiga belas meter hendak menabrak kota kita. Ah pastikan semua sistem bekerja dengan baik, waktu kita kurang dari satu menit!”Serangan meteorit pertama dimulai. Benda berkecepatan 25 km/detik itu melaju sangat cepat. Warna jingga kekuningan dari api menyelimutinya. Seluruh penduduk mulai panik mengetahui hal itu.“Semua sudah siap. Nathan, Keenan, pastikan semua sistem di pasak tidak terjadi error!”Ribuan drone meningkatkan ketajaman kameranya. Dari jarak ratusan kilometer dari posisinya, drone-drone itu sudah bisa merekam aktivitas meteorit itu. Sep
Beberapa menit yang lalu sistem kembali memberikan informasi bahwa meteor akan memasuki lapisan atmosfer dalam kurun waktu kurang dari lima jam. Lebih mengerikannya lagi, setelah diteliti lebih jauh, diprediksi akan ada pecahan meteor terbesar yang mendarat dua puluh kilometer di arah tenggara kota. Untung saja daerah itu adalah pantai, jadi tidak mengenai kota secara langsung, walau tentu saja efek yang ditimbulkan pasti akan luar biasa hebat.Berita di televisi nasional maupun internasional ramai membicarakan persoalan benda luar angkasa tersebut. Hampir di setiap saluran membahas hal yang serupa. NASA dan badan antariksa di seluruh dunia turut merilis berita-berita prediksi berdasarkan pengamatan. Hal demikian membuat penduduk mulai resah dan khawatir.Keenan dan profesor sudah bekerja sama dengan polisi setempat untuk menutup akses keluar kota. Para penduduk diimbau untuk tetap berada di dalam kota dan mendiami rumah masing-masing. Namun, jika mereka masih merasa k
Dengan sigap Keenan langsung mengambil tindakan. Kebocoran pada selaput dibagian barat dikarenakan ada bagian yang eror di salah satu pasak akibat ada hantaman air tsunami tadi. Sayangnya hal itu tidak bisa diperbaiki hanya lewat sistem, harus terjun langsung ke lapangan untuk bisa menambal kebocoran itu.Keenan menyerahkan control system kepada Profesor David dan Theresa. Meminta tolong kepada kedua profesor itu untuk tetap berusaha me-nonaktifkan simulasi itu lewat sistem. Sebenarnya bisa saja dimatikan lewat sistem, hanya saja pusaran tornado tidak akan langsung menghilang begitu saja. Diperlukan proses bertahap hingga ukurannya menjadi kecil.“Kak, waktunya kayaknya gak bakal cukup. Perjalanan kita ke lokasi aja udah makan waktu sekitar lima menit,” ujar Nathan saat mereka masih di basement hendak masuk ke mobil.“Terus gimana? Lo mau biarin gedung-gedung itu hancur gitu aja?!” tanya Keenan dengan nada agak tinggi.