“Kalian jam pertama kelas apa?” Nathan bertanya sembari merapikan dasinya.
“Gue astronomi,” jawab Keenan.
“Biologi,” timpal Annaliese.
“Bahasa,” sahut Arga dan Natashya bersamaan.
“Gue juga astronomi, Kak,” kata Nathan.
Mereka berlima baru saja kelar sarapan. Annaliese dan Natashya yang memanaskan makanan instan, itu lebih simpel ketimbang memasak. Di hari pertama ini jadwal mereka sudah berbeda. Siswa pertukaran pelajar memang sengaja dicampur dengan siswa Goldstone supaya mereka mudah membaur dan mempercepat adaptasi.
Tidak ada sambutan spesial begitu mereka masuk kelas masing-masing. Hanya perkenalan singkat dilanjut pelajaran pada umumnya. Ada dua orang yang mengajar di kelas astronomi. Satu sudah sekitar 30-an tahun, sedangkan satunya lagi kelihatan masih mahasiswa.
“… Lalu berdasarkan penjelasan saya tadi, apakah merkurius memiliki atmosfer? Ada yang bisa j
“Gila sih semua siswa di sini,” ucap Keenan asal.Keenan, Arga, Nathan, Natashya, dan Annaliese sedang berada di ruang tengah apartemen mereka. Hari pertama sekolah sudah usai, sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Walau baru hari pertama sekolah, mereka sudah mendapat banyak pandangan yang jauh berbeda mengenai Goldstone.“Gue setuju! Tadi bahkan di kelas gue ada yang ngerjain sepuluh soal dalam waktu tiga menit dan dia bener semua,” ungkap Annaliese.“Nah, gue juga waktu kelas matematika sama si Keenan, ada cewek si ranking satu itu. Dikasih dua puluh soal, dia cuma butuh waktu sepuluh menit buat ngerjain semuanya. Lo semua kebayang kan kalau namanya matematika itu hitungan semua, si Keenan aja ngerjain sekitar lima belas menit udah urutan keenam, gue udah urutan ketiga belas,” sahut Arga.“Lo sekelas lagi sama Aleysha itu, Kak?” tanya Nathan.Keenan mengangguk. “Dan gue
“Lo ada masalah apa sama Aleysha?” tanya seseorang yang menjejeri Keenan di perjalanannya menuju kantin.Kepala Keenan menoleh sembari mirings sedikit saat mendapati seseorang yang tidak asing baginya. “Lo…”“Gue Zach,” ucapnya sambil menjulurkan tangan.“Keenan.” Mereka berjabat tangan. Keenan sendiri sedikit merasa aneh karena seseorang yang terkesan jutek seperti Zach tiba-tiba menghampirinya.“Lo belum jawab pertanyaan gue.”“Ah masalah itu gak penting kok,” jawab Keenan.“Hm tapi yang gue tau Aleysha kalau punya masalah sama orang lain gak sampai kaya lo sekarang,” ucap Zach sembari melipat kedua tangan di depan dada.“Maksudnya?”“Kita bicarain di kantin aja,” ajak Zach.Setibanya di kantin, ratusan siswa sudah memadati setiap penjuru. Bola mata Keenan bergerak ke sana kemari mencari teman-temannya. Sa
Hujan deras membasahi kawasan Goldstone. Dari kemarin sore hingga hari ini hujan tak kunjung reda. Lebih cepat dari hari di kalender, sekarang sudah akhir pekan. Itu tandanya tidak ada kegiatan pembelajaran di Goldstone. Kecuali siswa yang memiliki kegiatan tambahan seperti urusan GYO atau pertemuan ekstrakurikuler. Selama beberapa hari menjadi siswa Goldstone, Keenan, Arga, Nathan, Natashya, dan Annaliese masih bisa menyeimbangkan dengan kemampuan mereka. Realita di sini ternyata tidak seseram yang diceritakan orang-orang atau mungkin karena mereka baru menjalani sepekan jadi belum tahu seluruhnya, entahlah. Beberapa hari belakangan tidak banyak kejadian yang terlalu penting. Hanya saja Keenan yang beberapa kali mendapat gangguan dari Aleysha, tetapi ia memilih mengabaikan gadis itu. Nathan berhasil mendekati Kim Young-Rae si ranking tiga dan sudah beberapa kali terlihat bersama. Arga sedang proses berkenalan dengan Edward, ia beberapa kali ikut bergabung dengan ke
“Speakeenan, kasih aku informasi tentang Aleysha Azura,” ucap Natashya. Semakin hari ia semakin penasaran dengan sosok Aleysha itu. “Aleysha Azura adalah siswa Goldstone kelas XI. Ia lahir—” “Bukan identitas pribadi. Maksudku, Alyesha memiliki sifat seperti apa? Apakah dia psikopat atau bagaimana?” “Aleysha hanyalah siswa Goldstone biasa. Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa karena tuntutan orang tuanya. Jika nilainya tidak sempurna, Aleysha akan dihukum oleh orang tuanya di ruang bawah tanah. Oleh karena itu ia sedikit sensitif terhadap nilai. Aleysha sebenarnya orang yang memiliki banyak tekanan, tetapi ia berusaha menutupi hal itu di sekolah.” “Ah begitu rupanya. Em… bagaimana dengan hubungan asmaranya?” “Aleysha tidak terlalu memikirkan tentang hubungan asmaranya. Tidak mendapat hukuman dari orang tuanya adalah hal terpenting bagi dirinya. Namun, mengenai perasaan seseorang yang sebenarnya, Speakeenan tidak dapat menemukan informasi lebi
“Hm lo gak papa?” seorang laki-laki ikut bergabung di sebelah Nathan dan Keenan.Leher Keenan menoleh ke sumber suara yang tidak asing. Lantas mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan itu. Zach lah yang baru saja datang.“Nih.” Ia menyodorkan segelas minuman kepada Keenan untuk mendinginkan otaknya.“Thanks”“Well, gue saranin mending lo tahan emosi lo di depan Aleysha. Anggap aja dia cuma orang lewat,” saran Zach.“Gimana caranya nahan emosi? Gue sebenernya gak masalah dia ngomong apapun, cuma tadi gue kaget aja tiba-tiba dia dateng langsung tampar gue. Lo mikir gak sih kenapa dia bisa sesensitif itu sama masalah nilai? Bahkan, waktu dia motong jawaban gue, gue juga gak sampai segitunya.” Keenan masih terbawa emosi. Ia merasa sikap Aleysha terlalu berlebihan.Zach menghirup nafas dalam-dalam. “Kalau gue gak nahan emosi, sesuatu yang buruk bakal terjadi. Gu
“Lo semalam gak balik apartemen kenapa?” tanya Arga penasaran. Bukan hanya dirinya, tetapi Nathan, Natashya, dan Annaliese pun juga ingin tahu alasan dibalik itu.“Sorry gue kemarin ada urusan yang harus diselesaiin sama Zach,” jawab Keenan. Mulutnya mengunyah roti isi.“Lo gak marah sama kita-kita kan?” giliran Annaliese yang bertanya.“Hahaha, enggaklah. Lagian emang salah kalian apa?”Kondisi Keenan sudah lumayan membaik. Setelah semalaman bermain video gim dan melakukan hal menyenangkan lainnya, secara otomatis beban yang dipikulnya sudah terlepas. Ya walaupun belum semuanya, tetapi sebagian besar sudah bisa ia lupakan.“Yaudah sih kalau gak marah, kan gue juga takut kalau ternyata gue punya salah.”“Enggaklah santai aja.”Mereka berlima sedang makan di rooftop kantin. Keenan yang memberikan saran. Ia ketagihan dengan suasana rooftop
Seorang gadis terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit. Beberapa selang terpasang di anggota tubuhnya. Matanya mengerjap perlahan berusaha menerima cahaya masuk. Lantas bola matanya bergerak ke sana-kemari untuk mendeteksi keberadaannya sekarang. Tubuhnya masih lemas sehingga gadis itu belum bisa mengubah posisinya menjadi duduk.Seseorang yang menunggu di luar langsung memanggil dokter begitu melihat gadis itu sadar setelah hampir dua belas jam tidak sadarkan diri. Dilihatnya dari dinding kaca seorang dokter dan dua perawat masuk. Memeriksa detak jantung, denyut nadi, tensi, dan lainnya. Setelah dirasa membaik, orang lain baru diperbolehkan masuk.“Zach bangun,” ucap Keenan lembut sambil mengguncangkan tubuh temannya itu. Mereka berdua berjaga semalaman di bangku yang disediakan, tetapi tetap di luar ruangan. Hanya bisa melihat kondisi pasien dari dinding kaca.“Hm?” Zach masih mengantuk. Mereka berdua membagi jadwal untuk menunggu Al
“Pertama, lo berdua harus habisin semua buku-buku ini.” Aleysha menaruh setumpuk buku di hadapan Keenan dan Zach. Totalnya ada sekitar tujuh buku dengan warna dominan gelap.Keenan, Zach, dan Aleysha sedang mengadakan rapat perdana sebagai anggota club detektif. Aleysha sudah boleh pulang sesuai jadwal dan sekarang mereka bertiga berada di apartemennya. Secara keseluruhan, apartemen Aleysha lebih besar dari milik Zach. Tentunya juga lebih lengkap, seperti ada tambahan ruang olahraga dan tambahan satu ruang kosong. Aleysha menyulap salah satu ruang kosong itu menjadi ruang detektif. Menghias dengan barang-barang yang berkaitan dengan detektif. Ada meja di tengah ruangan dan kursi di masing-masing sisi.“Semua buku ini?” tanya Keenan tak percaya.“Gue udah pernah baca sebagian. Tinggal sisanya aja,” sahut Zach santai.“Untuk ikut club detektif, kalian harus tau ilmu-ilmu dasarnya. Gue kasih waktu s
Satu tahun pasca kejadian meteor jatuh di sebuah kota di Benua Amerika. Seluruh wilayah terdampak sudah kembali normal. Pelestarian alam dilakukan secara besar-besaran. Hutan yang gundul akibat tsunami kini sudah kembali ditanami oleh pepohonan yang rimbun. Kerusakan-kerusakan juga sudah diperbaiki sedemikian rupa. Di hari yang sama dengan kejadian itu, semuanya juga sudah terungkap. Mulai dari Keysha yang menjadi dalang dalam kasus teror hingga kisah-kisah rumit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hari itu juga merupakan hari dimana Keenan merasa lega karena project garapannya berhasil melindungi dari serangan bencana alam. Akan tetapi, rasa lega itu menjadi sirna saat Keysha menghancurkannya. Gadis itu memang tidak pernah main-main dengan ucapannya untuk menghancurkan hidup Keenan. Dengan sekali pencet pada remote di telapak tangannya, seluruh gedung langsung dipenuhi gas beracun berwarna ungu. Kode-kode dari teror itu benar-benar nyata terjadi, bukan ancaman belaka. Saat i
“Keysha?!” ucap Keenan yang kaget begitu topeng sang pelaku terbuka. Situasi sudah aman terkendali jadi ia bisa langsung pulang ke rumah untuk bertemu dengan pelaku teror. Kedua profesornya yang akan mengambil alih sementara sambil menunggu situasi benar-benar pulih. Di perpustakaan ini juga sudah ada Nathan, Zach, dan Alyesha.Keysha adalah gadis yang dulu menjadi pasangan prom night Keenan saat kenaikan kelas di Silverleaf. Ia juga yang pernah datang ke rumah Keenan untuk menanyakan project tongkat buatannya.“Arghh! Lepasin gue!!!” Keysha yang baru saja sadar langsung meronta-meronta. Kedua kaki dan tangannya sudah diikat oleh tali khusus.“Dia temen sekolah lo kan, Keen?” tanya Aleysha.“Iya, tapi gue sama sekali gak nyangka kalau dia pelakunya selama ini.”“Lepasin gue, Keenan!” Seluruh tubuhnya masih menggeliat berharap ada ikatan tali yang longgar lalu lepas.
Keenan dengan kapsulnya sudah menunggu di luar gedung. Begitu terlihat Zach dan Aleysha keluar, ia langsung memberikan kode agar kedua temannya masuk ke kapsul. Kondisi kapsul masih dalam mode invisible sehingga mereka bertiga bisa bebas kemanapun tanpa diketahui sang pelaku teror yang mengawasi melalui kameradrone.“Hai Zach, Aleysha, akhirnya lo berdua ketemu sama tubuh gue yang asli,” sapa Keenan sambil mengendarai kapsulnya.“Isshh pembelahan diri lo bikin gue serem bayanginnya,” balas Aleysha.“Yaudah gak usah lo bayangin. Btw, kalian udah susun rencana kan?”“Gak ada rencana. Kita cuma ngelakuin semuanya secara spontan,” jawab Zach.“Eh?! Lo berdua tau kan kondisinya sekarang? Tsunami aja belum reda dan pelaku itu bisa dengan mudah non-aktifin selaput pelindung.”“Iya gue paham. Lo kasih ke kita aja denah rumah lo, nanti kita pikirin cara
Satu persatu posisi drone yang semulanya membentengi dari gelombang tsunami kini berpindah untuk melindungi meteorit dari serangan tsunami. Jutaan volume air itu seperti mengamuk dan dalam hitungan detik menerjang kota. Hal yang mengerikan yaitu seluruh kota tenggelam karena ketinggian dari tsunami melebihi seluruh bangunan di kota, melewati atas kubah selaput.Selaput pelindung masih bekerja efektif walaupun keadaannya seperti berada di akuarium bawah laut. Barang-barang yang terseret ombak dapat terlihat dengan jelas. Untung saja selaput mampu menahan kekuatan tsunami dengan baik, sehingga hanya menimbulkan tetesan-tetesan seperti hujan.Seluruh penduduk bergidik ngeri melihat seluruh kejadian. Mereka seperti terperangkap di dalam sebuah dome di bawah air. Tidak bisa kemana-mana sebelum tsunami mereda. Apalagi ditambah ada hujan batu akibat proses pemecahan meteorit. Semuanya terlihat kacau.“Nathan, air tsunami bisa sampai kota sebelah
WHRROOMMM!!! Getaran hebat terjadi di setiap daerah yang dilintasi oleh meteorit itu. Api yang menyelimutinya sempat membuat sejumlah area di hutan yang dilaluinya terbakar. Orang-orang yang melihatnya menjadi terpaku di tempat.“Tiga puluh detik lagi satu meteorit mendarat di laut dan disusul meteorit yang menabrak kota dengan perbedaan waktu sekitar sepuluh detik!” seru Keenan dengan tegas.Gigi Nathan sampai menggeretak karena membayangkan apa yang akan terjadi. Ia juga belum bisa berbuat apa-apa selagi menunggu.Ratusan kilometer hanya dilalui dengan sekejap mata. Meteorit berukuran enam puluh meter itu sekarang sudah di depan mata. Melewati atas kota dan berakhir di arah tenggara. Lebih tepatnya jatuh di laut dan menimbulkan dentuman yang luar biasa hebat.Air laut di sekitar titik jatuh meteorit langsung menyebar ke segala arah. Membentuk gelombang raksasa yang jauh lebih besar daripada tsunami pada umumnya. Kekuatan dari
Zach sudah berkeliling lebih dari lima kali. Tidak ada jalan keluar selain pintu masuk utama. Maksudnya, semua pintu sudah terkunci rapat. Ia mulai pasrah dengan keadaan. Menghadapi beberapa penjaga tentu saja bukanlah hal yang mudah. Apalagi siatuasi sedang tidak mendukung seperti ini.“Gue mau pasrah, tapi gue kan udah janji sama diri sendiri kalau gue bakal bantuin Keenan. Arghh!!!” Zach meremas rambutnya. Membuat rambut yang sudah disisir menjadi berantakan.“Zach lo—” panggil seseorang dari belakang.“Udah gue bilang jangan ikutin gue!” seru Zach sembari menoleh ke belakang.“Gue gak ngikutin lo.”“Eh? Aleysha? S-sorry gue kira … ah lupain.”“Lo kenapa? Ada sesuatu yang ganggu lo, kah?” tanya Aleysha penasaran.“G-gue … gue gak nemu pintu lain untuk keluar selain pintu utama. Ada banyak penjaga yang berada di sana jadi gue b
Suara gemuruh mulai terdengar sayup-sayup. Dari langit, sesuatu dengan cahaya yang amat terang bergerak dengan kecepatan supersonik. Menjadikan pusat perhatian orang-orang yang berada di area sekitar. Sayangnya itu semua hanya bisa disaksikan dalam hitungan detik.“Perhitunganku akurat. Beberapa pecahan menyebar ke arah Samudra, dan ada satu yang berdiameter tiga belas meter hendak menabrak kota kita. Ah pastikan semua sistem bekerja dengan baik, waktu kita kurang dari satu menit!”Serangan meteorit pertama dimulai. Benda berkecepatan 25 km/detik itu melaju sangat cepat. Warna jingga kekuningan dari api menyelimutinya. Seluruh penduduk mulai panik mengetahui hal itu.“Semua sudah siap. Nathan, Keenan, pastikan semua sistem di pasak tidak terjadi error!”Ribuan drone meningkatkan ketajaman kameranya. Dari jarak ratusan kilometer dari posisinya, drone-drone itu sudah bisa merekam aktivitas meteorit itu. Sep
Beberapa menit yang lalu sistem kembali memberikan informasi bahwa meteor akan memasuki lapisan atmosfer dalam kurun waktu kurang dari lima jam. Lebih mengerikannya lagi, setelah diteliti lebih jauh, diprediksi akan ada pecahan meteor terbesar yang mendarat dua puluh kilometer di arah tenggara kota. Untung saja daerah itu adalah pantai, jadi tidak mengenai kota secara langsung, walau tentu saja efek yang ditimbulkan pasti akan luar biasa hebat.Berita di televisi nasional maupun internasional ramai membicarakan persoalan benda luar angkasa tersebut. Hampir di setiap saluran membahas hal yang serupa. NASA dan badan antariksa di seluruh dunia turut merilis berita-berita prediksi berdasarkan pengamatan. Hal demikian membuat penduduk mulai resah dan khawatir.Keenan dan profesor sudah bekerja sama dengan polisi setempat untuk menutup akses keluar kota. Para penduduk diimbau untuk tetap berada di dalam kota dan mendiami rumah masing-masing. Namun, jika mereka masih merasa k
Dengan sigap Keenan langsung mengambil tindakan. Kebocoran pada selaput dibagian barat dikarenakan ada bagian yang eror di salah satu pasak akibat ada hantaman air tsunami tadi. Sayangnya hal itu tidak bisa diperbaiki hanya lewat sistem, harus terjun langsung ke lapangan untuk bisa menambal kebocoran itu.Keenan menyerahkan control system kepada Profesor David dan Theresa. Meminta tolong kepada kedua profesor itu untuk tetap berusaha me-nonaktifkan simulasi itu lewat sistem. Sebenarnya bisa saja dimatikan lewat sistem, hanya saja pusaran tornado tidak akan langsung menghilang begitu saja. Diperlukan proses bertahap hingga ukurannya menjadi kecil.“Kak, waktunya kayaknya gak bakal cukup. Perjalanan kita ke lokasi aja udah makan waktu sekitar lima menit,” ujar Nathan saat mereka masih di basement hendak masuk ke mobil.“Terus gimana? Lo mau biarin gedung-gedung itu hancur gitu aja?!” tanya Keenan dengan nada agak tinggi.