Share

Chapter 36

Author: keearfi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Belasan jam lamanya siswa team Goldstone mengudara. Tidak banyak kegiatan yang mereka lakukan. Kebanyakan hanya bermalas-malasan di ranjang sembari menikmati film. Selebihnya hanya menunggu waktu makan atau sekadar mandi jika tubuh mulai lengket.

Baik Nathan maupun Arga, mereka beberapa kali mengungsi ke tempat Keenan. Arga dengan alasan bosannya untuk mengajak Keenan menonton film bersama. Sedangkan Nathan yang selalu penasaran dengan aktivitas Keenan, barangkali kakak kelasnya itu melakukan sesuatu yang menyenangkan. Sementara Natashya banyak menghabiskan waktu bersama Annaliese. Entah menonton drama bersama atau menggosip. Mereka kelihatan sangat akrab.

Pesawat sedang mengambil ancang-ancang untuk mendarat. Berputar beberapa kali sebelum akhirnya menyentuh daratan Eropa. Guncangan sedikit terasa begitu roda mengenai permukaan jalan. Akhirnya awal yang baru akan segera dimulai.

Hembusan udara menyapu setiap wajah setiap orang. Memberikan efek yang cuk

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mission of Coordinate   Chapter 37

    Hari kedua di Eropa. Ray dan Violet sudah menunggu di lobby hotel. Sesuai rencana, mulai hari ini hingga hari sebelum pembelajaran Goldstone dimulai, mereka akan berkeliling Eropa. Mengunjungi berbagai landmark dan tentunya belajar mengenai sejarah. Ada beberapa negara yang mereka akan kunjungi. Negara pertama adalah posisi mereka saat ini, Inggris.“Sudah siap?” tanya Ray begitu melihat lima siswa Silverleaf keluar dari lift.“Siap, Kak!” jawab Arga semangat.Kali ini Ray dan Violet menyewa bus tingkat untuk menjelajahi kota. Hari masih pagi, orang-orang sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Beberapa orang paruh baya terlihat buru-buru dengan jas rapi. Para remaja berseragam terlihat di dalam bus menuju ke sekolah. Tak jarang juga banyak anak-anak yang ikut belanja orang tuanya di supermarket. Pagi ini suasana berawan. Matahari tak kunjung menampakkan dirinya di balik gumpalan awan.“Um, kalian udah pe

  • Mission of Coordinate   Chapter 38

    Pukul setengah tujuh tepat mereka sudah tiba di Bandara Internasional Leonardo da Vinci, Roma. Benar, negara tujuan kedua yaitu Italia. Tampak wajah-wajah mengantuk yang terlihat saat turun dari pesawat. Mereka tadi harus bergegas jam empat pagi. Selama dua setengah jam di perjalanan, mereka tidak ada yang tidak tidur.“Huaa Italia! Gue dateng pizza!” seru Nathan lantas menguap. Teman-teman lainnya masih mengantuk, mereka berjalan beriringan di belakang Nathan.“Ayo keburu kehabisan taksi,” ajak Ray menyuruh mereka lebih cepat. Taksi memang dibatasi jumlahnya perjam. Ray dan Violet tidak bisa memesan secara online, mereka harus datang langsung ke loket untuk memesan.Mereka yang masih mengantuk langsung menuju kamar mandi. Membasuh wajah supaya rasa kantuknya hilang. Sementara Ray dan Arga sudah melesat duluan. Mengejar jatah taksi sebelum kehabisan.Di halaman bandara, dua taksi sedang menunggu penumpangnya. Ray telah ber

  • Mission of Coordinate   Chapter 39

    Jerman menjadi destinasi selanjutnya. Negara dengan ibukota Berlin ini merupakan salah satu tujuan para pelajar di seluruh dunia. Selain karena biaya kuliah yang gratis, Jerman juga memiliki beribu alasan lainnya yang membuat pelajar mendatangi negara di Eropa Barat ini. Rombongan Silverleaf baru tiba pukul tujuh pagi tepat di Bandara Berlin Schonefeld. Mereka langsung bergegas menuju hotel. Hari ini Ray dan Violet tidak merencanakan tour kemana-mana. Mereka membebaskan siswa Silverleaf untuk mengeksplor Jerman sendiri. Lagi pula kebanyakan tempat wisata di Jerman hanya untuk berfoto. “Akhirnya bisa bebas!” seru Nathan. Ia bersama Arga dan Keenan baru saja membuka pintu ruangan mereka. Dengan sekejap ia langsung buru-buru menjatuhkan dirinya di ranjang. “Mau pada pergi jam berapa?” tanya Keenan yang baru mendaratkan bokong di pinggir ranjang. “Entah. Gue mau istirahat dulu pokoknya. Kita udah ke tiga negara dalam waktu empat hari,” jawab Arga

  • Mission of Coordinate   Chapter 40

    Jadwal yang telah direncanakan ternyata batal. Sebelumnya, Ray dan Violet akan mengajak siswa Silverleaf mengunjungi satu negara lagi sebelum memulai pembelajaran di Goldstone, tetapi karena ada suatu kendala akhirnya dibatalkan. Setelah menetap di Jerman selama satu hari, mereka langsung menuju ke negara tempat Goldstone berada. Salah satu negara di bagian Eropa Utara. Wilayah yang terkenal dengan musim dinginnya.Sesampainya di bandara internasional, mereka menyempatkan untuk sarapan di bandara. Kottbullar dan Capelinai yang menjadi menu utama.“Oh jadi Nathan sama Natashya ini masih kelas sepuluh?” tanya Violet. Mereka sedang membahas mengenai kehidupan di Silverleaf.“Iya, mereka keren sih bisa ngalahin ratusan siswa lainnya,” jawab Annaliese.“Ah iya ditambah si Natashya ini peringkat pertama di seleksi pertukaran pelajar,” tambah Arga melengkapi. Mendengar pujian itu, Natashya memilih diam dalam malu.&ldqu

  • Mission of Coordinate   Chapter 41

    Satu hari sebelum pembelajaran di Goldstone dimulai. Keenan, Arga, Nathan, Natashya, dan Annaliese harus mengurus beberapa keperluan. Dimulai dari pagi hari mereka harus menentukan jadwal yang akan diambilnya selama satu semester. Ada mata pelajaran wajib seperti matematika, sejarah, bahasa, dan pengetahuan umum. Selain itu, mereka juga diwajibkan memilih minimal dua mata pelajaran pilihan. Banyak variasi yang bisa mereka ambil seperti fisika, biologi, kimia, geografi, astronomi, seni, teknologi, dan lainnya.Urusan dilanjut dengan penyerahan beberapa barang yang harus mereka miliki selama menjadi siswa Goldstone. Seragam dari senin hingga jumat, kartu identitas, buku pelajaran, uang saku perbulan, dan beberapa berkas penting. Tidak cukup sampai disitu, mereka berlima juga harus mengisi data-data yang diperlukan.“Udah selesai kan?” tanya Nathan memastikan.“Udah.”Mereka baru saja keluar dari gedung tata usaha. Sebuah gedung yang

  • Mission of Coordinate   Chapter 42

    “Kalian jam pertama kelas apa?” Nathan bertanya sembari merapikan dasinya.“Gue astronomi,” jawab Keenan.“Biologi,” timpal Annaliese.“Bahasa,” sahut Arga dan Natashya bersamaan.“Gue juga astronomi, Kak,” kata Nathan.Mereka berlima baru saja kelar sarapan. Annaliese dan Natashya yang memanaskan makanan instan, itu lebih simpel ketimbang memasak. Di hari pertama ini jadwal mereka sudah berbeda. Siswa pertukaran pelajar memang sengaja dicampur dengan siswa Goldstone supaya mereka mudah membaur dan mempercepat adaptasi.Tidak ada sambutan spesial begitu mereka masuk kelas masing-masing. Hanya perkenalan singkat dilanjut pelajaran pada umumnya. Ada dua orang yang mengajar di kelas astronomi. Satu sudah sekitar 30-an tahun, sedangkan satunya lagi kelihatan masih mahasiswa.“… Lalu berdasarkan penjelasan saya tadi, apakah merkurius memiliki atmosfer? Ada yang bisa j

  • Mission of Coordinate   Chapter 43

    “Gila sih semua siswa di sini,” ucap Keenan asal.Keenan, Arga, Nathan, Natashya, dan Annaliese sedang berada di ruang tengah apartemen mereka. Hari pertama sekolah sudah usai, sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Walau baru hari pertama sekolah, mereka sudah mendapat banyak pandangan yang jauh berbeda mengenai Goldstone.“Gue setuju! Tadi bahkan di kelas gue ada yang ngerjain sepuluh soal dalam waktu tiga menit dan dia bener semua,” ungkap Annaliese.“Nah, gue juga waktu kelas matematika sama si Keenan, ada cewek si ranking satu itu. Dikasih dua puluh soal, dia cuma butuh waktu sepuluh menit buat ngerjain semuanya. Lo semua kebayang kan kalau namanya matematika itu hitungan semua, si Keenan aja ngerjain sekitar lima belas menit udah urutan keenam, gue udah urutan ketiga belas,” sahut Arga.“Lo sekelas lagi sama Aleysha itu, Kak?” tanya Nathan.Keenan mengangguk. “Dan gue

  • Mission of Coordinate   Chapter 44

    “Lo ada masalah apa sama Aleysha?” tanya seseorang yang menjejeri Keenan di perjalanannya menuju kantin.Kepala Keenan menoleh sembari mirings sedikit saat mendapati seseorang yang tidak asing baginya. “Lo…”“Gue Zach,” ucapnya sambil menjulurkan tangan.“Keenan.” Mereka berjabat tangan. Keenan sendiri sedikit merasa aneh karena seseorang yang terkesan jutek seperti Zach tiba-tiba menghampirinya.“Lo belum jawab pertanyaan gue.”“Ah masalah itu gak penting kok,” jawab Keenan.“Hm tapi yang gue tau Aleysha kalau punya masalah sama orang lain gak sampai kaya lo sekarang,” ucap Zach sembari melipat kedua tangan di depan dada.“Maksudnya?”“Kita bicarain di kantin aja,” ajak Zach.Setibanya di kantin, ratusan siswa sudah memadati setiap penjuru. Bola mata Keenan bergerak ke sana kemari mencari teman-temannya. Sa

Latest chapter

  • Mission of Coordinate   Epilog

    Satu tahun pasca kejadian meteor jatuh di sebuah kota di Benua Amerika. Seluruh wilayah terdampak sudah kembali normal. Pelestarian alam dilakukan secara besar-besaran. Hutan yang gundul akibat tsunami kini sudah kembali ditanami oleh pepohonan yang rimbun. Kerusakan-kerusakan juga sudah diperbaiki sedemikian rupa. Di hari yang sama dengan kejadian itu, semuanya juga sudah terungkap. Mulai dari Keysha yang menjadi dalang dalam kasus teror hingga kisah-kisah rumit yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Hari itu juga merupakan hari dimana Keenan merasa lega karena project garapannya berhasil melindungi dari serangan bencana alam. Akan tetapi, rasa lega itu menjadi sirna saat Keysha menghancurkannya. Gadis itu memang tidak pernah main-main dengan ucapannya untuk menghancurkan hidup Keenan. Dengan sekali pencet pada remote di telapak tangannya, seluruh gedung langsung dipenuhi gas beracun berwarna ungu. Kode-kode dari teror itu benar-benar nyata terjadi, bukan ancaman belaka. Saat i

  • Mission of Coordinate   Chapter 90

    “Keysha?!” ucap Keenan yang kaget begitu topeng sang pelaku terbuka. Situasi sudah aman terkendali jadi ia bisa langsung pulang ke rumah untuk bertemu dengan pelaku teror. Kedua profesornya yang akan mengambil alih sementara sambil menunggu situasi benar-benar pulih. Di perpustakaan ini juga sudah ada Nathan, Zach, dan Alyesha.Keysha adalah gadis yang dulu menjadi pasangan prom night Keenan saat kenaikan kelas di Silverleaf. Ia juga yang pernah datang ke rumah Keenan untuk menanyakan project tongkat buatannya.“Arghh! Lepasin gue!!!” Keysha yang baru saja sadar langsung meronta-meronta. Kedua kaki dan tangannya sudah diikat oleh tali khusus.“Dia temen sekolah lo kan, Keen?” tanya Aleysha.“Iya, tapi gue sama sekali gak nyangka kalau dia pelakunya selama ini.”“Lepasin gue, Keenan!” Seluruh tubuhnya masih menggeliat berharap ada ikatan tali yang longgar lalu lepas.

  • Mission of Coordinate   Chapter 89

    Keenan dengan kapsulnya sudah menunggu di luar gedung. Begitu terlihat Zach dan Aleysha keluar, ia langsung memberikan kode agar kedua temannya masuk ke kapsul. Kondisi kapsul masih dalam mode invisible sehingga mereka bertiga bisa bebas kemanapun tanpa diketahui sang pelaku teror yang mengawasi melalui kameradrone.“Hai Zach, Aleysha, akhirnya lo berdua ketemu sama tubuh gue yang asli,” sapa Keenan sambil mengendarai kapsulnya.“Isshh pembelahan diri lo bikin gue serem bayanginnya,” balas Aleysha.“Yaudah gak usah lo bayangin. Btw, kalian udah susun rencana kan?”“Gak ada rencana. Kita cuma ngelakuin semuanya secara spontan,” jawab Zach.“Eh?! Lo berdua tau kan kondisinya sekarang? Tsunami aja belum reda dan pelaku itu bisa dengan mudah non-aktifin selaput pelindung.”“Iya gue paham. Lo kasih ke kita aja denah rumah lo, nanti kita pikirin cara

  • Mission of Coordinate   Chapter 88

    Satu persatu posisi drone yang semulanya membentengi dari gelombang tsunami kini berpindah untuk melindungi meteorit dari serangan tsunami. Jutaan volume air itu seperti mengamuk dan dalam hitungan detik menerjang kota. Hal yang mengerikan yaitu seluruh kota tenggelam karena ketinggian dari tsunami melebihi seluruh bangunan di kota, melewati atas kubah selaput.Selaput pelindung masih bekerja efektif walaupun keadaannya seperti berada di akuarium bawah laut. Barang-barang yang terseret ombak dapat terlihat dengan jelas. Untung saja selaput mampu menahan kekuatan tsunami dengan baik, sehingga hanya menimbulkan tetesan-tetesan seperti hujan.Seluruh penduduk bergidik ngeri melihat seluruh kejadian. Mereka seperti terperangkap di dalam sebuah dome di bawah air. Tidak bisa kemana-mana sebelum tsunami mereda. Apalagi ditambah ada hujan batu akibat proses pemecahan meteorit. Semuanya terlihat kacau.“Nathan, air tsunami bisa sampai kota sebelah

  • Mission of Coordinate   Chapter 87

    WHRROOMMM!!! Getaran hebat terjadi di setiap daerah yang dilintasi oleh meteorit itu. Api yang menyelimutinya sempat membuat sejumlah area di hutan yang dilaluinya terbakar. Orang-orang yang melihatnya menjadi terpaku di tempat.“Tiga puluh detik lagi satu meteorit mendarat di laut dan disusul meteorit yang menabrak kota dengan perbedaan waktu sekitar sepuluh detik!” seru Keenan dengan tegas.Gigi Nathan sampai menggeretak karena membayangkan apa yang akan terjadi. Ia juga belum bisa berbuat apa-apa selagi menunggu.Ratusan kilometer hanya dilalui dengan sekejap mata. Meteorit berukuran enam puluh meter itu sekarang sudah di depan mata. Melewati atas kota dan berakhir di arah tenggara. Lebih tepatnya jatuh di laut dan menimbulkan dentuman yang luar biasa hebat.Air laut di sekitar titik jatuh meteorit langsung menyebar ke segala arah. Membentuk gelombang raksasa yang jauh lebih besar daripada tsunami pada umumnya. Kekuatan dari

  • Mission of Coordinate   Chapter 86

    Zach sudah berkeliling lebih dari lima kali. Tidak ada jalan keluar selain pintu masuk utama. Maksudnya, semua pintu sudah terkunci rapat. Ia mulai pasrah dengan keadaan. Menghadapi beberapa penjaga tentu saja bukanlah hal yang mudah. Apalagi siatuasi sedang tidak mendukung seperti ini.“Gue mau pasrah, tapi gue kan udah janji sama diri sendiri kalau gue bakal bantuin Keenan. Arghh!!!” Zach meremas rambutnya. Membuat rambut yang sudah disisir menjadi berantakan.“Zach lo—” panggil seseorang dari belakang.“Udah gue bilang jangan ikutin gue!” seru Zach sembari menoleh ke belakang.“Gue gak ngikutin lo.”“Eh? Aleysha? S-sorry gue kira … ah lupain.”“Lo kenapa? Ada sesuatu yang ganggu lo, kah?” tanya Aleysha penasaran.“G-gue … gue gak nemu pintu lain untuk keluar selain pintu utama. Ada banyak penjaga yang berada di sana jadi gue b

  • Mission of Coordinate   Chapter 85

    Suara gemuruh mulai terdengar sayup-sayup. Dari langit, sesuatu dengan cahaya yang amat terang bergerak dengan kecepatan supersonik. Menjadikan pusat perhatian orang-orang yang berada di area sekitar. Sayangnya itu semua hanya bisa disaksikan dalam hitungan detik.“Perhitunganku akurat. Beberapa pecahan menyebar ke arah Samudra, dan ada satu yang berdiameter tiga belas meter hendak menabrak kota kita. Ah pastikan semua sistem bekerja dengan baik, waktu kita kurang dari satu menit!”Serangan meteorit pertama dimulai. Benda berkecepatan 25 km/detik itu melaju sangat cepat. Warna jingga kekuningan dari api menyelimutinya. Seluruh penduduk mulai panik mengetahui hal itu.“Semua sudah siap. Nathan, Keenan, pastikan semua sistem di pasak tidak terjadi error!”Ribuan drone meningkatkan ketajaman kameranya. Dari jarak ratusan kilometer dari posisinya, drone-drone itu sudah bisa merekam aktivitas meteorit itu. Sep

  • Mission of Coordinate   Chapter 84

    Beberapa menit yang lalu sistem kembali memberikan informasi bahwa meteor akan memasuki lapisan atmosfer dalam kurun waktu kurang dari lima jam. Lebih mengerikannya lagi, setelah diteliti lebih jauh, diprediksi akan ada pecahan meteor terbesar yang mendarat dua puluh kilometer di arah tenggara kota. Untung saja daerah itu adalah pantai, jadi tidak mengenai kota secara langsung, walau tentu saja efek yang ditimbulkan pasti akan luar biasa hebat.Berita di televisi nasional maupun internasional ramai membicarakan persoalan benda luar angkasa tersebut. Hampir di setiap saluran membahas hal yang serupa. NASA dan badan antariksa di seluruh dunia turut merilis berita-berita prediksi berdasarkan pengamatan. Hal demikian membuat penduduk mulai resah dan khawatir.Keenan dan profesor sudah bekerja sama dengan polisi setempat untuk menutup akses keluar kota. Para penduduk diimbau untuk tetap berada di dalam kota dan mendiami rumah masing-masing. Namun, jika mereka masih merasa k

  • Mission of Coordinate   Chapter 83

    Dengan sigap Keenan langsung mengambil tindakan. Kebocoran pada selaput dibagian barat dikarenakan ada bagian yang eror di salah satu pasak akibat ada hantaman air tsunami tadi. Sayangnya hal itu tidak bisa diperbaiki hanya lewat sistem, harus terjun langsung ke lapangan untuk bisa menambal kebocoran itu.Keenan menyerahkan control system kepada Profesor David dan Theresa. Meminta tolong kepada kedua profesor itu untuk tetap berusaha me-nonaktifkan simulasi itu lewat sistem. Sebenarnya bisa saja dimatikan lewat sistem, hanya saja pusaran tornado tidak akan langsung menghilang begitu saja. Diperlukan proses bertahap hingga ukurannya menjadi kecil.“Kak, waktunya kayaknya gak bakal cukup. Perjalanan kita ke lokasi aja udah makan waktu sekitar lima menit,” ujar Nathan saat mereka masih di basement hendak masuk ke mobil.“Terus gimana? Lo mau biarin gedung-gedung itu hancur gitu aja?!” tanya Keenan dengan nada agak tinggi.

DMCA.com Protection Status