Pukul setengah tujuh tepat mereka sudah tiba di Bandara Internasional Leonardo da Vinci, Roma. Benar, negara tujuan kedua yaitu Italia. Tampak wajah-wajah mengantuk yang terlihat saat turun dari pesawat. Mereka tadi harus bergegas jam empat pagi. Selama dua setengah jam di perjalanan, mereka tidak ada yang tidak tidur.
“Huaa Italia! Gue dateng pizza!” seru Nathan lantas menguap. Teman-teman lainnya masih mengantuk, mereka berjalan beriringan di belakang Nathan.
“Ayo keburu kehabisan taksi,” ajak Ray menyuruh mereka lebih cepat. Taksi memang dibatasi jumlahnya perjam. Ray dan Violet tidak bisa memesan secara online, mereka harus datang langsung ke loket untuk memesan.
Mereka yang masih mengantuk langsung menuju kamar mandi. Membasuh wajah supaya rasa kantuknya hilang. Sementara Ray dan Arga sudah melesat duluan. Mengejar jatah taksi sebelum kehabisan.
Di halaman bandara, dua taksi sedang menunggu penumpangnya. Ray telah ber
Jerman menjadi destinasi selanjutnya. Negara dengan ibukota Berlin ini merupakan salah satu tujuan para pelajar di seluruh dunia. Selain karena biaya kuliah yang gratis, Jerman juga memiliki beribu alasan lainnya yang membuat pelajar mendatangi negara di Eropa Barat ini. Rombongan Silverleaf baru tiba pukul tujuh pagi tepat di Bandara Berlin Schonefeld. Mereka langsung bergegas menuju hotel. Hari ini Ray dan Violet tidak merencanakan tour kemana-mana. Mereka membebaskan siswa Silverleaf untuk mengeksplor Jerman sendiri. Lagi pula kebanyakan tempat wisata di Jerman hanya untuk berfoto. “Akhirnya bisa bebas!” seru Nathan. Ia bersama Arga dan Keenan baru saja membuka pintu ruangan mereka. Dengan sekejap ia langsung buru-buru menjatuhkan dirinya di ranjang. “Mau pada pergi jam berapa?” tanya Keenan yang baru mendaratkan bokong di pinggir ranjang. “Entah. Gue mau istirahat dulu pokoknya. Kita udah ke tiga negara dalam waktu empat hari,” jawab Arga
Jadwal yang telah direncanakan ternyata batal. Sebelumnya, Ray dan Violet akan mengajak siswa Silverleaf mengunjungi satu negara lagi sebelum memulai pembelajaran di Goldstone, tetapi karena ada suatu kendala akhirnya dibatalkan. Setelah menetap di Jerman selama satu hari, mereka langsung menuju ke negara tempat Goldstone berada. Salah satu negara di bagian Eropa Utara. Wilayah yang terkenal dengan musim dinginnya.Sesampainya di bandara internasional, mereka menyempatkan untuk sarapan di bandara. Kottbullar dan Capelinai yang menjadi menu utama.“Oh jadi Nathan sama Natashya ini masih kelas sepuluh?” tanya Violet. Mereka sedang membahas mengenai kehidupan di Silverleaf.“Iya, mereka keren sih bisa ngalahin ratusan siswa lainnya,” jawab Annaliese.“Ah iya ditambah si Natashya ini peringkat pertama di seleksi pertukaran pelajar,” tambah Arga melengkapi. Mendengar pujian itu, Natashya memilih diam dalam malu.&ldqu
Satu hari sebelum pembelajaran di Goldstone dimulai. Keenan, Arga, Nathan, Natashya, dan Annaliese harus mengurus beberapa keperluan. Dimulai dari pagi hari mereka harus menentukan jadwal yang akan diambilnya selama satu semester. Ada mata pelajaran wajib seperti matematika, sejarah, bahasa, dan pengetahuan umum. Selain itu, mereka juga diwajibkan memilih minimal dua mata pelajaran pilihan. Banyak variasi yang bisa mereka ambil seperti fisika, biologi, kimia, geografi, astronomi, seni, teknologi, dan lainnya.Urusan dilanjut dengan penyerahan beberapa barang yang harus mereka miliki selama menjadi siswa Goldstone. Seragam dari senin hingga jumat, kartu identitas, buku pelajaran, uang saku perbulan, dan beberapa berkas penting. Tidak cukup sampai disitu, mereka berlima juga harus mengisi data-data yang diperlukan.“Udah selesai kan?” tanya Nathan memastikan.“Udah.”Mereka baru saja keluar dari gedung tata usaha. Sebuah gedung yang
“Kalian jam pertama kelas apa?” Nathan bertanya sembari merapikan dasinya.“Gue astronomi,” jawab Keenan.“Biologi,” timpal Annaliese.“Bahasa,” sahut Arga dan Natashya bersamaan.“Gue juga astronomi, Kak,” kata Nathan.Mereka berlima baru saja kelar sarapan. Annaliese dan Natashya yang memanaskan makanan instan, itu lebih simpel ketimbang memasak. Di hari pertama ini jadwal mereka sudah berbeda. Siswa pertukaran pelajar memang sengaja dicampur dengan siswa Goldstone supaya mereka mudah membaur dan mempercepat adaptasi.Tidak ada sambutan spesial begitu mereka masuk kelas masing-masing. Hanya perkenalan singkat dilanjut pelajaran pada umumnya. Ada dua orang yang mengajar di kelas astronomi. Satu sudah sekitar 30-an tahun, sedangkan satunya lagi kelihatan masih mahasiswa.“… Lalu berdasarkan penjelasan saya tadi, apakah merkurius memiliki atmosfer? Ada yang bisa j
“Gila sih semua siswa di sini,” ucap Keenan asal.Keenan, Arga, Nathan, Natashya, dan Annaliese sedang berada di ruang tengah apartemen mereka. Hari pertama sekolah sudah usai, sekarang jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Walau baru hari pertama sekolah, mereka sudah mendapat banyak pandangan yang jauh berbeda mengenai Goldstone.“Gue setuju! Tadi bahkan di kelas gue ada yang ngerjain sepuluh soal dalam waktu tiga menit dan dia bener semua,” ungkap Annaliese.“Nah, gue juga waktu kelas matematika sama si Keenan, ada cewek si ranking satu itu. Dikasih dua puluh soal, dia cuma butuh waktu sepuluh menit buat ngerjain semuanya. Lo semua kebayang kan kalau namanya matematika itu hitungan semua, si Keenan aja ngerjain sekitar lima belas menit udah urutan keenam, gue udah urutan ketiga belas,” sahut Arga.“Lo sekelas lagi sama Aleysha itu, Kak?” tanya Nathan.Keenan mengangguk. “Dan gue
“Lo ada masalah apa sama Aleysha?” tanya seseorang yang menjejeri Keenan di perjalanannya menuju kantin.Kepala Keenan menoleh sembari mirings sedikit saat mendapati seseorang yang tidak asing baginya. “Lo…”“Gue Zach,” ucapnya sambil menjulurkan tangan.“Keenan.” Mereka berjabat tangan. Keenan sendiri sedikit merasa aneh karena seseorang yang terkesan jutek seperti Zach tiba-tiba menghampirinya.“Lo belum jawab pertanyaan gue.”“Ah masalah itu gak penting kok,” jawab Keenan.“Hm tapi yang gue tau Aleysha kalau punya masalah sama orang lain gak sampai kaya lo sekarang,” ucap Zach sembari melipat kedua tangan di depan dada.“Maksudnya?”“Kita bicarain di kantin aja,” ajak Zach.Setibanya di kantin, ratusan siswa sudah memadati setiap penjuru. Bola mata Keenan bergerak ke sana kemari mencari teman-temannya. Sa
Hujan deras membasahi kawasan Goldstone. Dari kemarin sore hingga hari ini hujan tak kunjung reda. Lebih cepat dari hari di kalender, sekarang sudah akhir pekan. Itu tandanya tidak ada kegiatan pembelajaran di Goldstone. Kecuali siswa yang memiliki kegiatan tambahan seperti urusan GYO atau pertemuan ekstrakurikuler. Selama beberapa hari menjadi siswa Goldstone, Keenan, Arga, Nathan, Natashya, dan Annaliese masih bisa menyeimbangkan dengan kemampuan mereka. Realita di sini ternyata tidak seseram yang diceritakan orang-orang atau mungkin karena mereka baru menjalani sepekan jadi belum tahu seluruhnya, entahlah. Beberapa hari belakangan tidak banyak kejadian yang terlalu penting. Hanya saja Keenan yang beberapa kali mendapat gangguan dari Aleysha, tetapi ia memilih mengabaikan gadis itu. Nathan berhasil mendekati Kim Young-Rae si ranking tiga dan sudah beberapa kali terlihat bersama. Arga sedang proses berkenalan dengan Edward, ia beberapa kali ikut bergabung dengan ke
“Speakeenan, kasih aku informasi tentang Aleysha Azura,” ucap Natashya. Semakin hari ia semakin penasaran dengan sosok Aleysha itu. “Aleysha Azura adalah siswa Goldstone kelas XI. Ia lahir—” “Bukan identitas pribadi. Maksudku, Alyesha memiliki sifat seperti apa? Apakah dia psikopat atau bagaimana?” “Aleysha hanyalah siswa Goldstone biasa. Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa karena tuntutan orang tuanya. Jika nilainya tidak sempurna, Aleysha akan dihukum oleh orang tuanya di ruang bawah tanah. Oleh karena itu ia sedikit sensitif terhadap nilai. Aleysha sebenarnya orang yang memiliki banyak tekanan, tetapi ia berusaha menutupi hal itu di sekolah.” “Ah begitu rupanya. Em… bagaimana dengan hubungan asmaranya?” “Aleysha tidak terlalu memikirkan tentang hubungan asmaranya. Tidak mendapat hukuman dari orang tuanya adalah hal terpenting bagi dirinya. Namun, mengenai perasaan seseorang yang sebenarnya, Speakeenan tidak dapat menemukan informasi lebi