• Chapter 79 & 80 : Chapter di mana Aquila, Revel, sama Alaster ngumpul buat diskusi rencana • Chapter 61 : Chapter di mana Aquila nggak sengaja denger percakapan Zeline yang mau bunuh dia. • Chapter 39 : Chapter di mana Aquila ketemu Madam Gienka yang ngasih dia bubuk ungu yang bisa nuntun Aquila ke tempat Madam Gienka berada.
"Semuanya, sosok yang saat ini aku bawa adalah Madam Gienka, ia adalah seorang penyihir hitam yang bekerja sama dengan seseorang yang sangat kalian kenali. Seseorang yang selama ini kalian anggap bagaikan malaikat." Revel menjelaskan.'Siapa?' ini adalah pertanyaan yang menghinggapi kepala mereka.Siapa yang berani bekerja sama dengan seorang penyihir hitam?"Seseorang itu, tidak lain dan tidak bukan adalah Nona Zeline Aideos." Ucapan Revel sukses membuat kericuhan. "Nona Aideos mengikat perjanjian dengan Madam Gienka untuk memudahkannya menjadi putri mahkota." Sekali lagi, Revel menegaskan.***"A- apa katanya? N- nona Zeline?""Apakah ini lelucon?""Tidak mungkin Nona Zeline yang itu kan...""Hey, memangnya kau pikir Nona Zeline yang mana lagi?""Rasanya mustahil kalau Nona Zeline bekerja sama dengan seorang penyihir hitam, ia tidak mungkin melakukannya, aku yakin, Nona Zeline pasti sedang dijebak!""Huh, dasar, penggemar Nona Zeline ini ternyata sangat delusional, ya?"Lalu begitu
Tanpa mereka sadari, tanpa seorangpun yang menyadari, Zero memandangi mereka dengan mata sayunya, tubuhnya terbaring lemah dengan kesadaran yang nyaris hilang. Tubuh Zero terasa lemah, pikirannya kosong, ia sendiri pun juga tak menyangka apa yang baru saja nyaris dilakukannya. Ia nyaris membunuh Aquila, sahabat masa kecilnya, dengan kedua tangannya sendiri. Air mata Zero menetes, ia gelap mata, ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri, ia tak kuasa menolak pengaruh dari sihir hitam itu. Zero benar-benar merasa bersalah sekaligus menyesal, ia tahu setelah keadaan mereda, semua tak akan kembali seperti semula. Zero telah melakukan kesalahan besar, dan ia pun tahu kalau dirinya tak pantas untuk dimaafkan. *** Satu hari telah berlalu semenjak kekacauan tak terduga itu, namun, orang-orang masih belum bisa berhenti membicarakan tentang kejadian itu, malah, semakin lama mereka berbincang, semakin banyak prasangka dan dugaan tak berdasar keluar dari mulut mereka. Yang jelas, kejadi
Lily adalah salah satu dayang Zeline yang berasal dari kalangan bawah, Lily sangat setia dan tulus dalam melayani atasannya. Awalnya, Lily merasa sangat bangga dan terhormat sebab diterima menjadi dayang seorang bangsawan yang selama ini sangat ia kagumi, seorang bangsawan yang selama ini dikenal atas kebaikannya, yakni Zeline. Namun hal itu tidak bertahan lama, sebab tibalah hari ini, hari di mana semua sifat asli Zeline terbongkar. Hari di mana Lily akhirnya mengetahui jika majikannya itu tak sebaik yang ia kira. Lily melihat wajah pucat majikannya yang sedang berbaring itu bergantian dengan wajah seorang tabib yang tengah mengobatinya. Tabib itu melumatkan beberapa bahan herbal menjadi satu, lantas menuangkan beberapa tetes ke dalam mulut Zeline. Lily memerhatikan setiap hal yang dilakukan tabib itu dengan saksama. Kali ini, tabib itu menyentuh permukaan tangan Zeline, memeriksa suhunya. Saat ini, suhu Zeline sudah lebih normal dibanding hari kemarin, tubuhnya sudah tidak sedi
Zero kembali memasuki ruang kerjanya, ia mengambil secarik kertas beserta sebuah pena dan tinta.Zero tahu, ia harus sesegera mungkin memperbaiki hubungannya dengan Aquila, bukan karena untuk membuktikan ucapannya terhadap Sang Kaisar, melainkan, tulus dari lubuk hatinya, ia sungguh merasa menyesal dengan seluruh perbuatannya.Yang Zero tidak tahu, apakah Aquila masih sudi berbincang dengannya? Apakah Aquila masih sudi melihat batang hidungnya? Zero tak akan mendapatkan jawabannya jika ia tidak mencoba.Dengan begitu, dengan sebilah pena di tangannya, ia menuliskan surat dengan kata-kata yang tulus, untuk Aquila. Zero berharap hubungannya dengan Aquila masih dapat diperbaiki.Semoga.***~~~Belakangan ini, aku bahkan tidak bisa merasa tenang, aku terus memikirkan segala kesalahan yang telah aku perbuat kepadamu.Untuk itu, izinkanlah aku untuk memperbaiki segalanya, aku akan mencoba untuk memperbaiki hubungan kita menjadi seperti dulu lagi.Siang ini, setelah jam makan siang, aku aka
Suasana langsung terasa hangat, mereka semua bercengkrama, membahas banyak hal. Ada kalanya mereka tertawa bersama ketika salah satu dari mereka melempar candaan, ada kalanya pula mereka membahas hal yang lebih serius.Waktu terasa begitu cepat, namun, suasana hangat ini mendadak menjadi canggung ketika Rose membuka suara."Nona Aquila, kau pun tahu jika Yang Mulia Putra Mahkota melakukan hal itu tanpa kesadarannya, jadi, apakah kau akan memilih memaafkannya atau justru kau akan membencinya atas semua yang telah terjadi?"Pertanyaan Rose itu jelas membuat suasana mendadak hening.Aquila menghela napas, ia sendiri pun merasa dilema dengan apa yang dirasakannya.Aquila tahu ini bukan sepenuhnya kesalahan Zero, tapi di sisi lain, rasanya berat untuk memaafkan."Entahlah." Aquila memilih untuk tidak menjawab.***Hari ini adalah hari ke empat setelah kekacauan terjadi.Silau.Wanita yang kini tengah terbaring lemah di atas ranjang, merasa bahwa sinar matahari yang menerpa wajahnya terasa
Halooo semuanya! Alet di sini! Jadi, hari ini, (tepatnya tanggal 18 Juni) satu tahun yang lalu, adalah hari dimana aku pertama kali publish cerita Miss Villain and The Protagonist! Yay! Sudah satu tahun lamanya aku publish cerita yang jadi cerita pertamaku di Goodnovel! Satu tahun, beneran nggak berasa, aku masih ngerasa kayak baru kemarin aku ngepost cerita, hehe. Dalam satu tahun ini, aku ngerasa dapat banyak feedback yang bagus dari kalian, jumlah pembaca, komentar, followers, gems, aku gak sama sekali gak nyangka, loh, padahal pas awal aku publish, aku sempet ngerasa salah platform karena mayoritas cerita itu tentang CEO, atau tentang perselingkuhan. (Aku juga pengen bikin cerita yang mengusung tema itu, tapi otakku gak nyampe mweheheh.) Bahkan, aku masih inget, pas aku sempet nggak update beberapa bulan karena lagi (sok) sibuk di rl, banyak komentar yang masuk, nyariin aku dan minta untuk update, hahaha, aku seneng banget. Intinya, buat kalian yang udah support, baik itu beru
Beberapa hari yang lalu, Aquila dengan berat hati pernah menolak untuk bertemu dengan Iluka yang datang mengunjunginya.Aquila memang merasa tak enak hati, tapi, itulah keputusan yang terbaik untuknya kala itu mengingat ia masih terguncang akibat kejadian dimana dirinya nyaris dieksekusi di depan umum.Saat itu, Iluka segera mengangkat kakinya ketika Ahn menyampaikan apa yang Aquila ucapkan, tetapi, Iluka mengatakan ia akan datang lagi untuk menemui Aquila jika Aquila sudah merasa lebih baik. Setidaknya, itulah yang Ahn sampaikan padanya.Maka, inilah saatnya.Aquila menuruni tangga dengan perlahan, bersiap menyambut Pangeran Iluka yang telah tiba di kediamannya.Bersiap menyambut Pangeran yang tidak lain tidak bukan adalah adik dari sosok yang nyaris memenggal kepalanya.***Aquila menyapa Iluka yang berpakaian lebih kasual dibanding biasanya, lalu duduk pada kursi yang terletak persis di hadapan Iluka."Aku segera turun begitu melihat kereta kuda yang kau tumpangi telah tiba, maaf j
Zero menenggak minuman beralkohol langsung dari botolnya tanpa memedulikan efek samping apa yang akan ia rasakan setelahnya. Yang Zero pedulikan hanyalah ia ingin sebentar saja merasa tenang, setidaknya ia ingin bisa lepas dari perasaan bersalah itu barang sebentar saja.Zero meringis, mencengkram kepalanya yang mulai terasa pening. Belakangan ini ia terus saja terbayang-bayang dengan peristiwa itu, peristiwa di mana ia nyaris memenggal kepala Aquila di depan umum dengan kedua tangannya sendiri.Pria itu sungguh merasa bersalah, ia sungguh tak kuasa, ingin rasanya ia menangis dan berteriak sekencang-kencangnya melampiaskan semua rasa sesak di dada.Namun yang bisa ia lakukan hanyalah terisak, menutup wajah dengan kedua telapak tangannya seraya berbisik, "Aquila ... Maafkan aku..."***Zero sebenarnya mendengar suara ketukan pintu yang sedari tadi mengusik ketenangannya itu, tapi Zero memilih untuk mengabaikannya selain karena ia malas untuk bertemu siapapun, kepalanya saat ini terasa