Share

4. Nata Alfathan.

Author: HaifaKamila
last update Last Updated: 2021-04-16 15:48:38

Terpaksa, Misha langsung pamit pada wali kelasnya saat itu dengan alasan lagi tidak enak badan. Misha misuh-misuh sembari mengemasi peralatan sekolah untuk dimasukkan ke ransel. Dasar Dewa Asmara yang tak sabaran! Dirinya jadi harus membohongi orang tua yang sudah tulus memberikan ilmu yang bermanfaat selama ini.

Maafkan Misha, Bu Guru. Perasaan bersalah menyeruak masuk ke relung hati membuatnya mengembuskan napas panjang. Baiklah mari tahan sebentar saja, setelah mendengarkan usulan dari Dewa Asmara, gadis itu akan langsung menghajarnya habis-habisan.

Tempat janjian yang dimaksud Dewa Asmara adalah cafe khusus tempat biasanya para dewa yang mengelola sistem di Bumi Pertiwi berkumpul untuk mendiskusikan berbagai hal, lebih tepatnya kedua orang itu bukan berkumpul di ruang utama yang jadi tempat paling sakral, melainkan di ruangan bawah tanah yang terbilang tertutup—pilihan yang kurang tepat.

"Pengap, Dew!" serunya menyengau, berakhir nasalisasi. Lain kali, Misha yang harus duluan memilih tempat janjian selanjutnya nanti dan tidak membiarkan Dewa Asmara yang menetapkan sedikit pun.

"Siapa suruh lo nggak bawa masker waktu perjalanan? I mean, at least biar napas lo buat sementara nggak bakal bengek sampe selesai." Dewa Asmara menjawab acuh tak acuh membuat Misha melotot dongkol.

Dia menyodorkan satu lembar kertas ke arah Misha yang menutup hidung karena debu-debu yang menyesakkan paru-paru berharga miliknya. Dewa Asmara yang melihat itu melengos, menjentikkan jari yang dengan ajaib memunculkan gelembung transparan yang terdapat cadangan oksigen yang melimpah ruah.

"Dari tadi kek! Lo mau bikin gue mati perlahan?" Misha sesegera mungkin meraup udara sebanyak yang dia bisa, lantas baru merilekskan badannya ke sandaran kursi.

"Niatnya, sih, begitu, tapi nggak jadi." Dewa Asmara menggedikkan bahu cuek membuat Misha mencebik, merasa kesal bukan kepalang.

Misha mengalihkan atensi ke sekitar, gelembung yang dibuat Dewa Asmara sepertinya dapat bertahan lama. Tak gampang pecah saat disentuh, dewa, kan, memang selalu bisa melakukan segalanya, termasuk menciptakan gelembung berwarna bening ini.

Mungkin hal kecil semacam ini bukanlah apa-apa baginya.

Misha meraih selembar kertas yang disodorkan Dewa Asmara, kemudian membacanya dengan saksama. Tidak berselang lama, gadis berbadan ideal tersebut mengembalikannya. Berkata dengan nada yang terkesan sedikit menyindir, "Seriusan ini mau dijadiin tempat rekomendasi, Dewa?"

Anggukan singkat didapatnya.

"Jadi maksudnya gue mau ditugaskan buat menjelajahi tempat yang ada di dalam sini, betul?" Tatapan Misha sekarang seolah ingin menerkamnya hidup-hidup.

"Correct. Misha gue ternyata pintar sekali," timpal Dewa Asmara enteng dan wajahnya nampak tenang, aura menakutkan dari Misha sama sekali tak mampu menggoyahkan imannya.

"Dasar psikopat," umpatnya jengkel. Coba pikirkan, bagaimana mungkin Dewa Asmara berniat membuangnya ke tempat-tempat laknat bagai neraka seperti ini? Dufan, bioskop, diskotik, dan sejenisnya tak ada yang terlewat di kertas pemberian lelaki suci itu.

Dewa itu mau memperbudaknya? Ini, kan, tempat-tempat yang dipenuhi para pasangan yang dimabuk asmara di akhir pekan—menjadi nomor kesekian yang dibenci Misha!

"Dewa yang setampan ini lo katain psikopat? Mata lo buram?" Dewa mendengkus kasar, lalu menyeringai lebar. Ya, itu sedikit melukai egonya, tetapi tak masalah asal Misha mengikuti perintahnya.

"Dih, narsis betul. Mentang-mentang dewa." Faktanya Dewa Asmara tidak terpengaruh cibiran yang diutarakan  oleh Misha. Yaitu karena dia sendiri tercipta dari separuh unsur cahaya dan cinta abadi yang merupakan pelengkap elemen kekuatannya.

"Gue nggak mau ada penolakan, percuma. Lo siap-siap gue kirim, Sha." Nada bicara Dewa Asmara terdengar dingin, manifestasi merajuk. Laki-laki yang kepalanya terdapat perhiasan emas murni itu diam membisu sambil menjentikkan jari sekali lagi.

"Tunggu! Gue belum selesai ngo—" Dewa Asmara menatap Misha, sorot mata yang tajam bagai belati yang menusuk organ vital membuat gadis itu meringis.

"Bawel." Misha dibuat kelabakan menggapai satu lembar kertas tadi dan sebuah pulpen di genggaman. Dewa Asmara langsung membuatnya berteleportasi ke destinasi pertama yang gadis itu wajib kunjungi.

Kelopak matanya terbuka setengah. Manik Misha sontak membulat kaget ketika menyadari sudah berpijak di taman SMA Merpati Biru. Pupil hitam itu menekuri secarik kertas dan taman itu secara bergilir, dadanya berdebar skeptis.

Brengsek, brengsek, brengsek! Apakah dia mencoba untuk bermain-main atau mengelabuinya? Misha menggeram keras. Urat-urat di leher sampai menonjol serta dadanya pun ikut kembang-kempis karena sudah membendung rasa berang. Hormon datang bulannya berkecamuk tidak keruan.

"Si Dewa Asmara benar-benar kurang ajar! Lihat aja gue nanti bakal kasih surat resign jadi cupid. Sialan." Amarah Misha hampir tidak terkontrol kalau saja seandainya tak ada orang yang menegurnya.

"Dewa Asmara? Lo salah satu cupid yang terpilih? Bukannya makhluk mitologi itu cuman mitos belaka? Mana buktinya?" Misha seketika membatu saat derap langkah terdengar dari arah belakang, amarah seolah padam guna dipakai mengumpulkan keberanian agar bisa menoleh, mengecek kehadiran sosok yang tidak diundang.

"Coba lo ceritain yang lo tau sedetail mungkin kalo saran gue, deh." Hantu ganteng! Eh, bukan hantu rupanya.

Misha berjengit menemukan manusia di taman yang sepi kecuali saat jam istirahat. Bulu di tengkuk rasanya meremang tatkala cowok itu berbisik di dekat telinga Misha. Kok, sensasinya terasa mendadak seperti film-film horor yang pernah ditontonnya? Huwaaa!

Nata Alfathan, cowok most wanted yang banyak digandrungi cewek-cewek kini dikabari tengah dekat dengan seorang gadis yang sama-sama idaman, Karin Theona.

Tidak sedikit murid yang menjodoh-jodohkan kedua insan itu karena mereka berdua katanya serasi sebab Nata dan Karin tak pernah absen menduduki peringkat atas pararel. Yah, pasangan anak manusia yang menakjubkan, tetapi justru Misha tidak pernah menemukan nama mereka di catatan Dewa Asmara.

Misha berusaha menggali ingatan yang dimiliki. Apakah mungkin nama mereka berdua terdaftar di kamus salah satu cupid lain yang menjadi anak buah Dewa Asmara? Sesuatu yang agak mengherankan. Akan tetapi, karena ini menyangkut rahasia bahwa ada populasi cupid—entah generasi tua atau muda yang tersebar ke seluruh dunia dalam bahaya.

Misha meneguk saliva dengan kasar, keselamatan mereka semua ada di tangannya. Apa yang harus dirinya dilakukan? Jujur saja atau kembali berdalih karena ini mempertaruhkan gelar dan nyawa para cupid sekalian?

"G-gue lupa tadi gue ngomong apa," jawab Misha mengulas senyum kikuk. Cowok bernama Nata itu menatapnya datar. Oh, tidak-tidak. Gadis manis itu memohon, asan tak asan jikalau juru selamat muncul di situasi krisis ini.

"Oh, begitu?"

Misha menahan napas, takut-takut karena suaranya seperti tak yakin atas alibinya.

"Oke, gue cukup tau." Memasukkan tangan ke saku celana, Nata berbalik setelah melirik Misha yang dibanjiri keringat dingin sekilas. Apanya yang cukup tahu? Apakah cowok bak artis itu tak percaya?

"Gue mau bikin kesepakatan. Wait!" Dasarnya Misha yang tidak pandai berbohong langsung berlari kocar-kacir untuk mencegat langkah lebar Nata yang ringan. Membentangkan kedua tangan, deru napas gadis itu  memburu.

Nata bungkam saat dicerca berbagai pertanyaan dari Misha, enggan untuk membeberkan apa yang dia dengar selama gadis itu sibuk bergumam.

"Please, answer me! Ayo, kasih tau gue segala info yang lo tau dari tadi, Nat." Misha sudah menggigit jempol resah di hadapan Nata, memperlihatkan sisi lemahnya.

"Shit, gue aslinya udah capek ngeliat cewek-cewek yanG kebanyakan pikirannya dangkal."

Pikiran dangkal apa maksudnya?

Cuih!

Misha termangu sejenak, tak dapat berkutik saat Nata meludahi sepatunya.

"Jangan merendahkan diri lo sendiri. Gue nggak butuh diikutin sama elo. Urusan gue dan lo cukup sampe sini." Misha menggigit bibir, bola mata yang diwariskan papanya berkaca-kaca. Masalahnya bukan itu, tahu? Bisa-bisanya Nata menyangkal!

"Nggak jelas. Orang gue minta tolong rahasiakan apa pun yang lo denger." Suara Misha bergetar setiap kata yang terlontar dari bibir tipisnya, bulir hangat nyaris berjatuhan kalau dirinya tak cepat menyekanya.

"Lo yang nggak jelas, Gadis Aneh. Gue cuman kebetulan lewat terus iseng nanya! Jangan asal nuduh gue yang enggak-enggak!" sergah Nata nyaring membela diri, menyorot nyalang kepadanya.

Ukh, betapa malunya Misha berlagak jadi penguasa di tempat yang bukan wilayahnya. Mengusap batang hidung yang memerah akibat menangis, gadis itu mencekal pergelangan tangan Nata yang bebas.

"Pokoknya lo harus tanggung jawab!"

Related chapters

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   5. Permintaan Nata.

    "Pokoknya lo harus tanggung jawab!" Misha berteriak dengan wajah merah padam, membendung rasa malu yang luar biasa, sembari memegang erat-erat ujung jaket yang dikenakan Nata untuk menutupi seragam sekolahnya.Hari sudah menjelang malam. Oleh sebab itu, Nata sudah mempersiapkan diri agar terhindar dari udara dingin yang berhembus menusuk pori-pori pada permukaan kulit manusia yang sensitif. Dirinya termasuk cowok yang mempunyai alergi terhadap udara dingin bahkan debu sekali pun.Makanya tak heran kalau kapan dan di mana pun Nata selalu membawa jaket tebal kesayangan supaya tidak sembarangan bersin-bersin di tempat umum hingga pangkal hidung merah dan bola mata bening itu berkaca-kaca."Tanggung jawab gimana maksud lo?" tanyanya menautkan kedua alis Nata yang tebal membuat Misha semakin gemas ingin menimpuk kepala cowok itu dengan sepatu kebesarannya. Enak saja pura-pura tidak tahu supaya bisa kabur meninggalkannya!"Tanggung jawab jelasin semua yang lo t

    Last Updated : 2021-05-05
  • Miss Cupid's (INDONESIA)   6. Si Cupid Sakti?

    "Lo nggak lagi bercanda, kan, Nata?" Misha reflek bertanya memastikan. Yang benar saja, Nata menjadikannya sebagai jembatan cinta antara cowok itu dengan Karin. Menurutnya kurang pantas bila dirinya ikut diminta turun tangan demi memudahkan hubungan sepasang insan yang dimabuk cinta tanpa adanya perintah Dewa Asmara."Emang muka gue sekarang kelihatan bercanda ya?" Nata menunjuk dirinya sendiri membuatnya senewen bukan kepalang. Andai saja cewek itu tidak pernah ceroboh dalam hal bertindak, mungkin Misha tak akan berurusan maupun terlibat masuk ke kehidupan cowok bermata teduh, tetapi minim akhlak tersebut."Ya nggak, sih, tapi kenapa harus gue dan bukan cupid lain?" Nata menarik napas berulang kali. Ternyata butuh ekstra kesabaran untuk memahami jalan pikiran Misha yang merupakan satu-satunya cahaya harapan supaya dirinya bisa lebih dekat dengan Karin."Karena cuman ada lo yang gue tau, Dodol! Kalo gue ketemu sama cupid lain yang lebih w

    Last Updated : 2021-05-06
  • Miss Cupid's (INDONESIA)   7. Pernyataan Dewa & Jawaban Shilla.

    "Wah, emang namanya siapa?""Ehm, Karin ... Karin Theona."Jantung Misha seakan mencelos. Duh, sejak awal dirinya punya firasat yang tidak mengenakkan mengenai nama yang disebutkan Dewa Asmara. Rupa-rupanya tebakannya tidaklah salah."Lo nggak salah baca informasi atau dengar, Dew?" Dewa Asmara menatap Misha dengan tatapan yang sulit buat diartikan. Cowok itu beranjak, lantas mengambil salah satu buku yang ada di rak-rak besarnya yang dikhususkan di dalam ruang kerjanya."Ini adalah isi terjemahan dari wahyu Dewa Semesta kalo lo masih rada nggak percaya," sahut Dewa Asmara tenang seraya menyerahkan buku yang tebal kertasnya mencapai dua jengkal jari Misha. Cewek itu menipiskan bibir tak menyangka, tak mungkin dirinya menghabiskan waktu membaca buku yang kurang tebal apabila dibandingkan dengan ocehan Marsha saat Misha kecil dulu."Ugh, iya-iya, Dew. Gue percaya, tapi ...." Misha tidak melanjutkan ucapannya, cewek manis itu termangu sejenak. K

    Last Updated : 2021-05-07
  • Miss Cupid's (INDONESIA)   8. Huru-hara Malam.

    FYI, kehebatan seorang cupid lainnya terletak pada bagian kemampuannya yang dalam satu waktu dapat secara penuh mengendalikan hati berserta pikiran manusia di saat keadaan yang membutuhkan hal-hal lebih dari sebuah kontak fisik, yaitu memegang kontrol inti alat yang akan menjadi batu pijakan alias manipulatif. Misha sebelumnya belum pernah memakai kekuatan yang dikaruniai oleh Dewa Asmara karena misi-misinya selama ini selalu berjalan lancar."Gimana kerjaan elo hari ini, Babe?" Misha menatap Dewa Asmara dengan raut wajah yang kentara sekali sedang tidak baik-baik saja sekarang. Jarang sih, cowok yang demen dengan jenis-jenis jamu pahit itu menanyakan bagaimana kabar tugas mengerikan yang selalu diberikan batas waktu, padahal biasanya tidak mencoba untuk peduli."Gue rasa bakal gagal sih, Dew," ketus Misha singkat membikin reaksi Dewa Asmara seketika terlonjak kaget dari singgasana yang dimodifikasi agar mirip seperti kursi putar sembari membenahi kacamata yan

    Last Updated : 2021-05-17
  • Miss Cupid's (INDONESIA)   9. Pembuat Onar. Tian?

    Mengapa semuanya pada lari? Misha bertanya-tanya dalam batin saat ikut memutuskan berlari bersama yang lain menyamakan langkah manusia-manusia macam orang kesurupan saja. "Grace, sebenarnya ada apa?""Gue nggak tau juga. Jangan tanyain ke gue!" Grace balas berteriak seraya membelah kerumunan orang-orang dengan menarik tangan Misha yang sepertinya kelelahan karena terus-menerus berlari tanpa henti. Cewek manis itu menengok ke arah belakang yang rupanya menampakkan sebilah pisau yang siap memotong lehernya menjadi dua bagian. Astaga, harusnya Dewa Kematian tetap di zona nyaman yaitu kuburan atau pemakaman!"G-gue kenal orang ini! Lepasin elah!" Cewek yang berdandan seperti tante-tante girang itu melotot seolah tidak percaya ketika Misha menepis tangan yang saling bertautan dari tadi. Huft, beruntung dirinya bisa segera lepas.Misha mengalihkan atensi yang kini sepenuhnya menatap Dewa Kematian yang tengah menyeringai kepadanya. Kenapa, sih, dewa yang satu ini hobi

    Last Updated : 2021-05-18
  • Miss Cupid's (INDONESIA)   10. Bersemuka dengan Karin.

    "Papa, Mama. Acha udah dapet kabar burung dari mantan teman sekolah lamaku, kalo 'dia' udah kembali. Apa ini adalah kabar bagus?" tanyanya. Marsha dan Rey tersentak, mematung kaget saat mendengarnya membuat kepala Misha dipenuhi tanda tanya besar. Sebenarnya siapa 'dia' yang sang kakak maksud?"Kamu serius? Dari kapan?" Mengapa Marsha menunjukkan air muka yang penuh kelegaan seperti itu? Argh, lagi-lagi ada saja yang membuat cewek itu merasa penasaran, tetapi karena ini sepertinya pembicaraan sensitif jadi dirinya akan berusaha bungkam."Berdasarkan informasi temenku, dia sedang tinggal di daerah ibu kota. Dan memilih mengontrak di sebuah kost-kostan murah sejak tiga tahun lalu." Misha semakin tidak mengerti pada alur pembahasan yang entah akan dibawa ke arah mana, intinya yang pasti sekarang dirinya merasa lapar. Tangannya sudah gatal mengambil beberapa kudapan yang terletak di atas meja, semua itu terlihat amat menggugah selera."Kenapa baru tau sekarang?" Ach

    Last Updated : 2021-05-19
  • Miss Cupid's (INDONESIA)   11. Jadi Mak Comblang Sejati?

    "Shilla, kok, punya teman cakep kayak gini? Kenapa nggak bilang?" Sorotan mata sejuta makna itu menjurus tepat membuat tubuh Misha dilanda syok berkesinambungan.Sekarang apa yang harus dilakukan? Mata Misha berpendar gelisah, binar yang semula muncul ketika bercakap dengan Shilla seketika meredup. Dia menatap gadis itu dengan senyuman ramah, tetapi semua tindakannya itu adalah sesuatu yang semu. Bukankah sudah waktunya kabur?Namun, kedua kaki Misha seolah-olah membeku—tak bisa digerakkan sama sekali. Pikiran pun seketika menjadi kosong. Dirinya tak tahu bagaimana cara menjaga ekspresi terkejut sebab melupa sejenak, teralihkan dengan kehadiran Karin yang berkeliaran di sekitar Misha dan Shilla kini."Iya, gue belum sempat ngenalin dia sama lo karena akhir-akhir ini jadwal lo pasti padat banget." Shilla berucap sambil menggaruk pipi dengan bibir mengeluarkan kekehan pelan. Karin manggut-manggut dengan mata yang tak lepas menatap wajah Misha yang sudah para

    Last Updated : 2021-05-27
  • Miss Cupid's (INDONESIA)   12. Tanaman Obat?

    "Hah?"Sialan. Mengapa Dewa Asmara tidak langsung bergerak cepat? Misha menghela napas panjang, mengumpul sisa-sisa kesabaran yang lesap ditelan oleh inti bumi."Lo nggak apa-apa, Sha?" Karin yang merasa khawatir mengguncang tubuh Misha berulang kali membuat cewek itu terkesiap, lamunannya membuyar."Oh, iya-iya." Misha asal mengangguk-anggukkan kepala demi tak menatap mata Karin yang mengerling cemas melihat kondisi teman barunya. Akh, andai cewek itu langsung enyah dari pandangan ketiganya pasti langsung menggemparkan satu sekolah.Ctak.Suara jentikan jari yang paling Misha sesali karena setelah itu, gadis itu tiba-tiba terlempar, menghantam lantai yang dingin. Seharusnya Dewa Asmara kalau menggunakan kekuatan sihirnya kira-kira, dong, tempatnya!

    Last Updated : 2021-07-15

Latest chapter

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   14. Kamuflase Gagal

    Tibalah dirinya di kamar menghadap cermin dengan bantuan sihir Dewa Asmara sembari merapikan rambut yang cukup berantakan akibat tiupan angin."Nah, udah. Lanjutkan bualan lo yang barusan."Misha cekikikan saat Dewa Asmara mengembuskan napas kasar seakan menahan gemas.Yeah,siapa suruh membuat cewek itubad moodparah?"Nggak mau tau, lo harus menyamar biar nggak ketahuan sama dia! Ikutin Nata yang bakal ngedate sama Karin, oke?"Misha langsung mendengkus, menguatkan diri agar tidak bunuh diri karena telanjur depresot. Lagian kan, yang harusnya mati adalah Dewa Asmara, bukan dirinya!"Nyamar gimana, hah? Masa sih, gue harus nutupin kecantikan gue yang udah ada sejak lahir?!"Tanpa sadar Dewa Asmara melengo

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   13. Perkara Eksentrik

    Misha balik mengerjap, masih agak ragu.Namun jauh dari lubuk hati, Misha sudah tidak sabar untuk melempar wajah sok Dewa Asmara memakai bubuk berisi Kapulaga yang sudah dihaluskan, namanya ajang balas dendam sampai mata cowok burik tersebut perih dan memerah! Baru Misha sedikit puas. Ya, baru sedikit saja, hahaha!"Thank you,La. Lo yang terbaik deh, hehe." Misha cengengesan membuat Shilla mengembuskan napas sekilas. Baguslah, cewek berwajah tegas itu berhasil mengembalikan senyum di iras ayunya."Sha, lo pasti udah tau kapan harus berhenti, 'kan?" Sepertinya ada satu hal yang aneh? Kenapa Shilla berkata dengan nada yang menyimpan makna tersirat seakan tahu sesuatu? Ataukah ini hanya perasaan Misha saja?"Maksud lo apa,

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   12. Tanaman Obat?

    "Hah?"Sialan. Mengapa Dewa Asmara tidak langsung bergerak cepat? Misha menghela napas panjang, mengumpul sisa-sisa kesabaran yang lesap ditelan oleh inti bumi."Lo nggak apa-apa, Sha?" Karin yang merasa khawatir mengguncang tubuh Misha berulang kali membuat cewek itu terkesiap, lamunannya membuyar."Oh, iya-iya." Misha asal mengangguk-anggukkan kepala demi tak menatap mata Karin yang mengerling cemas melihat kondisi teman barunya. Akh, andai cewek itu langsung enyah dari pandangan ketiganya pasti langsung menggemparkan satu sekolah.Ctak.Suara jentikan jari yang paling Misha sesali karena setelah itu, gadis itu tiba-tiba terlempar, menghantam lantai yang dingin. Seharusnya Dewa Asmara kalau menggunakan kekuatan sihirnya kira-kira, dong, tempatnya!

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   11. Jadi Mak Comblang Sejati?

    "Shilla, kok, punya teman cakep kayak gini? Kenapa nggak bilang?" Sorotan mata sejuta makna itu menjurus tepat membuat tubuh Misha dilanda syok berkesinambungan.Sekarang apa yang harus dilakukan? Mata Misha berpendar gelisah, binar yang semula muncul ketika bercakap dengan Shilla seketika meredup. Dia menatap gadis itu dengan senyuman ramah, tetapi semua tindakannya itu adalah sesuatu yang semu. Bukankah sudah waktunya kabur?Namun, kedua kaki Misha seolah-olah membeku—tak bisa digerakkan sama sekali. Pikiran pun seketika menjadi kosong. Dirinya tak tahu bagaimana cara menjaga ekspresi terkejut sebab melupa sejenak, teralihkan dengan kehadiran Karin yang berkeliaran di sekitar Misha dan Shilla kini."Iya, gue belum sempat ngenalin dia sama lo karena akhir-akhir ini jadwal lo pasti padat banget." Shilla berucap sambil menggaruk pipi dengan bibir mengeluarkan kekehan pelan. Karin manggut-manggut dengan mata yang tak lepas menatap wajah Misha yang sudah para

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   10. Bersemuka dengan Karin.

    "Papa, Mama. Acha udah dapet kabar burung dari mantan teman sekolah lamaku, kalo 'dia' udah kembali. Apa ini adalah kabar bagus?" tanyanya. Marsha dan Rey tersentak, mematung kaget saat mendengarnya membuat kepala Misha dipenuhi tanda tanya besar. Sebenarnya siapa 'dia' yang sang kakak maksud?"Kamu serius? Dari kapan?" Mengapa Marsha menunjukkan air muka yang penuh kelegaan seperti itu? Argh, lagi-lagi ada saja yang membuat cewek itu merasa penasaran, tetapi karena ini sepertinya pembicaraan sensitif jadi dirinya akan berusaha bungkam."Berdasarkan informasi temenku, dia sedang tinggal di daerah ibu kota. Dan memilih mengontrak di sebuah kost-kostan murah sejak tiga tahun lalu." Misha semakin tidak mengerti pada alur pembahasan yang entah akan dibawa ke arah mana, intinya yang pasti sekarang dirinya merasa lapar. Tangannya sudah gatal mengambil beberapa kudapan yang terletak di atas meja, semua itu terlihat amat menggugah selera."Kenapa baru tau sekarang?" Ach

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   9. Pembuat Onar. Tian?

    Mengapa semuanya pada lari? Misha bertanya-tanya dalam batin saat ikut memutuskan berlari bersama yang lain menyamakan langkah manusia-manusia macam orang kesurupan saja. "Grace, sebenarnya ada apa?""Gue nggak tau juga. Jangan tanyain ke gue!" Grace balas berteriak seraya membelah kerumunan orang-orang dengan menarik tangan Misha yang sepertinya kelelahan karena terus-menerus berlari tanpa henti. Cewek manis itu menengok ke arah belakang yang rupanya menampakkan sebilah pisau yang siap memotong lehernya menjadi dua bagian. Astaga, harusnya Dewa Kematian tetap di zona nyaman yaitu kuburan atau pemakaman!"G-gue kenal orang ini! Lepasin elah!" Cewek yang berdandan seperti tante-tante girang itu melotot seolah tidak percaya ketika Misha menepis tangan yang saling bertautan dari tadi. Huft, beruntung dirinya bisa segera lepas.Misha mengalihkan atensi yang kini sepenuhnya menatap Dewa Kematian yang tengah menyeringai kepadanya. Kenapa, sih, dewa yang satu ini hobi

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   8. Huru-hara Malam.

    FYI, kehebatan seorang cupid lainnya terletak pada bagian kemampuannya yang dalam satu waktu dapat secara penuh mengendalikan hati berserta pikiran manusia di saat keadaan yang membutuhkan hal-hal lebih dari sebuah kontak fisik, yaitu memegang kontrol inti alat yang akan menjadi batu pijakan alias manipulatif. Misha sebelumnya belum pernah memakai kekuatan yang dikaruniai oleh Dewa Asmara karena misi-misinya selama ini selalu berjalan lancar."Gimana kerjaan elo hari ini, Babe?" Misha menatap Dewa Asmara dengan raut wajah yang kentara sekali sedang tidak baik-baik saja sekarang. Jarang sih, cowok yang demen dengan jenis-jenis jamu pahit itu menanyakan bagaimana kabar tugas mengerikan yang selalu diberikan batas waktu, padahal biasanya tidak mencoba untuk peduli."Gue rasa bakal gagal sih, Dew," ketus Misha singkat membikin reaksi Dewa Asmara seketika terlonjak kaget dari singgasana yang dimodifikasi agar mirip seperti kursi putar sembari membenahi kacamata yan

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   7. Pernyataan Dewa & Jawaban Shilla.

    "Wah, emang namanya siapa?""Ehm, Karin ... Karin Theona."Jantung Misha seakan mencelos. Duh, sejak awal dirinya punya firasat yang tidak mengenakkan mengenai nama yang disebutkan Dewa Asmara. Rupa-rupanya tebakannya tidaklah salah."Lo nggak salah baca informasi atau dengar, Dew?" Dewa Asmara menatap Misha dengan tatapan yang sulit buat diartikan. Cowok itu beranjak, lantas mengambil salah satu buku yang ada di rak-rak besarnya yang dikhususkan di dalam ruang kerjanya."Ini adalah isi terjemahan dari wahyu Dewa Semesta kalo lo masih rada nggak percaya," sahut Dewa Asmara tenang seraya menyerahkan buku yang tebal kertasnya mencapai dua jengkal jari Misha. Cewek itu menipiskan bibir tak menyangka, tak mungkin dirinya menghabiskan waktu membaca buku yang kurang tebal apabila dibandingkan dengan ocehan Marsha saat Misha kecil dulu."Ugh, iya-iya, Dew. Gue percaya, tapi ...." Misha tidak melanjutkan ucapannya, cewek manis itu termangu sejenak. K

  • Miss Cupid's (INDONESIA)   6. Si Cupid Sakti?

    "Lo nggak lagi bercanda, kan, Nata?" Misha reflek bertanya memastikan. Yang benar saja, Nata menjadikannya sebagai jembatan cinta antara cowok itu dengan Karin. Menurutnya kurang pantas bila dirinya ikut diminta turun tangan demi memudahkan hubungan sepasang insan yang dimabuk cinta tanpa adanya perintah Dewa Asmara."Emang muka gue sekarang kelihatan bercanda ya?" Nata menunjuk dirinya sendiri membuatnya senewen bukan kepalang. Andai saja cewek itu tidak pernah ceroboh dalam hal bertindak, mungkin Misha tak akan berurusan maupun terlibat masuk ke kehidupan cowok bermata teduh, tetapi minim akhlak tersebut."Ya nggak, sih, tapi kenapa harus gue dan bukan cupid lain?" Nata menarik napas berulang kali. Ternyata butuh ekstra kesabaran untuk memahami jalan pikiran Misha yang merupakan satu-satunya cahaya harapan supaya dirinya bisa lebih dekat dengan Karin."Karena cuman ada lo yang gue tau, Dodol! Kalo gue ketemu sama cupid lain yang lebih w

DMCA.com Protection Status