Julius memandang wajah wanita yang dicintainya melalui video saat melakukan panggilan lewat ponsel, wajah andalannya sangat menggemaskan bagi Julius dengan perlahan menceritakan rencananya yang gagal bersama Yusuf karena pekerjaan kantor. Pernyataan yang Julius katakan membuat Grace terkejut namun tidak berlangsung lama karena menampilkan senyuman indahnya membuat Julius ingin menemuinya, pembicaraan mereka terhenti saat melihat Grace tampak kelelahan.
“Cinta banget sama janda satu itu” Wilson menatap Julius dengan tatapan mengejek.
Julius tersenyum simpul mendengar perkataan Wilson “kamu belum mengenal Grace dengan baik coba kalau kenal pasti akan berubah pikiran.”
Wilson hanya mengangguk malas “mending sama Nathalie sana yang lebih daripada Grace, belum nikah pula.”
“Justru karena sudah pernah menikah lebih pengalaman dan asal kamu tahu bagaimana panasnya dia di ranjang tapi aku gak akan bagi karena hanya konsumsi pribadi.”
“Mau bahas cewek sampai kapan?,” sindir Laura menatap kedua pria tersebut malas.
Julius memutuskan melanjutkan pekerjaannya karena memang sudah melebihi jam kerja, entah kenapa ada beberapa kendala di lapangan saat mereka akan memasarkan pada publik dan harus menyelesaikan semua yang telah dalam perjanjian salah satunya pameran. Dana yang dikeluarkan cukup banyak sehingga harus berusaha mengembalikan semuanya dalam waktu tidak lama, beberapa kali mereka menghubungi pihak sponsor di mana ada beberapa yang setuju tapi ada yang meminta hanya setengah.
Julius menatap Laura dan Wilson yang berusaha keras di mana mereka berdua adalah orang kepercayaan Julius, bisa menyelesaikan masalah dalam keadaan apa pun bahkan mereka selalu ada setiap Julius mengalami masalah seperti saat ini. Julius menghembuskan nafas mencoba ikut serta kembali bersama mereka menyelesaikan permasalahan ini, beberapa kali mereka terlibat perdebatan kecil dengan pihak sponsor saat menghubunginya.
“Sebenarnya bisa saja kita mengadakan pameran tapi jelas tidak mungkin jika perijinan tidak kunjung diadakan,” sahut Laura yang diangguki Julius “kalau alasannya itu bukannya seharusnya dari awal gak perlu mengadakan pameran?.”
“Big boss meminta agar banyak dana yang masuk terlebih dahulu sehingga kita bisa mengeluarkan sejumlah uang untuk perijinan,” jawab Julius “aku sudah berkali-kali menolak tapi tetap bertahan dengan pendapatnya dan tadi pagi minta semua diselesaikan dan uang yang telah keluar dikembalikan.”
“Enak banget jadi boss” Laura tampak emosi mendengar jawaban Julius.
“Enak buktinya kamu pernah tidur sama dia” Laura menatap tajam Wilson yang tertawa simpul “meski tua tapi tenaganya wow itu katamu, masih sama dia?.”
“Kurang berapa lagi yang harus dihubungi?” Julius mengalihkan perhatian.
“Sudah tu yang dihubungi Wilson terakhir,” jawab Laura yang membuat Julius bernafas lega “kalau gitu kita pulang.”
Mereka bertiga merapikan berkas yang ada di atas meja sebelum pulang dengan meletakkan pada meja Julius untuk diperiksa kembali besok mengenai dananya masuk atau belum, Julius bernafas lega karena pekerjaan selesai perlahan mengirim pesan pada Grace jika merindukannya dan berharap bertemu. Merapikan semua berkas setelah kedua orang tersebut keluar dari ruangannya dan tidak lupa merapikan diri sebelum pulang siapa tahu bisa bertemu dengan Grace malam ini, Julius menutup pintunya dengan melangkah ke tempat parkir bersama kedua sahabatnya dan kondisi kantor sudah sangat sepi.
“Ke mana?” Wilson menatap kedua orang sekilas “kayaknya kamu pulang sama aku aja secara udah malam.”
Laura menggelengkan kepala “big boss jemput” mengarahkan dagunya ke depan.
Mereka terhenti dengan berbicara singkat pada big boss yang bernama Raymond menatap mereka dengan tersenyum, Julius dan Wilson menghentikan langkah untuk berbicara singkat dengan Raymond mengenai perkembangan dari pekerjaannya dengan bantuan Laura. Raymond hanya mendengarkan tidak mengeluarkan pendapat apa pun, sampai akhirnya Julius memutuskan untuk berpamitan diikuti oleh Wilson. Dari sudut mata Julius di mana Raymond menarik pinggul Laura agar bisa mendekat dengan dirinya, melihat pemandangan tersebut membuat Julius semakin ingin bertemu dengan Grace, tepukan bahu dari Wilson menyadarkan Julius yang akan berpamitan dan hanya dijawab dengan anggukan.
Mengecek ponsel adalah kegiatan pertama setelah menyalakan mesin melihat balasan pesan dari Grace, tapi sayangnya tidak ada balasan sama sekali yang berarti sudah masuk ke dalam alam mimpi. Julius menghembuskan nafas panjang yang berarti malam ini dirinya tidak mendapatkan kehangatan dari wanita yang dicintainya tersebut, memutuskan membeli makan terlebih dahulu sebelum pulang ke apartemen. Julius bukan pemilih makanan maka itu Grace mudah jika memasak di tempat Julius ditambah semua kebutuhan tersedia lengkap, memilih makanan siap saji karena malas untuk antri dengan keluar dari mobil.
Suasana apartemen yang sepi menyambut Julius saat masuk ke dalam, meletakkan makanan sebelum memutuskan untuk membersihkan diri di kamar mandi. Langkah Julius terhenti saat membuka pintu kamar di mana Grace tidur dengan nyenyak, meyakinkan diri Julius melangkah pelan dan ternyata benar Grace berada di ranjangnya sedang tidur nyenyak. Tidak ingin mengganggu Julius memutuskan untuk membersihkan diri dengan tidak mengganggu Grace yang sudah tidur, menikmati makanan di luar sambil melihat iPad barangkali ada hal terlewat ketika bekerja tadi. Setelah memastikan semuanya Julius memutuskan untuk mengakhiri semuanya dengan bergabung bersama Grace di ranjang, posisi tidur Grace yang tidak berubah membuat Julius gemas karena pasalnya Grace jika tidur tidak memakan tempat banyak serta tidak banyak bergerak sehingga memudahkan Julius untuk memeluknya.
Grace bangun terlebih dahulu melihat sepasang tangan yang memeluknya erat, semalam entah mengapa dirinya memutuskan untuk datang ke tempat Julius dan malah tertidur padahal niat awalnya adalah memasak makan malam, tapi semua sia-sia saat sampai melihat ranjang lebih memilih ranjang daripada dapur. Menghabiskan waktu bersama Ramond sangat melelahkan meski hanya dua kali klimaks, buat Grace sangat melelahkan lebih baik melayani Julius dibandingkan Ramond. Melepaskan tangan Julius perlahan dari tubuhnya memang membutuhkan tenaga besar karena pelukannya terlalu erat, setelah berhasil melepaskan diri memilih mengambil ponselnya menghubungi Olla karena harus berangkat sekolah dan Grace beruntung ibunya mau merawat Olla di saat dirinya sibuk. Melakukan panggilan dengan Olla sambil membalas pesan dari Marcus dan Ramond setelah memastikan Olla tidak ada masalah serta membalas semua pesan tindakan yang Grace lakukan adalah mengunci ponselnya agar Julius tidak membukanya, Julius sendiri tidak pernah membuka ponsel Grace begitu juga sebaliknya hanya saja berjaga agar tidak terjadi pertikaian, bagaimana pun Grace masih membutuhkan uang mereka semua.
“Naik kendaraan online semalam?” Julius duduk di kursi dapur menatap Grace yang memasak dan pertanyaan hanya dijawab dengan anggukan “kenapa gak bilang kan aku bisa jemput?.”
“Kasihan kamu lagian banyak kerjaan ampe pulang malam begitu.”
Julius berdiri dari tempatnya berjalan mendekati Grace memeluknya dari belakang dengan mencium tengkuk lehernya membuat Grace mematikan kompor, berbalik memandang Julius yang menatapnya penuh dengan kasih sayang membuat Grace merasa bersalah dan tidak tega secara bersamaan karena sampai sekarang perasaan pada Julius tidak pernah hadir sama sekali di dalam hatinya.
Pagi hari menyenangkan bagi Julius karena kehadiran Grace di hadapannya kali ini, ditambah memasakkan makanan untuknya. Kelemahannya semalam langsung hilang saat melihat Grace semalam dengan memeluknya erat, senyuman tidak pernah lepas dari bibir Julius membayangkan bagaimana nanti pernikahan mereka berdua jika benar-benar terlaksana. Grace dihadapan Julius tampak bingung dengan sikapnya saat ini dan hanya bisa menggelengkan kepala, memilih untuk fokus dalam makan dengan tidak peduli pada bagaimana Julius saat ini.“Sayang” Grace menatap Julius dengan senyum tengilnya membuat menarik nafas perlahan “aku bakalan keluar kota deh urusan kerjaan.”“Berapa lama?” Julius langsung menatap serius “Yusuf ikut?.”Grace menggelengkan kepala “gantian dan sekarang memang waktu aku pergi, berapa lamanya Mbak Rachel bilangnya seminggu bahkan lebih.”“Lama amat memang ngapain aja?” Julius tampak tidak suka dengan jawaban Grace.“Ya kira kamu mau aku lama lagian mana en
Menatap Olla yang saat ini berada di belakang sambil sesekali bercerita dan membuat Julius tertawa mendengarkan Olla bercerita dengan beberapa kali menanggapi ceritanya, sedangkan Grace memilih memainkan ponselnya dengan membalas pesan dari Ramond. Suasana dalam mobil semakin ramai karena cerita yang Olla berikan mendapatkan tanggapan dari Julius, akhirnya Grace menghentikan kegiatan di ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas untuk ikut menghabiskan waktu bersama mereka. Grace memandang sekitar di mana Julius membawa mereka ke salah satu restoran all you can eat kesukaan Olla dengan seketika teriakan menggema di dalam mobil.Julius bersama Olla mengambil daging yang disediakan di salah satu tempat meninggalkan Grace seorang diri untuk menyiapkan makanan yang mereka ambil nanti, Olla datang bersama Julius meletakkan daging di atas meja kemudian berburu kembali meninggalkan Grace kembali. Grace hanya bisa menyiapkan pemanggangan bersama salah satu staf restoran, setelah pemangg
Milik Julius selalu memuaskan untuk Grace meski tidak sehebat Ramond tapi bisa memuaskannya sudah cukup ditambah uang Julius sama banyaknya dengan Ramond, Grace melepaskan penyatuan mereka perlahan dengan Julius yang tampak lelah entah berapa kali mencapai klimaks. Membersihkan diri di kamar mandi dan menggunakan pakaian untuk berjaga seandainya Olla tiba-tiba masuk ke dalam kamar, mengambil posisi di samping Julius untuk ikut masuk ke dalam alam mimpi setelah menutup tubuh tanpa busana Julius dengan menggunakan selimut.Bangun terlebih dahulu membuat Grace menghabiskan waktu memasak untuk mereka berdua yang bersiap dengan aktivitasnya, Grace tadi sudah mengirim buku pelajaran Olla hari ini beserta dengan pakaian dari rumah orang tuanya. Menatap hasil masakannya yang ada di atas meja dibarengi dengan dua pintu kamar terbuka menampilkan Olla dan Julius dengan wajah khas bangun tidurnya, Julius menghampiri Olla dengan menggendongnya menuju meja makan Grace tersenyum menatap mere
Menghabiskan waktu bersama Marcus ketika pagi hari dan berlanjut pada pulang kerja dengan berada di salah satu restoran yang berada di puncak atas dari gedung membuat Grace menatap takjub dengan semua yang ada, Marcus memberikan hadiah berupa kalung pada dirinya yang harganya tidak main – main karena dari merk ternama. Grace membelai kalung yang dipakainya setelah diantar pulang oleh Marcus, bukan hanya Grace yang mendapatkan tapi juga Olla dan kedua orang tuanya. Pertemuan terakhir dengan Marcus karena harus melakukan pekerjaan begitu juga dengan yang bersangkutan, tidak ada perasaan sedih sedikit pun karena Marcus tetap akan hadir jika dirinya membutuhkan bantuan dan akan tetap mengirimkan uang untuk Olla serta kedua orang tuanya.Menyiapkan diri untuk berangkat besok dengan jumlah pakaian yang banyak karena akan berada di sana cukup lama, email dari pusat mengenai segala kebutuhan telah dikirimkan semua listmya dan Grace hanya menunggu jadi. Menatap barang yang dibawanya me
Menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Ramond hingga membuat Grace tidak bisa berkata apa pun bahkan menolak sekali pun saat Ramond memintanya untuk membeli apa yang dia inginkan, dengan terpaksa dan hati bahagia di dalamnya Grace memilih satu tas kecil yang langsung dibayar oleh Ramond. Setelah dari brand tersebut mereka memutuskan untuk makan di restoran luar mall dengan membawa barang belanjaan, Grace tetap menggenggam tangan Ramond dan tidak berniat untuk melepaskannya sama halnya dengan Ramond.Berada di dalam kamar setelah seharian mereka mengelilingi mall dan juga makan di tempat mewah memang menjadi impian dari Grace, setidaknya bersama ketiga pria tersebut Grace bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang penuh kemewahan. Bagi Grace tidak masalah rumah kecil karena itu hanya rumah orang tuanya namun untuk rumah pribadi maka harus lebih besar dibandingkan rumah orang tuanya dan sejauh ini dari uang – uang yang mereka berikan sangat mampu membeli rumah te
Sarapan yang terlambat mereka lakukan berakhir di salah satu mall karena Grace ingin mencoba sesuatu di dalam mall, menggunakan kendaraan online mereka menuju mall yang berada di tengah kota. Ramond tidak ingin melepaskan tangannya dari genggaman tangan Grace di setiap langkah membuat Grace hanya bisa mengikuti sikapnya ini, sikap romantis Ramond tidak membuat Grace jatuh hati sekali lagi tujuannya adalah mendapatkan uang dari Ramond.“Ketemu sama nasabah?” Grace mengangguk “perlu diantar?.”“Jangan kamu di hotel aja karena aku gak akan lama paling cuman jelasin sebentar terus pulang.”“Kalau lama nanti aku jemput” Grace mengangguk.Tepat saat Grace mengangguk di mana ponselnya berbunyi terpampang nama Rachel dan langsung diangkatnya, Rachel mengatakan bahwa bos besar akan menemani dirinya bertemu dengan nasabah besar ini dan meminta Grace untuk bersiap menuju kediaman bos besar yang untungnya tidak terlalu
Grace menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan Sebastian dengan hanya bisa mengangguk memutuskan untuk masuk ke dalam kamar yang sudah ditunjuk, menatap kamar yang akan ditempatnya untuk merias diri nantinya. Pakaian yang dikatakan Sebastian tergantung rapi di salah satu sudut ruangan, Grace mendekati gaun tersebut yang seketika langsung menelan salivanya kasar di mana harga dari pakaian ini tidak main-main. Menatap sekitar di mana tampaknya kamar ini merupakan milik seseorang tapi entah siapa karena Grace tidak peduli, tidak tahu harus melakukan apa karena jika tetap berada di dalam kamar rasanya tidak sopan tapi jika keluar tidak tahu harus melakukan apa. Grace terdiam memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap hal ini secara perlahan Grace membuka pintu menatap sekitar di mana tampak sepi membuat Grace bingung keberadaan Sebastian, keluar secara perlahan dengan melangkah menuju sofa sambil memainkan ponselnya.“Tidak istirahat?” suara Sebastian mengagetkan Grace di
Perkataan Sebastian tidak salah karena mereka memang saling menikmati dan sudah sama-sama dewasa hanya saja melakukan itu dengan atasan sendiri hal yang tidak pernah ada dalam benak dan pikiran Grace, banyak yang menjadi ketakutannya terutama mengenai kinerja dirinya yang nantinya akan menjadi pembicaraan rekan yang lain. Grace mencoba menghilangkan pemikiran mengenai hal tersebut dengan memilih untuk fokus pada nasabah yang Rachel cari saat berada di sini, dulu Rachel bertemu seorang diri dan karena tidak ada jadwal ke pusat dengan bertepatan Grace berada di pusat maka memanfaatkan hal ini, meminta pada Sebastian untuk menemani Grace karena dasarnya posisinya bukan sebagai marketing melainkan customer service. Grace memang berada di posisi customer service meski begitu juga memiliki tanggung jawab untuk mencapai target meski tidak sebanyak yang lain, pria-pria yang memasukkan dananya jika tidak untuk dirinya maka akan diberikan pada Yusuf atau Devina yang diketahui langsung oleh Ra
Tidak peduli dengan apa yang Sebastian katakan, pada dasarnya Grace sendiri tidak yakin jika anak ini adalah anak Sebastian. Menikah dengan Raditya adalah rencana yang paling masuk akal, membuat Raditya tidak mengetahui tentang anak yang dikandungnya adalah tujuan utama setidaknya anak ini memiliki ayah itu yang ada dalam pikiran Grace.“Kamu benar mau menikah sama aku?” suara Raditya membuyarkan lamunannya.Grace mengangguk “Pernikahannya nanti malam kenapa malah bertanya sekarang?”Raditya tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Grace “Setidaknya aku tanya pendapat kamu karena kita menikah di rumah sakit.”“Bukan masalah besar.”Pernikahan mereka akan diselenggarakan malam ini, lebih tepatnya beberapa jam lagi. Grace sudah berganti pakaian kebaya dengan riasan minimalis, disampingnya ada Olla dan ibunya sendiri masih di ranjang pasien, sedangkan ayahnya berada tidak jauh dari ibunya. Gr
Grace tidak tahu harus berbuat apa saat melihat hasil pemeriksaan yang dilakukannya, tanda dua yang menyatakan bahwa dirinya sedang hamil. Tidak ada dalam bayangannya siapa benih yang ada didalam dan tidak mungkin mengatakan pada Raditya yang artinya bisa jadi pernikahan mereka akan terhenti, Grace membutuhkan Raditya untuk menutupi siapa ayah dari bayi yang ada didalam kandungannya saat ini.“Apa yang harus aku lakukan?” membelai lembut perutnya yang masih rata.Memilih keluar dari kamar mandi dan langsung membuang bukti begitu saja, satu hal Grace tidak ingin menikah dengan Sebastian. Raditya sendiri bukan pilihan tepat tapi mengharapkan Julius lebih tidak mungkin, Julius bisa saja langsung menikahinya saat tahu dirinya hamil tapi orang tuanya.“Darimana?” tanya Raditya yang secara tiba-tiba ada dihadapan Grace “Kenapa pucat?” membelai lembut pipi Grace yang hanya dijawab gelengan kepala “Pernikahan kita terjadi besok
Grace tahu keputusannya tidak benar-benar akan terjadi dalam waktu dekat, tapi nyatanya tidak demikian sang ibu sadar keesokan harinya. Raditya selalu berada disamping Grace bahkan sudah dekat dengan Olla, melebihi kedekatan Olla dengan Julius yang membuat Grace yakin dengan keputusannya.“Kalian benar akan menikah?” tanya sang ibu menatap penuh harap pada Grace dan Raditya.“Lagi persiapkan semuanya, Bu.” Raditya menjawab dengan nada lembutnya membuat Grace hanya diam.Menatap sang ibu yang sudah sadar cukup membuat Grace bersyukur tanpa henti, bahkan dirinya sudah memberikan kabar pada Julius mengenai kondisi ibunya saat ini. Julius sendiri tidak bisa datang disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, penjelasan Julius membuat Grace bernafas lega setidaknya pria itu tidak datang saat dirinya menikah dengan Raditya nanti.“Bunda benar menikah sama Om Raditya?” Olla menatap Grace dengan tatapan ingin tahu &l
Percintaan mereka membuat Grace tidak bisa berpikir jernih, bahkan melupakan jika mereka tanpa menggunakan pengaman sama sekali dan lebih parah lagi baru saja melepaskan kontrasepsi. Menatap kamar yang baru saja menjadi saksi mereka berdua dalam melakukannya semalam, belaian yang Raditya lakukan masih diingat olehnya.“Ayo kita harus ke rumah sakit.” Raditya memegang lengan Grace yang membuatnya tersadar dari lamunan.Mengikuti langkah Raditya menuju rumah sakit yang langsung tersadar dengan kondisi ibunya, ketakutan kecil hadir membayangkan hal buruk yang terjadi pada ibunya. Genggaman tangan Raditya membuat Grace sedikit merasa tenang, bahkan tidak merasakan ketakutan besar atau bisa dikatakan merasa terlindungi. Grace menatap sang ayah yang berjalan mondar mandir depan pintu membuat Grace datang dan memeluknya erat, Grace hanya menepuk punggung ayahnya perlahan untuk menenangkan.“Ibu kamu tadi mengalami sedikit pendarahan dan harus dimasukk
Pertemuan dengan keluarga Raditya membuat Grace menggelengkan kepala karena bagaimana pun tidak ingin menjadi istri kedua, meski begitu keputusan Grace tetap sama yaitu melepas alat kontrasepsi setelah sekian lama.Keadaan ibunya sendiri belum mengalami perkembangan sama sekali dan Raditya lebih sering menemani dirinya dibandingkan Julius, entah bagaimana ceritanya keluarga Julius memintanya mengurus perusahaan yang ada di pusat. Julius mengatakan ini salah satu syarat agar hubungan mereka direstui, meski sebenarnya Grace tidak peduli sama sekali mengenai hal itu.“Kalau ibu sembuh nanti kita jalan – jalan.”Grace memandang Raditya dengan tatapan bingung “jalan – jalan kemana?”“Umroh.”Membelalakkan matanya mendengar perkataan Raditya “kita lihat saja nanti.”Tidak memberikan jawaban semestinya membuat Raditya hanya tersenyum, Grace memandang dengan tatapan aneh pada Raditya dimana
Perkataan Julius malam itu membuat Grace berpikir banyak dengan perlahan melangkah keluar dari rumah sakit menuju kesalah satu rumah sakit dimana dirinya memasang alat pengaman dengan ditemani Julius saat itu, Grace sudah sangat yakin melepaskan pengaman agar bisa hamil anak Julius dan hubungan mereka bisa melangkah jauh.Julius datang tidak lama kemudian dimana mereka saling menatap saat berada didepan ruang periksa, melangkah mendekat dengan langsung menggenggam tangan Grace. Grace sangat tahu apa yang ada dalam pikiran Julius saat ini dimana karena secara tiba – tiba berubah pikiran, tidak lama nama Grace dipanggil membuat mereka masuk kedalam dan dokter langsung meminta mereka masuk kedalam kamar untuk proses selanjutnya.“Kenapa kamu melakukan ini?”“Anak akan membuat orang tua kamu merestui kita.”Julius menghembuskan nafas pelan “tapi tidak perlu sejauh ini.”“Bukti bahwa aku mencintaimu dan si
Penolakan yang Grace berikan membuat Sebastian emosi namun sekali lagi tidak dipedulikannya, Sebastian menarik tangan Grace entah kemana lagi tujuan pria ini karena memang tidak tahu banyak. Langkah mereka terhenti di depan hotel membuat Grace menghentikan langkahnya dengan menarik Sebastian dan mereka saling pandang dalam diam, gelengan kepala Grace membuat Sebastian mendekat namun terhenti saat ponsel Grace berbunyi.“Ada apa?” saat melihat wajah pucat Grace.Grace tidak menjawab pertanyaan Sebastian dengan melepas genggaman tangan lalu melangkah kearah kantor, Sebastian hanya diam mengikuti langkah Grace kedalam kantor dimana langsung masuk keruangan Rachel yang didalamnya masih ada rekan kerjanya yang lain.“Maaf jika saya tidak sopan” mereka memandang Grace yang tampak kacau “Mbak Rachel saya ijin pulang karena ibu masuk rumah sakit pembuluh darahnya pecah dan sekalian saya pengajuan cuti.”“Kamu pulang sama
Kedatangan dua petinggi mereka di kantor membuat suasana berubah dimana pastinya memeriksa semua kinerja dari mereka semua, Stefi sendiri tidak bisa bergerak sama sekali dengan kedatangan dua petinggi. Agenda pertama mereka adalah pastinya rapat membahas mengenai banyak hal dimana akhirnya mereka berada didalam tempat dimana biasanya Devina dan Yusuf bekerja, mencatat semua yang dikatakan dua petinggi tersebut agar tidak ada yang terlewatkan sedikit pun.“Kalian berdua kenapa gak ikut?” Bintang menatap Devina dan Grace bergantian.“Sudah terlanjur beli tiket, Bu.”Bintang dan Yunita hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban Devina, sesi selanjutnya adalah dimana mereka menghadap satu persatu kepada mereka berdua. Pertama kali masuk adalah Stefi karena karyawan baru dan mereka belum bertemu sama sekali, sedangkan yang lain berada diluar dimana akhirnya Grace memeriksa kerjaan Stefi yang kemarin ditinggalkan seorang diri.&ld
Liburan yang sangat membahagiakan dimana senyum Olla tidak lepas sama sekali dan Julius sangat mengikuti apa permintaan Olla, didalam kamar terkadang mereka berdebat yang berakhir dengan kesalahan Grace dalam mengungkapkan pendapat, perbuatan Julius juga tidak salah dan karena pria tersebut dimana Olla dapat tersenyum lebar yang tidak didapatkan dari ayah kandungnya.“Makasih buat semua” menatap Julius lembut.Mencium bibir Grace singkat “apa pun aku akan lakukan buat kalian berdua.”Balik ke tanah air dengan barang banyak membuat mereka harus sabar menunggu bagasi dan besok akan kembali ke aktivitas semula yang berarti harus berhadapan dengan Stefi, pandangan Devina dan Grace mengarah pada Olla yang sedang bercanda bersama Julius sedangkan Herman sendiri sibuk dengan ponselnya.“Yakin gak mau pilih Julius?” Grace mengangkat bahu “lihat mereka udah kaya bapak anak.”Grace mengalihkan pandangan menatap