Pagi hari menyenangkan bagi Julius karena kehadiran Grace di hadapannya kali ini, ditambah memasakkan makanan untuknya. Kelemahannya semalam langsung hilang saat melihat Grace semalam dengan memeluknya erat, senyuman tidak pernah lepas dari bibir Julius membayangkan bagaimana nanti pernikahan mereka berdua jika benar-benar terlaksana. Grace dihadapan Julius tampak bingung dengan sikapnya saat ini dan hanya bisa menggelengkan kepala, memilih untuk fokus dalam makan dengan tidak peduli pada bagaimana Julius saat ini.
“Sayang” Grace menatap Julius dengan senyum tengilnya membuat menarik nafas perlahan “aku bakalan keluar kota deh urusan kerjaan.”
“Berapa lama?” Julius langsung menatap serius “Yusuf ikut?.”
Grace menggelengkan kepala “gantian dan sekarang memang waktu aku pergi, berapa lamanya Mbak Rachel bilangnya seminggu bahkan lebih.”
“Lama amat memang ngapain aja?” Julius tampak tidak suka dengan jawaban Grace.
“Ya kira kamu mau aku lama lagian mana enak ninggal Olla sama ibu bapak” Grace menampilkan wajah sedihnya.
Julius menghembuskan nafas untuk menenangkan diri agar tidak emosi “aku antar.”
Grace menggelengkan kepala “aku harus berangkat sendiri untuk ambil dananya karena semua diganti dan Mbak Rachel gak bolehin, jadi aku gak mau merepotkan.”
“Kalau gitu nanti malam kamu tidur sini sama Olla” Grace mengangguk pasrah.
Julius mengantarkan Grace sampai lobby kantor karena harus melanjutkan pekerjaan, Grace menatap mobil Julius yang menjauh hanya dengan gelengan kepala dan hembusan nafas panjang. Melangkah ke lantai tempatnya bekerja dengan berbagai macam perusahaan pasalnya malam ini dirinya harus tidur di tempat Julius, hal yang dilakukan setiap akhir pekan dan sekarang dilakukan saat hari biasa. Suasana ruangan selalu seperti biasa yang tampak tenang karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing, Grace melihat Rachel yang merupakan kepala di tempat ini tampak sedang berdandan. Grace sangat yakin jika hari ini akan menemui nasabah bersama Devina di luar kota meninggalkan dirinya dengan Yusuf, tapi jelas tidak mungkin karena Yusuf sudah pasti ada kegiatan lain.
“Bagaimana sudah diproses?” Rachel menatap Grace yang masih berdiri dan hanya mengangguk “kurang beberapa minggu lagi tapi kamu dinas di pusat, apa mungkin akan tercapai?.”
Grace mengangkat bahu “semoga saja.”
“Dapat dari Ramond?” Yusuf menebak dengan memberikan tatapan menggoda yang hanya diangguki Grace.
“Kita berangkat kalau ada apa-apa hubungi, jangan keluar yang gak penting” Yusuf dan Grace mengangguk “Grace siapkan dirimu untuk besok semua berkasnya nanti kalau aku pulang kita periksa bersama sebelum kamu berangkat”
“Ya, mbak.”
Rachel dan Devina keluar dari kantor bersama meninggalkan Yusuf dan Grace yang melakukan pekerjaan berbeda, Grace menyiapkan segala keperluannya untuk ke pusat lusa sedangkan Yusuf akan bersiap berangkat bertemu dengan nasabah. Mereka berbicara hanya seperlunya takut ada orang yang mendengarkan isi pembicaraan meski di kantor hanya berdua, karena office boy sedang membersihkan area lain. Pembicaraan yang terjadi lebih berkisar tentang target dan juga nasabah yang dimiliki dengan berbagai pertanyaan yang membuat pusing, Grace menatap Yusuf yang tampak kesusahan dengan barang bawaannya, Yusuf sendiri memutuskan menggunakan sepeda motornya ke tempat nasabah di mana kali ini adalah karyawan dari pabrik di mana otomatis membawa barang lebih banyak dibanding biasanya.
“Pakai mobil aku aja gimana?” Grace menatap Yusuf kasihan yang hanya dijawab gelengan kepala “ya udah hati-hati.”
Grace memanggil office boy agar membantu Yusuf sampai ke tempat parkir sepeda motor, berada di ruangan sendirian bukan berarti akan bersantai ria tetap ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Rachel meskipun dari luar tampak santai dan sabar tapi jika mengenai pekerjaan jangan berharap akan mendapatkan kesabaran, Rachel sangat professional dalam bekerja dan itu membuat semuanya merasa segan pada atasannya tersebut termasuk Grace yang selalu dingin pada orang.
Mengerjakan pekerjaan di ruangan sendiri memang tidak enak dan selalu Grace yang mengalami dibandingkan ketiga orang lain, Rachel sebagai kepala lebih sering menemani Devina dan Yusuf yang memang sebagai marketing sedangkan Grace sendiri menjabat sebagai customer service yang mencari nasabah dengan stay di tempat. Apabila ada Rachel di tempat biasanya dibantu tapi jika tidak maka yang menangani semua adalah Grace sampai orang tersebut mau untuk memasukkan dananya di mereka.
“Mbak mau makan apa?.”
Grace menatap jam yang ada di laptopnya “sudah waktunya makan siang, belikan yang biasa aja.”
Memberikan uang pada office boy untuk membelikan makan siangnya sedangkan Grace kembali disibukkan dengan pekerjaannya kembali, saat makanan datang dan diletakkan di mejanya tetap tidak disadari sama sekali. Ketika office boy berpamitan untuk menjalankan ibadah juga tidak di dengarnya, ponsel yang berdering menghentikan semua kegiatannya yang seketika membuat suasana hatinya menjadi semakin tidak baik di mana yang menghubungi adalah Julius. Semakin lama Grace semakin malas dengan Julius hanya saat ini merupakan uang berjalan membuat Grace sangat membutuhkan, meski Julius tidak menutupi targetnya tapi untuk kehidupan setiap hari Julius yang menanggung semua.
Berhubungan dengan Julius membuat Grace tidak mengeluarkan uang untuk biaya bulanan sekolah Olla, di mana sudah diambil alih oleh Julius belum lagi untuk kebutuhan bulanan Olla sudah menjadi tanggung jawabnya. Grace sendiri mendapatkan tidak sedikit karena Julius mencukupi semua kebutuhannya dari atas sampai bawah, posisi Julius di perusahaan yang tidak main-main membuat Grace tidak bisa melepaskan pria tersebut. Ponselnya berdering kembali dan tetap nama Julius yang muncul dengan berat hati Grace mengangkatnya karena jika tidak akan terus menghubungi hingga kelelahan, Julius hanya mengatakan bahwa saat ini berada depan sekolah Olla untuk menjemputnya dengan membawanya ke apartemen.
Julius dengan sikapnya yang dominan saat keinginannya ingin dipenuhi akhirnya hanya bisa membuat Grace mengangguk pasrah, beberapa kalimat mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja diucapkan saat Julius mengetahui jika dirinya sendirian. Grace tidak heran semua yang Julius dapatkan dari Yusuf di mana pastinya membuka tanpa sadar, Yusuf bukan pria yang menceritakan sesuatu dengan mudah tapi mudah dijebak dengan pertanyaan ketika kondisinya sibuk dan tadi adalah Yusuf dalam kondisi tidak ingin diganggu. Grace memutuskan panggilan menatap makanan yang ada di meja dengan segera menyimpan apa yang dikerjakan dan mengambil makanan untuk makan di tempat yang disediakan, meski tidak ada larangan makan di meja kerjanya tetap tidak membuat Grace nyaman. Setelah selesai makan kembali melanjutkan pekerjaannya karena batas waktu yang tidak lama membuatnya harus menyelesaikan tepat waktu, memeriksa kembali apa yang dikerjakan setelah mengirim ke Rachel melalui email
“Kok cepat?” melihat kedatangan Yusuf yang tampak lelah.
“Suruh ninggalin brosur karena beliau yang aku buat janjian sedang rapat dadakan dan entah kapan selesai, dari pada menitipkan brosur yang pasti tidak dimengerti lebih baik buat jadwal ulang.”
Grace mengangguk setuju dengan perkataan Yusuf tapi kemungkinan Rachel tidak akan menyukai alasan Yusuf ini, kembali fokus pada pekerjaan masing-masing hingga tidak menyadari jika waktunya pulang kerja jika saja ponsel Grace tidak berbunyi menampilkan Julius yang mengatakan perjalanan menuju tempat kerjanya, dengan segera membereskan pekerjaannya membuat Yusuf bingung lalu seketika melakukan hal yang sama.
“Bunda.”
Menatap Olla yang saat ini berada di belakang sambil sesekali bercerita dan membuat Julius tertawa mendengarkan Olla bercerita dengan beberapa kali menanggapi ceritanya, sedangkan Grace memilih memainkan ponselnya dengan membalas pesan dari Ramond. Suasana dalam mobil semakin ramai karena cerita yang Olla berikan mendapatkan tanggapan dari Julius, akhirnya Grace menghentikan kegiatan di ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas untuk ikut menghabiskan waktu bersama mereka. Grace memandang sekitar di mana Julius membawa mereka ke salah satu restoran all you can eat kesukaan Olla dengan seketika teriakan menggema di dalam mobil.Julius bersama Olla mengambil daging yang disediakan di salah satu tempat meninggalkan Grace seorang diri untuk menyiapkan makanan yang mereka ambil nanti, Olla datang bersama Julius meletakkan daging di atas meja kemudian berburu kembali meninggalkan Grace kembali. Grace hanya bisa menyiapkan pemanggangan bersama salah satu staf restoran, setelah pemangg
Milik Julius selalu memuaskan untuk Grace meski tidak sehebat Ramond tapi bisa memuaskannya sudah cukup ditambah uang Julius sama banyaknya dengan Ramond, Grace melepaskan penyatuan mereka perlahan dengan Julius yang tampak lelah entah berapa kali mencapai klimaks. Membersihkan diri di kamar mandi dan menggunakan pakaian untuk berjaga seandainya Olla tiba-tiba masuk ke dalam kamar, mengambil posisi di samping Julius untuk ikut masuk ke dalam alam mimpi setelah menutup tubuh tanpa busana Julius dengan menggunakan selimut.Bangun terlebih dahulu membuat Grace menghabiskan waktu memasak untuk mereka berdua yang bersiap dengan aktivitasnya, Grace tadi sudah mengirim buku pelajaran Olla hari ini beserta dengan pakaian dari rumah orang tuanya. Menatap hasil masakannya yang ada di atas meja dibarengi dengan dua pintu kamar terbuka menampilkan Olla dan Julius dengan wajah khas bangun tidurnya, Julius menghampiri Olla dengan menggendongnya menuju meja makan Grace tersenyum menatap mere
Menghabiskan waktu bersama Marcus ketika pagi hari dan berlanjut pada pulang kerja dengan berada di salah satu restoran yang berada di puncak atas dari gedung membuat Grace menatap takjub dengan semua yang ada, Marcus memberikan hadiah berupa kalung pada dirinya yang harganya tidak main – main karena dari merk ternama. Grace membelai kalung yang dipakainya setelah diantar pulang oleh Marcus, bukan hanya Grace yang mendapatkan tapi juga Olla dan kedua orang tuanya. Pertemuan terakhir dengan Marcus karena harus melakukan pekerjaan begitu juga dengan yang bersangkutan, tidak ada perasaan sedih sedikit pun karena Marcus tetap akan hadir jika dirinya membutuhkan bantuan dan akan tetap mengirimkan uang untuk Olla serta kedua orang tuanya.Menyiapkan diri untuk berangkat besok dengan jumlah pakaian yang banyak karena akan berada di sana cukup lama, email dari pusat mengenai segala kebutuhan telah dikirimkan semua listmya dan Grace hanya menunggu jadi. Menatap barang yang dibawanya me
Menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Ramond hingga membuat Grace tidak bisa berkata apa pun bahkan menolak sekali pun saat Ramond memintanya untuk membeli apa yang dia inginkan, dengan terpaksa dan hati bahagia di dalamnya Grace memilih satu tas kecil yang langsung dibayar oleh Ramond. Setelah dari brand tersebut mereka memutuskan untuk makan di restoran luar mall dengan membawa barang belanjaan, Grace tetap menggenggam tangan Ramond dan tidak berniat untuk melepaskannya sama halnya dengan Ramond.Berada di dalam kamar setelah seharian mereka mengelilingi mall dan juga makan di tempat mewah memang menjadi impian dari Grace, setidaknya bersama ketiga pria tersebut Grace bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang penuh kemewahan. Bagi Grace tidak masalah rumah kecil karena itu hanya rumah orang tuanya namun untuk rumah pribadi maka harus lebih besar dibandingkan rumah orang tuanya dan sejauh ini dari uang – uang yang mereka berikan sangat mampu membeli rumah te
Sarapan yang terlambat mereka lakukan berakhir di salah satu mall karena Grace ingin mencoba sesuatu di dalam mall, menggunakan kendaraan online mereka menuju mall yang berada di tengah kota. Ramond tidak ingin melepaskan tangannya dari genggaman tangan Grace di setiap langkah membuat Grace hanya bisa mengikuti sikapnya ini, sikap romantis Ramond tidak membuat Grace jatuh hati sekali lagi tujuannya adalah mendapatkan uang dari Ramond.“Ketemu sama nasabah?” Grace mengangguk “perlu diantar?.”“Jangan kamu di hotel aja karena aku gak akan lama paling cuman jelasin sebentar terus pulang.”“Kalau lama nanti aku jemput” Grace mengangguk.Tepat saat Grace mengangguk di mana ponselnya berbunyi terpampang nama Rachel dan langsung diangkatnya, Rachel mengatakan bahwa bos besar akan menemani dirinya bertemu dengan nasabah besar ini dan meminta Grace untuk bersiap menuju kediaman bos besar yang untungnya tidak terlalu
Grace menghembuskan nafas panjang mendengar perkataan Sebastian dengan hanya bisa mengangguk memutuskan untuk masuk ke dalam kamar yang sudah ditunjuk, menatap kamar yang akan ditempatnya untuk merias diri nantinya. Pakaian yang dikatakan Sebastian tergantung rapi di salah satu sudut ruangan, Grace mendekati gaun tersebut yang seketika langsung menelan salivanya kasar di mana harga dari pakaian ini tidak main-main. Menatap sekitar di mana tampaknya kamar ini merupakan milik seseorang tapi entah siapa karena Grace tidak peduli, tidak tahu harus melakukan apa karena jika tetap berada di dalam kamar rasanya tidak sopan tapi jika keluar tidak tahu harus melakukan apa. Grace terdiam memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap hal ini secara perlahan Grace membuka pintu menatap sekitar di mana tampak sepi membuat Grace bingung keberadaan Sebastian, keluar secara perlahan dengan melangkah menuju sofa sambil memainkan ponselnya.“Tidak istirahat?” suara Sebastian mengagetkan Grace di
Perkataan Sebastian tidak salah karena mereka memang saling menikmati dan sudah sama-sama dewasa hanya saja melakukan itu dengan atasan sendiri hal yang tidak pernah ada dalam benak dan pikiran Grace, banyak yang menjadi ketakutannya terutama mengenai kinerja dirinya yang nantinya akan menjadi pembicaraan rekan yang lain. Grace mencoba menghilangkan pemikiran mengenai hal tersebut dengan memilih untuk fokus pada nasabah yang Rachel cari saat berada di sini, dulu Rachel bertemu seorang diri dan karena tidak ada jadwal ke pusat dengan bertepatan Grace berada di pusat maka memanfaatkan hal ini, meminta pada Sebastian untuk menemani Grace karena dasarnya posisinya bukan sebagai marketing melainkan customer service. Grace memang berada di posisi customer service meski begitu juga memiliki tanggung jawab untuk mencapai target meski tidak sebanyak yang lain, pria-pria yang memasukkan dananya jika tidak untuk dirinya maka akan diberikan pada Yusuf atau Devina yang diketahui langsung oleh Ra
Sesuatu yang aneh membuat Grace bertanya di dalam hati karena klien tidak kunjung datang sedangkan Sebastian tampak santai menikmati minuman yang dipesannya, Grace semakin tidak nyaman dengan keadaan saat ini karena hanya berdua dengan Sebastian ditambah perkataannya yang membuat rambut halusnya berdiri. Perkataan Sebastian bukan suatu hal biasa jika yang mengatakannya adalah salah satu dari ketiga pria biasa bersamanya, menjadi masalah yang mengatakan adalah sang atasan. Menatap wajah Sebastian yang masih menikmati minumannya semakin membuat Grace merasa tidak nyaman ditambah tatapannya yang mendalam kearahnya, berkali – kali Grace menelan salivanya kasar.“Klien datang jam berapa, Pak?.”“Minumlah dan setelah itu kita makan” Grace mengernyitkan dahinya “sepertinya tidak akan datang.”Grace membelalakkan matanya menatap Sebastian “tapi dia klien penting bagaimana saya bisa makan dengan tenang.”Sebastian menghembuskan nafas panjang meletakkan tangan di meja
Tidak peduli dengan apa yang Sebastian katakan, pada dasarnya Grace sendiri tidak yakin jika anak ini adalah anak Sebastian. Menikah dengan Raditya adalah rencana yang paling masuk akal, membuat Raditya tidak mengetahui tentang anak yang dikandungnya adalah tujuan utama setidaknya anak ini memiliki ayah itu yang ada dalam pikiran Grace.“Kamu benar mau menikah sama aku?” suara Raditya membuyarkan lamunannya.Grace mengangguk “Pernikahannya nanti malam kenapa malah bertanya sekarang?”Raditya tersenyum mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Grace “Setidaknya aku tanya pendapat kamu karena kita menikah di rumah sakit.”“Bukan masalah besar.”Pernikahan mereka akan diselenggarakan malam ini, lebih tepatnya beberapa jam lagi. Grace sudah berganti pakaian kebaya dengan riasan minimalis, disampingnya ada Olla dan ibunya sendiri masih di ranjang pasien, sedangkan ayahnya berada tidak jauh dari ibunya. Gr
Grace tidak tahu harus berbuat apa saat melihat hasil pemeriksaan yang dilakukannya, tanda dua yang menyatakan bahwa dirinya sedang hamil. Tidak ada dalam bayangannya siapa benih yang ada didalam dan tidak mungkin mengatakan pada Raditya yang artinya bisa jadi pernikahan mereka akan terhenti, Grace membutuhkan Raditya untuk menutupi siapa ayah dari bayi yang ada didalam kandungannya saat ini.“Apa yang harus aku lakukan?” membelai lembut perutnya yang masih rata.Memilih keluar dari kamar mandi dan langsung membuang bukti begitu saja, satu hal Grace tidak ingin menikah dengan Sebastian. Raditya sendiri bukan pilihan tepat tapi mengharapkan Julius lebih tidak mungkin, Julius bisa saja langsung menikahinya saat tahu dirinya hamil tapi orang tuanya.“Darimana?” tanya Raditya yang secara tiba-tiba ada dihadapan Grace “Kenapa pucat?” membelai lembut pipi Grace yang hanya dijawab gelengan kepala “Pernikahan kita terjadi besok
Grace tahu keputusannya tidak benar-benar akan terjadi dalam waktu dekat, tapi nyatanya tidak demikian sang ibu sadar keesokan harinya. Raditya selalu berada disamping Grace bahkan sudah dekat dengan Olla, melebihi kedekatan Olla dengan Julius yang membuat Grace yakin dengan keputusannya.“Kalian benar akan menikah?” tanya sang ibu menatap penuh harap pada Grace dan Raditya.“Lagi persiapkan semuanya, Bu.” Raditya menjawab dengan nada lembutnya membuat Grace hanya diam.Menatap sang ibu yang sudah sadar cukup membuat Grace bersyukur tanpa henti, bahkan dirinya sudah memberikan kabar pada Julius mengenai kondisi ibunya saat ini. Julius sendiri tidak bisa datang disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan, penjelasan Julius membuat Grace bernafas lega setidaknya pria itu tidak datang saat dirinya menikah dengan Raditya nanti.“Bunda benar menikah sama Om Raditya?” Olla menatap Grace dengan tatapan ingin tahu &l
Percintaan mereka membuat Grace tidak bisa berpikir jernih, bahkan melupakan jika mereka tanpa menggunakan pengaman sama sekali dan lebih parah lagi baru saja melepaskan kontrasepsi. Menatap kamar yang baru saja menjadi saksi mereka berdua dalam melakukannya semalam, belaian yang Raditya lakukan masih diingat olehnya.“Ayo kita harus ke rumah sakit.” Raditya memegang lengan Grace yang membuatnya tersadar dari lamunan.Mengikuti langkah Raditya menuju rumah sakit yang langsung tersadar dengan kondisi ibunya, ketakutan kecil hadir membayangkan hal buruk yang terjadi pada ibunya. Genggaman tangan Raditya membuat Grace sedikit merasa tenang, bahkan tidak merasakan ketakutan besar atau bisa dikatakan merasa terlindungi. Grace menatap sang ayah yang berjalan mondar mandir depan pintu membuat Grace datang dan memeluknya erat, Grace hanya menepuk punggung ayahnya perlahan untuk menenangkan.“Ibu kamu tadi mengalami sedikit pendarahan dan harus dimasukk
Pertemuan dengan keluarga Raditya membuat Grace menggelengkan kepala karena bagaimana pun tidak ingin menjadi istri kedua, meski begitu keputusan Grace tetap sama yaitu melepas alat kontrasepsi setelah sekian lama.Keadaan ibunya sendiri belum mengalami perkembangan sama sekali dan Raditya lebih sering menemani dirinya dibandingkan Julius, entah bagaimana ceritanya keluarga Julius memintanya mengurus perusahaan yang ada di pusat. Julius mengatakan ini salah satu syarat agar hubungan mereka direstui, meski sebenarnya Grace tidak peduli sama sekali mengenai hal itu.“Kalau ibu sembuh nanti kita jalan – jalan.”Grace memandang Raditya dengan tatapan bingung “jalan – jalan kemana?”“Umroh.”Membelalakkan matanya mendengar perkataan Raditya “kita lihat saja nanti.”Tidak memberikan jawaban semestinya membuat Raditya hanya tersenyum, Grace memandang dengan tatapan aneh pada Raditya dimana
Perkataan Julius malam itu membuat Grace berpikir banyak dengan perlahan melangkah keluar dari rumah sakit menuju kesalah satu rumah sakit dimana dirinya memasang alat pengaman dengan ditemani Julius saat itu, Grace sudah sangat yakin melepaskan pengaman agar bisa hamil anak Julius dan hubungan mereka bisa melangkah jauh.Julius datang tidak lama kemudian dimana mereka saling menatap saat berada didepan ruang periksa, melangkah mendekat dengan langsung menggenggam tangan Grace. Grace sangat tahu apa yang ada dalam pikiran Julius saat ini dimana karena secara tiba – tiba berubah pikiran, tidak lama nama Grace dipanggil membuat mereka masuk kedalam dan dokter langsung meminta mereka masuk kedalam kamar untuk proses selanjutnya.“Kenapa kamu melakukan ini?”“Anak akan membuat orang tua kamu merestui kita.”Julius menghembuskan nafas pelan “tapi tidak perlu sejauh ini.”“Bukti bahwa aku mencintaimu dan si
Penolakan yang Grace berikan membuat Sebastian emosi namun sekali lagi tidak dipedulikannya, Sebastian menarik tangan Grace entah kemana lagi tujuan pria ini karena memang tidak tahu banyak. Langkah mereka terhenti di depan hotel membuat Grace menghentikan langkahnya dengan menarik Sebastian dan mereka saling pandang dalam diam, gelengan kepala Grace membuat Sebastian mendekat namun terhenti saat ponsel Grace berbunyi.“Ada apa?” saat melihat wajah pucat Grace.Grace tidak menjawab pertanyaan Sebastian dengan melepas genggaman tangan lalu melangkah kearah kantor, Sebastian hanya diam mengikuti langkah Grace kedalam kantor dimana langsung masuk keruangan Rachel yang didalamnya masih ada rekan kerjanya yang lain.“Maaf jika saya tidak sopan” mereka memandang Grace yang tampak kacau “Mbak Rachel saya ijin pulang karena ibu masuk rumah sakit pembuluh darahnya pecah dan sekalian saya pengajuan cuti.”“Kamu pulang sama
Kedatangan dua petinggi mereka di kantor membuat suasana berubah dimana pastinya memeriksa semua kinerja dari mereka semua, Stefi sendiri tidak bisa bergerak sama sekali dengan kedatangan dua petinggi. Agenda pertama mereka adalah pastinya rapat membahas mengenai banyak hal dimana akhirnya mereka berada didalam tempat dimana biasanya Devina dan Yusuf bekerja, mencatat semua yang dikatakan dua petinggi tersebut agar tidak ada yang terlewatkan sedikit pun.“Kalian berdua kenapa gak ikut?” Bintang menatap Devina dan Grace bergantian.“Sudah terlanjur beli tiket, Bu.”Bintang dan Yunita hanya bisa menggelengkan kepala mendengar jawaban Devina, sesi selanjutnya adalah dimana mereka menghadap satu persatu kepada mereka berdua. Pertama kali masuk adalah Stefi karena karyawan baru dan mereka belum bertemu sama sekali, sedangkan yang lain berada diluar dimana akhirnya Grace memeriksa kerjaan Stefi yang kemarin ditinggalkan seorang diri.&ld
Liburan yang sangat membahagiakan dimana senyum Olla tidak lepas sama sekali dan Julius sangat mengikuti apa permintaan Olla, didalam kamar terkadang mereka berdebat yang berakhir dengan kesalahan Grace dalam mengungkapkan pendapat, perbuatan Julius juga tidak salah dan karena pria tersebut dimana Olla dapat tersenyum lebar yang tidak didapatkan dari ayah kandungnya.“Makasih buat semua” menatap Julius lembut.Mencium bibir Grace singkat “apa pun aku akan lakukan buat kalian berdua.”Balik ke tanah air dengan barang banyak membuat mereka harus sabar menunggu bagasi dan besok akan kembali ke aktivitas semula yang berarti harus berhadapan dengan Stefi, pandangan Devina dan Grace mengarah pada Olla yang sedang bercanda bersama Julius sedangkan Herman sendiri sibuk dengan ponselnya.“Yakin gak mau pilih Julius?” Grace mengangkat bahu “lihat mereka udah kaya bapak anak.”Grace mengalihkan pandangan menatap