Home / Fiksi Remaja / Miss Antagonist / You Broke Me First

Share

You Broke Me First

Author: Vinnara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Danish: Sayna, apa kabar?

Tidak pernah ada balasan atas pesan itu. Danish tidak tahu apakah jeda yang Sayna minta juga berarti menghentikan komunikasi di antara mereka. Namun seingatnya, ini sudah kali ketiga mereka menjeda hubungan, dan yang dua kali berawal dari kemarahan Danish. Baru kali ini terjadi atas permintaan Sayna. Jeda mereka yang dulu pun tidak pernah ada komunikasi, Sayna tidak menghubunginya, Danish juga sama. Dia kira kali ini akan sedikit berbeda, ternyata tidak juga.

“Yang terpenting buat ibu dan Sayna sekarang adalah kesehatannya, kuliahnya. Dan saat hubungan kalian mulai mengganggu salah satu kepentingan itu, tandanya udah nggak baik, Nish. Ibu pun nggak akan membiarkan kamu lanjut sama Sayna lagi, untung dia intospeksi dan minta sendiri, dan jujur aja ibu mendukung pilihannya. Dia sampai sakit begini, berarti hubungan kalian memang udah nggak bisa diteruskan. Tolong, jangan ganggu Sayna dulu, ya? Kamu anak baik, ibu sering bi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Miss Antagonist    Eyes Off You

    “Oh, my God, oh my God... he’s so delicate, so ethereal... i’m dying, Dya... damage-nya gila!” Dya terkikik melihat reaksi saudarinya ketika menemukan Danish sudah bersiap dengan pakaian pesta dan tatanan rambut terbaru yang sudah mereka sepakati bersama. Rambut pemuda itu lebih panjang lagi dibanding terakhir kali dengan under cut memikat serta ditata berbeda dari biasanya. “Lucu banget!” Dya juga ikut mendekat dan memberikan komentarnya. “Cakep, beda banget, Nish. Fresh gini meskipun agak mirip bibi-bibi sedikit.” “Heh!” Gadis itu tertawa melihat reaksi tidak senang dari iparnya. Hairstylish Danish menyisir helaian rambut gondrongnya ke belakang, menampakkan dahi pemuda itu yang terang benderang, alisnya yang tegas dan tajam juga ikut terpampang, bagian sebelah kanan dinaikkan hingga under cut-nya kelihatan. Dia sangat tampan. “Kamu tahu kan, Danish kalau males sisiran kelihatan kayak ora

  • Miss Antagonist    Pelarian dan Kepuasan

    Berjaga malam di stase obgyn benar-benar sebuah ujian karena sangat menguras tenaga dan pikiran. Gio berada di stase ini untuk minggu keempat dari 8 atau 10 minggu yang tersisa dan masih belum terbiasa. Pukul 6 pagi dia sudah harus tiba di rumah sakit, mulai melakukan follow up pasien dan diteruskan dengan kegiatan stase seperti pemeriksaan poliklinik, bangsal, kamar bersalin atau ikut operasi sampai sore. Setelahnya melanjutkan waktu berjaga hingga malam hari di bangsal atau kamar bersalin. Menunggui ibu-ibu pasca melahirkan, kadang menyuapi salah satu dari mereka jika keluarganya sedang tidak di tempat. Berjaga di stase ini membuat Gio seolah berlatih jadi suami siaga di masa depan. Dia menyaksikan tiap detiknya perjuangan para ibu yang akan bersalin, saat bersalin dan usai bersalin. Mereka mengagumkan. Setelah melewati malam yang panjang dan melelahkan dengan jam tidur super pendek dan tersendat-sendat maka tibalah pagi yang ditunggu-tunggu. Tapi

  • Miss Antagonist    Bukan Cinta, Empati Saja

    “Gue nggak pernah gangguin lo kencan sama Sayna!” “Gue nggak bakal ganggu, Dya! Gue cuma mau ikut, ngawasin lo sebagai saudara. Gue khawatir, gimana kalau lo dipukul lagi?” Pramudya menatap tajam pemuda itu dengan perasaan kesal setengah mati. Danish yang punya banyak waktu luang senang sekali mencampuri urusannya. Apalagi sejak dia tahu kalau Dya juga cuti kuliah, habislah sudah Dya dijajah. Danish memborbardir ponselnya dengan berbagai pesan dan panggilan, mengatakan banyak alasan untuk pergi jalan-jalan, dan lain-lain. Sementara Dya tidak pernah punya banyak waktu dengan Kevin, dia hanya dihubungi sesekali dan harus dapat gangguan dari Danish seperti saat ini. “Mas Kevin nggak pernah nyentuh gue kalau gue nggak kasih izin, Nish.” Dya berbisik pelan, mobil yang mereka kendarai menuju salah satu hotel kecil di pinggir kota. Pertemuan Dya dan Kevin memang sudah terencana. “Dia tahu gue bakal sakit.” “Terus kenapa lo kasih izin?” tanya Danish tak habis

  • Miss Antagonist    Antagonis Yang Sesungguhnya

    Dear, Nika... Udah lama ya aku nggak tanya kabar dan tulis surat untuk kamu. Aku capek nangis tiap kangen sama kamu, tiap ingat kesalahanku. Nika, maaf kalau ternyata aku udah sembuh dan jarang tulis surat buat kamu. Mimpi-mimpiku menunggu. Kapan-kapan kita ketemu, ya. Hidup di sini terus berjalan, dan mungkin ini surat terakhirku buat kamu. Kamu mungkin hadir sebagai kesalahanku, tapi kamu juga pelajaran terbesar. Terima kasih, Nika. Aku ingin bahagia, maaf kalau kamu nggak ada di dalamnya. Kamu bagian dari masa laluku, dan aku udah nggak di sana. Selamat tinggal, Arunika, anak mama. Regards, Sayna Lalisa Ghissani Kemudian surat itu mungkin akan bernasib sama dengan yang lainnya. Dihanyutkan hingga kertasnya basah, atau dibakar hingga jadi abu yang terbang di udara. Sayna tidak tahu, yang jelas dia tidak akan menulisnya lagi. Sudah cukup, luka itu harus dikubur sepenuhnya. Dia hanya perlu merayakannya setahun sek

  • Miss Antagonist    Then, leave...

    Dya membuka kelopak matanya perlahan. Lampu tidur kekuningan menyala di sana, memberi penerangan seadanya. Di atas perut gadis itu sebuah kompres silikon berisi air hangat—yang sekarang sudah dingin, teronggok. Dya menolak dibawa ke rumah sakit, dia hanya ingin berbaring. Oleh-olehnya dari Kevin hari ini sama sekali bukan apa-apa, Dya pernah mengalami yang lebih parah. Dan baru ke rumah sakit beberapa hari kemudian saat tubuhnya kuat dibawa berjalan. Mas K: Nduk... Sebagai putri pemilik jaringan hotel di Indonesia, Dya punya akses khusus dan tempat pribadi di hotel keluarganya. Selalu ada satu kamar miliknya di antara belasan hotel itu, ada barang pribadinya di sana. Dan meski barang-barang Dya tertinggal ketika bergelut dengan Kevin tadi, gadis itu selalu punya cadangan. Ponsel yang diam-diam dia simpan di laci itu adalah buktinya. Dya terjaga dini hari, menemukan pesan masuk yang baru dikirim satu jam lalu. Kemudian terhenyak. “Gue tidur di

  • Miss Antagonist    Done

    Bahkan hanya dengan menyentuh pinggangnya, tanpa momen apa-apa, tidak ada rencana untuk melakukannya, Gio terlena. Bayangan ketika dia bergerak menggila sambil memegangi pinggang gadis itu segera memenuhi kepala. Dia tidak bisa menahannya. Sayna sudah seperti candu, dia dianugerahi keindahan dewi cinta, tubuhnya, aromanya, menguar afrodisiak. Membuat hasrat lelaki manapun pasti menyeruak. “Faster...” erang gadis itu dengan posisi tubuh membelakangi lelakinya. Seks tanpa rencana adalah sebuah kenikmatan yang tak terhingga. “Oh, God...” “Say something else...” “Please...” Sayna mengerang tertahan, agak menyesal memberi Gio banyak pelajaran, dia berubah menjadi sangat ahli akhir-akhir ini. “Argh... i’m cum...” “Fuck!” geraman Gio teredam oleh tautan bibir mereka. Dia harus menahannya, atau sorakan pelepasan itu akan keluar bak auman hewan. Ujung tubuhnya berdenyut kencang saat milik Say

  • Miss Antagonist    Welldone

    “Kita harus hidup dengan baik meskipun nggak sama-sama lagi, Nish.” Berdebat dengan wanita, jangankan menang, seri saja sudah jadi prestasi. “Gue nggak yakin,” ucap Danish pelan. Dia bahkan tidak pernah membayangkan bagaimana hidupnya tanpa Sayna di masa depan. “Lo maunya gimana sih?” “Kita bisa jeda lebih lama, sampai benar-benar merasa baik-baik aja, terus balik lagi.” “Gimana kalau nanti perasaan kita udah nggak sama?” Sayna mengerutkan alisnya. Danish benar-benar kehilangan logika. “Lo sadar nggak, Nish, kita cuma sedang menunda-nunda perpisahan yang sesungguhnya.” Dan Sayna tidak sanggup lagi, dia ingin benar-benar lega. Baginya, melepaskan Danish adalah jalan dan bertahan hanya akan menambah daftar kesalahan. “Kita udah nggak cocok sebenarnya, tapi masih terus dicocok-cocokin.” Sayna melihat Danish dan menatap matanya saat pemuda mengangkat kepala. Tampak jelas di mata polosnya, bahwa Danish masih ingin bertahan, tapi har

  • Miss Antagonist    No More Broken

    Danish kira dia akan seperti waktu itu, mengurung diri di kamar, hanya punya sedikit semangat untuk hidup, tidak selera makan, karena kebingungan bagaimana melanjutkan hidup tanpa Sayna. Dan bingung bagaimana memperbaiki semuanya. Juga bingung mengobati hatinya yang terluka. Dia kira, akan ada patah hati sesi kedua. Sampai... Danish keluar dari restoran tempat terakhir dia bertemu dengan Sayna. Sementara gadis itu pergi lebih dulu, dan ternyata seseorang sudah menunggu. Danish melihat sendiri dengan mata kepalanya bahwa Sayna menggandeng lengan lelaki itu, Giovanni, orang ketiga di masa lalu mereka, dan anehnya... dia tidak merasakan apa-apa. Normalnya Danish merasa cemburu, sakit, sesak dan sedih melihat pemandangan itu. Tapi nyatanya tidak. Dia hanya merasa kosong, hampa, tidak merasakan apa-apa, yang akhirnya dia sadari sebagai lunturnya rasa cinta pada Sayna. Lalu merasa bodoh karena terlambat menyadarinya. Ternyata benar kata Sayna waktu itu, bertahan le

Latest chapter

  • Miss Antagonist    Ending Sayna

    Sayna sekarang tahu bahwa Arunika merupakan putri sulung sekaligus putri satu-satunya dari Mark Tuan, seorang pria yang lahir dari wanita asli Sunda dan ayahnya berdarah Tionghoa. Pantas saja dia punya perawakan yang berbeda dengan para pribumi, meski dipanggil Gege oleh adiknya, tapi keluarga mereka sangat meninggikan kebudayaan dan adat Sunda. Mungkin karena ibu kandungnya memiliki latar belakang yang kental dengan budaya, kabarnya mereka adalah keluarga pengelola museum adat Sunda di Subang.Mark dan keluarganya menetap di Lembang, daerah Bandung yang juga dekat ke arah Subang. Dia bekerja sebagai direktur operasional perusahaan farmasi keluarga yang dikepalai oleh kakak kandungnya sebagai lulusan apoteker handal. PT Sagara Purnama adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri kosmetik dan kontrak manufaktur pertama di Subang. Itu sekilas yang Sayna tahu dari hasil pencariannya di internet mengenai latar belakang pria itu.“Sebenarnya saya ke rumah sakit

  • Miss Antagonist    Harta, Takhta dan Duda Muda

    “Sayna, Adek koas favorit Bunda, sini-sini.” Sayna menyengir pasrah ketika salah satu perawat senior memanggil namanya sambil melambai-lambaikan tangan. Sudah pasti dia akan dapat tugas tambahan. Mereka bilang, anak-anak koas adalah keset kaki karena acapkali diperlakukan semena-mena selama menjadi sukarelawan di rumah sakit. Tak jarang yang memperlakukan mereka tidak manusiawi adalah rekan-rekan seniornya sendiri. Di stase ini tentu Sayna tidak terlepas dari orang-orang dengan profesi dokter, perawat, hingga bidan dan lain-lainnya. Namun nasib anak-anak magang dari angkatan perawat dan kebidanan jauh lebih mengenaskan. Tak jarang Sayna yang harus membimbing mereka saat ada waktu senggang. “Kamu ke perina, ya. Banyak yang mau aterm hari ini.” “Baik, Bu.” Sayna menurut dengan mudah saat kepala perawat favoritnya meminta bantuan untuk membuat dia berjaga di ruang perina dan menunggu ibu-ibu yang akan melahirkan bayi. Ruang itu terhubung

  • Miss Antagonist    Arunika Yang Baru

    “Dede enakan? Boleh Ayah minta sun?” “Boleh.” Gadis kecil berusia dua tahun lebih itu mendongak untuk mengecup wajah sang ayah. “Napa?” “Nggak papa, ayah cuma mau minta sun aja. Kangen sama Dede.” “Hai, Nika...” sapa Sayna ramah, meski pada kenyataannya Arunika yang ini lebih suka pada Rafika saat mereka berkunjung untuk memeriksa keadaannya. “Udah minum susu belum, Sayang?” “Nggak mau.” Dia menggeleng lemah. Gadis kecil itu merengut, merapatkan tubuhnya pada sang ayah. “Sus, ini bisa nggak dititip sebentar? Nanny lagi makan siang di kantin, saya ada keperluan yang harus dibeli ke luar.” Sayna tersenyum dan mengangguk. “Silakan, Pak. Biar Arunika saya yang jaga.” “Wah, ini Tante susternya hafal nama Dede.” Pria itu bersorak senang. “Tunggu sebentar, ya? Ayah mau beli sesuatu, nanti Dede beli mainan baru deh, mau?” “Nggak mau.” Arunika menggelengkan kepala tanda tak setuju. “Nika mau minum susu sama tante?” tawar

  • Miss Antagonist    Memulai Hidup Baru

    Setelah bulan lalu mengakhiri masa abdinya di stase bedah, yang mana membuat Sayna merasakan pengalaman luar biasa selama berada di sana, mulai minggu ini dia mendapat giliran berjaga di stase anak. Meskipun mengingat perjuangan serta pelajaran yang dia dapat dari stase bedah sangat berharga dan beragam, Sayna lega karena bebas dari sana. Stase bedah memiliki pasien yang banyak, nyaris membludak untuk di-follow up setiap hari. Tapi di sana juga keterampilan Sayna sangat diuji. Kemampuannya menjahit luka semasa kuliah pra-klinik selama 3,5 tahun benar-benar direalisasikan. Sayna bahkan belajar menyunat di stase ini. Dan yang paling berkesan adalah melakukan operasi transplantasi kulit pada pasien luka bakar yang mana kulitnya diambil dari bagian paha dan ditanam ke punggung. Luar biasa, Sayna merasa jadi mahasiswi kedokteran betulan saat itu. Dan semuanya sudah berlalu, Sayna tidak yakin lulus di stase itu karena mahasiswa sepintar Gio saja dulu tidak mampu m

  • Miss Antagonist    Zona Aman

    Anya merasa lebih tenang sekarang, karena meski saudarinya akan merantau ke negeri orang, dia mengantongi izin untuk berkunjung ke tempat Dya belajar sesering yang dia ingin. Setelah melakukan pentas drama di depan ayah dan ibunya, Anya dikonfirmasi akan segera memiliki privat jet miliknya sendiri untuk keperluan pulang pergi melongok Dya di New York. Dan berhubung keduanya anak kembar, tidak adil rasanya jika Ranajaya hanya membelikan untuk salah satu dari mereka saja. Alhasil, Dya yang tidak berminat sama sekali pada benda bisa terbang itu pun harus ikut menerima pemberian orangtuanya. Mau tidak mau.“Aku nanti minta jadwal kamu pokoknya, biar pas kamu free aku ke sana.”Dya mengangguk mendengar permintaan saudarinya itu, sedikit lega karena Anya tampak lebih bersemangat dibanding beberapa hari yang lalu. “Kamu baik-baik, ya.”“Aku yang harusnya bilang gitu.” Anya berguling dari posisinya saat ini dan telungkup untu

  • Miss Antagonist    Berhubungan Badan

    “Lo masih mau di sini?” Suara Danish menyadarkannya kembali. “Kalau mau sama Hamam nggak papa sih.”“Eh, nggak, Nish, nggak! Gue nggak enak juga kalau harus ke kamar Dya.” Hamam salah tingkah dan mengusap tengkuknya gelisah. “Dya sama Danish aja, ya? Biar Mas Hamam di sini jagain Anya, oke?”“Oke.”Pada akhirnya Dya pasrah saat Danish membantunya mengalungkan tangan dan berjalan tertatih menuju villa tempat mereka menginap. Sementara Hamam, Anya, Arvin, Rafid dan Herdian tinggal untuk menikmati berbagai permainan yang disuguhkan. Namun setelah dua orang itu menjauh, lima anak muda itu justru tidak meneruskan niat mereka semula.“Gila, ya. Untung lo masih ada otaknya, Mam. Kalau lo ngotot bawa Dya tadi kebayang gimana patah hatinya Danish.” Herdian membuka obrolan.“Iya, kasihan gue kalau dia harus patah hati dua kali dalam waktu dekat.” Pendapat Rafid menimpali duga

  • Miss Antagonist    Pesta Perpisahan

    “Sial, banyak banget debu jalanan. Tutup mata, Anya!”“WAAAA....”Danish langsung mengerem sepeda motor yang dia kendarai mendengar jeritan Hamam di sebelahnya, temannya itu nyaris oleng sebelum berbelok ke kiri jalan dan berhenti.“Kenapa sih?” tanya Danish keki. Merasakan pegangan tangan Anya di pinggangnya melonggar perlahan. Mereka sedang berwisata dan menaklukan medan jalan yang berdebu dan terjal untuk sampai ke tujuan.“Gue kaget, Nish. Pas lo teriak nyuruh nutup mata itu gue refleks nutup mata juga, padahal kan gue lagi nyetir, mana bonceng Dya di belakang. Kalau Dya cedera nyawa gue bisa melayang.”Dya dan Anya tertawa, mereka kira apa. Dya yang duduk di belakang Hamam bahkan bingung sendiri saat pemuda itu mulai tidak stabil membawa kendaraannya lalu berhenti tiba-tiba.“Maaf ya, Dya.” Hamam merasa sangat berdosa. Ini harusnya jadi liburan yang paling berkesan karena Dya a

  • Miss Antagonist    Memulai Hubungan Baru

    Menghabiskan dua malam di Jakarta bersama Giovanni yang diizinkan menginap oleh orangtuanya, Sayna melakukan perjalanan kembali ke perantauan. Bukan Bandung, kali ini dia harus ke Majalengka karena sedang sibuk KKN di sana. Agak sedih karena Sayna tidak bertemu dengan adiknya sama sekali berhubung anak itu sedang sibuk pendidikan, dia juga tidak tahu kapan bisa pulang ke rumah lagi, bisa dipastikan Sayna akan lebih sibuk dalam beberapa bulan kedepan.“Semangat dong!” Gio tersenyum menggoda, paham kalau gadis cantik yang duduk di sebelahnya itu tengah diserang homesick musiman yang biasa menyerang para mahasiswa KKN. “Gimana aja program kalian?”“Programnya banyak,” keluh Sayna pelan. “Ada satu anak yang ngeselin dari teknik sipil, aku sering banget nahan bogem kalau dia mulai ngoceh terus, Kak.”Giovanni mengacak rambut pendek Sayna dengan sebelah tangan. “Namanya dinamika kelompok, hadapi aja, ya. I

  • Miss Antagonist    Berjumpa Arunika

    “Om... tolong!”Irya sedang bermain sandiwara dengan pamannya.“Om! Aku syakit!”Danish tidak menggubris.“Om, tolong aku!”“Aduh, berisik banget!” Danish menggerutu lalu berjalan mendekati bayi yang usianya entah berapa itu. Irya terlalu pintar untuk anak seusianya. Sibuk berakting demi mencari perhatian. Lihat saja, dia membuka lemari penyimpanan di kamar Danish lalu memasukkan sebelah tangan ke dalamnya dan menutup pintu lemari itu kemudian menjerit seolah sangat kesakitan.“Apa-apaan sih, Den?” tanya Danish keki. Kelakuan Irya kadang sebelas dua belas dengan ayahnya. Ada-ada saja.“Hehe, makasih Om!” seru Irya tanpa merasa berdosa atau apa.Danish menggendong anak itu dan menatapnya sambil menyipitkan mata. Tidak ingin dan tidak bisa menebak hal aneh lain yang akan dilakukan oleh Irya. Dia seperti tidak kehabisan ide untuk membuat keributan dan ingin se

DMCA.com Protection Status