Miskin Setelah Bercerai
Part 4
Aku bergegas kerumah sakit tempat ibunya Mas Robi dirawat, kata Mang Asep ibu sudah siuman. Ketika sampai di tempat parkiran, aku melihat Mas Robi dan Kak Mira sedang berjalan kedalam. Pasti ibu sudah menelepon mereka dan menceritakan yang bukan-bukan, tapi kemana menantu kesayangannya itu, apa mungkin dia sudah kabur karena tau Mas Robi bakalan jatuh miskin.
Ketika sampai diruangan ibu dirawat aku mendengar Kak Mira bicara.
"Kamu lihat sendiri kan Robi, ini ulah istri kamu yang mandul itu. Udah bagus ga dicerai, masih aja buat ulah. Emang ngapain sih ibuk kesana?" tanya Kak Mira ke ibu. Aku sengaja tidak masuk dulu, aku ingin mendengar semuanya.
"Ibu itu kesana mau melabrak Talita, enak saja dia ingin menikmati hartanya sendirian. Sedangkan Robi tidak dapat apa-apa," sahut ibu.
"Kan Robi udah bilang, biar semua ini aku yang urus. Ini rumah tanggaku Bu, sekarang lebih baik kita pulang saja ya. Ibu ga usah dirawat, Robi ga ada uang pegangan lagi," ujar Mas Robi lemah.
"Kamu lihat kan adikmu ini, dia terlalu bodoh. Bisa-bisanya dia membuat surat perjanjian sebelum menikah, mana isinya merugikan kamu kan sekarang," maki ibu. Berarti Mas Robi sudah cerita semuanya ke Ibu, baguslah.
"Dan satu lagi yang ingin Ibu tanyakan Robi, apa benar kamu membuat perjanjian dengan Talita bahwa kamu tidak akan memberikan ibu uang lagi?" tanya ibu penuh penekanan. Mati kamu Mas, sungguh indah hari ini.
"Ga lah Bu, Robi hanya mengiyakan saja dulu apa mau Talita, agar dia mau menandatangani surat ijin menikahi Nia. Setelah itu semua akan kembali seperti biasa, Ibu tenang aja semua sudah Robi atur," jelas Mas Robi. Jadi begitu Mas, kamu hanya ingin mempermainkan aku saja. Baiklah, mari kita bermain-main Mas.
"Talita juga bilang kalau rumah Ibu akan dijual lagi karena dia butuh tambahan modal, kamu tau kan Ibu ga mau lagi kembali kerumah kontrakan kumuh. Mau beli rumah lagi pun udah ga mungkin, uang simpanan Ibu habis buat acara resepsi kamu dan Nia kemarin," ujar ibu sedih.
"Apa Bu, jadi Talita benar-benar mau merebut semua harta bersama. Dan kamu Robi masih diam aja?" tanya Kak Mira penuh dengan amarah. Suka sekali dia ikut campur urusan rumah tanggaku, entah sudah benar saja rumah tangganya sendiri.
"Ibu ga mau tau ya Robi, pokoknya kamu harus mendapatkan bagian kamu. Kalau perlu semuanya harus jatuh ke tangan kamu, biar perempuan itu miskin lagi," tegas Ibu mertua. Mungkin dia lupa siapa yang sudah memberikan modal agar anaknya bisa seperti sekarang.
***
"Jadi sudah sampai mana rencananya kamu jalankan?" tanya Rama ketika kami bertemu di cafe dekat dengan hotel yang kutempati. Sengaja mengajak dia bertemu, aku ingin memastikan apakah berkas yang kuminta sudah siap.
"Aman pokoknya, sebenarnya aku penasaran kenapa kamu malah memihakku. Padahal kamu adalah sahabatnya Mas Robi," tanyaku penasaran. Karena mereka sudah bersahabat sejak sebelum aku mengenal Mas Robi, bahkan sebulan sebelumnya mereka berencana akan membuat bisnis baru.
"Biarlah ini menjadi urusanku dan Robi, kamu ga harus tau urusan lelaki," jawabnya santai. Jujur sebenarnya aku penasaran, tapi jika itu masalah pribadi yasudah aku tidak akan ikut campur.
"Oh iya ini berkas yang kamu suruh, sekarang semua asetnya sudah berbalik jadi nama kamu," sambung Rama. Dia memang teman sekaligus pengacara yang bisa diandalkan. Tapi aku tetap tidak boleh percaya sepenuhnya, karena bagaimanapun mereka bersahabat sejak dulu. Rama pasti punya rencananya sendiri, tidak mungkin dia mau membantuku cuma-cuma.
"Makasih untuk semuanya, aku ga tau gimana jadinya kalau kamu ga ngasih tau aku Mas Robi nikah lagi," ucapku tulus.
"Sama-sama Ta, kemarin Robi sempat nelpon aku tapi ga aku angkat. Terus dia kirim pesan kalau dia lagi butuh uang buat bayar rumah sakit Ibunya." Sebegitu miskinkah mereka sekarang, kemana uang yang dulu sering ku transfer untuk Ibu. Padahal jika diingat-ingat, aku malah banyak memenuhi kebutuhan Ibunya mas Robi daripada Ibuku sendiri.
"Kalau gitu aku balik dulu Ram, aku ada kerjaan soalnya," pamitku.
"Perlu aku antar," tawar Rama.
"Ga usah, dekat kok." Aku menolak halus tawaran Rama untuk mengantarkan aku pulang.
Saat sampai di Lobi hotel, aku melihat Mas Robi sepertinya sedang menungguku.
"Darimana saja kamu," cecar Mas Robi saat melihatku berjalan masuk hotel tanpa menegurnya.
"Aku ada urusan, kenapa kesini,"
"Ingat Talita, aku ini masih suami kamu. Kamu ga bisa dong pergi seenaknya tanpa pamit. Kunci rumah juga kamu ganti, kamu ga bisa seenaknya begini," bentak Mas Robi emosi.
"Yang seenaknya itu sebenarnya siapa sih Mas, aku atau kamu? Aku udah cukup bertahan dalam pernikahan kita walaupun ibu kamu tidak suka sama aku, tapi aku tidak bisa bertahan kalau kamu nikah lagi,"
"Oke aku terima syarat kemarin yang kami tawarkan, tapi aku mau kamu sekarang pulang kerumah," ucapnya kemudian.
"Tanpa kamu suruh pun aku akan pulang." Akupun berlalu pergi ke kamar hotel tanpa memperdulikan ocehan dia lagi. Hari ini memang rencananya aku akan kembali kerumah, sudah cukup aku mengurung diri.
***
Saat tiba di depan rumah aku sudah melihat Mas Robi dan wanita itu di depan pagar, aku juga melihat dua buah koper besar yang berarti mereka akan tinggal disini bersamaku. Tanpa memperdulikan mereka aku langsung masuk kedalam garasi untuk memarkirkan mobil, lalu aku membuka bagasi untuk mengambil beberapa tas.
Aku tidak bicara sepatah katapun dengan mereka, membuka pintu rumah dan segera masuk ke kamar untuk istirahat. Saat akan terlelap aku mendengar suara dikamar sebelah, apakah Mas Robi mau menempatkan wanita itu dikamar sebelah. Benar-benar s*tan kamu Mas, apa dia mau membuat aku marah dengan mendengar des*han mereka tiap malam.
Aku pun langsung melangkah keluar ingin memastikan, benar saja kini kulihat Mas Robi sedang membantu gundiknya membereskan pakaian.
"Kalian akan menempati kamar ini," tanyaku seraya masuk kedalam kamar.
"Iya, cuma kamar ini yang ada AC nya," sahut Mas Robi tanpa menoleh ke arahku.
"Ga bisa, kamar ini nanti akan ditempati Ibu jika sewaktu-waktu kesini," aku langsung masuk dan melemparkan koper wanita itu keluar kamar.
Plak
Pipiku rasanya perih, tanpa kusadari air mataku jatuh, Mas Robi menampar wajahku. Tiga tahun menikah baru hari ini Mas Robi tega menamparku, rasanya aku sudah tidak mengenal lagi laki-laki di depanku ini.
"Mia ini juga istriku Talita, jadi dia berhak menempati kamar mana saja dirumah ini," bentak Mas Robi.
"Kalau begitu, sekarang juga kalian keluar dari rumahku. Karena semenjak kamu memilih untuk menikah lagi, sejak itu pula semuanya jatuh ke tanganku," tegasku.
"Ga ada yang akan keluar dari rumah ini, ini rumahku. Jika kamu ingin aku keluar dari sini, maka kamu bermimpi," seringai Mas Robi. Dia begitu arogan, dia tidak tau jika aku sudah mempersiapkan semuanya.
"Kamu tidak bisa mengusirku dari sini Talita, aku sudah cukup menuruti perintah kamu selama ini. Menjadi suami yang patuh, benar kata Ibuku selain mandul kamu juga keras kepala," geram Mas Robi. Jantungku berdetak dua kali lebih cepat, aku tidak menyangka kata-kata itu keluar dari mulutnya.
Aku lihat wanita itu tersenyum mengejek, dia pikir telah menang seutuhnya dariku. Baiklah ayo kita bermain.
"Baik Mas, aku yang pergi." Aku langsung ke kamar mengambil kunci mobil dan tas. Untunglah semua berkas penting sudah aku simpan di tempat yang aman.
Saat didalam mobil aku langsung mengambil ponsel dari dalam tas dan menghubungi seseorang.
"Halo Pak Hasan, saya mau mengabarkan jika saya jadi menjual dua unit rumah,." Pak Hasan adalah manajer perusahaan properti, dia juga yang akan membeli rumahku ini dan rumah Ibunya Mas Robi.
Silahkan kalian tidur dijalan Mas.
Miskin Setelah BerceraiPart 5Pov RobiHari ini aku kembali berbohong pada Talita, aku bilang jika akan ke rumah Ibu untuk menjenguk beliau yang sedang sakit. Tapi nyatanya aku akan menikah lagi dengan Nia wanita pilihan Ibu. Nia wanita yang cantik, walaupun Talita lebih cantik tapi aku tak pernah bosan melihat pesona Nia. Aku tidak bertujuan untuk menyakiti hati Talita, aku hanya ingin memiliki keturunan. Kata Ibu mungkin Talita lah yang bermasalah, makanya sampai pernikahan ke-tiga tahun kami belum punya anak.Semua persiapan pernikahan Ibulah yang mengurus, dimulai dari tempat resepsi, makanan termasuk biayanya. Untuk sementara biarlah dulu Ibu yang bayar, nanti setelah resepsi akan ku kembalikan semua uang Ibu yang habis. Karena untuk saat ini tidak mungkin aku mengambil uang tabunganku dan Talita, dia akan curiga karena semua keuangan dia yang pegang."Kamu udah siap Rob, lebih baik malam ini kita tidur di hotel saja. Karena Ibu takut kita terkena macet besok dijalan," ucap Ibu
Miskin Setelah BerceraiPart 6Pov RobiSetelah menerima telpon dari Ibu aku langsung bersiap-siap kesana, tidak kupedulikan lagi Nia yang terus bertanya kenapa. Dalam pikiran ku saat ini adalah Ibu, bagaimana jika Ibu sampai terkena serangan jantung. Saat dalam perjalanan tiba-tiba mobil mogok, ternyata ketika aku cek bensin mobil habis. Aku lupa mengisinya kemarin, darimana aku akan mendapatkan uang untuk mengisi bensin.Tiba-tiba aku melihat Rama sedang keluar dari cafe bersama teman-temannya, sepertinya kali ini aku harus menahan malu. Aku akan meminta bantuan Rama, dan sekalian menanyakan kenapa dia sampai menghianati aku sahabatnya."Rama, aku ingin ngomong bisa," tanyaku ketika dia akan menaiki mobilnya."Ada apa ya," tanyanya ketus."Jangan disini, sebaiknya kita bicara didalam mobil kamu aja," saranku. Aku tidak ingin dilihat orang jika nanti seandainya kami bertengkar."Oke, masuklah." Lalu aku pun masuk kedalam mobilnya."Apa yang ingin kamu tanyakan," tanya Rama lagi."Ken
Miskin Setelah BerceraiPart 7Pov RobiSemenjak kejadian kemarin hidupku semakin tidak jelas kemana arahnya, harusnya sekarang aku bisa dengan santai mau bangun jam berapa mau tidur lagi jam berapa. Harusnya juga sekarang aku bisa dengan bebas memakai uangku kemana saja yang aku inginkan. Aku sangat menyesal telah mengambil keputusan yang salah dengan menikahi Nia simpanan om-om dengan mengkhianati Talita yang menemaniku dari nol.Aku sudah kesana kemari mencari Talita, tapi nihil, jejaknya tidak aku temui. Bahkan nomornya sudah dia ganti, aku juga sudah kerumah Ibunya tapi kata tetangga rumahnya sudah dijual. Semua aset yang kami mulai dari nol pun sudah dia jual, beberapa restoran yang kami kelola bersama dulu juga dia jual kepada saingan bisnis kami dulu. Jujur aku sangat kecewa dengan sikapnya, bukankah dia ingin hidup denganku sampai JannahNya. Tapi kenapa dia meninggalkan aku, Ibu hanya menginginkan seorang cucu. Salahkah itu?Saat ini kami tinggal dikontrakkan sempit dengan du
Miskin Setelah BerceraiPart 8Setelah dua bulan menghilang dari kehidupan Mas Robi, sekarang aku memutuskan untuk kembali lagi ke kota ini. Aku harus mengontrol beberapa restoran disini, dan kata Linda asisten pribadiku ada salah satu restoran yang sedang bermasalah. Jadi lebih baik aku mengontrolnya sendiri, dulu aku selalu menyuruh Linda khususnya kota ini. Tapi sekarang aku harus turun tangan sendiri, karena ada pihak yang sengaja merusak citra restoranku. Yang aku takutkan jika berita hoax ini viral di media sosial dan berimbas ke restoranku yang lain."Kamu sudah mengabarkan jika kita akan berkunjung kan," tanyaku pada Linda saat kami sudah dimobil menuju ke salah satu restoran."Sudah Bu, dan katanya mereka sudah menyambut kedatangan Ibu dengan menyiapkan menu terbaru," jawab Linda.Setelah sampai, mereka para karyawan dengan ramah menyapaku satu persatu. Mereka bahkan menyiapkan satu meja khusus untukku dengan aneka macam makanan. Aku pun segera duduk di meja itu dengan Linda
Miskin Setelah BerceraiPart 9Hidup sendiri di perantauan membuatku menjadi mandiri, sekarang ayah dan ibu tinggal di Singapura untuk berobat rutin. Ayah sudah tau tentang perkara rumah tanggaku dengan Mas Robi, tapi aku tidak memberitahunya pada Ibu. Kesehatan Ibu akhir-akhir ini memburuk, itu karena penyakit jantungnya yang sudah kronis. Jadi Ibu tidak bisa menerima berita-berita yang tidak ingin didengarnya. Bahkan ketika Ibu bertanya kenapa Mas Robi tidak pernah menjenguk, aku hanya beralasan jika Mas Robi sedang sibuk-sibuknya mengurus restoran kami. Ibu bahagia karena melihatku sukses sekarang, bahkan aku sudah mendirikan beberapa restoran di Singapura juga membeli rumah untuk ayah dan Ibu. Tapi satu permintaan Ibu yang sampai saat ini belum kuturuti, yaitu mempunyai anak juga ingin melihat Mas Robi menjenguknya. Andai Ibu tau jika Mas Robi sekarang bukan lagi Mas Robi yang dulu."Bu." Panggilan Linda mengagetkan aku dari lamunan tentang Ibu. Sekarang aku malah di pertemukan ke
Miskin Setelah BerceraiPart 10Dari masalah hidup yang begitu rumit aku belajar untuk tegar, tidak boleh menggantungkan hidup pada orang lain, dan jangan terlalu banyak berharap selain kepadaNya. Semenjak aku memutuskan untuk berpisah dari Mas Robi, aku mulai mendekatkan diri pada Tuhan. Mungkin ini teguran dariNya karena selama ini aku sering lalai dalam beribadah kepadaNya. Begitu banyak ilmu bermanfaat yang aku dapatkan dari pengajian rutin yang kuhadiri. Pulang dari restoran aku menyuruh Linda mengantarku ke apartemen yang sengaja kubeli untukku singgah jika berkunjung lagi ke kota ini. Ini adalah apartemen mewah yang dari dulu ingin dibeli oleh Mas Robi, dia bilang lumayan bisa buat investasi masa tua. Jika boleh jujur aku sering mengingatnya akhir-akhir ini, karena bagaimanapun kami sudah bersama sejak masih berpacaran dulu. Kenangan bersamanya tidak bisa langsung hilang dari ingatan.Keluarga kami dulunya adalah keluarga yang harmonis meski kami belum diberikan keturunan. Mas
Miskin Setelah BerceraiPart 11Hari ini sungguh melelahkan, aku sungguh kewalahan menghadapi klien yang bertanya tentang fitnah keji si Nia itu. Untung aku bisa memberinya pengertian jika setiap usaha akan menghadapi berbagai masalah, bak itu internal maupun eksternal. Aku juga berjanji akan segera menyelesaikan masalah ini agar investasi mereka tidak dicabut. Setelah semua klien sudah pulang aku berniat untuk segera pulang juga, hari ini terpaksa aku harus menyetir mobil sendiri karena Linda kuberi tugas untuk mengawasi Nia. Aku tidak boleh lengah, dia bisa saja nekat karena terlampau marah padaku.Saat keluar dari ruang meeting, aku dihampiri oleh salah satu karyawan disini. Katanya Ibunya Mas Robi masih menungguku dari tadi. Bahkan katanya mantan mertuaku itu juga buat masalah, katanya jika ada barang yang rusak disuruh ganti atas namaku. Ya ampun Ibu, umur sudah lanjut kok ya ga sadar-sadar. Bukannya meminta maaf padaku atas perbuatannya dulu yang memaksa Mas Robi menikah diam-di
Miskin Setelah BerceraiPart 12Setelah membayar kopi yang kami pesan, Rama memintaku untuk mampir ke kantornya. Tapi aku menolak, karena aku tidak mau menjadi bahan amukan wanita jal*ang itu lagi, sudah cukup tadi dia mempermalukan aku didepan banyak orang. Leherku sebenarnya masih sedikit perih, tapi masih bisa kutahan. Biarlah nanti kulihat lagi diapartemen, lagian ada Linda yang akan merawatku. Tapi kemana Linda hari ini, bukankah dia kusuruh mengawasi Nia hari ini. Tidak biasanya dia mengabaikan tugasnya, apa mungkin ada hal penting lainnya yang harus dia bereskan, ah biar kutanyakan lagi nanti ketika sudah bertemu."Kalau kamu ga mau mampir, biar aku antar aja ya," tawar Rama lagi."Ga usah Ram, beneran deh aku ga papa. Lagian ini masih siang pasti kerjaan kamu masih banyak," tolakku lembut agar dia tidak merasa tersinggung."Yaudah kalau ga mau, nanti malam jam tujuh kamu siap-siap ya," ucap Rama lagi setelah itu dia langsung pergi masuk kedalam kantornya. Siap-siap apanya, aku
Miskin Setelah BerceraiPart 40Mamanya Dokter Anta malah membuka lebar mulutnya, terlebih Anta yang terlihat menggeleng kepala kuat. Berbeda dengan Andini yang terlihat tersenyum jumawa penuh kemenangan."Ini buktinya, Tante." Andini menyerahkan ponsel pintarnya pada orangtuanya Anta.Aku dan Anta juga melihat kearah foto yang ditunjukkan oleh Claudia, disana ada fotoku dan Mas Robi saat kami liburan di Singapura dulu."Tega kamu, Talita. Padahal Tante dan Om sudah merestui kamu untuk menjadi menantu kami," ujar Mamanya Anta marah."Tapi itu dulu, Tante." Tiba-tiba Mas Robi memotong ucapan Mamanya Anta yang seketika membuat Andini melotot marah."Maksud kamu?" tanya Mamanya Anta mengerutkan keningnya."Maksud kamu apa!" Perlahan senyum jumawa yang terukir di bibir Andini memudar. Sepertinya dia sudah menyadari jika Mas Robi akan mengkhianatinya."Iya, Tante. Dulu itu memang Talita istri saya. Tapi saya sudah lama bercerai dari dia, karena saya selingkuh dan menikah lagi. Dan foto yan
Miskin Setelah BerceraiPov TalitaPart 39"Sempurna," desisku ketika melihat gaun yang akan aku pakai di acara lamaran nanti. Iya, seminggu lagi aku dan Anta akan melangsungkan acara lamaran. Aku tidak menduga jika cerita hidupku serumit dan seindah ini. Dulu ketika aku masih berpacaran dengan Mas Robi, aku hanya ingin menikah dan menua bersamanya. Tidak ada bayangan jika aku akan menikah untuk kedua kalinya, dan juga aku tidak menyangka kalau yang akan menjadi calon suamiku ada Anta, beruang kutub yang menyebalkan.Aku tersenyum sendiri jika mengingat semua kekonyolan yang pernah aku lalui bersama Anta. Padahal dia tidak sedingin yang aku duga, dia bersikap begitu karena hatinya telah beku ditelan waktu. Mungkin sakitnya berbekas sampai sekarang, tapi aku yakin semua itu akan hilang dimakan waktu.Klek!Pintu kamarku tiba-tiba terbuka, ternyata Ibu yang masuk dan tersenyum ke arahku."Masuk, Buk," ucapku menyuruh Ibu untuk masuk."Ini baju yang akan kamu kenakan nanti? Cantik sekali
Miskin Setelah BerceraiPart 38POV Robi"Talita ada dirumah nggak?" tanyaku pada Linda. Saat ini aku sudah berada di depan pintu rumahnya. Dari kabar yang aku dapat dari Andini, Talita sudah menjual apartemennya dan membeli rumah untuk Ibu dan Ayah. Andai saja aku masih bersama dengannya, pasti hidupku tidak akan semenderita ini."Ada didalam, sebentar ya. Aku panggilkan," ucap Linda yang langsung menutup pintu karena aku belum ada ijin untuk masuk kedalam. Aku sudah memikirkan matang-matang rencana yang akan aku lakukan, Andini tidak boleh menyakiti Talita. Tapi, aku yakin jika Talita pasti tidak akan mempercayai kata-kataku.Klek!"Katanya disuruh masuk," ucap Linda sambil membuka pintu untukku. Aku bergegas masuk kedalam, ternyata disana sudah ada Ibu dan Ayah, juga Talita. Sepertinya mereka memang sengaja berkumpul disini untuk menemuiku."Duduk," ucap Ayah dengan suara tegasnya. Aku sangat menghormati kedua orang tuanya Talita, karena sejak kami masih pacaran dulu mereka selalu
Miskin Setelah BerceraiPart 37Pov RobiDdrrtt… Ddrrtt….Ponselku berkali-kali berbunyi dari tadi, entah siapa yang menelepon. Saat ini aku bekerja sebagai karyawan disalah satu cafe, peraturan kerja disini sangat ketat. Bahkan kami sebagai karyawan tidak boleh menggunakan ponsel ketika sedang bekerja. Ponselku terus berdering, aku yakin kali ini pasti penting. Karena orang ini menelponku hampir lima kali panggilan.Aku menyimpan nampan di meja belakang, aku pamit ke toilet agar segera bisa mengangkat telpon. Ternyata yang menelpon nomor tidak dikenal."Halo," ucapku saat panggilan terhubung."Halo, Robi. Saya Pak Ali, manajer di restoran kamu kerja dulu.""Halo, iya Pak. Saya ingat, kenapa ya?" tanyaku, karena selama bekerja disana dulu aku tidak pernah sekalipun berbicara dengannya. Kecuali saat melamar kerja dan ketika dipecat."Bisa kita ketemu?" tanya Pak Ali lagi."Untuk apa ya?""Penting, saya kirim alamatnya. Kita jumpa di sana sekitar jam empat sore," ucapnya dengan nada teg
Miskin Setelah BerceraiPart 36"Ibu mau makan apa?" tanyaku pada Ibu yang sudah duduk ditepi ranjang rumah sakit."Apel saja," jawab Ibu singkat. Aku tau saat ini Ibu masih marah padaku, karena masalah tadi. Aku memilih diam dan mengupas apel untuk Ibu, pikiranku menerawang jauh. Bagaimana jika seandainya Mas Robi mengambil kesempatan kali ini."Ini, Bu," aku menyodorkannya potongan apel yang sudah aku potong-potong diatas piring. Ibu mengambilnya satu dan langsung memakannya secara perlahan."Maafin Talita, Bu," ucapku lirih hampir tidak terdengar. Aku menundukkan kepala, tidak sanggup rasanya jika harus menatap wajah Ibu yang masih pucat."Ceritakan, apa yang terjadi," ucap Ibu. Akhirnya, aku harus menceritakannya hal pahit ini pada Ibu, semoga Ibu baik-baik saja mendengar kenyataan pahit yang dialami anaknya ini. Dengan menarik nafas panjang, aku menceritakan semua yang aku alami dan yang aku lewati saat bersama Mas Robi. Aku menceritakan semua tentang perlakuan Ibu dan keluarga M
Miskin Setelah BerceraiPart 35Akhirnya setelah acara makan selesai, aku langsung mengamit lengan Ibu dan mengajak mereka untuk kembali kerumah. Aku sama sekali tidak membayar makanan yang telah kami makan tadi, biarlah Mas Robi yang bayar. Toh, dia yang sudah mengajak Ibu dan Ayah untuk makan di restoran bandara. Entah dari mana dia mendapatkan uang agar bisa membayar ini semua. Karena dari menu yang aku lihat tadi, harga makanan disini lumayan menguras kantong. Aku lihat Ayah juga hanya membawa tas Ibu saja ditangannya, sepertinya semua koper dan tas barang lainnya Ayah suruh bawakan sama Mas Robi. Biarlah, kapan lagi bisa mendapatkan bantuan gratis dari mantan menantu tidak ada akhlak.Kami terus berjalan tanpa sedikitpun melihat kebelakang, Ibu terus saja bercerita tentang keadaannya yang sudah cukup baik. Dia juga bercerita kalau sudah bisa berbicara bahasa Inggris, walaupun masih belepotan. Kami terus tertawa dan sekali-kali aku memeluk Ibu dari samping, aku sangat rindu dengan
Miskin Setelah BerceraiPart 34Malam ini terasa sangat berbeda, dinginnya terasa sampai ke tulang. Hujan baru saja reda, tapi rintiknya masih sedikit ada. Aku memegang gelas yang berisi coklat hangat dengan kedua tanganku, lumayan aku bisa merasa lebih hangat. Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul setengah dua, dini hari. Mataku masih saja sulit untuk dipejamkan, pikiranku melayang dengan kata-kata Anta tadi dirumah sakit. Jika Anta bisa menerima statusku, belum tentu orang tuanya bisa menerima. Dan masalah Rama, aku akan mencoba untuk bicara besok dengan dia. 'Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?'Jika aku menerima Rama hanya karena mengingat semua kebaikan yang telah dia berikan, aku tidak yakin hubungan ini akan bertahan lama. Aku hanya tidak ingin gagal untuk kedua kalinya, lagi pula aku juga harus memikirkan bagaimana caranya memberitahu Ibu masalah ini. Ibu dan Ayah akan pulang besok, dan aku akan menjemputnya di bandara. Lebih baik memang aku tidur, supaya tidak telat bang
Miskin Setelah BerceraiPart 33"Aku nggak tahu," hanya itu jawaban yang bisa aku berikan, lalu melepaskan pegangan tangan dokter Anta. Saat ini aku hanya bingung, karena aku tidak ingin kembali terluka lagi. Aku pernah merasakan luka yang dalam, aku juga pernah menangis frustasi karena luka hati. Bersama dengan dokter Anta memang membuatku lebih nyaman, juga lebih membuat hari-hariku lebih seru dan berwarna."Aku tidak meminta jawabannya sekarang," ucapnya lagi. Kemudian dia bangun, mengambil batu kecil lalu melemparnya ke kolam air pancuran yang ada di taman. Dia menatap langit, pandangan matanya kosong."Kamu tahu, aku juga pernah terluka bahkan lebih dalam dari luka yang kamu rasakan. Aku pernah menahan rindu sampai menangis tergugu, aku bahkan terluka beberapa kali di tempat yang sama. Aku hanya takut untuk memulai, aku hanya takut luka itu ada lagi. Aku takut rinduku tak bertuan, takutku terlalu banyak. Kamu tidak akan tahan dengan itu," jelasku dengan kata-kata yang tidak perna
Miskin Setelah BerceraiPart 32"Kamu duduk disini, jangan kemana-mana," perintah Pak Ali pada Andini yang kini seperti menjadi tersangka kejahatan.Kami sekarang sudah berada di rumah sakit keluarganya Dokter Anta, saat ini kami duduk di kursi tunggu. Acara makan malam tadi di bubarkan oleh Papanya Dokter Anta karena Mamanya Andini yang mengalami serangan jantung mendadak. Tante Mita-- Mamanya Andini syok karena melihat aksi putrinya di ranjang dengan laki-laki lain. Entah darimana Dokter Anta mendapatkan video itu, tapi yang jelas sekarang keadaan telah berubah. Mamanya Dokter Anta berkali-kali meminta maaf padaku karena telah mempercayai omongan Andini tentangku."Kamu makan dulu ya," ucap Dokter Anta yang tiba-tiba datang membawakan roti untukku. Memang tadi aku belum sempat makan, karena kejadian naas itu terjadi sebelum acara makan malam."Makasih," jawabku seraya mengambil roti yang diberikan oleh dokter Anta. Melihat itu Andini terlihat mencebikkan mulutnya marah. Mungkin dia