Share

Sesal

Author: Ilyas One
last update Last Updated: 2022-07-18 14:13:55

Miskin Setelah Bercerai

Part 6

Pov Robi

Setelah menerima telpon dari Ibu aku langsung bersiap-siap kesana, tidak kupedulikan lagi Nia yang terus bertanya kenapa. Dalam pikiran ku saat ini adalah Ibu, bagaimana jika Ibu sampai terkena serangan jantung. Saat dalam perjalanan tiba-tiba mobil mogok, ternyata ketika aku cek bensin mobil habis. Aku lupa mengisinya kemarin, darimana aku akan mendapatkan uang untuk mengisi bensin.

Tiba-tiba aku melihat Rama sedang keluar dari cafe bersama teman-temannya, sepertinya kali ini aku harus menahan malu. Aku akan meminta bantuan Rama, dan sekalian menanyakan kenapa dia sampai menghianati aku sahabatnya.

"Rama, aku ingin ngomong bisa," tanyaku ketika dia akan menaiki mobilnya.

"Ada apa ya," tanyanya ketus.

"Jangan disini, sebaiknya kita bicara didalam mobil kamu aja," saranku. Aku tidak ingin dilihat orang jika nanti seandainya kami bertengkar.

"Oke, masuklah." Lalu aku pun masuk kedalam mobilnya.

"Apa yang ingin kamu tanyakan," tanya Rama lagi.

"Kenapa kamu memberitahu Talita jika aku selingkuh, kamu malah ke acara resepsi dengan mengajak dia," tanyaku kesal.

"Kamu beneran pengen tau," bukannya menjawab pertanyaanku Rama malah bertanya balik. Tapi aku harus sabar jika ingin mendapatkan jawabannya, siapa tau aku bisa memperbaiki semuanya.

"Iya, kamu tau kan kalau aku menikah lagi karena ingin punya keturunan," jawabku lesu.

"Kamu ingat wanita yang pernah kuceritakan dulu?" tanya Rama lagi, dia berbelit sekali.

"Yang mana, aku lupa," jawabku acuh.

"Wanita yang pernah pergi meninggalkan aku ketika akan melakukan ijab kabul," jawab Rama. Iya aku ingat, dulu Rama pernah bercerita kalau dia akan menikah dengan wanita yang dia cintai. Dia juga mengundangku dan Talita, hanya saja kami tidak bisa hadir karena harus ke Singapura untuk merawat Ibunya Talita yang sakit. Pulang dari sana aku baru mengetahui jika Rama gagal menikah karena mempelai wanitanya lari dengan suami orang, sampai Ibunya Rama meninggal karena stres memikirkan pernikahan Rama yang gagal.

"Iya aku ingat, jadi apa hubungannya dengan aku menikah lagi," jawabku kesal.

"Wanita itu adalah istri kamu yang sekarang," jawabnya. Apalagi ini, kenapa masalah datang bertubi-tubi. Tidak mungkin Nia istriku adalah wanita penghianat itu.

"Kamu sedang tidak bercanda kan Rama," tanyaku gagap. Bibir ini kelu, badanku pun kaku seperti tidak bisa digerakkan lagi. Bagaimana mungkin wanita yang kunikahi dengan harapan akan memberikan keturunan ternyata simpanan om-om.

"Kalau kamu ga percaya yasudah, tapi kamu bisa lihat bagaimana ekspresi dia ketika bertemu denganku di acara resepsi kalian," jawab Rama santai. Aku tidak terlalu memperhatikan Nia ketika kejadian itu terjadi, karena aku sibuk dengan Talita juga Ibu yang sedang berdebat.

"Aku tidak percaya Rama, Nia itu wanita baik-baik. Dia juga wanita lembut dan sopan, tidak ada celah yang membuktikan bahwa dia adalah simpanan om-om," kilahku pada Rama. Meskipun dalam hati meyakini ucapan Rama, karena aku kenal dia, dia tidak pernah berbohong.

Saat sedang berdebat dengan Rama, telponku kembali berdering. Kak Mira….

"Halo Kak ada apa,"

"Kamu dimana sih dari tadi ga sampe-sampe, Ibu udah berkali-kali pingsan manggilin kamu terus." Ya ampun aku sampai lupa jika tadi aku ingin kerumah Ibu.

"Rama, bisa aku minta tolong antarkan aku kerumah Ibu. Mobilku kehabisan bensin, dan… aku tidak memegang uang cash," jelasku.

Rama mencebik mulutnya tanda dia keberatan, tapi mungkin karena tidak enak dia memberikanku uang satu juta untuk pegangan katanya. Setelah aku mengisi bensin mobil, aku pun langsung menuju kerumah Ibu. Berkali-kali Nia menelpon tapi tak aku hiraukan, biarkan saja dulu saat ini aku harus fokus ke Ibu.

"Dimana Ibu," tanyaku pada Kak Mira yang sedang menangis didepan rumah. Mungkin Kak Mira tidak menyangka jika ini terjadi begitu cepat, aku juga tidak mengira jika Talita begitu tega pada kami.

"Di kamar," jawab Kak Mira.

Aku langsung ke kemar Ibu, aku melihat Ibu menangis di tempat tidur. Bahunya bergetar hebat, tanda dia menahan sesak di dada.

"Ibu ga papa?" tanyaku sambil menarik kursi untuk duduk disebelah tempat tidur.

"Ga papa gimana, kamu jadi anak sama sekali tidak bisa diandalkan. Cuma kamu anak laki-laki Ibu satu-satunya, seharusnya kamu bisa membahagiakan Ibu," tangis Ibu pecah, dia terus menyalahkan aku karena terlalu lembek jadi suami.

"Maafkan Robi Buk, aku juga tidak menyangka jika Talita semarah itu," jawabku menunduk menyesali semua yang sudah terjadi.

"Dimana hati Talita, tega dia menjual rumah Ibu. Ini rumah Ibu, dia tidak berhak menjualnya. Kemana Ibu harus pergi sekarang," racau Ibu.

"Lebih baik kita berkemas aja Bu, kita pindah saja kerumah Robi. Rumahnya kan besar, kamarnya juga banyak," usul Kak Mira tiba-tiba. Bagaimana ini, bagaimana jika Ibu tau kalau rumahku pun sudah dijual sama Talita. Brengs*k kamu Talita, aku harus menemukan kamu untuk memberikan pelajaran.

"Yaudah kalau gitu kamu siap-siap Mira, kamu bawa semua barang kita yang berharga. Guci antik kesayangan Ibu jangan lupa kamu ambil," jawab Ibu lesu.

Aku takut mengatakan yang sebenarnya, bagaimana jika Ibu jantungan.

"Robi, kamu jangan diam aja. Cepat bantuin mbak mu," ketus Ibu.

"I-iya Bu," aku pun segera berkemas, tidak lupa guci antik kesayangan Ibu. Mungkin aku bisa mengambil sebagian untuk dijual, karena harga dari guci-guci ini sangat mahal. Saat sedang memasuki guci kedalam kardus besar, seseorang memegang tanganku.

"Mohon maaf Pak, semua barang dirumah ini tidak boleh di ambil lagi. Karena Ibu Talita menjual rumah ini beserta isinya. Jadi tolong ambil pakaian kalian saja." Apa-apaan ini, bagaimana bisa Talita begitu kejam terhadap kami. Bagaimanapun aku masih suaminya dan Ibu masih mertuanya.

"Mana surat bukti bahwa rumah ini sudah dijual beserta isinya," tanyaku marah saat apapun yang aku dan Kak Mira ambil tidak diperbolehkan oleh mereka.

"Ini silahkan Bapak baca dengan baik, rumah beserta isinya sudah dijual oleh Ibu Talita kepada perusahaan kami," terang lelaki itu. Benar memang, disurat itu tertulis jika semua sudah dijual dan yang membuat aku syok adalah angka yang tertera di atas kertas. Benar-benar rakus kamu Talita, ternyata salah besar aku sudah menjadikan kamu istri.

Ibu histeris saat meninggalkan rumahnya, apalagi guci-guci itu tidak bisa dibawa pergi. Kasihan sekali ibu, punya menantu yang tidak tau diri. Tidak bisakah dia sedikit saja menyayangi kami, memang wanita jahat kamu Talita, rutukku.

"Ibu sudah tidur," tanyaku pada Kak Mira saat didalam mobil.

"Sudah, mungkin Ibu kelelahan karena kebanyakan menangis. Wanita itu benar-benar jahan*am Robi, sudah ma*dul jahat lagi," maki Kak Mira.

"Sebenarnya rumah yang kami tempati juga udah dijual Kak," jawabku lesu.

"Apa kamu bilang, dijual juga sama dia. Terus kita mau tinggal dimana sekarang," tanya Kak Mira emosi.

"Kakak jangan memperkeruh suasana, bantu aku menjelaskannya pada Ibu. Kalau nanti kita nyewa rumah lagi mbak bantu setengah ya dananya. Lagian anak-anak sama suami mbak tinggal juga disitu,"ketusku.

"Kok jadi mbak yang bayar setengah sih, harusnya kamu dong sebagai anak laki-laki yang bertanggung jawab," cebik Kak Mira.

"Jadi suami mbak gunanya apa? Sekarang aja dia entah dimana saat kita butuh. Untung anak-anak kesekolah, kalau tidak ga muat ini mobil." Malas sekali aku berdebat, sudah punya suami tapi masih aja menyusahkan.

***

Saat tiba dirumah Nia sudah menunggu diluar, dari raut mukanya sepertinya dia tengah memikirkan sesuatu.

"Mas, kenapa susah sekali ditelpon. Tadi ada orang nyariin kamu, terus kasih ini." Nia memberiku satu amplop coklat, lebih baik aku membukanya didalam saja.

"Yaudah kita masuk dulu ya, nanti didalam kita buka sama-sama," ajakku. Kami pun masuk kedalam rumah dan duduk diruang tamu. Ibu sudah agak tenang, dia menyandarkan punggungnya di sofa.

"Kok Ibu kesini bawa-bawa koper," tanya Nia, namun Ibu dan Kak Mira bergeming tidak menjawab.

"Rumah Ibu sudah dijual sama Talita, jadi Ibu pindah kesini," jawabku sambil membuka amplop tadi.

"Tapi tadi ada orang yang datang kemari saat mas ga ada, pas aku tanya ada perlu apa mereka malah bilang ini rumah mereka yang dibeli sama perusahaan properti," cerita Nia. Ibu yang mendengar itu langsung berdiri dengan memegang dada, aku rasa jantung ibu kumat.

"I-bu, lebih baik Ibu istirahat dikamar ya. Biar urusan ini Robi yang selesaikan," terangku menenangkan Ibu.

"Kamu ga usah sok bijak Robi, kamu lihat kan sekarang. Istri kamu itu sudah menguasai semuanya, dia bahkan berani menjual semua harta kita," teriak Ibu histeris.

"Sekarang juga kamu hubungi istri kamu itu biar Ibu yang ngomong," titah Ibu dengan emosi yang sudah di ubun-ubun.

"Nomor Talita tidak bisa dihubungi lagi Bu, sepertinya Talita udah ganti nomor. Aku telpon ke Bapak dan Ibunya juga ga bisa, kayaknya nomorku udah diblokir," jelasku lesu. Baru kali ini pikiranku buntu, aku bahkan tidak tau harus mencari Talita kemana. Apa dia pulang kerumah orangtuanya ya, tidak mungkin aku menyusul karena aku tidak memiliki uang lagi.

"Dasar anak bod*h, makanya dari dulu Ibu ga ngerestuin kamu dengan dia," maki Ibu kesal. Aku memang salah menikahi kamu Ta, aku benar-benar tidak mengenal kamu lagi sekarang.

"Mas, kata orang tadi besok rumah ini sudah harus kosong. Jadi kita akan tinggal dimana sekarang," tanya Nia, aku sama sekali tidak bisa menjawab pertanyaan dia.

"Kamu kan ada uang simpanan Nia, kenapa ga kamu aja yang cari rumah kontrakan biar kita ada tempat tinggal," tanya Kak Mira. Betul, Nia pasti ada uang tabungan. Secara sebulan sebelum menikah aku rutin memberikan dia uang dalam jumlah banyak.

"Ada sih mbak, tapi ga mungkin aku menghabiskan uang tabunganku untuk kalian. Belum seminggu nikah udah susah begini," cebik Nia. Aku terkejut melihat sikap Nia, dia yang biasanya lemah lembut sekarang sudah berani melawan Kak Mira.

"Apa kamu bilang, kamu kok perhitungan sekali sama kita. Kita ini keluarga kami sekarang, jadi uang kamu uang kami juga," sahut Ibu kesal.

"Buk, aku bukan Talita ya yang bisa Ibu porotin uangnya. Dulu aku memenuhi hidupku dengan uangku sendiri, sekarang aku harus menghidupi kalian," jawab Nia dengan suara lantang. Berani sekali dia menjawab Ibu begitu, belum genap seminggu dia menjadi istri tapi sudah berani membentak Ibuku.

"Berani sekali kamu Nia membentak Ibuku, bagaimanapun dia juga Ibu mertua kamu," bentakku pada Nia.

"Mikir dong Mas, aku nikah sama kamu pengen hidup bahagia. Ada yang nafkahin, bukannya malah nafkahin balik," sela Nia marah-marah. Aku benar-benar tidak menyangka sifat asli Nia seperti ini. Aku baru teringat ucapan Rama tadi, sepertinya dia memang tidak berbohong, aku memang sudah salah pilih istri. Talita, kemana kamu, aku rindu.

Related chapters

  • Miskin Setelah Bercerai   Jadi bawahan

    Miskin Setelah BerceraiPart 7Pov RobiSemenjak kejadian kemarin hidupku semakin tidak jelas kemana arahnya, harusnya sekarang aku bisa dengan santai mau bangun jam berapa mau tidur lagi jam berapa. Harusnya juga sekarang aku bisa dengan bebas memakai uangku kemana saja yang aku inginkan. Aku sangat menyesal telah mengambil keputusan yang salah dengan menikahi Nia simpanan om-om dengan mengkhianati Talita yang menemaniku dari nol.Aku sudah kesana kemari mencari Talita, tapi nihil, jejaknya tidak aku temui. Bahkan nomornya sudah dia ganti, aku juga sudah kerumah Ibunya tapi kata tetangga rumahnya sudah dijual. Semua aset yang kami mulai dari nol pun sudah dia jual, beberapa restoran yang kami kelola bersama dulu juga dia jual kepada saingan bisnis kami dulu. Jujur aku sangat kecewa dengan sikapnya, bukankah dia ingin hidup denganku sampai JannahNya. Tapi kenapa dia meninggalkan aku, Ibu hanya menginginkan seorang cucu. Salahkah itu?Saat ini kami tinggal dikontrakkan sempit dengan du

    Last Updated : 2022-07-18
  • Miskin Setelah Bercerai   Bertemu kembali

    Miskin Setelah BerceraiPart 8Setelah dua bulan menghilang dari kehidupan Mas Robi, sekarang aku memutuskan untuk kembali lagi ke kota ini. Aku harus mengontrol beberapa restoran disini, dan kata Linda asisten pribadiku ada salah satu restoran yang sedang bermasalah. Jadi lebih baik aku mengontrolnya sendiri, dulu aku selalu menyuruh Linda khususnya kota ini. Tapi sekarang aku harus turun tangan sendiri, karena ada pihak yang sengaja merusak citra restoranku. Yang aku takutkan jika berita hoax ini viral di media sosial dan berimbas ke restoranku yang lain."Kamu sudah mengabarkan jika kita akan berkunjung kan," tanyaku pada Linda saat kami sudah dimobil menuju ke salah satu restoran."Sudah Bu, dan katanya mereka sudah menyambut kedatangan Ibu dengan menyiapkan menu terbaru," jawab Linda.Setelah sampai, mereka para karyawan dengan ramah menyapaku satu persatu. Mereka bahkan menyiapkan satu meja khusus untukku dengan aneka macam makanan. Aku pun segera duduk di meja itu dengan Linda

    Last Updated : 2022-07-18
  • Miskin Setelah Bercerai   Hadiah

    Miskin Setelah BerceraiPart 9Hidup sendiri di perantauan membuatku menjadi mandiri, sekarang ayah dan ibu tinggal di Singapura untuk berobat rutin. Ayah sudah tau tentang perkara rumah tanggaku dengan Mas Robi, tapi aku tidak memberitahunya pada Ibu. Kesehatan Ibu akhir-akhir ini memburuk, itu karena penyakit jantungnya yang sudah kronis. Jadi Ibu tidak bisa menerima berita-berita yang tidak ingin didengarnya. Bahkan ketika Ibu bertanya kenapa Mas Robi tidak pernah menjenguk, aku hanya beralasan jika Mas Robi sedang sibuk-sibuknya mengurus restoran kami. Ibu bahagia karena melihatku sukses sekarang, bahkan aku sudah mendirikan beberapa restoran di Singapura juga membeli rumah untuk ayah dan Ibu. Tapi satu permintaan Ibu yang sampai saat ini belum kuturuti, yaitu mempunyai anak juga ingin melihat Mas Robi menjenguknya. Andai Ibu tau jika Mas Robi sekarang bukan lagi Mas Robi yang dulu."Bu." Panggilan Linda mengagetkan aku dari lamunan tentang Ibu. Sekarang aku malah di pertemukan ke

    Last Updated : 2022-07-18
  • Miskin Setelah Bercerai   Masa lalu Nia

    Miskin Setelah BerceraiPart 10Dari masalah hidup yang begitu rumit aku belajar untuk tegar, tidak boleh menggantungkan hidup pada orang lain, dan jangan terlalu banyak berharap selain kepadaNya. Semenjak aku memutuskan untuk berpisah dari Mas Robi, aku mulai mendekatkan diri pada Tuhan. Mungkin ini teguran dariNya karena selama ini aku sering lalai dalam beribadah kepadaNya. Begitu banyak ilmu bermanfaat yang aku dapatkan dari pengajian rutin yang kuhadiri. Pulang dari restoran aku menyuruh Linda mengantarku ke apartemen yang sengaja kubeli untukku singgah jika berkunjung lagi ke kota ini. Ini adalah apartemen mewah yang dari dulu ingin dibeli oleh Mas Robi, dia bilang lumayan bisa buat investasi masa tua. Jika boleh jujur aku sering mengingatnya akhir-akhir ini, karena bagaimanapun kami sudah bersama sejak masih berpacaran dulu. Kenangan bersamanya tidak bisa langsung hilang dari ingatan.Keluarga kami dulunya adalah keluarga yang harmonis meski kami belum diberikan keturunan. Mas

    Last Updated : 2022-07-21
  • Miskin Setelah Bercerai   Rama dan Talita

    Miskin Setelah BerceraiPart 11Hari ini sungguh melelahkan, aku sungguh kewalahan menghadapi klien yang bertanya tentang fitnah keji si Nia itu. Untung aku bisa memberinya pengertian jika setiap usaha akan menghadapi berbagai masalah, bak itu internal maupun eksternal. Aku juga berjanji akan segera menyelesaikan masalah ini agar investasi mereka tidak dicabut. Setelah semua klien sudah pulang aku berniat untuk segera pulang juga, hari ini terpaksa aku harus menyetir mobil sendiri karena Linda kuberi tugas untuk mengawasi Nia. Aku tidak boleh lengah, dia bisa saja nekat karena terlampau marah padaku.Saat keluar dari ruang meeting, aku dihampiri oleh salah satu karyawan disini. Katanya Ibunya Mas Robi masih menungguku dari tadi. Bahkan katanya mantan mertuaku itu juga buat masalah, katanya jika ada barang yang rusak disuruh ganti atas namaku. Ya ampun Ibu, umur sudah lanjut kok ya ga sadar-sadar. Bukannya meminta maaf padaku atas perbuatannya dulu yang memaksa Mas Robi menikah diam-di

    Last Updated : 2022-07-21
  • Miskin Setelah Bercerai   Ancaman Robi

    Miskin Setelah BerceraiPart 12Setelah membayar kopi yang kami pesan, Rama memintaku untuk mampir ke kantornya. Tapi aku menolak, karena aku tidak mau menjadi bahan amukan wanita jal*ang itu lagi, sudah cukup tadi dia mempermalukan aku didepan banyak orang. Leherku sebenarnya masih sedikit perih, tapi masih bisa kutahan. Biarlah nanti kulihat lagi diapartemen, lagian ada Linda yang akan merawatku. Tapi kemana Linda hari ini, bukankah dia kusuruh mengawasi Nia hari ini. Tidak biasanya dia mengabaikan tugasnya, apa mungkin ada hal penting lainnya yang harus dia bereskan, ah biar kutanyakan lagi nanti ketika sudah bertemu."Kalau kamu ga mau mampir, biar aku antar aja ya," tawar Rama lagi."Ga usah Ram, beneran deh aku ga papa. Lagian ini masih siang pasti kerjaan kamu masih banyak," tolakku lembut agar dia tidak merasa tersinggung."Yaudah kalau ga mau, nanti malam jam tujuh kamu siap-siap ya," ucap Rama lagi setelah itu dia langsung pergi masuk kedalam kantornya. Siap-siap apanya, aku

    Last Updated : 2022-07-21
  • Miskin Setelah Bercerai   Talita dibunuh ?

    Miskin Setelah BerceraiPart 13Setelah semuanya selesai, aku memutuskan untuk tidur. Mengistirahatkan tubuh dan otak, aku harus tetap waras agar tetap bisa menyelesaikan semuanya. Saat kejadian tadi, aku langsung menelpon Rama untuk meminta bantuannya. Rama menyuruhku untuk menceritakan semua kejadian kepada pihak keamanan apartemen. Aku memutuskan untuk tidak melaporkan Mas Robi ke pihak kepolisian, aku tidak ingin membuat masalah menjadi lebih rumit lagi. Jika aku memenjarakan Mas Robi pasti Nia dan Ibu akan menyerangku. Aku tidak ingin lagi berurusan dengan mereka, aku menginginkan hidupku kembali tenang seperti dulu.Tadi Rama sudah mengantar Mas Robi ke rumahnya, aku pun sudah melapor kepada pihak keamanan apartemen jika suatu saat nanti Mas Robi kesini agar tidak diijinkan masuk. Aku juga sudah memberikan foto Ibu dan Nia jika sewaktu-waktu mereka datang kesini tidak diijinkan untuk masuk. Mereka sudah bagaikan teror dihidupku, mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri tanp

    Last Updated : 2022-07-21
  • Miskin Setelah Bercerai   Bimbang

    Miskin Setelah BerceraiPart 14"Kamu akan mati malam ini Talita," ucap Nia sambil mengelus pipiku. Aku yang sama sekali tidak bisa bergerak karena tanganku dipegang hanya bisa pasrah. Sempat aku berteriak memanggil Linda, tapi nihil, suaraku bahkan tidak keluar. Linda tidak bangun, aku terus berusaha mengeluarkan suara tapi tertahan di leher."Lindaa…" teriakku. Akhirnya suaraku keluar dan aku terus menerus memanggil namanya."Buk, Bu, bangun Bu," Linda menepuk-nepuk pipiku. Sampai aku terbangun dan menarik nafas panjang,"Astaghfirullah…" ucapku memeluk Linda yang ada disampingku."Ibu mimpi?" Tanya Linda, aku mengurai pelukanku. Linda terus menatapku bingung sambil menyodorkan air putih di atas nakas. Aku tidak menjawab, kuteguk habis air di dalam gelas lalu gelasnya kuberikan lagi pada Linda."Sebaiknya Ibu istirahat dulu ya, ini mungkin karena Ibu kecapean," ujar Linda lagi."Tapi itu seperti nyata Lin," jawabku. Aku menangis mengingat mimpi tadi, apakah ini sebagai pertanda jika

    Last Updated : 2022-07-21

Latest chapter

  • Miskin Setelah Bercerai   Tamat

    Miskin Setelah BerceraiPart 40Mamanya Dokter Anta malah membuka lebar mulutnya, terlebih Anta yang terlihat menggeleng kepala kuat. Berbeda dengan Andini yang terlihat tersenyum jumawa penuh kemenangan."Ini buktinya, Tante." Andini menyerahkan ponsel pintarnya pada orangtuanya Anta.Aku dan Anta juga melihat kearah foto yang ditunjukkan oleh Claudia, disana ada fotoku dan Mas Robi saat kami liburan di Singapura dulu."Tega kamu, Talita. Padahal Tante dan Om sudah merestui kamu untuk menjadi menantu kami," ujar Mamanya Anta marah."Tapi itu dulu, Tante." Tiba-tiba Mas Robi memotong ucapan Mamanya Anta yang seketika membuat Andini melotot marah."Maksud kamu?" tanya Mamanya Anta mengerutkan keningnya."Maksud kamu apa!" Perlahan senyum jumawa yang terukir di bibir Andini memudar. Sepertinya dia sudah menyadari jika Mas Robi akan mengkhianatinya."Iya, Tante. Dulu itu memang Talita istri saya. Tapi saya sudah lama bercerai dari dia, karena saya selingkuh dan menikah lagi. Dan foto yan

  • Miskin Setelah Bercerai   Tercengang

    Miskin Setelah BerceraiPov TalitaPart 39"Sempurna," desisku ketika melihat gaun yang akan aku pakai di acara lamaran nanti. Iya, seminggu lagi aku dan Anta akan melangsungkan acara lamaran. Aku tidak menduga jika cerita hidupku serumit dan seindah ini. Dulu ketika aku masih berpacaran dengan Mas Robi, aku hanya ingin menikah dan menua bersamanya. Tidak ada bayangan jika aku akan menikah untuk kedua kalinya, dan juga aku tidak menyangka kalau yang akan menjadi calon suamiku ada Anta, beruang kutub yang menyebalkan.Aku tersenyum sendiri jika mengingat semua kekonyolan yang pernah aku lalui bersama Anta. Padahal dia tidak sedingin yang aku duga, dia bersikap begitu karena hatinya telah beku ditelan waktu. Mungkin sakitnya berbekas sampai sekarang, tapi aku yakin semua itu akan hilang dimakan waktu.Klek!Pintu kamarku tiba-tiba terbuka, ternyata Ibu yang masuk dan tersenyum ke arahku."Masuk, Buk," ucapku menyuruh Ibu untuk masuk."Ini baju yang akan kamu kenakan nanti? Cantik sekali

  • Miskin Setelah Bercerai   POV Robi 2

    Miskin Setelah BerceraiPart 38POV Robi"Talita ada dirumah nggak?" tanyaku pada Linda. Saat ini aku sudah berada di depan pintu rumahnya. Dari kabar yang aku dapat dari Andini, Talita sudah menjual apartemennya dan membeli rumah untuk Ibu dan Ayah. Andai saja aku masih bersama dengannya, pasti hidupku tidak akan semenderita ini."Ada didalam, sebentar ya. Aku panggilkan," ucap Linda yang langsung menutup pintu karena aku belum ada ijin untuk masuk kedalam. Aku sudah memikirkan matang-matang rencana yang akan aku lakukan, Andini tidak boleh menyakiti Talita. Tapi, aku yakin jika Talita pasti tidak akan mempercayai kata-kataku.Klek!"Katanya disuruh masuk," ucap Linda sambil membuka pintu untukku. Aku bergegas masuk kedalam, ternyata disana sudah ada Ibu dan Ayah, juga Talita. Sepertinya mereka memang sengaja berkumpul disini untuk menemuiku."Duduk," ucap Ayah dengan suara tegasnya. Aku sangat menghormati kedua orang tuanya Talita, karena sejak kami masih pacaran dulu mereka selalu

  • Miskin Setelah Bercerai   POV Robi

    Miskin Setelah BerceraiPart 37Pov RobiDdrrtt… Ddrrtt….Ponselku berkali-kali berbunyi dari tadi, entah siapa yang menelepon. Saat ini aku bekerja sebagai karyawan disalah satu cafe, peraturan kerja disini sangat ketat. Bahkan kami sebagai karyawan tidak boleh menggunakan ponsel ketika sedang bekerja. Ponselku terus berdering, aku yakin kali ini pasti penting. Karena orang ini menelponku hampir lima kali panggilan.Aku menyimpan nampan di meja belakang, aku pamit ke toilet agar segera bisa mengangkat telpon. Ternyata yang menelpon nomor tidak dikenal."Halo," ucapku saat panggilan terhubung."Halo, Robi. Saya Pak Ali, manajer di restoran kamu kerja dulu.""Halo, iya Pak. Saya ingat, kenapa ya?" tanyaku, karena selama bekerja disana dulu aku tidak pernah sekalipun berbicara dengannya. Kecuali saat melamar kerja dan ketika dipecat."Bisa kita ketemu?" tanya Pak Ali lagi."Untuk apa ya?""Penting, saya kirim alamatnya. Kita jumpa di sana sekitar jam empat sore," ucapnya dengan nada teg

  • Miskin Setelah Bercerai   Rencana Robi dan Andini

    Miskin Setelah BerceraiPart 36"Ibu mau makan apa?" tanyaku pada Ibu yang sudah duduk ditepi ranjang rumah sakit."Apel saja," jawab Ibu singkat. Aku tau saat ini Ibu masih marah padaku, karena masalah tadi. Aku memilih diam dan mengupas apel untuk Ibu, pikiranku menerawang jauh. Bagaimana jika seandainya Mas Robi mengambil kesempatan kali ini."Ini, Bu," aku menyodorkannya potongan apel yang sudah aku potong-potong diatas piring. Ibu mengambilnya satu dan langsung memakannya secara perlahan."Maafin Talita, Bu," ucapku lirih hampir tidak terdengar. Aku menundukkan kepala, tidak sanggup rasanya jika harus menatap wajah Ibu yang masih pucat."Ceritakan, apa yang terjadi," ucap Ibu. Akhirnya, aku harus menceritakannya hal pahit ini pada Ibu, semoga Ibu baik-baik saja mendengar kenyataan pahit yang dialami anaknya ini. Dengan menarik nafas panjang, aku menceritakan semua yang aku alami dan yang aku lewati saat bersama Mas Robi. Aku menceritakan semua tentang perlakuan Ibu dan keluarga M

  • Miskin Setelah Bercerai   Berjuang bersama

    Miskin Setelah BerceraiPart 35Akhirnya setelah acara makan selesai, aku langsung mengamit lengan Ibu dan mengajak mereka untuk kembali kerumah. Aku sama sekali tidak membayar makanan yang telah kami makan tadi, biarlah Mas Robi yang bayar. Toh, dia yang sudah mengajak Ibu dan Ayah untuk makan di restoran bandara. Entah dari mana dia mendapatkan uang agar bisa membayar ini semua. Karena dari menu yang aku lihat tadi, harga makanan disini lumayan menguras kantong. Aku lihat Ayah juga hanya membawa tas Ibu saja ditangannya, sepertinya semua koper dan tas barang lainnya Ayah suruh bawakan sama Mas Robi. Biarlah, kapan lagi bisa mendapatkan bantuan gratis dari mantan menantu tidak ada akhlak.Kami terus berjalan tanpa sedikitpun melihat kebelakang, Ibu terus saja bercerita tentang keadaannya yang sudah cukup baik. Dia juga bercerita kalau sudah bisa berbicara bahasa Inggris, walaupun masih belepotan. Kami terus tertawa dan sekali-kali aku memeluk Ibu dari samping, aku sangat rindu dengan

  • Miskin Setelah Bercerai   Robi berulah

    Miskin Setelah BerceraiPart 34Malam ini terasa sangat berbeda, dinginnya terasa sampai ke tulang. Hujan baru saja reda, tapi rintiknya masih sedikit ada. Aku memegang gelas yang berisi coklat hangat dengan kedua tanganku, lumayan aku bisa merasa lebih hangat. Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul setengah dua, dini hari. Mataku masih saja sulit untuk dipejamkan, pikiranku melayang dengan kata-kata Anta tadi dirumah sakit. Jika Anta bisa menerima statusku, belum tentu orang tuanya bisa menerima. Dan masalah Rama, aku akan mencoba untuk bicara besok dengan dia. 'Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan?'Jika aku menerima Rama hanya karena mengingat semua kebaikan yang telah dia berikan, aku tidak yakin hubungan ini akan bertahan lama. Aku hanya tidak ingin gagal untuk kedua kalinya, lagi pula aku juga harus memikirkan bagaimana caranya memberitahu Ibu masalah ini. Ibu dan Ayah akan pulang besok, dan aku akan menjemputnya di bandara. Lebih baik memang aku tidur, supaya tidak telat bang

  • Miskin Setelah Bercerai   Hati yang patah

    Miskin Setelah BerceraiPart 33"Aku nggak tahu," hanya itu jawaban yang bisa aku berikan, lalu melepaskan pegangan tangan dokter Anta. Saat ini aku hanya bingung, karena aku tidak ingin kembali terluka lagi. Aku pernah merasakan luka yang dalam, aku juga pernah menangis frustasi karena luka hati. Bersama dengan dokter Anta memang membuatku lebih nyaman, juga lebih membuat hari-hariku lebih seru dan berwarna."Aku tidak meminta jawabannya sekarang," ucapnya lagi. Kemudian dia bangun, mengambil batu kecil lalu melemparnya ke kolam air pancuran yang ada di taman. Dia menatap langit, pandangan matanya kosong."Kamu tahu, aku juga pernah terluka bahkan lebih dalam dari luka yang kamu rasakan. Aku pernah menahan rindu sampai menangis tergugu, aku bahkan terluka beberapa kali di tempat yang sama. Aku hanya takut untuk memulai, aku hanya takut luka itu ada lagi. Aku takut rinduku tak bertuan, takutku terlalu banyak. Kamu tidak akan tahan dengan itu," jelasku dengan kata-kata yang tidak perna

  • Miskin Setelah Bercerai   Menyatakan cinta

    Miskin Setelah BerceraiPart 32"Kamu duduk disini, jangan kemana-mana," perintah Pak Ali pada Andini yang kini seperti menjadi tersangka kejahatan.Kami sekarang sudah berada di rumah sakit keluarganya Dokter Anta, saat ini kami duduk di kursi tunggu. Acara makan malam tadi di bubarkan oleh Papanya Dokter Anta karena Mamanya Andini yang mengalami serangan jantung mendadak. Tante Mita-- Mamanya Andini syok karena melihat aksi putrinya di ranjang dengan laki-laki lain. Entah darimana Dokter Anta mendapatkan video itu, tapi yang jelas sekarang keadaan telah berubah. Mamanya Dokter Anta berkali-kali meminta maaf padaku karena telah mempercayai omongan Andini tentangku."Kamu makan dulu ya," ucap Dokter Anta yang tiba-tiba datang membawakan roti untukku. Memang tadi aku belum sempat makan, karena kejadian naas itu terjadi sebelum acara makan malam."Makasih," jawabku seraya mengambil roti yang diberikan oleh dokter Anta. Melihat itu Andini terlihat mencebikkan mulutnya marah. Mungkin dia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status