Niswah menggeleng cepat. Menarik selimutnya dan berbaring membelakangi Arjun. Pikirannya sudah kemana-mana. Kalau pria itu belum pernah menikah, berarti Deka adalah hasil dari ... Wah! Ini sangat mengejutkan, sekaligus mengerikan. Abangnya, kenapa tega sekali menikahkan dirinya dengan pria yang mempunyai anak di luar nikah. Apa kabar dirinya nanti? Hiks.
..Gara-gara pikirannya semalam, Niswah tak bisa tidur. Dia was-was, takut Arjun akan melakukan yang tidak-tidak padanya. Apalagi, mengingat masalalu Arjun yang ternyata mengerikan itu. Hiiy ....Sebenarnya, Arjun juga tahu kalau Niswah belum tidur. Dia tahu dari gerak gerik gelisah gadis itu. Tapi, Arjun hanya mengulum senyum tipis. Membiarkan gadis itu larut dalam praduganya sendiri. Arjun hanya belum ingin mengatakannya. Lagipula, memang benar. Pernikahannya dengan Niswah adalah pernikahan pertamanya. Dan, kakak gadis itu, alias Haidar juga tahu akan hal itu. Mengenai Deka, biarlah .... Itu menjadi rahasia y"Kamu ini kenapa, hmm? Masih berfikir yang tidak-tidak tentang saya."Lama-lama Arjun risih juga dengan cara Niswah menyikapinya. Seakan dirinya makhluk yang patut dijauhi."Saya? Saya tidak mikir apa-apa tentang bapak," kilahnya gugup. Berpura mengusak rambut Deka yang tertidur di pangkuannya. Mereka memang tadi sedang bercengkrama di ruang tengah. Bukan mereka ding, lebih tepatnya Deka dan Arjun. Kalau dirinya mah, cuma nungguin. Dan, karena capek, Deka tertidur di pahanya. "Lalu, kalau tidak, kenapa akhir-akhir ini kamu seperti menghindariku? Kamu juga tidur di kamar Deka?""Me-memangnya kenapa kalau aku tidur disana? Salah?" Arjun mengela napas. Awalnya dia kira, lebih baik membiarkan Niswah dengan prasangkanya. Namun, lama-lama, dia kesal juga. Niswah seolah menghindarinya. Sejak pernyataan sepihaknya itu, Niswah malah tidur di kamar Deka terus. Yah, bukan maksud kehilangan atau apa, Arjun hanya merasa sepi. Tidak ada yang mengoceh seti
Pria muda itu mendesah pelan. Dasar perempuan. Suka sekali membuat asumsi sendiri. Pantas saja, rata-rata wanita suka sakit sendiri. Ya begitulah. Mereka suka menyimpulkan sesuatu berdasar apa yang dilihat atau didengarnya selintas."Ah! Sebenarnya aku malas membahasnya. Tapi, melihatmu memandang rendah saya, saya jadi kesal," tambahnya lagi. "Sebelumnya, saya tanya, apa yang membuatmu menanyakan tentang Deka?" selidiknya."Ya penasaran aja sih, pak. Bapak kan gak pernah cerita apa-apa sama saya.""Itu saja, bukan karena hal lain?" sorot Arjun membuat Niswah terintimidasi. "Em, sebenarnya, dulu, sebelum saya menikah dengan bapak, ada wanita yang kesini."Alis Arjun bertaut. Sebelum menikah, berarti sudah lama."Lalu?""Ya saya pikir, dia pasti mamanya Deka. Tapi herannya, cuma sekali itu saja sih. Selepas itu, sampai sekarang gak pernah kesini lagi.""Kamu tidak mengenalnya?" Arjun bertanya heran. Sedang Niswah menggeleng."Jelas enggak toh,
Niswah pikir Arjun sudah pergi. Nyatanya, ini masih setengah tujuh. Salah sendiri yang sembrono tidak melihat jam dulu, atau setidaknya mengunci pintu. Karena ternyata tadi Arjun sedang memasak di dapur. Dan pria itu kembali ke kamar untuk membangunkannya lagi karena takut kesiangan. Tapi, yang terjadi diluar dugaan. Kalau sudah begini, kepalang malu jadinya.Ruang makan terasa aneh. Lebih tepatnya, dua manusia dewasa itu menyantap makanan dengan saling gugup. Berbeda dengan Deka yang tak tahu apa-apa. Anak itu terus saja mengoceh. "Papa sama tante mama kenapa sih? Kok diam saja dari tadi?" Akhirnya anak itu tersulut juga rasa penasarannya."Papa ....""A ... Enggak ada apa-apa, kok, sayang. Tante cuma masih mengantuk. Hoam." Niswah berpura menguap. Lalu tersenyum canggung."Memang tante mama sama papa tadi malam tidur jam berapa?""Kita ... Em, malam. Hehe. Soalnya ngerjain tugas. Kuliah itu tugasnya banyak. Jadi, harus selesai. Kalau tidak, ya na
"Zul sudah ketemu Della."Dinda yang sedang menyiapkan makan siang, menoleh."Syukurlah kalau begitu. Della dimana sekarang?" "Dia ikut pamannya. Dan tidak tahunya, ternyata Zul dipindah tugas disana. Haha. Lucunya lagi, mereka tetangga. Seperti sinetron saja." Haidar menggelengkan kepalanya, mengulum tawa lebarnya."Tapi, kasihan juga Dellanya. Mas ngerasa enggak, Della sepertinya sudah lelah dengan mas Zul. Mungkin dia ingin menenangkan diri dengan cara menjauh. Tapi, usahanya justru gagal karena bertemu mas Zul lagi."Haidar manggut-manggut. Menerima suapan dari sang istri. Sebenarnya Haidar sudah melarang Dinda ke kantor. Bukan apa-apa, dia hanya takut istrinya kelelahan, sedangkan Dinda sedang hamil muda. Tapi perempuan itu bilang, justru dia yang tidak mau jauh-jauh dari suaminya. Entah bawaan bayi, atau hanya alasan saja. Apapun itu, akhirnya Haidar mengiyakan. Tapi, bukan untuk mengirim bekal makan siang seperti biasanya. Melainkan mereka berangkat
Arjun memeriksa ponselnya. Berkutat dengan benda pipih itu seraya bersandar di headboard. Rencananya sih tiduran sebentar, masih ada beberapa jam lagi sebelum sore. Namun, rupanya atensi Arjun terus tertarik ke arah kamar mandi. Dia penasaran. Kalau memang Niswah ada di dalam, kenapa tidak keluar-keluar juga? Bahkan tidak ada sekedar gemericik air. Dahi pria itu mengerut tipis. Ini bahkan sudah lebih dari lima belas menit sejak dia kembali ke kamar. Atau jangan-jangan ....Arjun terlonjak dari ranjangnya. Bergegas ke kamar mandi. Mendorong pintunya, yang ternyata terkunci."Nis! Nis! Kamu di dalam?" Tak ada sahutan.Dogh! Dogh! Dogh! "Niswah .... Kamu gak papa kan?" gedor Arjun panik. "Niswah, kamu ..."Dog!"Aw!" Arjun mematung. Mengerjapkan matanya seraya memandangi tangannya dan juga gadis di depannya yang meringis kesakitan karena kena getokannya. Ya, tepat sekali. Saat Arjun menggedor pintu, saat itu juga Niswah membuka pintunya. Akibatnya, di
"Kan ... Apa aku bilang ... Kamu sih, ngeyel," ujar Dinda, berbisik. Terang saja dia malu. Apalagi dengan posisi mereka yang kelewat dekat tadi. Haidar malah tertawa. Seakan bukan masalah besar baginya. Menyambut pasangan yang entah sejak kapan datang itu. "Wah, romantis sekali pasangan lama ini," celetuk Arjun. Dia menggandeng tangan Niswah, meski mendapat tatapan kaget dari sang gadis. "Haha. Pastinya dong. Kalian sendiri bagaimana? Pasangan muda, pastinya lebih romantis 'kan?" Arjun tertawa kecil. Meletakkan plastik berisi kotak pizza ke atas meja. Huh! Pembahasan macam apa ini? Niswah langsung melepas tautan jemari Arjun. Mengambil tempat duduk paling pojok, bersama Deka."Maaf, Mas. Bukannya bertamu ke rumah, malah ke kantor," basa basinya."Iya, kalian ini memang sok sibuk sekali. Lupa ya, kalau punya kakak?"Niswah memalingkan wajahnya. Dia tahu, Haidar menyindirnya. Tapi, yah memang begitulah. Niswah masih ngambek perkara perjodohan paksa itu. Dia
Nasib sial bagi Della. Pamannya meminta padanya supaya numpang pada Zul setiap berangkat kerja. Dan Zul juga iya-iya saja. Setuju tanpa penolakan. Ini gara-gara Della pernah jatuh dari motor, dia trauma. Sampai sekarang tidak berani naik motor. Berangkat kerja pun dia memilih memesan grab atau dengan Kevin, kalau kebetulan anak itu menjemputnya tiba-tiba. Dan, gara-gara itu pula pamannya, menceletukkan permintaan konyol itu. Ah, tahu begini, mobilnya tidak dia jual. Tapi sudah terlanjur. Mau tak mau, terpaksa harus mau."Kenapa sih, lo kudu muncul lagi," decaknya kesal. Mereka dalam perjalanan ke tempat kerja. Della dengan seragam kerjanya, sedangkan Zul, menutupi seragamnya dengan jaket. Itulah kenapa di rumah makan kemarin tidak ada yang tahu kalau dia anggota polisi.Zul menoleh tipis, tersenyum."Aku dipindah tugaskan disini."Della mendengkus. Sayangnya, itu benar. Pertanyaannya yang konyol. "Lagipula, aku tidak pernah pergi. Jadi, rasanya kurang pas k
"Besok aku libur. Bagaimana kalau kita jalan?"Della menatap dengan lirikan aneh. Tidak salahkah dia dengar? Zul mengajaknya jalan, setelah hubungan mereka yang gak jelas itu tidak ada titik terang."Gue sibuk," sahutnya ketus, membuka pintu mobil."Tapi, kata pak Yogi, setiap hari minggu, kamu jatah libur?"Pria ini, keras kepala sekali. Della mengurungkan gerakannya."Libur atau tidak, bukan urusan lo, 'kan? Gue mau istirahat."Zul mengulas senyum tipis. Memandangi gadis yang melangkah menjauh. Oke. Tidak masalah. Masih ada hari lain. Mungkin, dia harus berusaha lebih keras lagi. Katanya, mengembalikan kepercayaan yang terlanjur rusak itu memang sulit.Zul melajukan mobilnya beberapa meter lajuan lagi. Dan berhenti tepat di halamannya. Pria muda berbadan tegap itu melirik sebentar ke rumah samping. Barulah membuka kunci rumah. Kembali ke tempat ternyamannya...Malam menjelang. Zul tengah berkutat dengan ponselnya. Tepatnya, ada yang t
Zul dan Della rencananya akan tinggal sendiri. Sekarang, mereka masih bulan madu sambil menikmati Winter di Osaka. Setelah pulang, mereka tinggal di apartemen. Zul tengah menyiapkan rumah yang akan mereka tinggali nanti. Della sendiri, kembali bekerja di perusahaan Dinda. Tentu saja setelah Dinda memintanya dengan teramat. Lagipula, potensi Della di perusahaan memang besar. Jadi, tak bukan hanya atas dasar persahabatan semata. Zul juga sudah menceritakan sesuatu yang membuatnya mengganjal dulu. Tentang dia yang pernah tertarik ape Niswah. Awalnya Zul tidak mau cerita, karena takut Della cemburu. Tapi wanita itu memaksanya. Daripada memicu perang dunia di tengah pernikahan seumur jagung mereka, Zul mengalah. Della sempat kaget dan cemburu, tapi Zul berhasil meyakinkan bahwa itu hanya perasaan lewat. Cintanya pada Della lebih besar dan segalanya. Della masih cemburu, tapi dia percaya Zul. Zul sudah membuktikan bahwa perasaan pria itu sudah sepenuhnya tertuju padanya.Hari ini, mereka m
Niswah dan Arjun yang merencanakannya. Sepasang suami istri itu tidak tahan melihat hubungan dingin dua manusia dewasa itu. Satunya terlalu tinggi ego, dan satunya yang cenderung pasrah. Dan sangat kebetulan, bertepatan dengan itu, Zul mendapat promosi. Masa mutasinya dipercepat. Dia kembali mengabdi di kantor pusat. Kinerjanya memang bagus. Hanya sempat lalai karena patah hatinya.Sebenarnya, Zul mau berpamitan pada Della. Tapi Niswah melarangnya. Wanita yang sempat singgah di hatinya itu bilang, Zul harus tegas. Sesekali Della harus disentil egonya. Dengan cara menjauhinya. Seolah Zul sudah menyerah pada perasaannya. Awalnya Zul tidak setuju. Dia takut, Della justru semakin jauh darinya. Tapi Niswah juga tak kalah memaksa. Bagaimanapun juga, dia sesama wanita. Dia tahu, apa yang ditakutkan oleh kaum wanita keras kepala. Dia cinta, hanya saja ego tinggi mengalahkan perasaannya sendiri. Niswah bahkan berani menjamin, akan menebusnya seandainya rencananya gagal. Karena Niswah juga yak
"Jangan pergi...."Jantung Della terasa berdegup kencang. Dia juga tidak ingin pergi. Tapi, keadaan sudah berbeda. Zul sudah bertunangan dengan wanitanya. Harusnya dia tak ada disini. Ini acara pentingnya.Della melepas pelukan Zul darinya. Menghindarkan wajahnya dari pandangan Zul."Pergilah," ucapnya lirih. Menahan isakan yang sebentar lagi kembali pecah."Kenapa? Kau tidak suka aku mendatangimu?" ucap Zul tanpa penekanan.Della menggeleng. Dia tidak berani menatap pandang Zul. Dia takut perasaannya semakin hancur saat sadar pria itu tidak bisa dia harapkan lagi."Kembalilah. Itu acaramu. Tak seharusnya kamu malah disini."Zul mengerutkan dahinya. Mencerna perkataan Della."Acaraku? Ini acara ki ..." Zul menghentikan ucapannya. Berdehem kecil. Lantas menarik tangan Della. Memaksa mengikuti langkah lebarnya."Zul, lepas. Kau mau membawaku kemana?" tolak Della. Zul bergeming. Dia justru mengeratkan genggamannya. Tak akan membiarkan wanita ini kabur lagi."Niatmu datang kesini untuk me
Perjalanan ke kota cukup menyita waktu. Terutama karena Della hanya menggunakan angkutan umum. Dari satu bis ke bis yang lain. Pikirannya kacau. Dia tak bisa berfikir jernih lagi. Di pikirannya hanya satu. Dia tak mau terlambat. Berharap perjodohan itu belum dilaksanakan.Sepanjang jalan Della menangis. Membuat penumpang lain melihatnya heran. Penampilannya lebih mirip gadis yang kabur dari rumah. Karena dia membawa ransel ukuran sedang untuk pakaiannya. Tak ada yang menanyainya, sungkan terlebih dahulu.Jika dipikir, Della seperti tak punya malu. Dulu, dia yang menarik ulur perasaan Zul. Sampai pria itu hanya bisa memendam lukanya dalam senyum perjuangan. Memang, Della berhak marah karena Zul yang dulu. Tapi, bukankah Zul sudah meminta maaf? Bukan hanya sekali dua kali. Bahkan sering. Zul juga menunjukkan tekad yang kuat. Bahwa dia serius dengan lamarannya untuk menikahi dirinya. Tapi egonya terlalu besar untuk memaafkan Zul. Membiarkan pria itu tersiksa dengan perasaannya. Sekarang,
Della tidak tahu, entah sampai kapan dia bisa bertahan dengan hubungan aneh ini. Dia cemburu setiap kali melihat kedekatan Zul dan Ika. Tapi dia sendiri sadar diri, yang juga dekat dengan Kevin. Egonya memang keterlaluan besarnya. Dan, ternyata itu tidak hanya berlaku untuk Ika semata. Nyatanya Della juga cemburu saat Zul dekat dengan para mahasiswi itu. Dia kesal hanya dengan melihat Zul tertawa renyah pada mereka. "Wow! Bang Zul keren!"Della mendecak. Hanya karena Zul mengangkat dua galon isi penuh secara bersamaan. Para mahasiswi itu tampak kagum. Padahal, wajar saja Zul kuat. Dia polisi yang terlatih secara fisik dan mentalnya.Della malas berada di situ. Beringsut ke belakang. Duduk di kursi kayu dekat kolam ikan. Melempar kerikil ke kolam. Yang langsung disambut para ikan, karena mengira itu makanan yang diberikan pada mereka. Yah, tipuan yang menyebalkan bagi kaum ikan."Kau tidak bermaksud membunuh mereka kan?"Della tersentak. Spontan menoleh. Kembali membuang wajah saat t
Sungguh menarik perhatian. Itulah yang Niswah dan Arjun pikirkan melihat kejadian ganjil tadi pagi. Bagaimana bisa, Della dan Zul yang mereka kenal sebagai sepasang kekasih, tapi malah berangkat kerjanya dengan pasangan yang berbeda?"Lihat kan tadi?"Arjun mengangguk. Mereka sedang menghabiskan waktu berdua. Tidak ada yang protes. Ya kali mereka mau mendemo dosen sendiri. Taruhannya nilai, uy. Yah, meskipun Arjun juga tidak akan melakukan hal selicik itu."Aneh deh. Masak kalau cuma alesan tempat kerja yang beda, mereka berangkatnya pisah sih? Mana yang dibonceng lawan jenis lagi.""Perempuan tadi bukan polisi, Nis. Dari seragamnya dia karyawan biasa.""Iya, maksudku itulah, pokoknya. Aneh aja gitu. Apa, mereka lagi ada masalah ya? dilihat juga, bang Zul sama mbak Della kayak lagi jaga jarak kan?""Mereka emang lagi ada masalah. Cuma, aku kira sudah baikan. Ternyata belum toh.""Ih, jadi pengen deketin mereka lagi loh. Mereka kan pasangan serasi. Pacaran juga udah lama. Sayang kalau
Sampai di rumah, para mahasiswa itu sudah di depan. Ada yang menyapu, ada pula yang mencabuti rumput. Zul jadi malu sendiri dengan keadaan rumahnya yang memang tidak terawat. Tidak ada waktu, juga malas. Biasalah, pria lajang yang hidup sendiri, biasanya begitu. Zul ikut bergabung bersama mereka. Hari ini, dia berangkat agak siang saja.Selesai berberes, sarapan diadakan di rumah pak lurah. Tentunya sarapan kali ini lebih ramai dengan mereka yang baru datang...Pukul setengah delapan kurang sepuluh menit, Kevin datang menjemput. Merasa heran dengan keadaan ramai rumah Della. Dia sampai bengong dan tak berani memanggil. Mahasiswi muda yang sedang berkumpul di teras. Sepertinya mereka sedang musyawarah. Tapi, demi mendengar suara motor, mereka sontak menoleh. Membuat Kevin salah tingkah karena menjadi pusat perhatian."Cari siapa, Mas?" tanya mahasiswi berjilbab krem."Oh? S-saya? Saya nyari ... Em ... Mbak Della.""Oh. Mbak Della."Gadis berjilbab krem itu menjawil temannya. "Panggil
Jika pagi yang kemarin Zul hanya sendiri, maka pagi ini dia disambut dengan keriuhan. Para mahasiswa yang antre di kamar mandinya dengan wajah kusut khas bangun tidur."Pagi, Bang."Zul mengangguk. Duduk di salah satu kursi, ikut mengantri."Duluan saja, Bang."Zul mengibaskan tangannya, pertanda tidak perlu. Nertanya tak menangkap keberadaan Arjun diantara para mahasiswa itu."Dimana dosenmu?" tanya Zul dengan suara serak parau."Oh, pak Arjun sudah bangun dari tadi, bang. Kayaknya keluar tadi. Mungkin ke masjid," terang salah satu mahasiswa dengan dagu lancip. Yang kalau tidak salah namanya Ilham.Zul tertegun. Sangat berbeda dengan dirinya. Yang hanya ke masjid jika sempat saja. Zul menyadari, dibanding dirinya, Arjun memang lebih baik. Dan sangat cocok untuk Niswah yang mempunyai background agama kuat.Tidak Zul. Ingat dengan tekadmu. Cinta lama itu sudah hilang. Kini yang terpenting adalah mendapatkan kembali hati Della untuknya.Adzan subuh berkumandang. Syukurlah antrian tidak
Keseluruhan mahasiswa KKN ada enam belas. Enam laki-laki, dan sepuluh perempuan. Delapan tinggal di kediaman lurah Yogi, dan delapan yang lainnya tinggal di dusun sebelah. Karena kebetulan rumah dinas Zul dekat dengan kediaman pak Yogi, jadi, tiga laki-laki, ditambah Arjun, akhirnya tinggal di rumah dinas Zul. Supaya lebih menjaga para kaum hawa, itu kata Arjun. Padahal, aslinya dia tidak rela kalau istrinya tinggal seatap dengan teman prianya itu. Hal yang disetujui oleh Zul, dan yang lainnya. Tentunya, Zul dengan alasan yang sama. Tak mau Della kecantol dengan salah satu anak KKN itu, atau malah anak KKn yang kecantol Della."Mas Zul sudah lama disini?" Obrolan ringan kala malam hari. Yang lain sudah tidur, mungkin lelah setelah perjalanan panjang tadi siang."Hm. Lumayan. Sudah cukup lumayan lama sih."Arjun manggut-manggut. Menyeruput hot chocolate buatannya. Berhubung dia tidak suka kopi, jadi dia membawa sendiri susu cokelat dari rumah."Istrimu, sudah berapa bulan?" Maafkan Z