Share

Dendam Angga

Author: FitriElmu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Mas Angga, tolong siapkan ruangan untuk rapat nanti."

"Baik, pak."

Aku, Angga Saputra, mantan direktur Golden Future kini beralih status menjadi office boy di salah satu perusahaan kecil. Huft... Tidak apa, namanya juga usaha. Memulai dari awal bukan masalah. Dulupun begitu, posisi awalku saat pertama kali menginjakkan kaki di Golden Future adalah kepala bagian gudang. Yah, meski itu lebih tinggi dari posisi disini.

Dinda Arumi Bahril. Sosok yang aku kagumi sejak pertama kali bertemu. Saat itu dia dengan senyum manisnya, diperkenalkan oleh bang Aldi, kakaknya sekaligus bossku. Cantik, cerdas, baik hati, kaya raya, ramah. Sungguh, sosok yang sempurna untuk dikagumi. Kedekatan kami yang diawali dengan malu-malu, ternyata berbuah lain. Kami menikah setelah pacaran beberapa bulan.

Kepada ayah dan ibu di rumah, aku katakan bahwa sekarang aku sudah sukses. Punya rumah, perusahaan, dan properti lainnya. Demi membuat bangga orang tuaku. Selama ini kami diejek miskin oleh tetangga sekitar. S
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Heh setan siapa yg lu blg yg udah ksh hati malah minta jantung? Bknnya lu ndiri? Yg blg istri lu ndak bs apa2 tanpa lu siapa ndak terbalik lu manusia kere
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Aku Bisa Tanpamu

    "Papa pulang..."Tak ada sahutan dari salamku. Semenjak pindah ke kontrakan ini, memang keadaan benar-benar berubah. Ibu sekarang lebih banyak diam. Mungkin karena lelah omelannya tidak kudengarkan. Ibu marah karena perkataannya untuk merebut kembali harta itu tidak kudengarkan. Bukan apa-apa, aku masih sadar diri bahwa itu bukan hartaku. Juga ego yang tinggi setelah janji yang ku ucapkan saat itu. Bahwa tidak akan membawa sesuatu saat pergi.Riri, dari awal juga hubungan kami sebatas papa mama untuk Vino. Dia sering pergi. Katanya mencari kerja. Tak masalah. Aku tidak melarangnya. Lagipula itu hidupnya. Aku tidak mau membatasinya. Hanya si kecil Vino yang tak pernah berubah. Menjadi pelipurku dikala penat menyapa."Riri belum pulang, Bu?"Kucium dahi Vino yang terlelap di kasur lantai. Mungkin dia lelah seharian bermain."Ngapain kamu nanya-nanyain Riri?""Ya kan Riri sekarang istri Angga, Bu. Jadi harus tahu keberadaannya.""Halah! Ibu kesel sama kamu. Masak penghasilan malah gedea

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kehilangan Harga Diri

    Pria itu justru terkekeh."Wah, mantan? Atau dia bermain jal*ng saat masih bersamamu?""Dia penghianat," desahku kasar. Lagi-lagi pria itu terkekeh. Dia pikir ini lucu?"Kamu terlalu polos. Pria, tidak akan pernah cukup dengan satu wanita. Apalagi jika kesempatan itu datang. Karena itu lah, kamu lihat sendiri kan? Duniaku adalah wanita. Haha."Dia sedikit mabuk, mungkin. Lalu sejenak kemudian dia menatapku dengan pandangan datar."Dan kamu, kalau saja pria itu tidak mengawasimu, mungkin saja malam ini kita sudah menghabiskan malam bersama, cantik."Pria? Sontak aku menoleh. Tapi yang kudapati hanyalah bartender yang kini sibuk dengan pelanggan barunya."Dia siapamu? Atau.. Itu selingkuhanmu?" aku mendecak. Tapi untuk menolak, rasanya terlalu berbahaya. Setidaknya biarlah begitu yang diketahui oleh pria ini."Dia pacarku sekarang. Kalau begitu, terimakasih atas informasinya."Ku angkat bobot tubuhku dari tempat duduk. Tersenyum tipis, lalu kembali menghampiri bartender tadi."Bagaimana

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Mengganggu

    "Mbak."Aku mendongak, mengalihkan perhatian sejenak dari pekerjaan. Menatap gadis yang memegang kuncup es krim itu."Apa, Nis?""Em, mau tanya boleh?""Kenapa?""Soal itu..." Aku menunggunya yang terlihat ragu."Katakan saja. Tapi kalau kamu ragu, ya jangan dulu deh.""Hehe. Enggak, mbak. Cuma mau tanya aja. Perempuan yang waktu itu ketemu di mall, itu siapa ya mbak?"Dahiku berkerut. Untuk apa dia menanyakan Riri."Soalnya... Soalnya waktu itu kan aku nemenin mas Haidar pas ketemu sama temennya. Terus, aku lihat kok mbak itu sama teman yang orang Turki itu. Mereka suami istri?"Degh! Kalimat terakhir Niswah membuatku terkejut. Mr Arav kan maksudnya? Tapi, untuk apa Riri bersama Mr Arav? Apa mereka saling kenal sebelumnya."Dimana kamu ketemu dia?""Em, di kafe, mbak. Kan mas Haidar ketemu sama temennya itu di kafe.""Restoran? Mereka makan bareng?"Niswah mengangguk. Otakku berfikir cepat.

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Rencana Berbahaya

    "M-mas Angga," aku ternganga. Pria yang menyeretku ke tangga darurat adalah mas Angga. Dia menatapku tajam tanpa kata."Ba-bagaimana kamu ada disini, mas?""Kenapa? Kamu heran? Terkejut karena kembali kepergok? Huh!"Apa maksudnya kepergok? Dan senyumnya itu, kentara sekali mengejekku."Kamu kenapa sih, mas? Kamu nguntit aku ya?""Nguntit? Kamu pikir seberapa pentingnya kamu sampai aku menguntitmu? Cuih!"Tanganku terkepal. Tatapannya begitu merendahkanku."Ternyata, kelakuanmu semakin busuk ya? Setelah waktu itu berselingkuh dengan pria Turki itu, sekarang dengan dia? Dasar! Lacur!""Jaga mulutmu, mas!""Kenapa? Benar bukan? Sudahlah. Jangan mengelak. Aku sudah tahu semua kebusukanmu. Pura-pura tersakiti, padahal playing victim. Aku pikir, Riri seratus persen lebih baik daripada kamu. Tak salah aku lebih mempertahankan dia daripada kamu.""Riri? Darimana kamu tahu dia perempuan baik-baik, hah? Sementara dia sebelumnya

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Nekat

    Pukul sembilan malam. Ternyata usaha tadi tidak kunjung membuat pikiranku tenang. Membolak balikkan badan ke kiri dan ke kanan. Berakhir tengkurap. Karena sudah tak tahan lagi, akhirnya aku beranjak juga. Membuka pintu dengan hati-hati, melirik kamar sebelah Kamar Niswah tertutup rapat. Sepertinya dia sudah tidur."Aish! Sudahlah!" Kuusir pikiran buruk. Mengambil gaun tadi dan memoles wajah. Lalu setelah itu segera membuka pintu. Melangkah pelan menuruni tangga. Mengunci pintu dari luar, dan bergegas ke parkiran. Menyalakan mobil dan meninggalkan rumah.Club malam di kawasan luar kota. Itu tujuanku sekarang. Tempat dimana dulu Riri pernah bekerja. Setengah jam perjalanan, sampai juga di lokasi. Remang-remang cahaya dari bangunan itu. Wanita berpakaian terbuka nampak mojok menggoda pria yang datang. Dari dalam mobil, aku mengawasi bangunan tersebut. Menelan saliva kasar. Haruskah aku lanjut saja penyelidikan ini, atau kembali? Tapi bayangan mas Angga yang me

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Ternoda

    Pria itu justru terkekeh."Wah, mantan? Atau dia bermain jal*ng saat masih bersamamu?""Dia penghianat," desahku kasar. Lagi-lagi pria itu terkekeh. Dia pikir ini lucu?"Kamu terlalu polos. Pria, tidak akan pernah cukup dengan satu wanita. Apalagi jika kesempatan itu datang. Karena itu lah, kamu lihat sendiri kan? Duniaku adalah wanita. Haha."Dia sedikit mabuk, mungkin. Lalu sejenak kemudian dia menatapku dengan pandangan datar."Dan kamu, kalau saja pria itu tidak mengawasimu, mungkin saja malam ini kita sudah menghabiskan malam bersama, cantik."Pria? Sontak aku menoleh. Tapi yang kudapati hanyalah bartender yang kini sibuk dengan pelanggan barunya."Dia siapamu? Atau.. Itu selingkuhanmu?" aku mendecak. Tapi untuk menolak, rasanya terlalu berbahaya. Setidaknya biarlah begitu yang diketahui oleh pria ini."Dia pacarku sekarang. Kalau begitu, terimakasih atas informasinya."Ku angkat bobot tubuhku dari tempat duduk. Tersenyum tipis, lalu kembali menghampiri bartender tadi."Bagaimana

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Malaikat Penolong

    Sampai di rumah, Haidar tidak langsung pergi, justru ikut masuk ke rumah. Meski sedari tadi dia terus-menerus membuang pandangan."Niswah sudah tidur," tukasku karena dia ikut masuk."Ganti bajumu. Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu," tugasnya dengan pandangan mengarah ke luar. Aku mengangguk. Segera ke atas untuk berganti pakaian. Meski selama ini aku belum berhijab, tapi tak pernah sekalipun aku memakai pakaian terbuka. Itu tadi adalah pakaian yang aku pesan online dadakan, karena timbulnya ide itu juga dadakan. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan rencana. Dan sekarang aku sesali, kenekatan tadi tak seharusnya ku turuti.Ku hampiri dia yang duduk di ruang tamu. Kali ini aku sudah memakai pakaian yang tertutup, kaos panjang dan rok panjang. Kuserahkan jaket padanya."Terimakasih," ucapku. Dia hanya melirik jaketnya. "Baru tadi sore aku mengantarnya, bisa-bisanya sudah ada disana. Siapa yang menyuruhmu, hmm?""A-aku? Tidak ada." ucapku gugup. Dia tampak tak suka

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Papa Kandung Vino

    "Em, pantas saja mbak masak. Hehe, ternyata ada mas Haidar toh."Aku melotot. Niswah masih saja membahasnya."Memang biasanya gak masak?" suara Haidar lembut menanyai Niswah. Dan jangan lupakan senyum manisnya itu. Eh? Aku menggigit bibirku, ayolah Nis... Jangan buka aib."Enggak. Kita biasanya sarapan di kantor. Lagian kata mbak Dinda, percuma kalau masak gak ada yang ma---""A... Ayamnya masih Nis. Nih, makan aja.""Makasih, mbak. Niswah udah kenyang padahal. Tapi, gak papa. Biar mas Haidar aja yang ngabisin. Nih."Aku melotot, bisa-bisanya ayamnya beralih tempat."Kan kalau begini, mbak Dinda jadi ayem. Makanannya ada yang ngabisin. Hehe."Aku meringis pelan, menekan sendok dengan gigiku. Astaga... Niswah."Harusnya kamu yang makan. Biar gak kerempeng kayak tengkorak.""Eitss, jangan salah. Mbak Dinda ini spesial masak karena ada mas Haidar lo. Jadi hargai dong."Runtuh sudah harga diriku. Rasanya seperti tak ada muka. Apalagi saat selintas pandang, Haidar menatapku. Ya Tuhan, rasa

Latest chapter

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   (End) Lo_Ve

    Zul dan Della rencananya akan tinggal sendiri. Sekarang, mereka masih bulan madu sambil menikmati Winter di Osaka. Setelah pulang, mereka tinggal di apartemen. Zul tengah menyiapkan rumah yang akan mereka tinggali nanti. Della sendiri, kembali bekerja di perusahaan Dinda. Tentu saja setelah Dinda memintanya dengan teramat. Lagipula, potensi Della di perusahaan memang besar. Jadi, tak bukan hanya atas dasar persahabatan semata. Zul juga sudah menceritakan sesuatu yang membuatnya mengganjal dulu. Tentang dia yang pernah tertarik ape Niswah. Awalnya Zul tidak mau cerita, karena takut Della cemburu. Tapi wanita itu memaksanya. Daripada memicu perang dunia di tengah pernikahan seumur jagung mereka, Zul mengalah. Della sempat kaget dan cemburu, tapi Zul berhasil meyakinkan bahwa itu hanya perasaan lewat. Cintanya pada Della lebih besar dan segalanya. Della masih cemburu, tapi dia percaya Zul. Zul sudah membuktikan bahwa perasaan pria itu sudah sepenuhnya tertuju padanya.Hari ini, mereka m

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Akhir Kisah

    Niswah dan Arjun yang merencanakannya. Sepasang suami istri itu tidak tahan melihat hubungan dingin dua manusia dewasa itu. Satunya terlalu tinggi ego, dan satunya yang cenderung pasrah. Dan sangat kebetulan, bertepatan dengan itu, Zul mendapat promosi. Masa mutasinya dipercepat. Dia kembali mengabdi di kantor pusat. Kinerjanya memang bagus. Hanya sempat lalai karena patah hatinya.Sebenarnya, Zul mau berpamitan pada Della. Tapi Niswah melarangnya. Wanita yang sempat singgah di hatinya itu bilang, Zul harus tegas. Sesekali Della harus disentil egonya. Dengan cara menjauhinya. Seolah Zul sudah menyerah pada perasaannya. Awalnya Zul tidak setuju. Dia takut, Della justru semakin jauh darinya. Tapi Niswah juga tak kalah memaksa. Bagaimanapun juga, dia sesama wanita. Dia tahu, apa yang ditakutkan oleh kaum wanita keras kepala. Dia cinta, hanya saja ego tinggi mengalahkan perasaannya sendiri. Niswah bahkan berani menjamin, akan menebusnya seandainya rencananya gagal. Karena Niswah juga yak

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Kejutan Mendebarkan

    "Jangan pergi...."Jantung Della terasa berdegup kencang. Dia juga tidak ingin pergi. Tapi, keadaan sudah berbeda. Zul sudah bertunangan dengan wanitanya. Harusnya dia tak ada disini. Ini acara pentingnya.Della melepas pelukan Zul darinya. Menghindarkan wajahnya dari pandangan Zul."Pergilah," ucapnya lirih. Menahan isakan yang sebentar lagi kembali pecah."Kenapa? Kau tidak suka aku mendatangimu?" ucap Zul tanpa penekanan.Della menggeleng. Dia tidak berani menatap pandang Zul. Dia takut perasaannya semakin hancur saat sadar pria itu tidak bisa dia harapkan lagi."Kembalilah. Itu acaramu. Tak seharusnya kamu malah disini."Zul mengerutkan dahinya. Mencerna perkataan Della."Acaraku? Ini acara ki ..." Zul menghentikan ucapannya. Berdehem kecil. Lantas menarik tangan Della. Memaksa mengikuti langkah lebarnya."Zul, lepas. Kau mau membawaku kemana?" tolak Della. Zul bergeming. Dia justru mengeratkan genggamannya. Tak akan membiarkan wanita ini kabur lagi."Niatmu datang kesini untuk me

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Jangan Pergi

    Perjalanan ke kota cukup menyita waktu. Terutama karena Della hanya menggunakan angkutan umum. Dari satu bis ke bis yang lain. Pikirannya kacau. Dia tak bisa berfikir jernih lagi. Di pikirannya hanya satu. Dia tak mau terlambat. Berharap perjodohan itu belum dilaksanakan.Sepanjang jalan Della menangis. Membuat penumpang lain melihatnya heran. Penampilannya lebih mirip gadis yang kabur dari rumah. Karena dia membawa ransel ukuran sedang untuk pakaiannya. Tak ada yang menanyainya, sungkan terlebih dahulu.Jika dipikir, Della seperti tak punya malu. Dulu, dia yang menarik ulur perasaan Zul. Sampai pria itu hanya bisa memendam lukanya dalam senyum perjuangan. Memang, Della berhak marah karena Zul yang dulu. Tapi, bukankah Zul sudah meminta maaf? Bukan hanya sekali dua kali. Bahkan sering. Zul juga menunjukkan tekad yang kuat. Bahwa dia serius dengan lamarannya untuk menikahi dirinya. Tapi egonya terlalu besar untuk memaafkan Zul. Membiarkan pria itu tersiksa dengan perasaannya. Sekarang,

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Menyadarinya

    Della tidak tahu, entah sampai kapan dia bisa bertahan dengan hubungan aneh ini. Dia cemburu setiap kali melihat kedekatan Zul dan Ika. Tapi dia sendiri sadar diri, yang juga dekat dengan Kevin. Egonya memang keterlaluan besarnya. Dan, ternyata itu tidak hanya berlaku untuk Ika semata. Nyatanya Della juga cemburu saat Zul dekat dengan para mahasiswi itu. Dia kesal hanya dengan melihat Zul tertawa renyah pada mereka. "Wow! Bang Zul keren!"Della mendecak. Hanya karena Zul mengangkat dua galon isi penuh secara bersamaan. Para mahasiswi itu tampak kagum. Padahal, wajar saja Zul kuat. Dia polisi yang terlatih secara fisik dan mentalnya.Della malas berada di situ. Beringsut ke belakang. Duduk di kursi kayu dekat kolam ikan. Melempar kerikil ke kolam. Yang langsung disambut para ikan, karena mengira itu makanan yang diberikan pada mereka. Yah, tipuan yang menyebalkan bagi kaum ikan."Kau tidak bermaksud membunuh mereka kan?"Della tersentak. Spontan menoleh. Kembali membuang wajah saat t

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Tak Ingin Berhenti

    Sungguh menarik perhatian. Itulah yang Niswah dan Arjun pikirkan melihat kejadian ganjil tadi pagi. Bagaimana bisa, Della dan Zul yang mereka kenal sebagai sepasang kekasih, tapi malah berangkat kerjanya dengan pasangan yang berbeda?"Lihat kan tadi?"Arjun mengangguk. Mereka sedang menghabiskan waktu berdua. Tidak ada yang protes. Ya kali mereka mau mendemo dosen sendiri. Taruhannya nilai, uy. Yah, meskipun Arjun juga tidak akan melakukan hal selicik itu."Aneh deh. Masak kalau cuma alesan tempat kerja yang beda, mereka berangkatnya pisah sih? Mana yang dibonceng lawan jenis lagi.""Perempuan tadi bukan polisi, Nis. Dari seragamnya dia karyawan biasa.""Iya, maksudku itulah, pokoknya. Aneh aja gitu. Apa, mereka lagi ada masalah ya? dilihat juga, bang Zul sama mbak Della kayak lagi jaga jarak kan?""Mereka emang lagi ada masalah. Cuma, aku kira sudah baikan. Ternyata belum toh.""Ih, jadi pengen deketin mereka lagi loh. Mereka kan pasangan serasi. Pacaran juga udah lama. Sayang kalau

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Dipermalukan

    Sampai di rumah, para mahasiswa itu sudah di depan. Ada yang menyapu, ada pula yang mencabuti rumput. Zul jadi malu sendiri dengan keadaan rumahnya yang memang tidak terawat. Tidak ada waktu, juga malas. Biasalah, pria lajang yang hidup sendiri, biasanya begitu. Zul ikut bergabung bersama mereka. Hari ini, dia berangkat agak siang saja.Selesai berberes, sarapan diadakan di rumah pak lurah. Tentunya sarapan kali ini lebih ramai dengan mereka yang baru datang...Pukul setengah delapan kurang sepuluh menit, Kevin datang menjemput. Merasa heran dengan keadaan ramai rumah Della. Dia sampai bengong dan tak berani memanggil. Mahasiswi muda yang sedang berkumpul di teras. Sepertinya mereka sedang musyawarah. Tapi, demi mendengar suara motor, mereka sontak menoleh. Membuat Kevin salah tingkah karena menjadi pusat perhatian."Cari siapa, Mas?" tanya mahasiswi berjilbab krem."Oh? S-saya? Saya nyari ... Em ... Mbak Della.""Oh. Mbak Della."Gadis berjilbab krem itu menjawil temannya. "Panggil

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Sebuah Terkaan

    Jika pagi yang kemarin Zul hanya sendiri, maka pagi ini dia disambut dengan keriuhan. Para mahasiswa yang antre di kamar mandinya dengan wajah kusut khas bangun tidur."Pagi, Bang."Zul mengangguk. Duduk di salah satu kursi, ikut mengantri."Duluan saja, Bang."Zul mengibaskan tangannya, pertanda tidak perlu. Nertanya tak menangkap keberadaan Arjun diantara para mahasiswa itu."Dimana dosenmu?" tanya Zul dengan suara serak parau."Oh, pak Arjun sudah bangun dari tadi, bang. Kayaknya keluar tadi. Mungkin ke masjid," terang salah satu mahasiswa dengan dagu lancip. Yang kalau tidak salah namanya Ilham.Zul tertegun. Sangat berbeda dengan dirinya. Yang hanya ke masjid jika sempat saja. Zul menyadari, dibanding dirinya, Arjun memang lebih baik. Dan sangat cocok untuk Niswah yang mempunyai background agama kuat.Tidak Zul. Ingat dengan tekadmu. Cinta lama itu sudah hilang. Kini yang terpenting adalah mendapatkan kembali hati Della untuknya.Adzan subuh berkumandang. Syukurlah antrian tidak

  • Miskin Gara-gara Nikah Lagi   Pembicaraan Malam

    Keseluruhan mahasiswa KKN ada enam belas. Enam laki-laki, dan sepuluh perempuan. Delapan tinggal di kediaman lurah Yogi, dan delapan yang lainnya tinggal di dusun sebelah. Karena kebetulan rumah dinas Zul dekat dengan kediaman pak Yogi, jadi, tiga laki-laki, ditambah Arjun, akhirnya tinggal di rumah dinas Zul. Supaya lebih menjaga para kaum hawa, itu kata Arjun. Padahal, aslinya dia tidak rela kalau istrinya tinggal seatap dengan teman prianya itu. Hal yang disetujui oleh Zul, dan yang lainnya. Tentunya, Zul dengan alasan yang sama. Tak mau Della kecantol dengan salah satu anak KKN itu, atau malah anak KKn yang kecantol Della."Mas Zul sudah lama disini?" Obrolan ringan kala malam hari. Yang lain sudah tidur, mungkin lelah setelah perjalanan panjang tadi siang."Hm. Lumayan. Sudah cukup lumayan lama sih."Arjun manggut-manggut. Menyeruput hot chocolate buatannya. Berhubung dia tidak suka kopi, jadi dia membawa sendiri susu cokelat dari rumah."Istrimu, sudah berapa bulan?" Maafkan Z

DMCA.com Protection Status