Share

Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua
Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua
Penulis: Pemanis Aksara

Part 01: Lamaran Ditolak

Penulis: Pemanis Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-07 13:27:26

Jangan Larang Aku Menikah!

Part 01: Lamaran Ditolak!

"Bagaimana lamaran anakku?" tanya Bu Aida dengan nada sedikit grogi.

"Anak ibu punya harta apa? Bekerja pun di tempat biasa saja. Sanggupkah membayar mahar tiga ratus juta?" balas Bu Nadya membuat suasana hati Bu Aida panas. "Setelah menikah dengan anak gadisku, anakmu harus memberi uang bulanan kepadaku minimal sepuluh juta," sambungnya dengan memaksa.

Mendengar penuturan Bu Nadya, Haris langsung berdiri dan menarik tangan ibunya untuk beranjak pergi dari tempat itu. Namun, Bu Aida masih mematung dan tidak mau mengindahkan kode yang diberikan anaknya.

"Sebaiknya kita pergi saja dari rumah ini, Bu. Pantas saja banyak pria yang mundur perlahan. Ternyata Bu Nadya minta mahar tiga ratus juta," ucap Haris.

Suasana hening. Namun, wajah Bu Nadya memerah. "Kalau tidak sanggup memberi mahar sesuai yang aku minta, jangan nyerocos seperti mulut perempuan. Bilang saja kalian nggak ada uang untuk melamar Winda. Masa mau nikah nggak bermodal!"

Winda hanya diam melihat ulah ibunya. Bu Aida dan Haris menelan saliva dengan berat dan pandangan sorot matanya tidak berkedip. Sudah berulang kali bahkan sering kali pria datang melamarnya. Semua mundur, akibat permintaan Bu Nadya yang tidak masuk akal. Pria mana yang ingin mempersunting Winda sementara tuntutan Bu Nadya di luar nalar manusia.

"Bu, mau sampai kapan Ibu seperti ini? Meminta mahar kepada setiap pria yang datang dan ingin menghalalkanku," ucap Winda. Netranya seketika melahirkan mendung dan suaranya serak. "Umurku sudah tiga puluh tahun lebih. Apakah Ibu nggak malu, kalau aku dikatain tetangga dengan sebutan perawan tua?"

Winda bersuara, berharap ibunya dapat mengerti.

"Siapa yang berani menuduh kamu? anak gadis semata wayangku dengan sebutan perawan tua. Agar aku robek-robek mulutnya!" Amuk Bu Nadya. Dia tersulut emosi mendengar perkataan putrinya.

Suasana di dalam ruangan itu semakin panas akibat perdebatan yang alot. "Bu ... istigfar! Jangan ikuti setan yang ada dalam dirimu!" Nasihat Bu Aida. Seketika beliau ikut campur untuk menenangkan suasana hati Bu Nadya.

"Pergi kau dari rumahku! Jangan pernah coba-coba datang lagi ke rumah ini untuk melamar anak gadisku, kalau tidak punya modal sama sekali."

Bu Aida terkejut mendengar amukan Bu Nadya. Baru kali ini dirinya diusir secara tidak hormat.

"Pergi! Pergi ...!" Emosinya sudah tidak bisa terkontrol lagi.

"Bu, sudah aku bilang ayo kita pergi. Ibu malah masih bertahan dan mau menasehati manusia yang tidak ada akhlak ini!" ujar Haris seketika. Ia langsung berdiri dan menuntun ibunya agar pergi saat itu juga.

"Permisi! Assalamualaikum," ucap Bu Aida. Mereka melangkah gontai dengan dada bergemuruh. Wajah Bu Aida merah terlukis jelas kalau dia tidak terima atas hinaan Bu Nadya.

"Ibu tidak menyangka permintaan Bu Nadya sangat gila," ucap Bu Aida sembari mengayunkan langkah kakinya menuju mobil yang parkir di depan rumah.

Diam-diam Winda mengantarkan Bu Aida dan Haris ke depan. Walaupun mereka sedikit kecewa. Winda masih ingat ceramah salah satu ustaz ketika ada tamu, 'Antarkan lah mereka menuju pintu gerbang rumahmu sampai bayangan mereka tidak kelihatan jelas.'

Sesampainya di halaman rumah, mereka masuk ke dalam mobil dan memasang seat belt, Haris menginjak tuas gas kemudian menyetir mobil miliknya.

"Pantas sekali banyak pria yang mundur setelah mencoba melamar Winda. Sekarang aku sudah percaya kabar burung yang beredar dari mulut ke mulut," ucap Haris tertawa tipis sambil menyetir mobil Avanza yang baru saja dia beli lunas.

Senyum tipis terukir di wajah Haris, ketika melihat Winda dari kaca spion. Haris sebenarnya suka semenjak pandangan pertama kepadanya. Namun, rasa itu pudar setelah mendengar penuturan Bu Nadya.

"Sudah jangan kamu masukkan ke dalam hati! Semoga Bu Nadya segera mendapat hidayah." Bu Aida mencoba menasehati Haris.

"Bu ... Bu .... Sudah dicaci maki sama Bu Nadya, masih saja mendoakannya," desah Haris menggeleng. Dia masih bingung melihat sikap ibunya yang tak pernah dendam kepada seseorang, walaupun sudah membuat dirinya kecewa.

*****

Winda pergi berlari masuk ke dalam kamar. Dia tidak tahu apa yang diharapkan oleh ibunya. Hanya tangisan lah yang bisa dilakukannya.

"Winda ... buka pintunya! Ibu mau bicara sama kamu, Nak!" teriak Bu Nadya sambil menggedor-gedor pintu kamar.

"Aku tidak mau diganggu saat ini, Bu. Biarkan aku menyendiri!" sahutnya.

"Kamu nggak boleh melawan, Nak! Jangan merajuk seperti anak kecil. Masa cuma begitu, langsung marah."

Winda tidak peduli dengan ucapan ibunya. "Ibu jahat! Pergi! Aku nggak mau diganggu. Pergi ...!" teriaknya histeris sembari menutup kedua daun telinga.

"Baiklah, ibu akan pergi. Jangan salahkan kalau aku pergi selamanya," ancam Bu Nadya.

Winda tidak peduli dengan ucapan ibunya. Sakit hati yang ditorehkan Bu Nadya sudah tidak bisa lagi dimaafkan.

"Aku nggak peduli! Ibu saja nggak pernah peduli dan mengerti perasaanku sama sekali. Aku mau menyempurnakan agama dan ingin mengikuti sunnah rasul. Jadi, tolong restui aku untuk menikah tanpa memberatkan pria yang ingin mempersuntingku."

Seketika Bu Nadya bergeming, berpikir sejenak bagaimana caranya agar Winda bisa menerima kemauannya.

"Buka pintunya, Winda! Kita bicarakan baik-baik. Ibu mohon dengan sangat!" ucap Bu Nadya memelas.

Winda terus meratapi nasibnya. "Sungguh teganya ibu menyusahkan calon imamku untuk segera menghalalkanku. Padahal beliau itu ibu kandung yang sudah melahirkanku," ucapnya dalam hati. Buliran air matanya terus mengalir membasahi pipi tiada henti.

Bersambung ....

Next?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Manuntun Parlindungan Silalahi
seorang Ibu yg setresss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 02: Cekcok Masalah Mahar

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 02: Cekcok Masalah MaharPagi hari sangat cerah menyapa bumi. Namun, tidak seperti perasaan yang dialami Winda. Dia beranjak dari atas ranjang menuju halaman rumah yang dihiasi penuh bunga. Langkah kakinya diayunkan perlahan, hingga sampai ke taman depan rumah. Hanya bunga inilah tempatnya menghibur diri.Bu Nadya sedang sibuk bersih-bersih teras rumah. Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil. Dia berhenti sejenak dan melihat mobil yang sudah parkir di halaman rumah.Di sudut halaman rumah, Winda memperhatikan gerak-gerik mereka yang baru saja keluar dari dalam mobil. Sementara dia sengaja sembunyi di antara bunga-bunga yang baru saja disiram."Selamat datang calon menantu dan calon besan," ucap Bu Nadya dengan senyum sumringah.Senyum Bu Nadya dibalas oleh Bu Aura. Pria yang membuntuti Bu Aura tersenyum tipis sambil menangkupkan kedua tangan sejajar dengan dada."Mari, silakan

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 03: Tangan Winda Terkilir

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 03: Tangan Winda Terkilir Wajah Bu Nadya berubah merah dan tidak terima atas hinaan Bu Aura. "Pergi kalian dari sini! Aku tidak sudih mempunyai besan yang tidak ada akhlak!" Amuk Bu Nadya sembari menunjuk pintu keluar. Dadanya bergemuruh akibat mendengar hinaan Bu Aura. "Nggak usah pun ibu mengusir kami, aku dan anakku tahu jalan pulang. Semoga saja Winda perawan tua seumur hidup," ucap Bu Aura. Sumpah serapah terlontar dari sudut tepi bibirnya. Mereka beranjak pergi dan tidak menoleh ke arah belakang. Bu Nadya memegangi dadanya yang sesak, asma yang dideritanya mendadak kambuh di waktu yang tidak tepat. "Bang Anton, tunggu!" teriak Winda sambil mengejar membuntutinya. "Mau apa lagi kamu, Winda? Ibu tidak sudi punya calon menantu seperti kamu! Apalagi punya calon besan seperti benalu," jawab Bu Aura dengan judes sambil terus melangkah cepat. Winda terkejut mendeng

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 04: Winda Berniat Kawin Lari

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 03: Winda Berniat Kawin LariPak Zainuddin melarang Bu Nadya pergi ke kamar mandi."Bapak."Pak Zainuddin tidak menghiraukan apa yang dikatakan istrinya."Kasihan Winda, Bu. Nanti takut masa suburnya habis dan susah mendapat keturunan!" nasihatnya kepada Bu Nadya.Tiba-tiba, bola mata Winda berembun. Dia tidak kuasa lagi menahan buliran air mata yang sudah meronta seketika perlahan luruh tanpa pamit. Winda tersaruk pilu dan termangu, mendengar ucapan Pak Zainuddin."Bapak! Tidak boleh begitu. Apa tidak capek membesarkan dan mencari nafkah untuk merawat dan membesarkan Winda mulai dari kandungan sampai sekarang? Lagi pula tidak usah bapak ikut campur masalah mahar yang ibu ajukan."Aku hanya diam seribu bahasa mendengar perdebatan antara bapak dan ibu. 'Ya Allah, bukakanlah hati ibuku agar tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 05: Tertangkap Basah

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 05: Tertangkap Basah"Apa kamu bilang?""Maaf, Pak. Aku sudah tidak tahan menahan cemoohan dan hinaan orang di luar sana. Apalagi aku pergi ke warung belanja bahan sayuran."Flash back satu hari yang lalu."Winda! Sepertinya kamu sangat nyaman hidup sendiri tanpa ada pendamping sama sekali," tegur Bu Wati sedang memilih sayur untuk diolah pagi ini.Winda baru saja sampai di warung, sudah dapat cemoohan. Mendengar hinaan yang dia terima membuat hatinya tersaruk pilu."Mana ada yang berani melamarnya, ibunya selalu meminta mahar lima ratus juta," balas Bu Sarah sembari mengukir senyum mengejek.Tetangga sekitar rumah selalu menghina dan tidak ada sama sekali memikirkan perasaan Winda."Seandainya pun ada uangku lima ratus juta dan aku punya anak laki-laki. Aku nggak bakalan mau mempunyai menantu dan besan seperti Bu Nadya," sahut Bu Nisma.Bu Sarah da

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 06: Ahmad Bingung Istilah Tanam Saham

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 06: Ahmad Bingung Tanam Saham"Astagfirulloh! Segitunya kah ibu kepada aku dan bapak!" ucap Winda terkejut sehingga vas bunga yang ada di sudut ruang tamu luruh ke lantai karena tersenggolnya."Astagfirullah! Kenapa vas bunga bisa tersenggol dan pakai jatuh segala lagi," ucap Winda sambil menepuk jidat.Bu Nadya melangkah menuju asal suara itu. Winda beranjak pergi agar tidak ketahuan menguping pembicaraan kedua orangtuanya."Mau lari ke mana kamu, Winda?" ucap Bu Nadya menghalangi langkahnya.Langkah kakinya terhenti. Dia berdiri gemetar dan matanya sengaja dipejamkan untuk menghilangkan rasa takut dalam dirinya."Mampuslah, Aku. Bisa kena marah sepuluh ayat ini karena ketahuan menguping," ucapnya lirih."Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Bu Nadya dengan mata menyalang dan wajah memerah."Ti-tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 07: Nikah Lari

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 07: Nikah Lari "Ayo, Bang. Buktikan kalau Abang benar-benar serius." Winda memaksa. Sementara Bu Nadya masih sesak karena asma-nya. "Sudah biarkan saja bapak yang menangani ibu, Bang. Jangan sia-sia 'kan kesempatan ini!" ucap Winda. Ahmad masih saja mematung dan tidak mau bergerak sama sekali. "Apakah adek sudah siap untuk menjadi istri, Abang?" tanya Ahmad dengan sorot mata yang tajam. "Ahmad! Cepat kalian pergi lari dari kampung ini. Jangan banyak tanya lagi. Bapak yakin, Winda sudah siap lahir dan batin untuk membina rumah tangga bersamamu." Restu dari Pak Zainuddin sudah ada. Sementara Ahmad belum yakin kalau Winda sudah siap. Itu sebabnya dia masih mematung. "Bang! Ayo kita pergi!" Winda terus memaksa Ahmad. Winda tidak sabar untuk kawin lari. Itu sebabnya dia memaksa Ahmad kabur dari kampung ini. Ahmad melangkah gontai mengham

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 08: Dilema

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Dilema Winda melangkah menuju kamar untuk packing, tidak mungkin dia pergi tanpa ada bekal pakaian sepasang pun. Sementara uang tidak ada sama sekali di tangannya untuk beli baju. Maka dari itu, Winda secara paksa, mau tidak mau harus bawa beberapa pakaian. Tidak butuh waktu lama, usai sudah semua baju dimasukkan ke dalam tas. Winda menyusul Ahmad yang sudah di atas motor dari tadi. Dia langsung naik dan Ahmad men-stater motor bututnya. Winda kelihatan canggung menunggangi motor yang akan membawanya pergi tidak tahu pergi ke mana. "Maaf, Dek! Karena kita belum sah. Maka tolong jaga jarak." Winda terkejut mendengar ucapan Ahmad. Keadaan seperti ini masih saja menjaga kesuciannya. Dia hanya bisa mengulas senyum, Ahmad terkesima melihat senyumnya jelas kelihatan dari kaca spion. "I-iya, Bang." Sebuah klak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy Jangan Larang Aku Menikah! Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy "Oh, itu." Hanya oh yang diutarakan, Winda. Pikirnya melayang dan tidak tahu ke mana arahnya. "Maksudnya apa, Dek!" Winda salah tingkah, tidak tahu ingin berkata apa dan menjelaskannya kepada Ahmad. Sementara raut wajahnya Ahmad memaksa Winda untuk menjawab pertanyaannya. "Itu ajaran sesat yang sangat dimurkai oleh Allah, Bang." Ahmad bergeming dan otaknya traveling memikirkan apa yang diucapkan Winda. "Abang tidak tahu apa maksudnya, Dek! Abang harap jangan bertele-tele," ucapnya penuh penasaran. Ahmad menghembuskan napas kasar dan merasa menggigil. Udara panas kini berubah menjadi dingin. "Maksud tanam saham itu ... K

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25

Bab terbaru

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26E

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUBaru saja Ahmad mengancam dokter gadungan itu, malah dia langsung kabur."Argh ... Sial! Licik sekali dia."Ahmad berlari mengejar dokter tersebut. Namun, tidak dapat. Dia ketinggalan jejak akibat kakinya terpeleset dan dia hampir jatuh."Ahmad ... Ahmad .... Kamu kira bisa melawanku," ucap Bu Nadya.Bu Nadya mengukir senyum dan dia merasa senang misinya berhasil."Kenapa ibu senyam-senyum?" tanya dokter.Bu Nadya lupa kalau di sampingnya masih ada dokter yang sesungguhnya."Ti-tidak apa-apa. Aku cuma heran saja melihat tingkah Ahmad, Dok," balas Bu Nadya.Dokter heran kenapa Bu Nadya senyam-senyum. Seketika otaknya berpikir untuk mengancam Bu Nadya."Kalau hasil rekaman CCTV berhasil kami putar. Dengan hasil rekaman itu kami bisa mengetahui identitas dokter gadungan itu, maka semuanya bakalan terbongkar siapa dala

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUDi ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya."Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan."Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali.Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya."Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda.Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu."Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin.Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Di ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya. "Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan. "Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali. Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya. "Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda. Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu. "Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin. Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan dokter gadungan.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUSuara pintu ruangan ICU terbuka. Winda, Ahmad dan Tante Lusy menatap ke arah pintu. Memastikan siapa yang keluar dari dalam."Maaf, permisi mengganggu waktunya."Salah satu petugas keluar dari dalam ruangan ICU."Bagaimana perkembangan keadaan bapakku, Dok?" tanya Winda serak.Air matanya mengalir kembali setelah beberapa menit surut."Mohon maaf, saya pribadi dan perwakilan dari petugas tim medis mohon maaf kalau pasien tidak bisa diselamatkan. Karena racun yang ada didalam tubuh beliau sangat parah.""Maksudnya, Dok?!" tanya Tante Lusy.Winda semakin terisak, ia tidak menyangka bapaknya akan pergi selamanya. Padahal, ia belum menunaikan janjinya kepada Pak Zainuddin memberikan cucu."Aku minta tolong, Dok. Lakukan yang terbaik buat bapak. Aku tidak mau kehilangan bapakku, Dok," ucap Winda panik.Air matanya jatuh

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU "Kabar bapak masih belum ada, Tan. Kita masih menunggu informasi dari dokter. Sampai sekarang belum ada sama sekali dokter dan petugas lainnya keluar dari dalam ruangan," jelas Winda dengan nada sedih. Netranya berembun, Winda tidak sanggup menahan air matanya yang terus meronta. Akhirnya jatuh juga tanpa pamit. "Kita berdoa saja, Win! Semoga Allah memberikan kesehatan kepada bapak juga kepada kita semua." Tante Lusy memeluk Winda. Dia memberi support kepada Winda agar kuat dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. "Te-terima kasih, Tan." Winda tidak tahu lagi harus bagaimana. Deru bercampur haru. Bu Nadya yang melahirkannya saja rasanya seperti orang lain. Tidak sedikitpun menyayanginya. Apalagi memberi kasih sayang kepada Winda. "Win! Kamu nggak boleh sedih dan lemah! Semua pasti bisa kamu lewati. Jangan putus asa. Ok!" nasehat Ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Tidak ada sama sekali Om Parto dan Bu Nadya menjawab. "Ok! Semua bukti sudah aku rekam. Aku tidak boleh lengah atas kejadian ini." Tante Lusy membiarkan Om Parto dan Bu Nadya pergi sesuka hati. Dia fokus pada inti permasalahan makanan yang dia pesan di katering tempat langganannya. Langkah demi langkah Tante Lusy ayunkan kakinya. Dia tidak peduli kepada pengunjung lain yang sedang melintas di setiap lorong rumah sakit. 'Lihat saja nanti siapa yang bakalan menang dalam permainan ini?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil berjalan. Sesampainya di depan pintu kamar Winda, Tante Lusy memegang gagang pintu dan membukanya. 'Ceklek' Tante Lusy membuka pintu kamar Winda. Lalu dia masuk ke dalam. "Lah! Kemana mereka pergi? Perasaanku tadi mereka ada di ruangan ini." Tante Lusy merogoh ponsel miliknya di dalam ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaTante Lusy masih belum percaya atas tragedi yang terjadi. Dia mengedipkan mata lalu menarik napas dalam-dalam."Maaf aku belum familiar dan kenal dengan catering yang ibu maksud. Aku baru satu minggu tugas di sini."Jantung Tante Lusy hampir copot mendengar perkataan Reza. Setelah mendengar semua apa kata Reza, baru dia tenang sedikit."Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya, Dok?" tanya Tante Lusy lagi.Jiwa penasarannya meronta-ronta. Sudah lima menit dia di dalam ruangannya Reza, tapi tidak ada sama sekali dokter Reza menyampaikan hasil Lab-nya."Hasilnya ada racun yang membuat konsumen sakit perut dan apabila nggak segera ditangani, konsumen tersebut bisa jadi meninggal," jelas Reza."Ma-maksudnya, Dok? Aku nggak paham!"Tante Lusy membetulkan duduknya, dia merekam perkataan Reza tanpa izin terlebih dahulu."Kalau

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada Ibunya'Sial! Kenapa aku kesannya membela Ahmad. Padahal dari dulu aku nggak suka sama dia,' ucap Bu Nadya dalam hati.Bu Nadya berkacak pinggang, dia berpikir keras mencari alasan bagaimana caranya agar Om Parto tidak berang."Ma-maksud aku nggak seperti itu, Om Parto."Bu Nadya ngeles dan mengelus punggung Om Parto."Pokoknya, ibu calon mertua kudu tanggungjawab atas ...."Om Parto menjeda ucapannya, hampir saja dia keceplosan. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Matanya menyalang takut ketahuan."Om Parto! Maksudnya tanggungjawab atas apa? Apa jangan-jangan biang kerok semua ini kalian berdua?" tuduh Ahmad dengan sedikit mengancam agar Om Parto mengaku.Sejak dahulu, Ahmad sudah menaruh curiga kepada Bu Nadya dan Om Parto.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   25B

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaAhmad dan dokter berjalan menghampiri Pak Zainuddin yang sudah terbaring di atas brangkar."Dokter! Tolong selamatkan Bapakku. Aku mau menikah soalnya, Dok."Winda tidak sabar. Ia tidak mau kalau pernikahannya gagal dan gagal terus menerus."Sabar, saya mohon jangan panik. Biarkan saya bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada saya," ucap dokter Faisal.Dokter Faisal mengecek keadaan suhu Pak Zainal. Ruangan terasa hening dan hampa. Hanya suara jam dinding yang terdengar di atas nakas."Sepertinya beliau keracunan makanan. Makanan apa saja yang dikonsumsi beliau satu kali dua puluh empat jam?" tanya dokter Faisal.Winda terkejut mendengar perkataan dokter Faisal. Seketika mulutnya menganga."Ini tidak mungkin!" ucap Winda sambil memeluk tubuh Pak Zainuddin.Om Parto

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status