Share

Part 04: Winda Berniat Kawin Lari

Penulis: Pemanis Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-09 14:50:07

Jangan Larang Aku Menikah!

Part 03: Winda Berniat Kawin Lari

Pak Zainuddin melarang Bu Nadya pergi ke kamar mandi.

"Bapak."

Pak Zainuddin tidak menghiraukan apa yang dikatakan istrinya.

"Kasihan Winda, Bu. Nanti takut masa suburnya habis dan susah mendapat keturunan!" nasihatnya kepada Bu Nadya.

Tiba-tiba, bola mata Winda berembun. Dia tidak kuasa lagi menahan buliran air mata yang sudah meronta seketika perlahan luruh tanpa pamit. Winda tersaruk pilu dan termangu, mendengar ucapan Pak Zainuddin.

"Bapak! Tidak boleh begitu. Apa tidak capek membesarkan dan mencari nafkah untuk merawat dan membesarkan Winda mulai dari kandungan sampai sekarang? Lagi pula tidak usah bapak ikut campur masalah mahar yang ibu ajukan."

Aku hanya diam seribu bahasa mendengar perdebatan antara bapak dan ibu. 'Ya Allah, bukakanlah hati ibuku agar tidak keras kepala seperti ini." Winda berdoa dalam hati.

Winda sangat tersiksa atas perlakuan ibunya. Hari demi hari dilewati penuh dengan cobaan.

"Seharusnya ibu tidak boleh seperti ini. Mempersusah calon pengantin pria untuk menghalalkan putri kita. Aku heran melihat ibu," ucap Pak Zainuddin sambil memijit keningnya yang tidak sakit.

"Apapun itu ceritanya ibu tidak akan mengikuti apa kata bapak," jawab Bu Nadya dengan keras kepala.

Pak Zainuddin mulai tersulut emosi. Dia mengepalkan tangan untuk meninju istrinya. Namun, Winda menghalangi bapaknya.

"Pak! Jangan mengikuti amarah yang sedang membara di dalam dada!" ucap Winda sambil mengelus dada bapaknya.

Pak Zainuddin menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar.

"Waktu ibu gadis nggak ada sama sekali diminta mahar sama ibu mertua ratusan juta. Malah ibu pernah bilang tidak boleh mempersulit calon suami. Kenapa sekarang ibu malah melakukan itu kepada Winda?" tanya Pak Zainuddin kepada istrinya.

"Zaman dahulu pada saat aku gadis dan bapak masih lajang berbeda dengan sekarang. Apa kata tetangga nanti kalau mahar Winda hanya sepuluh juta?"

"Buat apa mahar ratusan juta, Bu? Kalau maharnya itu hasil ngutang. Setelah menikah hidup tersiksa memikirkan bagaimana cara melunasi hutang itu."

"Itu bukan urusan kita, Pak! Pokoknya Aku dan Bapak bisa menikmati maharnya."

Pak Zainuddin kini merah padam mendengar jawaban istrinya.

"Sadar Bu! Perbuatanmu itu sangat di larang agama."

Bu Nadya menautkan alis sebelah ke atas mendengar perkataan suaminya.

"Sudahlah, Pak! Bapak diam saja nggak usah ikut campur!"

"Bapak tidak bisa diam dalam masalah ini. Aku masih hidup dan berhak ikut campur atas masa depan anak gadisku! Aku tidak tahan dinyinyirin kawan kerja terus menerus pada saat istirahat di tempat kerja. Coba ibu diposisi aku!"

Bu Nadya meregangkan tangannya dan tidak perduli dengan perkataan suaminya.

"Gitu saja sudah lemah! Nggak usah didengarin apa kata mereka. Kalau kita dengarin nyinyiran netizen, bisa-bisa gila!"

"Ibu mungkin tak peduli, tapi aku tidak bisa mendengar nyinyiran mulut netizen. Lagi pula aku tidak mau menghalangi Winda untuk menyempurnakan agama dan mengikuti sunnah rasul. Nikah itu bahagian dari ibadah."

Pak Zainuddin sudah kehabisan cara untuk memberikan nasehat kepada istrinya. Tidak ada satu pun yang di gubris oleh wanita yang ada di depannya.

"Pokoknya sekali hitam tetap hitam. Kalau aku sudah mengucapkan mahar Winda lima ratus juta, tidak boleh kurang. Kalau bertambah aku malah semakin senang."

Bu Nadya mengulas senyum, dia mengkhayal suatu saat lehernya akan dihiasi emas, jari manisnya melingkar cincin permata. Setiap hari bisa memakai barang bermerk. "Berkhayal dulu, siapa tahu besok jadi kenyataan," ucap Bu Nadya dalam hati sambil senyum-senyum seperti orang gila.

"Argh ... Bapak malas berdebat sama ibu. Dikasih tahu nggak pernah mengalah dan tidak pernah mau menerima pendapat orang. Jangan karena ibu meminta mahar ratusan juta kepada setiap pria yang mau mempersunting Winda, ujung-ujungnya ibu zolim padanya, ingat itu!"

Pak Zainuddin menghela napas berat dan beringsut meninggalkan istrinya karena lelah menghadapi tingkahnya.

****

Malam telah tiba, angin sepoi berhembus menusuk sampai ke tulang. Winda merenung di teras rumah sendirian dan ditemani secangkir bandrek minuman khas Medan.

"Belum tidur, Win?" sapa Pak Zainuddin. Seketika membuyarkan lamunannya. Dia membetulkan duduknya tidak seperti tadi pada saat sendiri.

Dia terkejut, "A-aku belum ngantuk, Pak," jawabnya terbata. Winda tidak menyangka Pak Zainuddin datang menghampirinya. Netranya sengaja diarahkan ke luar memandangi bunga dengan tatapan sendu. Dia tidak tahu, sampai kapan berakhir sebutan perawan tua ini lepas darinya.

Nyanyian jangkrik terdengar sesekali menghibur Winda yang sedang di rundu nestapa.

"Bapak ingin cerita sama kamu, boleh?"

Dia meletakkan bobotnya di atas kursi tepat di samping Winda. Setelah itu, Pak Zainuddin meniup kopi yang masih panas agar cepat dingin.

"Tentang apa, Pak? Jelas boleh dong," balasnya menimpali. Dia mengulas senyum dan meletakkan gawainya di atas meja.

"Mau sampai kapan kamu seperti ini? Bapak ingin segera kamu menikah. Agar tugas dan tanggungjawab seorang Bapak lepas."

Winda diam seribu bahasa, hatinya tersaruk pilu mendengar pertanyaan beliau.

Lalu Winda berkata, "Aku juga ingin segera menikah, Pak. Tapi ...."

Winda dan Pak Zainuddin bergeming, seketika beliau meneguk kopi buatan sendiri.

"Aw," ucap Pak Zainuddin. Perasaannya kopi buatannya sudah dingin ternyata masih hangat.

Winda keceplosan tertawa melihat Pak Zainuddin berkata lirih atas bibirnya yang terbakar kopi yang baru saja diteguk.

"Sudahlah, nggak usah kamu ikuti permintaan ibumu. Kalau terlalu taat padanya, bisa-bisa kamu ...," ucapnya terjeda. Ia nggak sanggup melanjutkan perkataan yang baru saja dikatakan, takut melukai hati putrinya.

"Bisa apa, Pak?" tanyaku penuh penasaran. Kebiasaan Pak Zainuddin suka menggantung ucapannya.

Winda menatap netra lelaki yang berada tepat di hadapannya, menelisik dalam. Dia merasa jika bapaknya ingin mengatakan sesuatu padanya. Namun, diurungkan.

"Bisa apa, Pak? tanyanya kembali.

"Hm."

Pak Zainuddin hanya berdehem saja tak ada sepatah kata yang ia lontar kan dari sudut bibirnya.

"Pak!" tegur Winda.

"Iya."

Pak Zainuddin kembali meneguk kopi yang sudah mulai dingin. Kali ini tidak ada umpatan yang keluar dari sudut bibirnya.

"Bagaimana kalau aku kawin lari atau tanam saham duluan, Pak? Aku tidak tahan dicemooh dengan sebutan perawan tua terus menerus," ucap Winda memberanikan diri tanpa ada rasa takut.

Pak Zainuddin tersedak dan dia meletakkan cangkir kopi itu di atas meja, tiba-tiba batuk.

"Apa kamu bilang?"

Bersambung ....

Note:

Kawin lari di kampung author biasanya dilakukan kalau terkendala restu orang tua dan tidak sanggup membayar mahar. Kalau tanam saham itu adalah Hamil di luar nikah.

Bab terkait

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 05: Tertangkap Basah

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 05: Tertangkap Basah"Apa kamu bilang?""Maaf, Pak. Aku sudah tidak tahan menahan cemoohan dan hinaan orang di luar sana. Apalagi aku pergi ke warung belanja bahan sayuran."Flash back satu hari yang lalu."Winda! Sepertinya kamu sangat nyaman hidup sendiri tanpa ada pendamping sama sekali," tegur Bu Wati sedang memilih sayur untuk diolah pagi ini.Winda baru saja sampai di warung, sudah dapat cemoohan. Mendengar hinaan yang dia terima membuat hatinya tersaruk pilu."Mana ada yang berani melamarnya, ibunya selalu meminta mahar lima ratus juta," balas Bu Sarah sembari mengukir senyum mengejek.Tetangga sekitar rumah selalu menghina dan tidak ada sama sekali memikirkan perasaan Winda."Seandainya pun ada uangku lima ratus juta dan aku punya anak laki-laki. Aku nggak bakalan mau mempunyai menantu dan besan seperti Bu Nadya," sahut Bu Nisma.Bu Sarah da

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 06: Ahmad Bingung Istilah Tanam Saham

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 06: Ahmad Bingung Tanam Saham"Astagfirulloh! Segitunya kah ibu kepada aku dan bapak!" ucap Winda terkejut sehingga vas bunga yang ada di sudut ruang tamu luruh ke lantai karena tersenggolnya."Astagfirullah! Kenapa vas bunga bisa tersenggol dan pakai jatuh segala lagi," ucap Winda sambil menepuk jidat.Bu Nadya melangkah menuju asal suara itu. Winda beranjak pergi agar tidak ketahuan menguping pembicaraan kedua orangtuanya."Mau lari ke mana kamu, Winda?" ucap Bu Nadya menghalangi langkahnya.Langkah kakinya terhenti. Dia berdiri gemetar dan matanya sengaja dipejamkan untuk menghilangkan rasa takut dalam dirinya."Mampuslah, Aku. Bisa kena marah sepuluh ayat ini karena ketahuan menguping," ucapnya lirih."Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Bu Nadya dengan mata menyalang dan wajah memerah."Ti-tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 07: Nikah Lari

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 07: Nikah Lari "Ayo, Bang. Buktikan kalau Abang benar-benar serius." Winda memaksa. Sementara Bu Nadya masih sesak karena asma-nya. "Sudah biarkan saja bapak yang menangani ibu, Bang. Jangan sia-sia 'kan kesempatan ini!" ucap Winda. Ahmad masih saja mematung dan tidak mau bergerak sama sekali. "Apakah adek sudah siap untuk menjadi istri, Abang?" tanya Ahmad dengan sorot mata yang tajam. "Ahmad! Cepat kalian pergi lari dari kampung ini. Jangan banyak tanya lagi. Bapak yakin, Winda sudah siap lahir dan batin untuk membina rumah tangga bersamamu." Restu dari Pak Zainuddin sudah ada. Sementara Ahmad belum yakin kalau Winda sudah siap. Itu sebabnya dia masih mematung. "Bang! Ayo kita pergi!" Winda terus memaksa Ahmad. Winda tidak sabar untuk kawin lari. Itu sebabnya dia memaksa Ahmad kabur dari kampung ini. Ahmad melangkah gontai mengham

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 08: Dilema

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Dilema Winda melangkah menuju kamar untuk packing, tidak mungkin dia pergi tanpa ada bekal pakaian sepasang pun. Sementara uang tidak ada sama sekali di tangannya untuk beli baju. Maka dari itu, Winda secara paksa, mau tidak mau harus bawa beberapa pakaian. Tidak butuh waktu lama, usai sudah semua baju dimasukkan ke dalam tas. Winda menyusul Ahmad yang sudah di atas motor dari tadi. Dia langsung naik dan Ahmad men-stater motor bututnya. Winda kelihatan canggung menunggangi motor yang akan membawanya pergi tidak tahu pergi ke mana. "Maaf, Dek! Karena kita belum sah. Maka tolong jaga jarak." Winda terkejut mendengar ucapan Ahmad. Keadaan seperti ini masih saja menjaga kesuciannya. Dia hanya bisa mengulas senyum, Ahmad terkesima melihat senyumnya jelas kelihatan dari kaca spion. "I-iya, Bang." Sebuah klak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy Jangan Larang Aku Menikah! Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy "Oh, itu." Hanya oh yang diutarakan, Winda. Pikirnya melayang dan tidak tahu ke mana arahnya. "Maksudnya apa, Dek!" Winda salah tingkah, tidak tahu ingin berkata apa dan menjelaskannya kepada Ahmad. Sementara raut wajahnya Ahmad memaksa Winda untuk menjawab pertanyaannya. "Itu ajaran sesat yang sangat dimurkai oleh Allah, Bang." Ahmad bergeming dan otaknya traveling memikirkan apa yang diucapkan Winda. "Abang tidak tahu apa maksudnya, Dek! Abang harap jangan bertele-tele," ucapnya penuh penasaran. Ahmad menghembuskan napas kasar dan merasa menggigil. Udara panas kini berubah menjadi dingin. "Maksud tanam saham itu ... K

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 10: Salah Sangka

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Salah Sangka Ahmad menatap Winda, perasaannya baru saja di depannya. Ternyata Winda sudah jauh. Dia naik ke atas motor dan menghidupkan motor bututnya. "Winda ... Winda ... Tolong maafkan aku!" panggil Ahmad sambil mengendarai motornya. Winda tidak perduli apa yang di katakan Ahmad. Perasaannya sudah terluka, akibat perkataan Ahmad. Ahmad memarkirkan motor bututnya di pinggir jalan, lalu dia turun dan menangkap lengan Winda. "Winda! Maaf kan abang, Dek! Aku nggak ada niat mau melakukan tanam saham duluan. Mungkin bukan aku yang ngomong tadi, Dek!" Winda tergugu dan jiwanya nelangsa. Ia berpikir memilih Ahmad akan menjaga dirinya, ternyata sangat bertolak belakang dengan apa yang ia harapkan. Pikirnya nanar dan hatinya kosong, tidak tahu hendak berbuat apa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 11A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 11: Ibu Marah di Rumah Tante Lusy Ahmad menghela napas, dia melihat jam yang melingkar di lengannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua puluh dua, lewat satu menit Waktu Indonesia Barat. "Tan! Kalau mau cari penginapan dekat sini butuh waktu, tenaga dan uang!" balas Ahmad sedikit kesal. Perempuan yang di hadapan Ahmad memasang wajah angkuh dan sombong. "Kalau aku ada uang lebih, nggak bakalan menyusahkan, Tante. Aku mohon sangat, tolong berilah izin kepada kami satu malam saja," ucapnya memohon dengan sangat. Winda hanya diam dan tidak berani ikut campur. Permohonan Ahmad saja tidak ada sama sekali digubris sama dia, apalagi Winda. "Aku coba tanya sama Pamanmu terlebih dahulu," jawabnya spontan. Dia masuk ke dalam rumah. Ada secercah harapan, Ahmad mengelus dada sembari mengucap Alhamdulillah. Padahal, Ahmad sudah sempat putus asa atas jawaban tanten

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 11B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 11B: Ahmad Teringat Masa Kecil "Adek tidur di kamar saja iya. Biar Abang di ruang tengah," ucap Ahmad mencairkan suasana. Ahmad mematah-matahkan lehernya yang pegal. Empat jam perjalanan membuat badannya lelah dan letih menyetir motor tidak ada sama sekali gantian. Winda mengangguk. "Iya." Ahmad mengukir senyum tipis. Giginya terlihat rapi dan putih. Melihat lesung pipi dan hidungnya yang mancung membuat semua wanita ingin memilikinya. Winda meleleh membayangkan wajah Ahmad, wanita mana yang tidak menaruh hati atas wajah yang dimiliki calon suaminya. "Dek! Kok melamun," tegur Ahmad. "Oh, iya. Maafkan adek, Bang." Winda kaget kenapa bisa melamun membayangkan wajahnya yang sangat ganteng laksana nabi Yusuf. "

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26

Bab terbaru

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26E

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUBaru saja Ahmad mengancam dokter gadungan itu, malah dia langsung kabur."Argh ... Sial! Licik sekali dia."Ahmad berlari mengejar dokter tersebut. Namun, tidak dapat. Dia ketinggalan jejak akibat kakinya terpeleset dan dia hampir jatuh."Ahmad ... Ahmad .... Kamu kira bisa melawanku," ucap Bu Nadya.Bu Nadya mengukir senyum dan dia merasa senang misinya berhasil."Kenapa ibu senyam-senyum?" tanya dokter.Bu Nadya lupa kalau di sampingnya masih ada dokter yang sesungguhnya."Ti-tidak apa-apa. Aku cuma heran saja melihat tingkah Ahmad, Dok," balas Bu Nadya.Dokter heran kenapa Bu Nadya senyam-senyum. Seketika otaknya berpikir untuk mengancam Bu Nadya."Kalau hasil rekaman CCTV berhasil kami putar. Dengan hasil rekaman itu kami bisa mengetahui identitas dokter gadungan itu, maka semuanya bakalan terbongkar siapa dala

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUDi ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya."Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan."Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali.Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya."Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda.Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu."Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin.Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Di ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya. "Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan. "Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali. Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya. "Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda. Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu. "Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin. Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan dokter gadungan.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUSuara pintu ruangan ICU terbuka. Winda, Ahmad dan Tante Lusy menatap ke arah pintu. Memastikan siapa yang keluar dari dalam."Maaf, permisi mengganggu waktunya."Salah satu petugas keluar dari dalam ruangan ICU."Bagaimana perkembangan keadaan bapakku, Dok?" tanya Winda serak.Air matanya mengalir kembali setelah beberapa menit surut."Mohon maaf, saya pribadi dan perwakilan dari petugas tim medis mohon maaf kalau pasien tidak bisa diselamatkan. Karena racun yang ada didalam tubuh beliau sangat parah.""Maksudnya, Dok?!" tanya Tante Lusy.Winda semakin terisak, ia tidak menyangka bapaknya akan pergi selamanya. Padahal, ia belum menunaikan janjinya kepada Pak Zainuddin memberikan cucu."Aku minta tolong, Dok. Lakukan yang terbaik buat bapak. Aku tidak mau kehilangan bapakku, Dok," ucap Winda panik.Air matanya jatuh

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU "Kabar bapak masih belum ada, Tan. Kita masih menunggu informasi dari dokter. Sampai sekarang belum ada sama sekali dokter dan petugas lainnya keluar dari dalam ruangan," jelas Winda dengan nada sedih. Netranya berembun, Winda tidak sanggup menahan air matanya yang terus meronta. Akhirnya jatuh juga tanpa pamit. "Kita berdoa saja, Win! Semoga Allah memberikan kesehatan kepada bapak juga kepada kita semua." Tante Lusy memeluk Winda. Dia memberi support kepada Winda agar kuat dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. "Te-terima kasih, Tan." Winda tidak tahu lagi harus bagaimana. Deru bercampur haru. Bu Nadya yang melahirkannya saja rasanya seperti orang lain. Tidak sedikitpun menyayanginya. Apalagi memberi kasih sayang kepada Winda. "Win! Kamu nggak boleh sedih dan lemah! Semua pasti bisa kamu lewati. Jangan putus asa. Ok!" nasehat Ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Tidak ada sama sekali Om Parto dan Bu Nadya menjawab. "Ok! Semua bukti sudah aku rekam. Aku tidak boleh lengah atas kejadian ini." Tante Lusy membiarkan Om Parto dan Bu Nadya pergi sesuka hati. Dia fokus pada inti permasalahan makanan yang dia pesan di katering tempat langganannya. Langkah demi langkah Tante Lusy ayunkan kakinya. Dia tidak peduli kepada pengunjung lain yang sedang melintas di setiap lorong rumah sakit. 'Lihat saja nanti siapa yang bakalan menang dalam permainan ini?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil berjalan. Sesampainya di depan pintu kamar Winda, Tante Lusy memegang gagang pintu dan membukanya. 'Ceklek' Tante Lusy membuka pintu kamar Winda. Lalu dia masuk ke dalam. "Lah! Kemana mereka pergi? Perasaanku tadi mereka ada di ruangan ini." Tante Lusy merogoh ponsel miliknya di dalam ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaTante Lusy masih belum percaya atas tragedi yang terjadi. Dia mengedipkan mata lalu menarik napas dalam-dalam."Maaf aku belum familiar dan kenal dengan catering yang ibu maksud. Aku baru satu minggu tugas di sini."Jantung Tante Lusy hampir copot mendengar perkataan Reza. Setelah mendengar semua apa kata Reza, baru dia tenang sedikit."Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya, Dok?" tanya Tante Lusy lagi.Jiwa penasarannya meronta-ronta. Sudah lima menit dia di dalam ruangannya Reza, tapi tidak ada sama sekali dokter Reza menyampaikan hasil Lab-nya."Hasilnya ada racun yang membuat konsumen sakit perut dan apabila nggak segera ditangani, konsumen tersebut bisa jadi meninggal," jelas Reza."Ma-maksudnya, Dok? Aku nggak paham!"Tante Lusy membetulkan duduknya, dia merekam perkataan Reza tanpa izin terlebih dahulu."Kalau

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada Ibunya'Sial! Kenapa aku kesannya membela Ahmad. Padahal dari dulu aku nggak suka sama dia,' ucap Bu Nadya dalam hati.Bu Nadya berkacak pinggang, dia berpikir keras mencari alasan bagaimana caranya agar Om Parto tidak berang."Ma-maksud aku nggak seperti itu, Om Parto."Bu Nadya ngeles dan mengelus punggung Om Parto."Pokoknya, ibu calon mertua kudu tanggungjawab atas ...."Om Parto menjeda ucapannya, hampir saja dia keceplosan. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Matanya menyalang takut ketahuan."Om Parto! Maksudnya tanggungjawab atas apa? Apa jangan-jangan biang kerok semua ini kalian berdua?" tuduh Ahmad dengan sedikit mengancam agar Om Parto mengaku.Sejak dahulu, Ahmad sudah menaruh curiga kepada Bu Nadya dan Om Parto.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   25B

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaAhmad dan dokter berjalan menghampiri Pak Zainuddin yang sudah terbaring di atas brangkar."Dokter! Tolong selamatkan Bapakku. Aku mau menikah soalnya, Dok."Winda tidak sabar. Ia tidak mau kalau pernikahannya gagal dan gagal terus menerus."Sabar, saya mohon jangan panik. Biarkan saya bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada saya," ucap dokter Faisal.Dokter Faisal mengecek keadaan suhu Pak Zainal. Ruangan terasa hening dan hampa. Hanya suara jam dinding yang terdengar di atas nakas."Sepertinya beliau keracunan makanan. Makanan apa saja yang dikonsumsi beliau satu kali dua puluh empat jam?" tanya dokter Faisal.Winda terkejut mendengar perkataan dokter Faisal. Seketika mulutnya menganga."Ini tidak mungkin!" ucap Winda sambil memeluk tubuh Pak Zainuddin.Om Parto

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status