Beranda / Fantasi / Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua / Part 06: Ahmad Bingung Istilah Tanam Saham

Share

Part 06: Ahmad Bingung Istilah Tanam Saham

Penulis: Pemanis Aksara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-09 15:00:39

Jangan Larang Aku Menikah!

Part 06: Ahmad Bingung Tanam Saham

"Astagfirulloh! Segitunya kah ibu kepada aku dan bapak!" ucap Winda terkejut sehingga vas bunga yang ada di sudut ruang tamu luruh ke lantai karena tersenggolnya.

"Astagfirullah! Kenapa vas bunga bisa tersenggol dan pakai jatuh segala lagi," ucap Winda sambil menepuk jidat.

Bu Nadya melangkah menuju asal suara itu. Winda beranjak pergi agar tidak ketahuan menguping pembicaraan kedua orangtuanya.

"Mau lari ke mana kamu, Winda?" ucap Bu Nadya menghalangi langkahnya.

Langkah kakinya terhenti. Dia berdiri gemetar dan matanya sengaja dipejamkan untuk menghilangkan rasa takut dalam dirinya.

"Mampuslah, Aku. Bisa kena marah sepuluh ayat ini karena ketahuan menguping," ucapnya lirih.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Bu Nadya dengan mata menyalang dan wajah memerah.

"Ti-tidak ada, Bu. Tadi aku mau ke luar mencari angin ...." jawabanya tidak tertata rapi dan terbata-bata.

Winda mencoba berbohong, seumur hidup baru kali ini dia berbohong kepada ibunya.

"Pergi masuk ke dalam kamar! Tidak ada cari angin segala."

Winda langsung mengikuti perintah ibunya. Baru beberapa langkah, tiba-tiba ibu memanggilnya.

"Wi-Winda," panggil Bu Nadya dengan nada terbata.

Bu Nadya memegang dadanya yang sesak. Penyakitnya kambuh lagi di waktu yang tidak tepat.

Winda mencoba melihat ke belakang, ternyata asma ibunya kambuh lagi.

"Ibu ...."

Winda berlari menghampiri Bu Nadya. Sebenci apapun dirinya kepada ibunya, dia sangat menyayanginya.

"Ada apa Winda?" tanya Pak Zainuddin dari teras rumah. Ia berlari menghampiri Winda juga istrinya.

"Asma-nya ibu kumat, Pak," ucap Winda dengan raut wajah panik.

Pak Zainuddin mengendong istrinya ke dalam kamar. Sesampainya di dalam, Winda memberikan obat asma kepada ibunya. Tidak berapa lama, Bu Nadya sembuh.

****

Pagi telah menyapa, Winda duduk di teras rumah sambil menikmati betapa indahnya kabut awan menyelimuti ranting pohon.

"Assalamualaikum," ucap seseorang di depan rumah.

Suara itu membuyarkan lamunannya. Winda mencoba bangkit dan mengarahkan netraya ke asal suara itu.

"Waalaikumsalam. Bang Ahmad," ucapnya dengan grogi.

Bu Nadya pasti marah kalau Ahmad datang berkunjung ke rumah. Apalagi dia dari keluarga menengah ke bawah kalau dilihat dari latar belakang ekonomi.

Padahal Ahmad seorang pemuda berwibawa, bertanggungjawab, paham ilmu agama. Masalahnya pekerjaan dia hanya seorang pedagang bakso keliling dari kampung sebelah ke kampung lain.

Karena latar belakang yang tidak sesuai dengan kriteria Bu Nadya, cintanya dengan Winda selalu tidak mendapat restu. Bahkan sumpah serapah keluar dari mulut ibu calon mertuanya.

"Apa kabar, Win?" sapa Ahmad sambil berjalan menghampirinya.

Dia berjalan terus tanpa henti, sesampainya di dekat Winda. Ahmad menarik bangku dan melandingkan bobotnya di atas kursi.

"Kabarku baik, Bang. Abang bagaimana kabarnya?" tanya Winda sambil menangkupkan kedua tangan di dada. Beliau tidak mau bersentuhan dengan wanita yang tidak mahram.

Ahmad menghembuskan napas, lalu berkata, "Maksud kedatangan abang ke mari mau ...."

Ahmad menjeda ucapannya. Tiba-tiba, matanya tertuju pada Bu Nadya yang berdiri di depan pintu.

"Sudah berulang kali ibu katakan jangan pernah mendekati Winda. Apalagi berharap untuk menyuntingnya. Kalau kamu sanggup memberi mahar lima ratus juta dan memberi uang bulanan kepada ibu sepuluh juta, langsung kurestui hubungan kalian sekarang juga."

Baru saja Ahmad melandingkan bobotnya di atas kursi. Sudah mendapat ucapan yang tidak sedap di dengar telinga dari Bu Nadya. Dia menelan saliva dan mengusap kasar wajahnya.

"Bukankah mahar seorang calon istri tidak boleh dipersulit, Bu? Lantas kenapa ibu selalu mempersulit calon suamiku," ucap Winda mencoba membela Ahmad.

Wajah Bu Nadya memerah akibat mendengar pembelaan Winda kepada Ahmad.

"Oh, sekarang kamu sudah berani membela, dia! hah! Sekarang kamu masuk ke dalam rumah, cepat!"

Bu Nadya merah padam tidak seperti biasanya. Napasnya berpacu dengan darahnya yang mengalir.

"Berhenti saja kamu di situ, Winda!" 

Tiba-tiba, Pak Zainuddin datang dari dalam rumah. Dia menghampiri kami di teras rumah sembari memegang amplop.

"Bapak! Jangan ikut campur urusan perempuan."

Bu Nadya kembali marah mendengar pembelaan suaminya kepada Winda.

"Ahmad, jika kamu memang serius mau menghalalkan putri bapak. Maka pergilah bawa dia dari kampung ini! Masalah restu seorang ibu, jangan khawatir. Silahkan pergi sekarang juga."

Suasana hening seketika, Ahmad tidak percaya perkataan Pak Zainuddin baru saja didengar. Wajahnya kaku dan tidak tahu mau berkata apa.

"Ambillah amplop ini. Dengan bekal uang yang tidak seberapa ini. Semoga bisa memulai hidup baru di rantau orang."

Bu Nadya bergeming, matanya membelalak mau keluar dari tempatnya. Sementara Winda terharu mendengar ucapan bapaknya, sehingga air matanya luruh dengan cepat.

"Bapak! Berani sekali kamu memberi izin kepada pria yang tak punya apa-apa. Mau makan apa nanti, Winda, Pak?"

Tiba-tiba asma Bu Nadya kambuh. Matanya tertutup dan sakit yang ia rasakan tidak seperti biasanya.

"Wi-Winda," ucap Bu Nadya terbata-bata. Tangan sebelah kiri memegang dadanya dan tangan kanan meraih tubuh Winda. Sakit yang dirasakan kali ini sungguh tak tertahankan, sehingga Bu Nadya jatuh tersungkur ke lantai.

"Pergilah Ahmad! Bawa Winda sekarang juga. Jangan hiraukan restu juga keadaan ibu. Cukup restu dari aku saja sudah bakalan sah dan bisa kalian menjadi suami istri."

Winda dan Ahmad mematung, tidak tahu mau berbuat apa. Satu sisi kondisi seperti ini kesempatan emas bagi mereka. Disisi lain, Winda tidak tega meninggalkan ibunya dalan kondisi seperti ini.

"Tapi, Pak ...."

Winda tidak sanggup melanjutkan pembicaraannya. Tenggorokannya rasanya tercekat pada saat ini.

"Tapi, apa lagi, Winda," balas Pak Zainuddin.

Suasana di teras rumah semakin panas. Pak Zainuddin sibuk menangani istrinya yang jatuh sakit. Winda dan Ahmad bingung antara pergi atau tidak.

"Jangan banyak pertimbangan. Jika kalian saling mencintai, maka ikuti saja apa kataku. Jalan ini lebih baik daripada kamu tanam saham duluan."

Wajah Ahmad berubah seketika setelah mendengar perkataan Pak Zainuddin.

"Maksud Bapak tanam saham bagaimana?"

Dia tidak mengerti sama sekali. Winda, tolong jelaskan apa yang dikatakan, bapak!" paksa Ahmad.

Winda pergi melangkah meninggalkan Ahmad. Ia tidak menghiraukan perkataan Ahmad sama sekali.

Sesampainya di kamar, Winda mencari obat asma milik ibunya. Tidak butuh waktu lama, ia datang membawa botol obat itu dan langsung memberikannya kepada Pak Zainuddin.

"Ini obatnya, Pak."

"Terima kasih banyak, Winda. Sekarang silahkan kalian pergi. Jangan membuang-buang waktu yang ada."

Pak Zainuddin meletakkan botol obat itu ke hidung istrinya.

"Sebelum ibumu sadar, cepat kalian pergi! Bapak tidak ada maksud mengusir kalian berdua dari sini."

Mereka berdua masih bingung. Pilihan yang sangat berat untuk ditentukan. Keadaan mereka berdua laksana memakan buah simalakama.

"Bang. Ayo Buktikan kalau Abang benar-benar serius dan ingin menjadi kan aku sebagai ibu dari anakmu!"

"Bu-bukannya aku tidak mau, tapi ...."

Bersambung ....

Next?

Bab terkait

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 07: Nikah Lari

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 07: Nikah Lari "Ayo, Bang. Buktikan kalau Abang benar-benar serius." Winda memaksa. Sementara Bu Nadya masih sesak karena asma-nya. "Sudah biarkan saja bapak yang menangani ibu, Bang. Jangan sia-sia 'kan kesempatan ini!" ucap Winda. Ahmad masih saja mematung dan tidak mau bergerak sama sekali. "Apakah adek sudah siap untuk menjadi istri, Abang?" tanya Ahmad dengan sorot mata yang tajam. "Ahmad! Cepat kalian pergi lari dari kampung ini. Jangan banyak tanya lagi. Bapak yakin, Winda sudah siap lahir dan batin untuk membina rumah tangga bersamamu." Restu dari Pak Zainuddin sudah ada. Sementara Ahmad belum yakin kalau Winda sudah siap. Itu sebabnya dia masih mematung. "Bang! Ayo kita pergi!" Winda terus memaksa Ahmad. Winda tidak sabar untuk kawin lari. Itu sebabnya dia memaksa Ahmad kabur dari kampung ini. Ahmad melangkah gontai mengham

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 08: Dilema

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Dilema Winda melangkah menuju kamar untuk packing, tidak mungkin dia pergi tanpa ada bekal pakaian sepasang pun. Sementara uang tidak ada sama sekali di tangannya untuk beli baju. Maka dari itu, Winda secara paksa, mau tidak mau harus bawa beberapa pakaian. Tidak butuh waktu lama, usai sudah semua baju dimasukkan ke dalam tas. Winda menyusul Ahmad yang sudah di atas motor dari tadi. Dia langsung naik dan Ahmad men-stater motor bututnya. Winda kelihatan canggung menunggangi motor yang akan membawanya pergi tidak tahu pergi ke mana. "Maaf, Dek! Karena kita belum sah. Maka tolong jaga jarak." Winda terkejut mendengar ucapan Ahmad. Keadaan seperti ini masih saja menjaga kesuciannya. Dia hanya bisa mengulas senyum, Ahmad terkesima melihat senyumnya jelas kelihatan dari kaca spion. "I-iya, Bang." Sebuah klak

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy Jangan Larang Aku Menikah! Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy "Oh, itu." Hanya oh yang diutarakan, Winda. Pikirnya melayang dan tidak tahu ke mana arahnya. "Maksudnya apa, Dek!" Winda salah tingkah, tidak tahu ingin berkata apa dan menjelaskannya kepada Ahmad. Sementara raut wajahnya Ahmad memaksa Winda untuk menjawab pertanyaannya. "Itu ajaran sesat yang sangat dimurkai oleh Allah, Bang." Ahmad bergeming dan otaknya traveling memikirkan apa yang diucapkan Winda. "Abang tidak tahu apa maksudnya, Dek! Abang harap jangan bertele-tele," ucapnya penuh penasaran. Ahmad menghembuskan napas kasar dan merasa menggigil. Udara panas kini berubah menjadi dingin. "Maksud tanam saham itu ... K

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 10: Salah Sangka

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 08: Salah Sangka Ahmad menatap Winda, perasaannya baru saja di depannya. Ternyata Winda sudah jauh. Dia naik ke atas motor dan menghidupkan motor bututnya. "Winda ... Winda ... Tolong maafkan aku!" panggil Ahmad sambil mengendarai motornya. Winda tidak perduli apa yang di katakan Ahmad. Perasaannya sudah terluka, akibat perkataan Ahmad. Ahmad memarkirkan motor bututnya di pinggir jalan, lalu dia turun dan menangkap lengan Winda. "Winda! Maaf kan abang, Dek! Aku nggak ada niat mau melakukan tanam saham duluan. Mungkin bukan aku yang ngomong tadi, Dek!" Winda tergugu dan jiwanya nelangsa. Ia berpikir memilih Ahmad akan menjaga dirinya, ternyata sangat bertolak belakang dengan apa yang ia harapkan. Pikirnya nanar dan hatinya kosong, tidak tahu hendak berbuat apa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-25
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 11A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 11: Ibu Marah di Rumah Tante Lusy Ahmad menghela napas, dia melihat jam yang melingkar di lengannya. Waktu sudah menunjukkan pukul dua puluh dua, lewat satu menit Waktu Indonesia Barat. "Tan! Kalau mau cari penginapan dekat sini butuh waktu, tenaga dan uang!" balas Ahmad sedikit kesal. Perempuan yang di hadapan Ahmad memasang wajah angkuh dan sombong. "Kalau aku ada uang lebih, nggak bakalan menyusahkan, Tante. Aku mohon sangat, tolong berilah izin kepada kami satu malam saja," ucapnya memohon dengan sangat. Winda hanya diam dan tidak berani ikut campur. Permohonan Ahmad saja tidak ada sama sekali digubris sama dia, apalagi Winda. "Aku coba tanya sama Pamanmu terlebih dahulu," jawabnya spontan. Dia masuk ke dalam rumah. Ada secercah harapan, Ahmad mengelus dada sembari mengucap Alhamdulillah. Padahal, Ahmad sudah sempat putus asa atas jawaban tanten

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 11B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 11B: Ahmad Teringat Masa Kecil "Adek tidur di kamar saja iya. Biar Abang di ruang tengah," ucap Ahmad mencairkan suasana. Ahmad mematah-matahkan lehernya yang pegal. Empat jam perjalanan membuat badannya lelah dan letih menyetir motor tidak ada sama sekali gantian. Winda mengangguk. "Iya." Ahmad mengukir senyum tipis. Giginya terlihat rapi dan putih. Melihat lesung pipi dan hidungnya yang mancung membuat semua wanita ingin memilikinya. Winda meleleh membayangkan wajah Ahmad, wanita mana yang tidak menaruh hati atas wajah yang dimiliki calon suaminya. "Dek! Kok melamun," tegur Ahmad. "Oh, iya. Maafkan adek, Bang." Winda kaget kenapa bisa melamun membayangkan wajahnya yang sangat ganteng laksana nabi Yusuf. "

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 12A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 10: Ketahuan "Kenapa?" potong Tante Lusy. Ahmad tidak bisa menjawab pertanyaan tantenya. Sejenak dia berpikir, agar hati tantenya tidak terluka. "Pokoknya kamu segera menikah dengan Winda. Tante tidak mau tahu apa pun itu alasannya. Kalau bisa besok pun jadi. Jika menikah itu kamu niatkan untuk menyempurnakan agama dan mengikuti sunnah rasul, kenapa ditunda-tunda? Nikah itu juga ibadah, Mad!" Ahmad dinasihati tantenya. Perasaannya sedih bercampur bahagia. Kebahagiaan kini hadir pada dirinya. "Alhamdulillah kalau begitu, Tan. Semoga pilihan aku tidak mengecewakan, tante." Bahagia menyelimuti ruangan itu. Suara jangkrik turut serta bahagia apa yang dialami Ahmad. "Namanya Winda, sepertinya tidak asing nama itu," ucap Tante, tiba-tiba. "Maksudnya, Tan?" tanya Ahmad sambil mengernyitkan dahi. Ahmad mulai was-was kalau tantenya berubah pikiran.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26
  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part: 13B

    "Nanti siang, ada Om-Om yang mau melamar kamu. Dia orang kaya dan tidak akan menolak permintaan Ibu. Kamu tidak boleh mempermalukan aku, paham!" Bu Nadya masih berambisi meminta mahar kepada setiap pria yang datang mempersunting Winda. "Secara tidak langsung Ibu sudah menjualku. Tanpa sadar melelangku kepada semua pria. Tolong posisikan ibu sebagai aku. Apakah Ibu sanggup menerima perlakuan seperti ini?" Plak! Sebuah tamparan menepis di pipinya. "Semakin hari kamu semakin melawan. Siapa yang mengajarimu menjadi anak durhaka? hah!" Winda hanya bisa pasrah dan menangis. Rasa sakit telah lahir di wajahnya atas tamparan yang Bu Nadya lakukan pada dirinya. Ia tidak bisa mengelus, karena kedua tangannya sudah di borgol dan kakinya sudah di pasung. 'Sungguh teganya ibu memperlakukanku,' ucapnya dalam hati. "Jangan coba-coba teriak ataupun mengadu sam

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-26

Bab terbaru

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26E

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUBaru saja Ahmad mengancam dokter gadungan itu, malah dia langsung kabur."Argh ... Sial! Licik sekali dia."Ahmad berlari mengejar dokter tersebut. Namun, tidak dapat. Dia ketinggalan jejak akibat kakinya terpeleset dan dia hampir jatuh."Ahmad ... Ahmad .... Kamu kira bisa melawanku," ucap Bu Nadya.Bu Nadya mengukir senyum dan dia merasa senang misinya berhasil."Kenapa ibu senyam-senyum?" tanya dokter.Bu Nadya lupa kalau di sampingnya masih ada dokter yang sesungguhnya."Ti-tidak apa-apa. Aku cuma heran saja melihat tingkah Ahmad, Dok," balas Bu Nadya.Dokter heran kenapa Bu Nadya senyam-senyum. Seketika otaknya berpikir untuk mengancam Bu Nadya."Kalau hasil rekaman CCTV berhasil kami putar. Dengan hasil rekaman itu kami bisa mengetahui identitas dokter gadungan itu, maka semuanya bakalan terbongkar siapa dala

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUDi ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya."Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan."Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali.Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya."Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda.Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu."Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin.Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Di ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya. "Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan. "Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali. Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya. "Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda. Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu. "Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin. Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan dokter gadungan.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUSuara pintu ruangan ICU terbuka. Winda, Ahmad dan Tante Lusy menatap ke arah pintu. Memastikan siapa yang keluar dari dalam."Maaf, permisi mengganggu waktunya."Salah satu petugas keluar dari dalam ruangan ICU."Bagaimana perkembangan keadaan bapakku, Dok?" tanya Winda serak.Air matanya mengalir kembali setelah beberapa menit surut."Mohon maaf, saya pribadi dan perwakilan dari petugas tim medis mohon maaf kalau pasien tidak bisa diselamatkan. Karena racun yang ada didalam tubuh beliau sangat parah.""Maksudnya, Dok?!" tanya Tante Lusy.Winda semakin terisak, ia tidak menyangka bapaknya akan pergi selamanya. Padahal, ia belum menunaikan janjinya kepada Pak Zainuddin memberikan cucu."Aku minta tolong, Dok. Lakukan yang terbaik buat bapak. Aku tidak mau kehilangan bapakku, Dok," ucap Winda panik.Air matanya jatuh

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU "Kabar bapak masih belum ada, Tan. Kita masih menunggu informasi dari dokter. Sampai sekarang belum ada sama sekali dokter dan petugas lainnya keluar dari dalam ruangan," jelas Winda dengan nada sedih. Netranya berembun, Winda tidak sanggup menahan air matanya yang terus meronta. Akhirnya jatuh juga tanpa pamit. "Kita berdoa saja, Win! Semoga Allah memberikan kesehatan kepada bapak juga kepada kita semua." Tante Lusy memeluk Winda. Dia memberi support kepada Winda agar kuat dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. "Te-terima kasih, Tan." Winda tidak tahu lagi harus bagaimana. Deru bercampur haru. Bu Nadya yang melahirkannya saja rasanya seperti orang lain. Tidak sedikitpun menyayanginya. Apalagi memberi kasih sayang kepada Winda. "Win! Kamu nggak boleh sedih dan lemah! Semua pasti bisa kamu lewati. Jangan putus asa. Ok!" nasehat Ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Tidak ada sama sekali Om Parto dan Bu Nadya menjawab. "Ok! Semua bukti sudah aku rekam. Aku tidak boleh lengah atas kejadian ini." Tante Lusy membiarkan Om Parto dan Bu Nadya pergi sesuka hati. Dia fokus pada inti permasalahan makanan yang dia pesan di katering tempat langganannya. Langkah demi langkah Tante Lusy ayunkan kakinya. Dia tidak peduli kepada pengunjung lain yang sedang melintas di setiap lorong rumah sakit. 'Lihat saja nanti siapa yang bakalan menang dalam permainan ini?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil berjalan. Sesampainya di depan pintu kamar Winda, Tante Lusy memegang gagang pintu dan membukanya. 'Ceklek' Tante Lusy membuka pintu kamar Winda. Lalu dia masuk ke dalam. "Lah! Kemana mereka pergi? Perasaanku tadi mereka ada di ruangan ini." Tante Lusy merogoh ponsel miliknya di dalam ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaTante Lusy masih belum percaya atas tragedi yang terjadi. Dia mengedipkan mata lalu menarik napas dalam-dalam."Maaf aku belum familiar dan kenal dengan catering yang ibu maksud. Aku baru satu minggu tugas di sini."Jantung Tante Lusy hampir copot mendengar perkataan Reza. Setelah mendengar semua apa kata Reza, baru dia tenang sedikit."Bagaimana dengan hasil laboratoriumnya, Dok?" tanya Tante Lusy lagi.Jiwa penasarannya meronta-ronta. Sudah lima menit dia di dalam ruangannya Reza, tapi tidak ada sama sekali dokter Reza menyampaikan hasil Lab-nya."Hasilnya ada racun yang membuat konsumen sakit perut dan apabila nggak segera ditangani, konsumen tersebut bisa jadi meninggal," jelas Reza."Ma-maksudnya, Dok? Aku nggak paham!"Tante Lusy membetulkan duduknya, dia merekam perkataan Reza tanpa izin terlebih dahulu."Kalau

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 25C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada Ibunya'Sial! Kenapa aku kesannya membela Ahmad. Padahal dari dulu aku nggak suka sama dia,' ucap Bu Nadya dalam hati.Bu Nadya berkacak pinggang, dia berpikir keras mencari alasan bagaimana caranya agar Om Parto tidak berang."Ma-maksud aku nggak seperti itu, Om Parto."Bu Nadya ngeles dan mengelus punggung Om Parto."Pokoknya, ibu calon mertua kudu tanggungjawab atas ...."Om Parto menjeda ucapannya, hampir saja dia keceplosan. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Matanya menyalang takut ketahuan."Om Parto! Maksudnya tanggungjawab atas apa? Apa jangan-jangan biang kerok semua ini kalian berdua?" tuduh Ahmad dengan sedikit mengancam agar Om Parto mengaku.Sejak dahulu, Ahmad sudah menaruh curiga kepada Bu Nadya dan Om Parto.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   25B

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 25: Winda Curiga Kepada IbunyaAhmad dan dokter berjalan menghampiri Pak Zainuddin yang sudah terbaring di atas brangkar."Dokter! Tolong selamatkan Bapakku. Aku mau menikah soalnya, Dok."Winda tidak sabar. Ia tidak mau kalau pernikahannya gagal dan gagal terus menerus."Sabar, saya mohon jangan panik. Biarkan saya bekerja sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diberikan kepada saya," ucap dokter Faisal.Dokter Faisal mengecek keadaan suhu Pak Zainal. Ruangan terasa hening dan hampa. Hanya suara jam dinding yang terdengar di atas nakas."Sepertinya beliau keracunan makanan. Makanan apa saja yang dikonsumsi beliau satu kali dua puluh empat jam?" tanya dokter Faisal.Winda terkejut mendengar perkataan dokter Faisal. Seketika mulutnya menganga."Ini tidak mungkin!" ucap Winda sambil memeluk tubuh Pak Zainuddin.Om Parto

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status