Home / Horor / Mimpi Kelam Lilian / 42. Bertemu Alana

Share

42. Bertemu Alana

Author: Jasmine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Alana melenggang dengan penuh percaya diri dengan kacamata hitamnya yang tampak bergaya dan dengan mantap memasuki ruangan Lilian setelah Silvia mengantarkannya padanya.

"Selamat pagi, silakan masuk Nona Alana," sapa Lilian sambil berdiri dari kursi kerjanya. Ia bergerak menghampiri Alana yang masih berada di ambang pintu.

Alana kemudian baru bergerak dan duduk di salah satu sofa tamu setelah pintu dibelakangnya tertutup. Ia kemudian melepas kacamatanya dan memasukkannya ke dalam tas mungilnya. Lilian yang mengikutinya, ikut duduk di hadapannya.

"Sekretaris Anda telah memberitahu kami sebelumnya tentang kedatangan Anda. Apa yang dapat aku bantu, Nona?" tanya Lilian dengan senyum formalitasnya.

"Apa kau yang bernama Lilian?" tanya Alana tanpa berbasa-basi.

"Benar, aku akan membantu keperluan Anda dan mewakili Tuan Greg untuk menyediakan semua kebutuhan klien kami."

"Apa kau wanita yang melakukan pemotretan dan iklan bersama Jaden?" tany

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mimpi Kelam Lilian   43. Pasangan yang Aneh

    Alana segera menarik dirinya dan mundur beberapa langkah dari pria jangkung yang tampak sedang menahan sakit itu. "Kau siapa? Apa kau mengikutiku? Kau seorang jurnalis? Atau fans yang ingin mendapatkan tanda tanganku? Kau begitu mengejutkanku tadi!" ucapnya lagi. Kevin menggeleng pelan untuk menghilangkan rasa berdenyut di kepala belakangnya. Ia kemudian mengerutkan alisnya dan menatap Alana dengan serius. "Jangan membuat orang lain berlari untuk mengembalikan barangmu. Tak perlu berterima kasih padaku atau meminta maaf. Kau telah membuang-buang waktuku. Dan lain kali, bisakah kau membaca tanda peringatan di hadapanmu saat kau berjalan? Pernahkah terpikirkan olehmu bahwa kecerobohanmu bisa saja merugikan orang lain di sini? Jika saja aku tak menarikmu, mungkin kau akan menghancurkan kepalamu dan mematahkan tulang-tulangmu sendiri. Kau tak lihat sedang ada perbaikan tangga di depan kedua matamu?" omel Kevin geram. Ia menyurukkan tas mungil Alana begitu saja di

  • Mimpi Kelam Lilian   44. Menangkap Basah Penguntit

    Lilian mengeluarkan kunci mobilnya saat ia menunggu pintu lift terbuka. Malam ini ia lembur dan harus pulang sendiri setelah semua karyawan sudah tak ada di kantor. Sejak keluar dari ruangannya, perasaannya sedikit tak tenang. Pasalnya setelah kejadian 'menang undian' yang didapatkannya tempo lalu, ia sedikit curiga dengan orang-orang disekitarnya. Bagaimana mungkin ia dapat memenangkan undian tersebut jika ia sendiri bahkan tak ikut serta dalam pendaftaran itu. Ia yakin ada seseorang yang sengaja memasukkan namanya, entah apa tujuannya. Setelah pintu lift terbuka, Lilian segera masuk dan menekan tombol tutup. Tanpa ia sadari, lagi-lagi seseorang yang mengendap-endap di balik salah satu tembok lorong telah mengintainya dari kejauhan. Sosok itu segera menekan ponselnya dan menekan sebuah nomor. Ia mulai berbicara dengan si penerima telepon. "Hari ini ia pulang sendiri, Sayang. Aku tak melihat Jaden berada di sisinya," ucap sosok tersebut.

  • Mimpi Kelam Lilian   45. Pijatan (21+)

    "Kau sudah merasa segar?" tanya Jaden yang telah menanti Lilian di depan meja makan. Ia menghampiri Lilian dan meraih lengan wanita itu untuk mengikutinya duduk di salah satu kursi. "Minumlah, Sayang, agar kau tenang," ucapnya lagi sembari menyodorkan secangkir hangat susu cokelat. "Ini hangat, aku suka," ucap Lilian setelah menyeruput beberapa teguk minuman itu. "Aku tahu hal lain yang mungkin dapat membuatmu rileks," ucap Jaden. Ia meraih cangkir miliknya sendiri dan menarik lengan Lilian lagi untuk naik menuju ke kamarnya. Lilian mengikuti Jaden dengan membawa cangkir miliknya sendiri. Dan saat mereka tiba di sana, Lilian sedikit terkejut karena di dalam kamar Jaden telah terpasang beberapa lilin aromaterapi yang telah memenuhi ruangan itu dengan harum lembut yang menenangkan. "Surprise ...," ucap Jaden kemudian. Ia meraih cangkir Lilian dan meletakkan juga miliknya di atas meja kecil di samping ranjang. "Apa ini?" tanya Lilian. Ant

  • Mimpi Kelam Lilian   46. Lamaran Manis

    Lilian membuka matanya dan mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya ia menguap. Ia tersenyum kecil mendapati dirinya berada dalam pelukan Jaden. Selimut lembut yang membalut tubuhnya dan Jaden, seolah menjadi saksi keintiman mereka semalam. "Selamat pagi, Sayang ...," sapa Jaden dari balik punggung Lilian. Saat Lilian berbalik, ia mendapati Jaden tersenyum lebar dan mencium keningnya dengan mesra. "Kau sering bangun lebih awal dariku," gumam Lilian. "Itu karena kau yang terlalu letih, hingga membutuhkan waktu lebih lama untuk beristirahat," balas Jaden. "Apa tidurmu nyenyak?" tanyanya lagi. "Menurutmu?" "Kau mendengkur cukup kencang, jadi ... ya bisa kusimpulkan bahwa ...," "Tidak! Aku tidak mendengkur!" Lilian memukul bahu Jaden dengan malu. "Aw ... aw! Oke, oke aku hanya bercanda, Sayang." Jaden tergelak saat menangkap ekspresi malu Lilian. Wanita itu bahkan mencubitnya gemas. "Aku tidak peduli bagaimana penampi

  • Mimpi Kelam Lilian   47. Pasangan

    Jaden hanya memijat keningnya mendengar ocehan Seth yang tak kunjung henti. Sudah lebih dari setengah jam yang lalu Seth mencurahkan kekecewaannya pada dirinya. Ya, ia merasa kesal dengan pemberitaan terbaru antara Jaden dan Lilian. Yang membuatnya lebih kesal lagi, sahabatnya sendiri bahkan tak pernah sekali pun memberitahunya mengenai kedekatannya dengan Lilian. "Apa kau masih menganggapku sahabatmu?" tanyanya untuk yang kesekian kalinya. "Oh, ya ampun, aku tahu ini pasti akan terjadi. Aku hanya belum sempat bercerita padamu saja," balas Jaden. "Lalu? Kau biarkan aku tahu tentang hubunganmu dengan Lilian melalui semua pemberitaan itu?! Aku seperti orang bodoh yang bahkan tak mengetahui tentang artisku sendiri!" protesnya. "Seth, tenanglah ... aku dan Lilian telah mengetahui semua pemberitaan itu. Itu bukan masalah besar, karena pada kenyataannya kami sekarang memang bersama. Aku jamin tak akan ada pemberitaan miring lagi untuk kedepannya. Jika perlu

  • Mimpi Kelam Lilian   48. Pengeroyokan

    "Apa kau yakin, Sayang? Kau benar-benar sudah hampir sampai bukan?" tanya Jaden kembali meyakinkan Lilian. Ia sedang menelepon Lilian dan menawarkan dirinya untuk menjemputnya. Tapi Lilian menolak karena dirinya sudah dalam perjalanan pulang dan hampir sampai di rumah. Jaden sendiri posisinya sedang berada di kantor agensinya setelah menyelesaikan pertemuannya terkait pekerjaan. "Baiklah, pekerjaanku juga telah selesai. Aku akan pulang sekarang. Tunggu aku, oke? Aku mencintaimu!" ucapnya ceria sembari melayangkan suara ciuman yang mesra. "Ck ... ck ... kau benar-benar sudah tak terselamatkan," gumam Seth yang sedari tadi hanya memperhatikan sahabatnya bersikap manis sekaligus membuatnya merinding itu. "Kau hanya iri padaku. Carilah wanitamu sendiri!" protes Jaden sembari memasukkan ponselnya ke dalam kantong kemejanya. "Nope! Aku tak mungkin iri dengan kelakuan seperti itu. Aku tak akan pernah mencium-cium ponselku dengan tampang bodoh seperti

  • Mimpi Kelam Lilian   49. Milikku

    Lilian menyambar mantel dan kunci mobilnya setelah ia memutus sambungan telepon dari Seth. Tanpa pikir panjang lagi, ia segera melesat mengendarai mobilnya begitu keluar dari halaman. Ia baru saja selesai mandi ketika Seth meneleponnya tadi. Jantungnya seolah berhenti saat Seth menceritakan penyerangan yang baru saja Jaden alami. Walau Seth sudah meyakinkannya bahwa Jaden baik-baik saja, tapi ia tetap merasa harus melihatnya sendiri dan memastikannya secara langsung keadaan pria itu. Lilian mempercepat laju kendaraannya. Tak sampai sepuluh menit, ia telah tiba di rumah sakit yang Seth sebutkan. Ia segera memarkir mobilnya dan bergegas menuju pintu masuk. "Lilian!" panggil Seth ketika ia memasuki lobi. Dengan berlari kecil, Lilian mulai menghampiri Seth. "Bagaimana kondisinya? Apakah ia baik-baik saja?" tanya Lilian. Seth yang mendapat pertanyaan secara tiba-tiba, sejenak hanya dapat membeku. Bukan karena pertanyaan Lilian, tetapi lebih kepada

  • Mimpi Kelam Lilian   50. Rencana Susulan

    Lilian menghela napasnya ketika akhirnya mereka sampai di depan rumah. Jaden menatapnya dan tersenyum lembut sembari mengusap salah satu sisi wajahnya. "Kerja bagus, Sayang. Kau telah berhasil melewati satu ketakutanmu. Aku tak menyangka kau akan mendatangi rumah sakit karena diriku. Aku bahkan tak memikirkan itu," Lilian menoleh ke arahnya. "Maka lain kali, usahakanlah dirimu agar jangan sampai berada di rumah sakit lagi." Ia kemudian bersandar pada kursi pengemudi dan memejamkan matanya sejenak. Lilian menarik napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya menghembuskannya. "Ada apa? Apa kau baik-baik saja? Apa yang kau rasakan?" Jaden menatap Lilian dengan sedikit cemas. Lilian menghembuskan napasnya lagi perlahan-lahan sebelum akhirnya menjawab, "Aku tak apa, kepalaku hanya sedikit terasa berputar," ucapnya. Ia meremas kedua tangannya yang saling bertaut dan memijat keningnya secara bergantian. "Tanganmu begitu dingin, sebaiknya kita masuk saja." J

Latest chapter

  • Mimpi Kelam Lilian   86. Selamanya (Selesai)

    "Dad ...!" panggil Lilian saat melihat Greg berdiri di depan gerbang makam sambil membawa sebuah buket bunga besar."Lilian? Jaden? Kalian kemari juga?" Greg sedikit terkejut mendapati LIlian dan Jaden yang baru saja turun dari mobil dan menghampirinya."Kau ingin menjenguk ibunya Devon, benar?" ucap Jaden."Benar, aku semalam memimpikan Ivone, istriku. Mimpi yang sangat indah dan menyentuh," ungkapnya.Lilian dan Jaden saling bertatapan. "Apa itu adalah mimpi tentang berpiknik di sebuah taman yang hangat dengan keluargamu?" tanya Jaden.Greg menatap heran pada Jaden. "Bagaimana kau ... tahu?" tanyanya takjub."Karena kami pun memimpikan hal yang sama, Dad. Untuk itu, aku akan menemui ibuku hari ini," balas Lilian."Benarkah? Kau rupanya sudah menghilangkan ketakutanmu, Lilian?" ucap Greg."Benar. Aku akhirnya berhasil mengatasinya. Dan saat ini, bukan hanya Dad dan aku yang akan mengunjungi istri dan seorang ibu, Jaden pun aka

  • Mimpi Kelam Lilian   85. Mimpi yang Hangat

    "Syukurlah kau tak apa-apa, Sayang," ucap Jaden.Lilian dan Jaden baru saja menerima hasil pemeriksaan kondisi kehamilan Lilian. Dokter kandungan yang memeriksanya beberapa saat lalu, menyatakan kondisi Lilian baik-baik saja."Ya, junior kita pandai bertahan rupanya," ucapnya sambil tersenyum dan mengelus perutnya."Tentu saja. Ia seperti mamanya, yang turut menghajar orang-orang jahat yang berusaha mencelakai orangtuanya," balasnya."Benar," ucap Lilian sambil tersenyum geli.****Di malam hari yang tenang dan sunyi, Lilian yang terlelap dalam dekapan Jaden perlahan-lahan mulai memasuki mimpinya.Bukan mimpi buruk ataupun gelap. Melainkan mimpi yang bersinar dan hangat, sehangat mentari pagi yang menyinari sebuah taman berumput luas yang memiliki danau kecil beserta beberapa naungan pohon-pohon rindang di sekelilingnya."Hei, putri tidur ... apa kau tak ingin menikmati pemandangan hangat pagi ini?" suara lembut yan

  • Mimpi Kelam Lilian   84. Penyerangan Lionel

    Jaden telah bersiap dengan setelan formalnya dan sedang menatap pantulan dirinya di depan cermin. Lilian yang muncul dari belakangnya, Segera memeluk Jaden dengan hati-hati."Apa kau gugup?" tanya Lilian."Sedikit, tapi aku tidak akan menunjukkannya. Aku tak ingin dianggap tidak mampu untuk memikul tanggung jawab ini."Lilian tersenyum dan melepaskan pelukannya. "Tak akan ada yang menganggapmu begitu. Kau adalah Jaden, putra keluarga Keegan satu-satunya. Kau bersinar dalam kehidupan selebritis dan juga bidang kuliner yang merupakan karier dan pencapaianmu saat ini. Kau sudah cukup membuktikan pada mereka bahwa kau adalah pria yang sangat kompeten.""Terima kasih, Sayang," Jaden mencium pipi Lilian dengan mesra. Ia cukup mengerti untuk tidak merusak riasan istrinya yang telah cantik itu."Baiklah, jika kau telah siap, mari kita berangkat," ucap Lilian. Jaden tersenyum dan mengangguk.Setelah itu, mereka kemudian bergegas untuk berangkat ke pe

  • Mimpi Kelam Lilian   83. Rahasia Kecil

    "Kurt tewas. Ia ditemukan overdosis di dalam pondoknya dua hari lalu," ucap Kevin pada Jaden dan Lilian.Kevin kini sedang duduk di hadapan Lilian dan Jaden. Setelah ia mendapat berita tentang kematian Kurt, ia segera melesat untuk menemui Jaden dan Lilian untuk mengabarkan berita tersebut."Ia memakai obat-obatan terlarang yang melampaui batas. Ia tak ada sejarah sebagai seorang pemakai sebelumnya, tapi mungkin setelah hari 'itu' ia memutuskan hal lain," lanjut Kevin.Lilian dan Jaden saling pandang dengan tatapan penuh arti. Jaden meremas lembut jemari Lilian yang sedang menggenggamnya."Kau sudah terbebas darinya, Lilian," ucap Kevin lagi.Lilian memejamkan matanya sejenak dan menghembuskan napas dengan lega. "Aku tahu, Kev, terima kasih karena telah memberitahuku," balasnya."Tak akan ada mimpi buruk lagi bagimu, Sayang," ucap Jaden sambil memeluk Lilian kemudian. Lilian mengangguk penuh haru sekaligus waspada.Ia memang telah ter

  • Mimpi Kelam Lilian   82. Tekad

    Jarvis-lah orang pertama yang mengetahui kabar menggembirakan yang Jaden dan Lilian terima pagi ini. Sama seperti pasangan itu, Jarvis pun sangat gembira mengetahui bahwa ia akan menjadi seorang kakek. Jaden yang awalnya terkejut karena kedatangan Jarvis ke dalam kamar hotel mereka, akhirmya mengerti setelah Lilian menjelaskan kepadanya. Lilian-lah yang mengundang Jarvis ke kamar mereka, agar ia dapat berbicara berdua dengan Jaden. Jaden yang sedang dalam suasana hati bahagia, tentu saja tak dapat menolak permintaan istrinya itu. "Maaf jika aku tak sopan telah memintamu datang, Dad. Tapi aku rasa cuma ini jalan yang dapat aku pikirkan agar Jaden mau bertemu denganmu," ucap Lilian sambil mengantar masuk Jarvis ke dalam ruang tamu kamar tersebut. "Tak apa, aku mengerti. Selamat atas kabar kehamilanmu. Justru aku senang karena telah datang di waktu yang tepat," ucapnya. "Terima kasih. Kemungkinan sebentar lagi, Greg ayah angkatku akan datang juga

  • Mimpi Kelam Lilian   81. Positif

    Sudah lima hari ini sejak pertarungannya dengan Kurt berakhir, Lilian baru dapat bangun dari ranjang. Ia yang kemudian ambruk karena kelelahan secara fisik dan mental selama beberapa hari itu, hanya dapat berbaring disertai demam tinggi akibat pertarungannya itu. Greg, Devon dan Myan bahkan terkejut melihat kondisi Lilian saat mereka menjenguknya. Tubuh Lilian yang penuh dengan luka lebam itu membuat mereka shock. Mereka yang awalnya tak mengerti, akhirnya paham setelah Jaden perlahan-lahan menjelaskan tentang kejadian yang sebenarnya. "Hai ... Sayang, kau sudah kuat bangun?" ucap Jaden yang terkejut saat melihat Lilian berjalan ke arah dapur. Ia meletakkan pekerjaannya dan berhambur ke arah Lilian. "Bagaimana perasaanmu?" tanyanya sambil membimbingnya. "Aku sudah tak apa-apa. Masih terasa lemah, tapi selebihnya aku baik-baik saja," balasnya. "Duduk saja di sofa agar lebih nyaman. Aku akan membawa sarapan kita ke sana." Jaden membopong Lilian

  • Mimpi Kelam Lilian   80. Menghadapi Kurt

    Lilian melangkah mantap dengan pakaian dan sepatu serba hitamnya. Ia memperhatikan raut wajah Kurt yang begitu terkejut saat ia masuk ke dalam gudang tadi. Raut terkejut Kurt berubah perlahan-lahan hingga akhirnya ia mendongakkan kepalanya dan tertawa terbahak-bahak. Ia menatap Lilian dengan binar baru yang semakin bersemangat. "Kau ingin bermain denganku? Kau? Hahaha ...!!" Kurt tertawa terbahak-bahak hingga tubuhnya bergetar. "Kemarilah kelinci kecil ... aku akan mencabik-cabikmu agar kedua penontonmu itu dapat menyaksikanmu terkoyak-koyak dengan kedua tanganku." Kevin yang geram, hendak maju selangkah ketika kemudian Jaden menahannya dan mencengkeram lengannya. "Tenang, Kevin ... jangan biarkan provokasinya mempengaruhimu," cegah Jaden. Kevin hanya menggeram kesal. "Apa kau sekarang takut ... kelinci kecil ... hahaha!!" Kurt dengan nada mengejeknya kembali tergelak. Lilian yang tak terpengaruh sama sekali dengan ocehannya, masih men

  • Mimpi Kelam Lilian   79. Surprise ... Kurt ....

    "Apa kau yakin?" tanya Lilian pada Kevin yang sedang berdiri di hadapannya. Saat itu mereka sedang berada di lantai basement. Lilian yang baru saja keluar dari mobilnya, dihampiri oleh Kevin yang juga baru datang. Ia kemudian menyapa dan berbicara dengannya. "Ya, itu benar. Ia sedang melakukan sesi pemotretan untuk acara terbarunya, bukan?" "Ya, memang, dan itu berlokasi di sebuah gudang bekas penyimpanan anggur tua," jawab Lilian. "Serius, memangnya tak ada tempat lain yang bisa digunakan selain gudang seperti itu?" tanya Kevin. Lilian tersenyum. "Jaden menerima acara terbaru yang memiliki konsep yang cukup unik. Ia akan melakukan syuting di tempat-tempat terbengkalai seperti gudang-gudang tua penyimpan bahan makanan tertentu, lalu ia mengolah dan memasak di sana dengan bahan yang ada tersebut," jelas Lilian. "Hm ... semacam 'haunted food'?" tanya Kevin. Lilian tergelak mendengar istilah yang digunakan Kevin. "Makanan yang ber

  • Mimpi Kelam Lilian   78. Mengintai Mangsa

    "Kau sungguh hebat, Sayang," gumam Jaden saat mereka telah berbaring bersama di atas ranjang. Ia kembali mengingat lagi bagaimana ekspresi ayahnya saat Lilian dan dirinya berkunjung tadi."Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri dan ayahmu, aku rasa kau mungkin harus mulai membuka diri padanya," ucap Lilian. "Aku rasa, ia mungkin merasakan kesepian sama sepertimu."Jaden menghembuskan napasnya perlahan-lahan. "Apa aku terlalu keras padanya?" tanya Jaden. "Tapi aku tak mungkin memaafkannya begitu saja setelah apa yang ia perbuat pada kami." Ada sedikit perang batin dalam dirinya.Lilian meraih wajah Jaden dan meerengkuhnya dengan lembut. "Lakukan saja apa yang hatimu ingin lakukan, Sayang," balasnya. "Bebaskanlah dirimu, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri juga ayahmu. Aku yakin, perasaanmu akan sedikit menjadi lebih ringan jika melakukan itu,"Jaden mencium bibir Lilian dengan penuh perasaan. Ia sungguh ingin mendengarkan dan melakukan semua u

DMCA.com Protection Status