Share

Bab 252

Author: BELLA
Sudut pandang Anastasia:

Aku menarik napas dalam-dalam sambil menunggu sopir taksi memberikan kembalianku. Udara sore cukup sejuk dan nyaman di kulitku, tetapi tempat yang aku tuju membuatku sedikit tidak nyaman.

"Ini, Bu," kata sopir itu sambil menyerahkan uang kertas yang masih baru dengan senyum sopan.

"Terima kasih." Aku menundukkan kepala saat turun dari mobil, lalu berjalan menuju gedung PT Tasoron.

Untuk sesaat, aku terhenti beberapa langkah dari pintu yang dijaga dua pria berbadan besar dengan setelan rapi. Tidak ada yang memberi tahu kami tentang pengaturan pesta ini. Undangannya tidak menjelaskan tentang cara berpakaian.

Bagaimana jika gaunku sangat bertentangan dengan tema pesta?

Aku ingin sekali menatap gaun midi sutra model kimono yang kukenakan dan merapikannya dengan tangan, tetapi para pria di pintu itu menatap ke arahku dan sikapku akan terlihat aneh, bukan?

Aku mengembuskan napas. Apa pun tema pesta ini, aku harus bisa menyatu dengan suasananya. Dengan pikiran itu, ak
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 253

    "Nggak apa-apa," kataku dengan suara serak, lalu berpamitan. "Aku pergi sebentar."Aku memasang senyum saat berjalan keluar dari ruang pesta, lalu keluar ke lorong belakang yang mengarah ke tangga. Peralihan dari pesta yang meriah ke lorong yang sepi sangat mengejutkan.Aku mengerutkan dahi. Di sini ada lift, tidak ada yang pernah menggunakan tangga, jadi apa masalahnya? Ruang percetakan dan ruang istirahat di sini juga jarang digunakan, tetapi aku tetap melangkah melalui lorong.Mungkin ada masalah dengan mesin cetak? Mungkin salah satu anggota tim administrasi baru membutuhkan suatu bantuan di belakang sini? Namun, kenapa harus aku? Kenapa bukan Rachel atau manajer pemasaran utama?Saat aku membuka pintu ruang percetakan, jari-jari hangat melingkari pergelangan tanganku yang satunya dan menarikku ke arah yang berlawanan.Gerakan itu cepat dan lembut, tetapi hampir membuatku jantungan.Saat pintu ruangan yang aku masuki terhempas tertutup, aku menoleh begitu cepat sehingga leherku ham

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 254

    Sudut pandang Anastasia:Ya Tuhan! Aku tahu tidak seharusnya kutinggalkan Amie untuk acara sebodoh ini."Aku datang sekarang," ucapku terbata-bata kepada Clara, suaraku bergetar karena khawatir. Kemudian, aku berbalik begitu saja dan hampir menabrak Aiden yang sudah ada di sampingku."Ada masalah?" tanya Aiden, tepat saat panggilan telepon itu tiba-tiba terputus.Aku meraih tas dari sofa, terburu-buru membuka kaitnya. Kemudian, aku berjalan ke pintu sambil menggumamkan sesuatu seperti, "Aku permisi dulu."Kemudian, aku berlari keluar tanpa menoleh lagi. Tenggorokanku serasa tercekik saat aku terus menelepon nomor Clara. Kenapa panggilan itu tiba-tiba terputus?"Ana?" Rachel tiba-tiba ada di depanku dan aku hampir menjatuhkan nampan yang ada di tangannya. Gelas-gelas di atasnya bergetar.Aku mengalihkan pandanganku dari ponselku ke wajahnya. Matanya penuh keingintahuan, fokus menatap wajahku. Matanya lebar dengan kekhawatiran, mencari jawabanku."Kamu nggak apa-apa? Mau ke mana?" tanya

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 255

    "Nggak akan terlambat, taksiku dalam perjalanan," ucapku berbohong, kata-kata itu terasa pahit di lidahku."Kamu sudah di luar lebih dari lima menit," ungkap Aiden. "Berapa lama lagi taksinya sampai?" tanyanya, mengangkat alis saat mengatakan 'taksi'."Satu menit. Dua menit?" Aku mengangkat bahu, berusaha terlihat santai. "Taksinya segera sampai.""Jangan bodoh! Ana, naiklah ke mobilku! Aku nggak tahu kondisi darurat apa yang kamu hadapi, tapi kalau kamu keluar dengan terburu-buru seperti itu, jelas itu sangat penting." Suaranya sedikit meninggi.Aku menggertakkan gigi dan menggenggam ponselku lebih erat."Baiklah!" geramku sambil berlari mengelilingi mobil untuk masuk ke kursi penumpang depan."Kita mau ke mana?" tanyanya, pandangannya lurus ke depan, tangannya menggenggam setir.Aku mengernyit. Kenapa dia harus mengatakan 'kita'?"Aku mau ke RS Drey," jawabku sambil memastikan bahwa kata 'aku' terdengar jelas untuk menyampaikan pesan yang tepat.Aku melihat bibirnya bergerak-gerak da

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 256

    Sudut pandang Anastasia:"Kamu lupa ini.""Oh!" Aku mengeluarkan suara tinggi. "Terima kasih." Kemudian, aku merebut benda itu dari tangan Aiden.Kenapa aku merebut seperti itu? Aku mengomeli diriku sendiri dalam hati, tetapi Aiden bahkan tidak tampak memperhatikan karena dia tidak melihat ke arahku lagi.Apakah Aiden mendengar ucapan Amie? Aku bertanya-tanya sambil memicingkan mata ke sisi wajahnya saat dia menatap Clara yang berjalan cepat memasuki rumah sakit bersama Amie yang aman di pelukannya. Aku tidak bisa memastikan siapa yang ditatapnya dan itu membuatku makin khawatir.Namun, aku mencoba menenangkan pikiranku. Aiden tidak tampak seperti telah mendengar sesuatu. Amie masih linglung dari tidur selama perjalanan, jadi suaranya tidak keras. Aiden tidak mendengar, 'kan? Pasti tidak. Aku hanya paranoid akibat semua skenario bagaimana Aiden menemukan Amie yang sudah kuciptakan dalam kepalaku selama perjalanan ini.Aku mengikuti arah pandangan Aiden yang masih terpaku dan aku terbaw

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 257

    Saat kami berjalan, aku tidak bisa mengabaikan betapa sepinya rumah sakit pada jam-jam seperti ini. Hanya terdengar suara gemuruh mesin dan bisikan percakapan yang samar-samar, mengisi keheningan yang ada.Dokter mempersilakan kami masuk, lalu dia menunjuk kursi dan tersenyum. "Selamat malam.""Selamat malam, Dokter," jawab Clara dan aku serentak.Setelah duduk, aku langsung memulai pembicaraan. "Jadi, Amie kenapa? Temanku ini bilang bahwa Amie diopname untuk beberapa tes." Aku maju sedikit lebih dekat ke meja dan duduk di ujung kursi. "Dia baik-baik saja tadi pagi. Apa ada yang serius dengan kondisinya?"Dokter menggelengkan kepala. "Nggak ada yang perlu dikhawatirkan, Bu. Saat ini, gejalanya mengarah pada flu biasa, tapi bisa jadi lebih dari itu, jadi kami akan melakukan beberapa tes untuk memastikan semuanya aman."Aku merasakan Clara memberi pelukan empati di bahuku saat mendengarkan penjelasan dokter. Kehadirannya memberikan rasa nyaman, mengingatkanku bahwa aku tidak sendirian me

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 258

    Sudut pandang Aiden:Aku kesulitan untuk tetap fokus di jalan. Mataku tertuju kepada jalan yang remang-remang di depan, tetapi yang kupikirkan dan kubayangkan hanya Anastasia. Garis-garis kuning itu kabur saat pikiranku melayang mengingat momen-momen dari masa lalu kami dan membayangkan apa yang bisa saja terjadi.Aku berharap bisa kembali ke sana dan tinggal bersamanya. Aku berharap bisa menariknya ke pelukanku dan mengatakan betapa aku merindukannya, sekaligus mengomel tentang betapa marahnya aku karena dia bahkan tidak mau repot-repot memberikan penjelasan.Tanganku menggenggam kemudi lebih erat saat aku berjuang melawan dorongan untuk memutar balik mobil dan kembali ke Anastasia.Aku ingin menciumnya dan memberitahunya bahwa ketika dia dahulu pergi, dia telah membawa sebagian dari diriku. Sakit di dadaku terasa sama segarnya seperti lima tahun yang lalu, sebagai pengingat terus-menerus akan kekosongan yang ditinggalkannya.Setiap lagu di radio sepertinya berbicara tentang cinta yan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 259

    Aku berharap Anastasia akan datang ke pesta dan hampir saja meminta manajerku untuk menjadikan pesta itu wajib bagi semua karyawan yang masih dipertahankan, tetapi aku menahan diri. Aku tidak ingin memaksakan sesuatu.Aku memutuskan untuk menunggu dan melihat apakah dia akan datang. Jika iya, bagus, aku akan berbicara dengannya di pesta. Jika tidak, aku akan membicarakannya di tempat kerja.Namun, dia datang. Aku melihatnya begitu dia masuk ke ruangan, menerangi tempat itu dengan kehadirannya yang memukau. Saat aku melihatnya berdiri di pintu masuk dan mengagumi perubahan besar di ruangan yang tadinya adalah area resepsionis, aku menahan diri untuk tidak berlari ke arahnya dan memeluknya.Aku tidak yakin bagaimana reaksinya jika aku mencoba berbicara dengannya di depan orang banyak. Sejauh yang aku tahu, Ana yang aku kenal dahulu tidak akan ragu untuk melemparkan minumannya ke wajahku meskipun aku adalah bosnya. Jadi, aku mengirim salah satu pelayan untuk memanggilnya.Namun, Ana tidak

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 260

    Sudut pandang Anastasia:Ya Tuhan, tidak.Tidak.Aku terus mengulang kata-kata itu dalam pikiranku saat air mata jatuh dari mataku ke telapak tangan dan membasahi sela-sela jari-jariku.Bukan Amie-ku. Bukan dia. Gadisku yang sangat kucintai, yang memiliki tawa yang menular dan energi tanpa batas. Bagaimana ini bisa terjadi?Aku masih menundukkan kepala ketika dokter mulai berbicara dengan penuh simpati dan secara profesional."Aku paham bahwa kabar ini sangat berat, Bu Anastasia. Aku ingin Ibu tahu bahwa kami memiliki tim berdedikasi yang siap membantu dan membimbing Ibu melalui proses perawatan ini."Pikiranku merasa asing dengan kata-katanya, seolah-olah bahasa yang tidak bisa aku mengerti sedang diucapkan kepadaku. Aku ingin mengangkat kepalaku dan bertanya bagaimana mungkin anak perempuan lima tahunku bisa didiagnosis dengan penyakit seperti ini.Mungkin ada kesalahan di suatu tempat.Namun, aku bahkan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Jika aku mencoba berbicara, aku hanya a

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 282

    Sudut pandang Anastasia:Akhirnya, kami tiba di penginapan untuk perjalanan bisnis ini.Dengan tas di tangan masing-masing, semua orang ternganga kagum melihat bangunan di depan kami. Antisipasi yang tumbuh selama perjalanan tampak memuncak saat kami melihat pemandangan tersebut.Di atas sebuah papan kayu yang dipaku di bagian atas bangunan, terdapat tulisan "Resor Kayupinus" yang terbuat dari potongan kayu kecil dan dihiasi dengan lampu-lampu kecil yang menyala. Kerajinan tangan itu sangat mengesankan, memberikan suasana yang unik tetapi profesional pada tempat tersebut."Rasanya seperti baru saja menginjakkan kaki di negeri dongeng," bisik Rachel saat berhenti di sampingku. Dia tampak sangat kagum, matanya bersinar saat lampu-lampu memantul di sana.Meskipun ada lubang besar di hatiku yang hanya bisa diisi dengan memeluk Amie, aku juga sedikit terpesona.Gubuk-gubuk kecil yang terhubung itu dikelilingi, hampir tertelan, oleh pohon-pohon pinus yang tinggi dan pepohonan hijau yang rimb

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 281

    Aku tertawa mendengar suara tawa riang Anastasia lagi."Tanganku ada di sini, jadi aku nggak lupa membawanya," ucap Ana, masih dengan tawanya."Syukurlah.""Tapi sejujurnya, aku nggak bakal tahu kalau aku lupa sesuatu sampai aku buka koper.""Ya Tuhan." Aku mengusap dahiku. "Kuharap kamu nggak terdampar. Kalian sekarang di mana?"Ana mendengung sebentar. "Aku nggak tahu. Kami masih di bus.""Kuharap perjalananmu menyenangkan, Sayang.""Terima kasih.""Dan Amie, ya ampun! Aku kangen sekali. Bagaimana kabarnya? Bagaimana dia menghadapi kepergianmu?" tanyaku antusias."Dia baik-baik saja dan kurasa dia menerima kepergian ini dengan cukup baik. Kupikir akan ada lebih banyak drama, jadi aku sudah siap untuk meyakinkannya, tapi dia malah mengejutkanku. Tapi …." Suara Ana mulai meredup. "Amie benar-benar kesulitan dengan tinggal di rumah sakit. Dia terus bilang ingin pulang."Aku menghela napas. "Kasihan sekali. Aku paham. Rumah sakit nggak seperti taman atau toko es krim. Lama-lama di sana m

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 280

    Sudut pandang Clara:Aku melemparkan senyuman pada nenek tua yang tersenyum padaku saat tatapan kami bertemu. Sambil berjalan keluar dari bandara, aku merogoh tas untuk mengambil ponselku yang berdering. Wajahku langsung cerah saat melihat nama peneleponnya."Halo, bestie," sapaku ceria sambil menempelkan ponsel ke telinga."Halo." Suara Ana terdengar di ujung sana. "Aku lihat pesanmu soal toko itu.""Oh, itu." Bibirku melengkung kesal. Rasa marah yang tadi sempat kutahan perlahan muncul lagi."Iya, aku nggak terlalu ngerti sih. Kayaknya kamu ngetiknya buru-buru deh, banyak salahnya.""Bukan ngetik buru-buru, aku ngetiknya sambil kebakar emosi," jawabku blak-blakan."Oh?""Aku harus meluapkannya biar nggak teriak di tengah jalan atau narik rambut cewek itu sambil kasih ceramah ke manajernya!"Ana terkekeh kecil. "Santai, dong. Aku masih belum ngerti ceritanya."Aku memindahkan ponsel dari telinga kanan ke kiri sambil menggeser tas ke bahu satunya."Jadi gini ceritanya. Aku ke toko lang

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 279

    Aku melingkarkan tanganku erat-erat di sekeliling tubuhnya, lalu berbisik penuh rahasia, "Iya, Mama janji. Para suster ini nggak tahu rencana rahasiaku buat bawa kamu kabur."Tawanya kembali memenuhi telingaku dan dia menarik diri sambil mengedipkan mata nakal. Aku mengecup keningnya sekali lagi, seolah-olah untuk menyegel janji kami. "Sekarang lanjut gambar kita yang banyak, ya."Dia mengangguk cepat, lalu mengambil kembali buku sketsanya dan melanjutkan gambarnya. Aku berdiri dan berjalan menghampiri para suster. "Tolong awasi Amie dengan baik. Aku nggak mau dia keluyuran atau terima barang dari orang asing, ya. Aku sudah cukup banyak pikiran dan nggak mau nambah beban lagi.""Kami benar-benar minta maaf soal itu, Bu. Amie anak yang penuh energi dan punya cara manisnya sendiri. Kami juga nggak tahu gimana dia bisa mengelabui suster, tapi kami akan perhatikan semua yang Ibu sampaikan. Dia akan aman di sini," jawab salah satu suster dengan tulus."Bagus, terima kasih." Pandanganku bera

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 278

    Sudut pandang Anastasia:Aku duduk di samping ranjang rumah sakit Amie, mengamati saat pensilnya bergerak lincah di atas buku sketsa. Alisnya berkerut penuh konsentrasi dan matanya bersinar-sinar penuh kreativitas."Mama tebak, itu kita ya?" tanyaku sambil menunjuk gambar dua karikatur yang mirip denganku dan Amie, minus kaki yang semuanya mengarah ke satu sisi."Iya, Mama. Itu kita yang lagi bikin kue enak di dapur. Aku sebentar lagi mau gambar Tante Clara soalnya dia suka kue buatan Mama juga," jawabnya tanpa mengalihkan perhatian dari sketsanya."Terus Dennis?" tanyaku lagi.Dia berhenti sejenak, pensilnya berhenti di atas buku sketsa sebelum akhirnya dia mengangkat bahu dan kembali menggambar. "Aku tambahin dia juga. Setelah Tante Clara. Mama, aku pengen cepat pulang. Di sini sepi dan bau obat banget."Rasanya sedikit sedih karena aku tahu sebentar lagi aku harus meninggalkannya. Aku belum pernah berpisah dengannya selama satu hari penuh. Sekarang aku akan berpisah dengannya selama

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 277

    Aku mulai terbuka padanya. "Hanya saja ... teman-temanku belakangan ini sangat membantu, terutama Clara. Tapi, sekarang dia sedang di luar negeri dan aku tahu Dennis juga sudah banyak membantu, tapi aku nggak mau terus-terusan merepotkannya.""Rasanya seperti aku selalu berutang budi pada orang lain. Jadi ... rasanya sulit mengatur semuanya sekarang. Setiap hari aku selalu berusaha menyeimbangkan antara pekerjaan dan kebutuhan Amie."Remi mengangguk, suaranya penuh dengan empati. Dia meraih tanganku dengan penuh pengertian."Aku paham kalau keluarga adalah alasan yang sah untuk nggak ikut dan aku nggak akan memaksamu."Dia sedikit condong ke depan dan menatapku lekat-lekat. "Tapi, aku mau jujur. Aku secara pribadi merekomendasikan namamu untuk masuk daftar peserta. Sekarang aku tahu sepertinya kamu memang nggak bisa ikut.""Aku nggak nyangka," ucapku pelan di balik rasa terkejut karena perhatian yang dia tunjukkan, mataku membelalak. "Terima kasih, Remi. Itu berarti banyak bagiku. Aku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 276

    Sudut pandang Anastasia:Aku memindai memo di layar komputerku, kata-kata "Retret Perusahaan" dan "Pembangunan Tim" langsung mencuri perhatian. Suasana kantor dipenuhi kegembiraan, rekan-rekanku mengobrol dengan antusias tentang acara liburan yang akan datang."Kamu percaya nggak sih? Seminggu penuh di Hawhi!" seru seorang wanita berambut pirang, berdiri di dekatku."Iya, 'kan? Aku bahkan sudah mulai membayangkan semua pakaian liburan yang bakal kuperlukan," sahut seorang pria dari seberang ruangan.Kegembiraan mereka yang begitu mencolok tidak berhasil menembus suasana hatiku yang suram. Hawhi? Aku memaksakan senyuman, berusaha menyembunyikan kekecewaanku. Aku tahu aku tidak akan bisa ikut karena kondisi kesehatan Amie.Ini bukan masalah yang bisa diperdebatkan, apalagi kalau menyangkut nyawa putriku. Aku akan selalu mengutamakan kepentingannya.Jari-jariku menari di atas papan ketik, mengetik pesan untuk menolak tawaran retret itu.[ Maaf, aku tidak bisa menghadiri retret perusahaan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 275

    Selama waktu itu juga, aku memutuskan untuk kembali ke kota. Sharon sempat memprotes, bahkan memohon agar aku tetap tinggal karena dia tidak bisa meninggalkan bisnis. Namun, aku tidak bisa. Aku butuh ruang dan waktu untuk benar-benar berpikir.Namun, sebanyak apa pun waktu yang kuhabiskan untuk mempersiapkan diri atau keputusan apa pun yang kuambil, pernikahan itu tetap harus dilangsungkan. Karena sifat pernikahan yang sudah diatur ini dan dokumen yang kutandatangani dengan sadar, pernikahan itu tidak bisa dihindari.Dulu kupikir semua itu baik-baik saja. Namun, saat aku bertemu Anastasia lagi, pikiranku semakin kacau. Saat itulah aku sadar bahwa aku tidak akan pernah siap untuk pernikahan ini, apalagi untuk kembali ke hubungan yang sedang kubangun dengan Sharon.Jadi, aku melakukan satu-satunya hal yang bisa kulakukan, yaitu menghindari Sharon dan pernikahan yang semakin dekat ini dengan segala cara yang kubisa.Sekarang, Sharon yang duduk di seberang meja, menatapku tajam dari balik

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 274

    Sudut pandang Aiden:Ibuku, entah tidak menyadari senyumanku yang membeku atau memang tidak peduli, melangkah ke samping, memberi ruang bagi Sharon untuk menerima pelukan yang seharusnya untuknya.Dengan senyum lebar, Sharon melingkarkan lengannya di tubuhku. "Astaga! Aku sangat merindukanmu," ucapnya sambil menyandarkan wajahnya ke dadaku."Hmm," gumamku saat dia melepaskan pelukannya, lalu menaruh tangannya di dadaku sebelum berjinjit untuk mengecup pipiku.Entah kenapa, aku ingin menghapus bekas kecupannya dari pipiku dengan jaketku. Namun, aku menahan diri dan memberikan kecupan singkat di pipinya. Sejujurnya, aku bahkan ragu apakah bibirku benar-benar menyentuh kulitnya.Aku tetap berdiri di tempat sementara Sharon duduk dan ibuku mengambil tempat di sampingnya.Alih-alih ikut duduk, aku hanya berdiri dan memasukkan tangan ke saku. "Bu, gimana kabarmu?" tanyaku.Setidaknya, dia akan menjawab ini, mengingat dia baru saja memberikan pelukannya ke orang lain."Aku baik-baik saja, Say

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status