Share

Bab 135

Author: BELLA
Sudut pandang Sydney:

"Sydney, kamu baik-baik saja? Kata dokter …."

Aku kehilangan fokus dan semua yang dikatakan Lucas tidak masuk di telingaku. Pertama-tama, aku merasakan permukaan tempatku berbaring. Rasanya tidak asing bagiku. Lalu, aku mengenali baju yang sedang aku kenakan; ini baju milik Lucas.

Seketika, aku terbangun dan berusaha mengingat kembali saat terakhir kali aku terjaga. Aku mengingat saat jatuh ke pelukan Lucas. lalu pingsan saat dia berteriak apakah aku baik-baik saja. Aku mengira kalau aku akan berada di kamar rumah sakit, tetapi di sinilah aku, di atas tempat tidur dan seprai yang tidak asing bagiku.

Wajah Lucas adalah wajah terakhir yang aku lihat, dan sekarang, wajahnya juga menjadi hal pertama yang kulihat saat aku membuka mata.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Lucas sekali lagi sambil memegang tanganku. Alisnya berkerut dan sorot matanya penuh kekhawatiran saat menatap mataku. Dia sepertinya sudah menyadari kalau aku tidak mendengarkannya.

"Aku baik-baik saja," jaw
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 136

    "Aku serius. Kita pergi saja dari sini. Jauh dari semua orang. Kamu bahkan bisa bangun cabang untuk bisnismu di sana."Hatiku luluh mendengar niat baiknya dan bibirku tersenyum. "Aku mau," kataku, "tapi aku masih punya beberapa hal yang harus aku urus di sini. Setelah aku menyelesaikan urusan perusahaan, aku akan pergi ke Idelia bareng kamu."Aku memutuskan untuk menambahkan, "Tapi buat sementara saja. Untuk melihat tempat tinggalmu." Dia tersenyum dan menjawab, "Aku sudah nggak sabar." "Aku juga," balasku.Aku menambahkan, "Soal masalah Mark, aku sudah mikirin semuanya. Kayaknya aku terlalu sombong akhir-akhir ini, setidaknya waktu aku berhadapan sama dia. Aku sudah bikin dia merasa gusar dan terpojok. Sudah waktunya aku berhenti ganggu dia. Sekarang kami adalah mitra bisnis, seharusnya aku nggak bersikap kayak gitu.""Kamu juga harus jaga jarak sama dia," tambah Lucas yang membuatku terkekeh. "Dasar cemburuan," godaku. Lucas menggeleng sambil tersenyum lembut. "Nggak. Kamu nggak kas

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 137

    Tubuh menegang dan wajahku memucat."Aku akan kirim alamat rumah sakitnya lewat SMS," kata Mark, lalu sambungan teleponnya terputus."Astaga." Setelah menyadari betapa mendesaknya situasi ini, Lucas segera berguling dari tubuhku. Aku pun melompat dari tempat tidur. "Lucas, aku harus segera ke sana." Aku tidak punya waktu untuk mencari pakaian yang telah kami lemparkan ke seberang ruangan. Aku langsung berlari ke lemari pakaianku dan meraih pakaian pertama yang kulihat, yaitu sehelai kemeja.Aku meraih celana dalamku dan mengenakannya. Tanganku gemetar saat aku berusaha membuka kancing kemeja. Lucas tiba-tiba muncul di hadapanku. Dengan lembut dan tanpa kata-kata, dia mengambil kemeja itu dariku, membukakan kancingnya, dan membantu memasukkan kemeja dari atas kepalaku, lalu mengancingkannya. Aku hanya berdiri di sana dan membiarkannya memakaikan pakaianku.Meskipun Doris bukan nenek kandungku dan meskipun dia adalah nenek dari seorang pria yang dulu aku benci, dia tetap sangat berarti b

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 138

    "Sekarang aku di sini, Nek," isakku."Makasih, Sydney," bisiknya seraya memejamkan mata selama beberapa detik. Aku bisa tahu bahwa dia sedang kesakitan. Nenek Doris sangat kesakitan, tapi dia tidak ingin kami melihatnya.Nenek Doris membelai rambutku dan menatapku. Senyum yang pahit dan penuh penyesalan terulas di bibirnya."Apa kamu tahu? Aku selalu berharap pernikahanmu dan Mark langgeng untuk waktu yang lama ... selama-lamanya. Tapi sayangnya, dia nggak menghargai kamu. Dia nggak pantas buatmu, jadi aku nggak akan memohon padamu untuk kembali pada Mark. Tapi aku mohon agar kamu selalu ada buat Mark saat dia membutuhkanmu."Aku ingin sekali mengatakan pada Nenek Doris bahwa meskipun aku ada saat Mark membutuhkanku, dia terlalu sombong untuk menunjukkan kelemahannya dan tidak akan sudi menerima bantuanku. Namun, aku memutuskan untuk tutup mulut."Aku tahu Mark terkadang terlalu sombong, bahkan bisa dibilang sangat angkuh, tapi percayalah padaku, dia adalah orang yang penyayang dan dia

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 139

    Sudut pandang Sydney:Nenek Doris tersenyum pada Mark dan bergumam, "Makasih."Mark mengangguk, bibirnya terkatup rapat. Kemudian, Nenek Doris menoleh padaku. "Di mana Lucas? Apa dia ikut sama kamu?""Ya," jawabku cepat. Aku tahu Lucas juga ingin bertemu dengannya. "Dia menunggu di luar.""Suruh dia masuk, aku juga mau bertemu dengannya," kata Nenek Doris dengan suara serak.Aku berdiri dan berjalan ke pintu. Aku membuka pintu dan menjulurkan kepalaku seperti yang saat aku memanggil Mark tadi. Lucas duduk dengan siku bertumpu di pangkuannya dan tangannya menopang kepala. Aku ingin tahu apa yang sedang dia pikirkan?"Hei, Sayang," panggilku lembut. Lucas pun melonjak dari tempat duduknya."Hei," katanya terengah-engah seraya bergegas ke pintu. "Gimana keadaannya?""Yah," ujarku sambil mengangkat bahu sedikit, "Nenek masih bertahan di sana."Kemudian, aku menyampaikan pesan Nenek Doris, "Dia ingin ketemu kamu." Lucas mengangkat alisnya dan mulutnya membentuk huruf O seolah-olah dia tidak

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 140

    Saat aku melihat dan mendengarkan Doris dan Lucas berbincang, aku jadi teringat apa yang dikatakan Lucas kepadaku. Malam itu, kami mengobrol tentang berbagai hal setelah bercinta. Aku berkata sambil bertelungkup di atas tubuh Lucas, kepalaku bersandar nyaman di dadanya yang bidang …."Ceritain sesuatu yang nggak aku ketahui tentang masa lalumu ….""Aku anak haram Harry, suami Doris ….""Aku sudah mendengarnya berkali-kali," selaku sambil pura-pura mengerang marah. "Ceritain sesuatu yang aku belum tahu." Dia terkekeh mendengar ucapanku dan tawanya langsung membuatku tersenyum."Baiklah. Biar aku ceritain sesuatu yang nggak kamu ketahui. Nama ibuku Seraphina," ujarnya dengan suara muram dan tangannya tanpa sadar membelai rambutku.Aku ingat pada saat itu, aku memasang telinga, bersiap untuk mendengarkan. Selama ini, Lucas selalu malu membicarakan ibunya."Harry ingin wanita yang lebih muda, kamu tahu maksudku, 'kan? Orang yang bisa membuatnya merasa muda kembali. Ternyata, ibuku bukan cu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 141

    "Oh, maaf," gumamku malu sambil bergeser ke pinggir.Perawat itu mengganti infus Doris, memeriksa suhu tubuhnya, dan melakukan apa pun yang dilakukan perawat saat mereka datang untuk memeriksa pasien, lalu pergi.Lucas dan Doris masih terus berbincang. "Sekarang, aku jauh lebih lega karena kamu sudah menemukan kebahagiaanmu.""Ya, aku sudah menemukan kebahagiaanku," ulang Lucas. Lalu, Doris dan Lucas serentak menoleh padaku. Aku melihat senyum menawan di bibir Lucas, dan Mark juga mengangkat kepalanya. Aku tersipu karena tatapan mereka semua dan berharap mereka akan mengalihkan pandangan. Untungnya, tatapan mereka segera beralih, tetapi Mark masih menatapku. Mataku beradu dengan matanya. Setelah aku mengangkat alisku padanya, dia baru mengalihkan pandangan.Doris menatap Lucas, matanya dipenuhi campuran kesedihan, penyesalan, dan juga ... kepuasan?"Lucas," panggil Doris seraya kembali menyentuh pipi Lucas. "Kamu anak yang baik. Kuharap kamu nggak akan melepaskan apa pun yang membuatm

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 142

    Satu Bulan KemudianHari-hari setelah Nenek Doris dinyatakan koma berlalu begitu cepat. Bisnis berjalan lancar, hubunganku dan Lucas makin dekat, dan semuanya berjalan dengan baik. Atau setidaknya, begitulah kelihatannya.Mark dan Sandra mengumumkan pertunangan mereka dan acaranya dijadwalkan hari ini. Sandra tidak bisa berhenti membicarakannya di internet."Aku penasaran gimana perasaan Steven dan Sandra tentang semua ini," ujar Grace tanpa sadar saat menonton salah satu dari sekian banyak cuplikan video pre-wedding Sandra.Aku hanya mengangkat alis dan tidak mengatakan apa-apa. Grace tidak mendongak untuk meminta pendapatku, jadi sepertinya dia tidak mengharapkan tanggapan dariku. Selain itu, aku tidak peduli pada perasaan mereka berdua sehingga aku sendiri tidak tahu harus memberi tanggapan apa.Mungkin aku masih peduli pada perasaan Mark, tetapi itu hanya karena Doris telah membuatku berjanji sehingga terkadang aku merasa bertanggung jawab padanya. Hatiku menjadi berat karena memik

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 143

    "Hah?" Sendokku yang penuh sereal terhenti di depan mulutku setelah aku membaca keterangan di Instasnap Sandra. Awalnya, teksnya tidak masuk akal bagiku. Namun, setelah menonton videonya sampai habis, aku bisa melihat semua isi bingkisan pernikahannya.Clive Christian, atas permintaan Sandra, telah menciptakan parfum edisi terbatas dengan wangi favorit yang dinamai sesuai nama Sandra. Mereka membuat ribuan parfum ini untuk Sandra sebagai hadiah yang akan dibagikan kepada tamu pernikahannya."Oke, ini gila!" seruku sambil menjatuhkan sendokku ke dalam mangkuk."Apa yang gila?" Grace yang sedang berkutat dengan kantong pakaian mendongak karena penasaran.Aku mengarahkan ponselku pada Grace dan dia terkekeh. "Dasar anak manja! Dia kerja tanpa digaji, tapi bisa habisin uang segitu banyak," kata Grace sambil mengemas jas pernikahan Mark dalam kantong pakaian.Tidak seperti pengantin wanitanya, sang pengantin pria hanya meminta jas yang dibuat khusus dari Luxe Vogue. Grace telah menghabiskan

Latest chapter

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 210

    Aku mencengkeram rokku dengan erat sambil mencoba menenangkan ketakutanku serta menstabilkan detak jantungku yang kacau. Hal seperti ini benar-benar asing bagiku dan juga sangat menakutkan."Berlutut." Aku tersentak mendengar suaranya dari belakangku. Dengan patuh, aku berlutut, meringis saat lantai keras menggores lututku.Tavon mengangguk puas, matanya bersinar dengan tatapan aneh. "Kamu penurut, bagus."Dia berjalan ke salah satu sisi ruangan dan mengambil sebuah cambuk. Bulu kudukku meremang ketika dia mendekatiku. Tangan tuanya mencengkeram cambuk itu dengan erat. Sebelum aku bisa memproses apa yang akan terjadi atau mencoba memprotes, dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan langsung mencambukku kulitkuPunggungku melengkung saat aku mencoba menghindari rasa sakit yang menyengat itu. Jeritanku menggema di seluruh ruangan, rasa sakit itu menyebar ke seluruh tubuhku, air mata menggenang di mataku."Kamu suka ini?" Suaranya kasar, matanya dipenuhi gairah yang mengerikan.Sial, bagaima

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 209

    Aku memaksa diriku untuk tetap tenang. Aku melepaskan genggaman tanganku yang erat, berhenti menggertakkan gigi, dan memberikan senyuman terbaikku padanya, meskipun aku merasa mual karena jijik. Menjaga kepura-puraan ini sangat melelahkan, tetapi aku tahu aku harus tetap bersandiwara jika ingin rencana ini berhasil.Peringatan Dylan terngiang di pikiranku. Satu kesalahan saja bisa berarti kematianku. Jadi, aku memasang ekspresi manis dan lembut, tidak peduli seberapa besar rasa mual yang kurasakan.Bibir Tavon membentuk senyuman jahat. Tangannya yang berkeliaran berhenti di lekuk pantatku dan menekannya secara halus sambil menoleh ke arah Dylan. "Nak, kamu selalu tahu apa yang aku suka."Dylan mengangguk dengan senyum puas, matanya berbinar-binar. "Paman, kepuasanmu selalu menjadi kebahagiaan terbesarku."Bulu kudukku meremang mendengar kata-kata Dylan. Pengabdiannya dengan menjilat kepada pria bejat ini benar-benar menjijikkan. Bagaimana mungkin dia begitu antusias, begitu bangga, mel

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 208

    Sudut pandang Sydney:Sekitar satu jam setelah Dylan mendandaniku, dia diberi tahu bahwa mobil sudah siap. Dia berganti ke setelan jas yang, menyebalkannya, membuatnya terlihat semakin mirip Lucas.Aku tidak melewatkan rasa iri yang sekilas muncul di mata para wanita lain saat Dylan dengan kasar menyuruh mereka bersikap baik dan tetap di kamar mereka, lalu pergi bersamaku. Aku rasa mereka pasti ingin menjadi paket yang akan dikirimkan. Aku tidak bisa menahan diri untuk bertanya-tanya apakah dia pernah menawarkan salah satu dari mereka kepada pamannya juga.Kami masuk ke dalam mobil, dan sopir membawa kami ke tempat di mana aku akan bertemu dengan Paman Tavon.....Setelah beberapa menit perjalanan yang menyesakkan bersama Dylan, akhirnya kami sampai di tujuan, dan aku bisa bernapas lega lagi.Mobil berhenti di depan mansion besar, tetapi yang satu ini jelas lebih mewah dan megah dibandingkan dengan tempat tinggal para wanita Dylan. Aku perlahan mengangguk pada diri sendiri. Aku bisa me

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 207

    "Aku nggak butuh bantuanmu!" Aku ingin meludah ke wajahnya dan menunjukkan semua kebencian yang kurasakan padanya, tetapi itu pasti akan merusak segalanya, bukan? Itu bahkan bisa membuatku kehilangan nyawa.Jadi, sebagai gantinya, aku memasang senyuman tipis di bibirku dan berbalik menghadapnya. Aku mengejapkan bulu mataku padanya, "Aww." Aku mendesah manja. "Terima kasih."Sambil tersenyum sinis, dia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekatiku. Tiba-tiba, lingerie yang kupakai dirobek olehnya dari tubuhku dan dilemparkannya begitu saja, lalu dia merebut gaun itu dari tanganku.Aku terperanjat dan menatapnya dengan mata terbelalak, tetapi dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia bahkan tidak melihatku dan senyum itu telah lenyap dari wajahnya. Alisnya berkerut dalam konsentrasi saat dia memakaikan gaun itu kepadaku dan mulai mendandaniku.Tangannya bergerak begitu terampil seolah-olah dia sudah terbiasa melakukan hal ini.Saat dia selesai, dia melangkah mundur dan menatap tubuhku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 206

    Dengan hati-hati, aku mengambil gaun itu darinya dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan benar-benar menyerahkannya padaku. Dengan kedua tanganku menggenggam sisi gaun, aku mengangkatnya di depan tubuhku dan membentangkannya sepenuhnya agar bisa melihat desainnya dengan jelas.Itu adalah gaun merah panjang yang langsung membuatku tercengang. Saat aku melihatnya lebih dekat, aku menyadari bahwa bahan gaun ini adalah sutra halus dan mewah dengan tekstur yang begitu lembut sehingga aku bisa langsung tahu bahwa aku akan menyukai sensasinya saat kain itu mengenai kulitku.Panjangnya saja sudah memberikan kesan elegan dan berkelas, tetapi desainnya yang berani, menjadikannya jauh dari kesan sederhana. Kamu hanya perlu melihatnya untuk mengetahuinya.Sebagai pemilik bersama lini pakaian dengan sahabatku, Grace. Aku telah terbiasa dengan banyak desain mode yang menakjubkan dan indah selama bertahun-tahun. Namun, aku tidak bisa menyangkal bahwa gaun yang dipilih Dylan ini memiliki keunikan d

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 205

    Sudut pandang Sydney:Aku langsung menarik diri dari pelukan Dylan begitu mendengar suara tepukan tangan.Sambil menatap Dylan yang hanya berjarak beberapa sentimeter dariku, aku tetap membiarkan lenganku melingkar di lehernya. "Kenapa kamu tepuk tangan?" tanyaku dengan senyum kecil, mataku mencari-cari petunjuk di wajahnya. Ada kilatan nakal di matanya yang membuatku bertanya-tanya apa yang sedang dia rencanakan.Dylan hanya balas tersenyum, tidak repot-repot menjawab. Dan dia memang tidak perlu menjelaskan apa pun karena, tepat saat itu, salah satu anak buahnya membuka pintu kamar dan melangkah masuk.Pria itu membawa sebuah kantong belanja di tangannya. "Selamat malam, Pak," sapanya sopan sambil menunduk sedikit, lalu mengangguk padaku. "Nona." Wajahnya tetap datar, tidak memberi petunjuk apa pun tentang isi kantong yang dibawanya.Aku melirik pria itu lalu kembali menatap Dylan, masih dengan tangan yang melingkari lehernya."Apa itu?" tanyaku sambil mengangkat alis, penuh selidik.

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 204

    Tanpa memberinya kesempatan untuk mengajukan keberatan lebih jauh, aku langsung membungkamnya dengan ciuman yang intens.Sekejap saja, bibirnya sudah bergerak membalas ciumanku, tangannya mencengkeram erat pinggangku dan menarikku lebih dekat ke dadanya. Lalu, satu tangannya meluncur turun, meremas bokongku seolah-olah tubuhku adalah miliknya.Aku menggeliat di atas pangkuannya, merasakan tonjolan keras di balik celananya. "Sial, Sydney," desahnya kasar sebelum menggigit bibir bawahku dengan keras, lalu mengisapnya seakan-akan hendak menghapus bekas yang baru saja dia tinggalkan.Dalam permainan balas dendam yang berkedok cinta ini, kami terus menguji dan menebak satu sama lain. Aku bertanya-tanya, apakah dia bisa melihat senyum palsuku, atau kasih sayang yang hanya merupakan ilusi belaka? Hatiku bergidik saat memikirkan kemungkinan itu.Dylan meremas bokongku lebih kuat, membuatku kembali menggeliat di atasnya. Aku mengerang pelan yang terdengar begitu meyakinkan walaupun semuanya han

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 203

    "Tentu saja aku keberatan karena kamu ngebunuh sahabatku," kataku pelan, berusaha menjaga agar suaraku tetap terdengar lembut tanpa memperlihatkan kemarahan atau kebencian yang tersembunyi di baliknya. Aku menampilkan gambaran sempurna seorang wanita yang jatuh cinta terlalu dalam, yang sedang mengungkapkan kenyataan pahit pada pria yang dicintainya."Tapi Lucas memang sudah sakit parah sejak lama. Bahkan kalau kamu nggak melakukan apa-apa, dia nggak akan bertahan lebih lama lagi. Mungkin, dengan cara ini, kamu justru membebaskan dia dari penderitaan lebih cepat. Selama ini, dia terus dihantui rasa sakit dan siksaan dari segala penyakit yang bikin tubuhnya melemah …."Aku mengangkat bahu seolah-olah kematian Lucas tidak lagi membebani pikiranku."Lagi pula, aku nggak bisa membenci laki-laki yang sekarang jadi alasan jantungku berdetak. Aku cuma ingin bisa bersama orang yang aku cintai, hanya itu yang aku mau. Aku yakin Lucas nggak akan nyalahin aku … atau bahkan nyalahin kamu, karena k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 202

    Sudut pandang Sydney:Tawaku meledak karena ucapan Dylan yang menggelikan. Bagaimana mungkin dia bisa cemburu pada orang yang sudah mati?Dylan berdiri di sana, berusaha terlihat mengintimidasi dengan tatapan marahnya, tapi malah terlihat seperti anak kecil yang sedang merajuk. Di saat itu, rasanya hampir seperti saat aku sedang bercanda dengan Lucas, dan bukan dengan Dylan.Konfrontasi ini sebenarnya pertanda baik walaupun tingkah Dylan ini agak terlalu dramatis. Ini artinya sandiwara yang selama ini kurancang dengan hati-hati masih berjalan sesuai rencana.Mungkin aku belum sepenuhnya memasuki hatinya yang gila itu, tapi setidaknya aku sudah berhasil masuk cukup jauh ke dalam pikirannya yang rapuh."Maaf," kataku terkikik sambil menutup mulut dengan tanganku untuk menahan tawa. Aku pun turun dari tempat tidur dan berdiri di hadapannya. Aku tidak bisa menahan rasa geli melihat kecemburuan Dylan terpicu oleh sesuatu yang begitu sepele. Dia benar-benar konyol.Selagi aku masih tertawa p

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status