Share

Bab 141

Penulis: BELLA
"Oh, maaf," gumamku malu sambil bergeser ke pinggir.

Perawat itu mengganti infus Doris, memeriksa suhu tubuhnya, dan melakukan apa pun yang dilakukan perawat saat mereka datang untuk memeriksa pasien, lalu pergi.

Lucas dan Doris masih terus berbincang. "Sekarang, aku jauh lebih lega karena kamu sudah menemukan kebahagiaanmu."

"Ya, aku sudah menemukan kebahagiaanku," ulang Lucas. Lalu, Doris dan Lucas serentak menoleh padaku.

 Aku melihat senyum menawan di bibir Lucas, dan Mark juga mengangkat kepalanya. Aku tersipu karena tatapan mereka semua dan berharap mereka akan mengalihkan pandangan. Untungnya, tatapan mereka segera beralih, tetapi Mark masih menatapku. Mataku beradu dengan matanya. Setelah aku mengangkat alisku padanya, dia baru mengalihkan pandangan.

Doris menatap Lucas, matanya dipenuhi campuran kesedihan, penyesalan, dan juga ... kepuasan?

"Lucas," panggil Doris seraya kembali menyentuh pipi Lucas. "Kamu anak yang baik. Kuharap kamu nggak akan melepaskan apa pun yang membuatm
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 142

    Satu Bulan KemudianHari-hari setelah Nenek Doris dinyatakan koma berlalu begitu cepat. Bisnis berjalan lancar, hubunganku dan Lucas makin dekat, dan semuanya berjalan dengan baik. Atau setidaknya, begitulah kelihatannya.Mark dan Sandra mengumumkan pertunangan mereka dan acaranya dijadwalkan hari ini. Sandra tidak bisa berhenti membicarakannya di internet."Aku penasaran gimana perasaan Steven dan Sandra tentang semua ini," ujar Grace tanpa sadar saat menonton salah satu dari sekian banyak cuplikan video pre-wedding Sandra.Aku hanya mengangkat alis dan tidak mengatakan apa-apa. Grace tidak mendongak untuk meminta pendapatku, jadi sepertinya dia tidak mengharapkan tanggapan dariku. Selain itu, aku tidak peduli pada perasaan mereka berdua sehingga aku sendiri tidak tahu harus memberi tanggapan apa.Mungkin aku masih peduli pada perasaan Mark, tetapi itu hanya karena Doris telah membuatku berjanji sehingga terkadang aku merasa bertanggung jawab padanya. Hatiku menjadi berat karena memik

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 143

    "Hah?" Sendokku yang penuh sereal terhenti di depan mulutku setelah aku membaca keterangan di Instasnap Sandra. Awalnya, teksnya tidak masuk akal bagiku. Namun, setelah menonton videonya sampai habis, aku bisa melihat semua isi bingkisan pernikahannya.Clive Christian, atas permintaan Sandra, telah menciptakan parfum edisi terbatas dengan wangi favorit yang dinamai sesuai nama Sandra. Mereka membuat ribuan parfum ini untuk Sandra sebagai hadiah yang akan dibagikan kepada tamu pernikahannya."Oke, ini gila!" seruku sambil menjatuhkan sendokku ke dalam mangkuk."Apa yang gila?" Grace yang sedang berkutat dengan kantong pakaian mendongak karena penasaran.Aku mengarahkan ponselku pada Grace dan dia terkekeh. "Dasar anak manja! Dia kerja tanpa digaji, tapi bisa habisin uang segitu banyak," kata Grace sambil mengemas jas pernikahan Mark dalam kantong pakaian.Tidak seperti pengantin wanitanya, sang pengantin pria hanya meminta jas yang dibuat khusus dari Luxe Vogue. Grace telah menghabiskan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 144

    Aku menghela napas dan mengabaikan pertanyaannya. Tanganku terus bekerja mengancingkan jasnya. Selama beberapa minggu terakhir, Mark dan aku mulai menjalin hubungan platonik dan juga mitra bisnis. Namun, kami berdua bisa merasakan ada sesuatu yang membuncah di balik semua formalitas dan sikap profesional kami.Kami berdua tidak mau mengakuinya; itu juga yang membuatku tidak ingin menghabiskan terlalu banyak waktu dengannya, terutama kalau hanya ada kami berdua. Sekarang, aku hanya ingin menyelesaikan urusanku secepat mungkin dan pergi dari sana.Namun, aku seharusnya tahu kalau dia tidak akan mundur begitu saja. Mark bukanlah tipe orang yang akan menghindar atau mundur dari apa pun."Hei, aku nanya sama kamu," katanya dengan wajah datar.Aku menghela napas lagi. Aku benar-benar tidak ingin bercanda pagi ini. "Ini hari pernikahanmu, Mark," kataku dengan nada bosan. "Kenapa kamu nanyain hal kayak gitu?"Aku menggeleng dan meliriknya sesaat sebelum aku memberikan sentuhan akhir untuk memb

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 145

    Aku berbalik dan menoleh pada Mark. Dia mulai maju ke arahku, tetapi aku tidak ragu untuk mendorongnya dengan kasar agar dia menjauh dariku. Dia pun terpaku di tempat.Aku menatapnya dan dengan dingin dan berkata, "Cukup! Aku nggak mau main kucing-kucingan sama kamu lagi!" Aku melangkah maju dan mendorong dadanya lagi. "Kamu mau apa, sih?" Aku mendorongnya lagi. "Ini yang kamu mau? Jawab! Tubuh ini yang kamu mau?" tanyaku sambil menunjuk diriku sendiri. Dengan marah dan membabi buta, aku membuka kancing kemeja yang aku kenakan dengan tangan gemetar. Tanpa malu-malu, aku memperlihatkan bra berenda yang berada di balik kemeja. "Ini yang kamu mau?! Oke! Ayo, kita sembunyi-sembunyi kayak tikus!" Aku menempelkan tubuhku padanya."Kenapa kamu nggak tidur saja sama wanita lain di hari pernikahanmu? Ayo!" Aku meraih tangan Mark dan meletakkannya di bokongku. "Lampiaskan saja nafsumu dan bebasin aku dari obsesimu!"Dia menutup mata karena ludahku mengenai wajahnya. "Aku cuma minta satu hal, pl

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 146

    Sejenak, ada keheningan saat aku menyadari apa yang baru saja terjadi. Aku terdiam sesaat, lalu berlari ke arah kecelakaan itu. Jantungku seolah-olah berhenti sejenak.Sudah ada beberapa orang yang berkumpul di sekitar area kecelakaan. Ada yang menelepon polisi, ada juga yang hanya merekam situasi kejadian.Aku meletakkan tasku, lalu berjongkok di samping mobil Mark yang sudah hancur dan terbalik. Di dalamnya, Mark, sopir, dan asistennya terjebak. Ada darah yang mengalir di pelipis Mark."Mark!" Tidak peduli berapa kali aku memanggil namanya, dia tidak membuka matanya. "Mark! Bertahanlah ...." Aku melihat sekeliling dan meminta bantuan orang-orang yang ada di sekitar. Setidaknya mereka bisa membuat kehadiran mereka berguna."Siapa saja, tolong bantu!" Aku berteriak dan berbalik lagi ke Mark. "Aku butuh bantuan!" Aku terus berteriak sambil meraih Mark dan berusaha menariknya keluar."Tolong!" Sejenak, aku merasa aku melihat Luigi di tengah kerumunan, tetapi ketika aku menoleh lagi, itu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 147

    "Aku harap dia baik-baik saja," ucap Grace dengan nada serius."Aku juga berharap begitu," jawabku pelan.Grace menghela napas, lalu berkata, "Aku rasa belum ada siapa pun di sini yang tahu. Persiapan masih berjalan dengan cepat. Apa aku harus beri tahu mereka?""Aku nggak tahu, Grace. Lakukan saja apa yang menurutmu benar," sahutku dengan lemas.Grace menghela napas lagi. "Aku nggak tahu apakah aku harus merasa sedih untuk sponsor utama kita atau malah merasa senang atas kemalangan Sandra yang kehilangan tunangannya."Aku berkata, "Mari kita berdoa untuk sponsor utama kita. Lagi pula, uangnya sangat penting bagi kita." Faktanya, bukan hanya uangnya yang penting bagiku. Jika itu hanya tentang uangnya, hatiku tidak akan begitu sakit.Grace menyahut dengan serius, "Ya, aku akan urus urusan perusahaan, kamu temani saja Mark di sana. Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku."Aku mengangguk. "Terima kasih."Aku hendak mengakhiri telepon ketika Grace memanggil namaku. "Sydney?""Ya?" sahutku den

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 148

    Seminggu kemudian.Aku mengalihkan pandanganku yang lelah dari layar saat ponselku terus bergetar. Aku tahu itu bukan Lucas karena aku menggunakan nada dering khusus untuk panggilannya. Pasti juga bukan Grace. Dia pasti sudah datang ke sini jika aku tidak menjawab panggilannya lebih dari dua kali.Ini sudah panggilan kelima dari nomor ini. Aku harus memberi pujian kepada penelepon ini. Dia sudah menelepon lima kali berturut-turut. Kegigihannya patut diacungi jempol.Aku menguap sambil menggosok mataku yang lelah, lalu aku bersandar di kursi dan mengambil ponselku dari meja. Nomor yang menelepon itu tidak terdaftar di ponselku dan bahkan tidak familier."Halo…." aku menjawab panggilan itu dengan suara yang berat."Selamat sore, Bu. Apakah ini Bu Sydney? Anda yang membawa Tuan Mark Torres setelah dia terlibat kecelakaan kemarin."Aku mengernyit dan duduk dengan tegak. "Selamat sore. Ya, aku Sydney.""Aku adalah pengasuh yang ditugaskan untuk merawat Tuan Mark Torres."Aku mengangkat alis

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 149

    Aku menghela napas sambil berkata, "Aku sangat meminta maaf atas hal ini. Keluarga Torres nggak seperti itu. Aku yakin ada sesuatu yang menghalangi mereka. Aku akan coba ....""Bagaimana dengan gajiku? Aku khawatir aku mungkin harus berhenti bekerja kalau aku nggak ....""Aku akan mengurusnya, Bu. Kirimkan nomor rekening dan tarifmu ke nomor ini. Aku akan membayarmu segera. Jadi tolong, teruslah merawatnya.""Baiklah. Terima kasih.""Aku juga akan coba ...."Aku terkejut mendengar suara yang menandakan telepon sudah diputus. Aku mengangkat alis dan bahuku sambil meletakkan ponselku. Aku tidak menyalahkannya, aku pasti akan lebih marah kalau berada di posisinya. Dia sangat lembut dalam berbicara sehingga aku tidak mengira dia akan menutup telepon begitu saja.Aku menggelengkan kepala dan bersandar di kursiku. Mark benar-benar sangat kasihan. Dia koma dan sampai sekarang masih belum sadar semenjak operasinya selesai. Aku tidak bisa terus tinggal, jadi aku harus pergi. Aku rasa tindakanku

Bab terbaru

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 182

    Mataku dipenuhi air mata yang tak akan pernah jatuh, terutama di hadapan Mark. Menjadi rentan sudah menjadi hal biasa di sekitar Mark, tetapi segala sesuatu ada batasnya. Setelah aku selesai berbicara, ada keheningan panjang yang nyaman. Mark meraih tanganku dan memberiku genggaman yang menenangkan. Aku menghargainya. Aku selalu menghargai kehadirannya dalam hidupku. "Jadi, apa yang kamu harapkan saat bertemu dengannya?" Aku tersenyum. Tenggorokanku tidak lagi terasa sesak, mataku tidak lagi dipenuhi air mata dan yang terpenting, suaraku tidak lagi bergetar. "Tentu saja, aku berharap kami bisa berdamai. Kalau itu terjadi, aku akan kembali dengan Lucas. Kami akan menghabiskan waktu di sini untuk berkemas dan menyelesaikan semua hal, lalu kami akan membawa Aiden dan menetap di Idelia." Kali ini, aku benar-benar melihat kilatan luka di mata Mark. "Aduh, Sydney. Aduh." "Apa?" Aku tertawa dan mengangkat bahu. "Aku harus jujur. Kalau kalian berdamai, itu akan sangat menyakitkan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 181

    Sudut pandang Sydney:Dengan lembut, Mark mendekati keranjang bayi dan menurunkan Aiden yang telah tertidur di pelukannya. Dia menyelimuti Aiden dengan baik dan masih menepuknya beberapa kali sebelum menjauh. Mark meregangkan bahu dan memutar leher serta lengannya, mungkin terasa pegal karena menggendong Aiden begitu lama. Kemudian dia duduk santai di ujung tempat tidur, tangannya sempat menyentuh kakiku sebelum dia meletakkannya di pahanya."Kenapa kamu begitu ingin mencari Lucas?" tanyanya sambil menghadap tiang di ujung tempat tidur. Dia menoleh padaku dan mengangkat bahunya sedikit. "Maksudku, sudah begitu lama sejak dia menghubungimu atau mencoba menghubungimu. Dia nggak pernah berusaha sejak dia pergi.""Kamu nggak bisa bilang begitu." Aku merasa bodoh karena membelanya. "Gimana kalau sesuatu terjadi padanya dan dia nggak bisa menghubungi siapa pun?" Aku mengangkat bahu. "Ada banyak kemungkinan, kamu tahu."Mark mengangguk, "Kamu benar. Aku setuju denganmu dalam hal itu. Selalu

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 180

    Mark mengangkat bahunya sambil berkata, "Aku nggak tahu, Sydney, tapi percayalah, aku nggak mengatakan apa pun kepada siapa pun." Mark berhenti sejenak dan dengan hati-hati menopang berat badan Aiden dengan tangan yang satunya sebelum melanjutkan. "Para jurnalis hiburan sering berbicara omong kosong, itu nggak ada hubungannya denganku.""Siapa tahu? Mungkin salah satu perawat yang memberi tahu mereka. Nggak adil kalau kamu menyalahkanku soal ini.""Aku nggak peduli apakah kamu melakukannya atau nggak," sahutku dengan marah. "Berita palsu seperti itu harus segera dihapus begitu muncul di berita."Mark mengatupkan bibirnya dan mengangguk. "Aku setuju denganmu.""Sudah berapa lama berita palsu ini beredar di mana-mana? Aku sudah keluar dari ruang bersalin berapa lama dan berita palsu seperti itu masih dibuat ulang dan disebarkan. Jangan bilang bahwa sebagai CEO GT Group, tanpa persetujuanmu, berita ini bisa bertahan begitu lama?""Aku akui bahwa aku mungkin memiliki motif egois." Mark men

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 179

    Sudut Pandang Sydney:Mark pasti menyadari bahwa aku telah mengalihkan pandanganku dari sosok Grace yang semakin menjauh dan kini menatapnya, karena ia menoleh dari Aiden dan langsung berkata, "Apa?" "Kamu serius menanyakan itu padaku?" Aku melotot padanya. Mark tersenyum dan bertanya dengan lembut, "Ayolah, ada apa? Apa aku melakukan sesuatu yang membuatmu kesal?" Sejak aku memutuskan untuk memiliki Aiden, Mark selalu ada untukku tanpa henti. Aku dan Grace sama-sama terkejut, dan aku terus menahan napas …. Aku terus berharap dalam diam, berpikir bahwa suatu hari nanti dia akan lelah berpura-pura atau sekadar bosan merawat seorang wanita yang bukan miliknya dan pergi. Tetapi dia tetap tinggal dan bertahan sampai akhir. Mark menawarkan segala bantuan yang bisa dia berikan. Kapan pun aku merasa sendirian atau merasakan sedikit pun rasa sakit dan tidak bisa menghubungi Grace, aku akan menelepon Mark dan dia akan segera datang.Aku ingat suatu waktu, kurasa saat itu bulan keempat k

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 178

    Aku menggeleng melihat dramanya. Aku menatap mereka berdua, Aiden dengan mata tertutup dan Grace yang sepenuhnya fokus padanya. Hatiku menghangat melihat mereka bersama. Aku sudah bisa merasakan bahwa Aiden akan memiliki begitu banyak dukungan dan cinta dalam hidupnya. Dia akan dikelilingi oleh itu semua, aku akan memastikannya.Senyumku perlahan memudar. Aku menggigit bibirku saat dia terlintas dalam pikiranku. Aku berkata kepada Grace, "Aku berpikir untuk pergi ke Idelia." Grace terdiam sesaat, lalu menghela napas dan terus mengayun Aiden dalam pelukannya. "Untuk apa, Sydney?" tanyanya dengan nada lelah. Aku tahu Grace sudah tahu alasanku ingin ke sana, tetapi karena dia bertanya, aku akan menjawabnya juga. "Untuk mencari Lucas." Aku merasa kecewa dan terkejut ketika setelah sebulan, Lucas tidak kembali atau bahkan menghubungiku. Berminggu penantianku berubah menjadi berbulan-bulan, dan tetap tidak ada kabar dari bajingan itu. "Kamu bercanda, 'kan?" Grace berbalik ke arahku

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 177

    Beberapa bulan kemudian. Sudut pandang Sydney:"Selamat datang ke dunia ini, Aiden. Mama sangat menyayangimu," bisikku ke telinga kecilnya. Dia menyipitkan matanya padaku sebelum kembali menutupnya. Aku bertanya-tanya apakah dia mendengarku, apakah dia bisa merasakan dan mengetahui bahwa dia berada dalam pelukan ibunya. Mataku mulai berkaca-kaca, dipenuhi air mata kebahagiaan saat aku membelai pipi putraku. Hanya dengan berpikir bahwa dia adalah milikku, hatiku langsung dipenuhi dengan begitu banyak cinta dan kebahagiaan. Astaga, dia terlihat begitu polos. Terlalu suci untuk dunia ini. Tanpa kesulitan apa pun, aku berhasil melahirkan seorang bayi laki-laki yang sehat di rumah sakit yang sama saat aku pertama kali mengetahui bahwa aku hamil. Aku tersenyum. Beberapa bulan terakhir ini benar-benar penuh dengan banyak hal. Bulan-bulan yang dipenuhi dengan gejolak emosi, bulan-bulan di mana aku menerima dukungan dan cinta, bahkan dari orang-orang yang tidak aku duga. Sebenarnya, beb

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 176

    Aku berbalik dan melihat bangku yang selalu ada di sana, di ujung kedai kopi di sebelah gedung GT Group. Syukurlah, tidak ada orang di sana. Aku langsung berjalan mendekat dan perlahan duduk di kursi itu. Mataku terfokus ke kejauhan, tetapi pikiranku ke mana-mana, dipenuhi dengan keraguan dan ketakutan. Tak lama kemudian, mobil Grace muncul. Syukurlah, aku tidak perlu berteriak memanggil namanya atau berjalan kembali ke depan gedung GT Group karena dia sudah melihatku duduk di sana. Dia mengangguk dan menghentikan mobilnya. Aku berdiri dengan lemas, membuka pintu yang sudah setengah terbuka oleh Grace, lalu naik ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya. Tak ada satu kata pun yang terucap saat Grace mengarahkan mobilnya ke tempat parkir GT Group dan berbalik arah. Saat dia mengemudi menuju apartemen, aku tetap menatap jendela di sampingku. Tetapi aku bisa merasakan tatapan Grace yang terus mengarah padaku. Akhirnya, dia memecah keheningan dengan suara lembut, "Kamu mau bicara te

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 175

    Sudut pandang Sydney:Mark tampak membeku di tempat. Tangannya yang memegang korek api tetap berada di ujung rokok yang masih terselip di antara bibirnya saat dia menatapku, atau lebih tepatnya, saat dia ternganga menatapku.Tangannya terkulai ke samping. Ucapannya dipenuhi oleh ketidakpercayaan. "Kamu nggak bercanda."Aku menatapnya kosong. Sejak kapan kami menjadi sahabat karib sampai-sampai aku harus membuat lelucon seperti itu? Pikirku. Dia pasti berpikiran sama karena dia menggelengkan kepala dan kami hanya saling menatap seperti itu selama beberapa saat.Tiba-tiba, Mark tampaknya memahamiku saat dia dengan cepat menyimpan rokok dan korek api ke sakunya.Dia tampak khawatir, sedikit panik saat melangkah mendekat. Tatapannya beralih dari lorong ke wajahku. Aku penasaran, sedikit geli di tengah semua kekacauan emosional ini, apakah dia akan lari. Apakah pembicaraan tentang bayi atau pemandangan wanita hamil membuatnya begitu takut?Sebaliknya, Mark melangkah maju dan bertanya dengan

  • Milyader, Mari Bercerai   Bab 174

    Apa maksudnya ini? Apakah aku dicampakkan lagi? Setelah akhirnya aku menemukan pria impianku, sekarang harus begini? Setelah begitu banyak ucapan "aku nggak akan pernah melepaskanmu lagi" darinya?Lucas memasukkan tangannya ke saku. Meskipun dia berdiri tidak jauh dariku, aku bisa melihatnya menjauh dariku.Lucas mengangguk dan menatap mataku sambil menjawab, "Ya, aku akan kembali sendiri. Kalau aku berhasil, aku akan menghubungimu.""Kalau!" kataku tidak percaya. "Apa-apaan ini, Lucas?" Suaraku bergetar. "Semacam kesepakatan bisnis?"Dia membuang muka dan aku ingin memegang wajahnya, menatap matanya dan melihat bahwa dia bercanda. Dia akan tertawa terbahak-bahak dan aku juga. Kemudian, dia akan menciumku dan kami akan pulang. Namun, aku tidak bisa memegang wajahnya dan menatap matanya karena semua itu tidak akan terjadi kecuali dalam khayalanku.Aku menelan ludah dan melangkah maju. Meskipun hatiku hancur dan yang ingin kulakukan hanyalah berlari menyusuri lorong, mencari toilet, dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status