Satu persatu para petugas memeriksa para orang tua dan mencatatkan nama dari Mading - masing peserta.
Tia dan Hari langsung di izinkan masuk karena mereka bisa memperlihatkan surat undangan resmi.
Kini tiba giliran Ningsih dan Wawan.
Zahra bersiaga penuh dan segera menghampiri Wawan dan Ningsih hingga salah satu penjaga menanyakan tentang surat undangan yang resmi..
Deg ... Tentu saja Ningsih dan Wawan tidak bisa memperlihatkan undangan tersebut.
Lalu sang petugas bertanya " ok...kalau surat undangannya ketinggalan kami maklumi ! Dengan orang tua siapa dan sebutkan nama lengkapnya " pinta sang petugas
" Saya orang tua dari Albi Shaka " jawab Wawan.
Sang petugas kembali mengecek nama peserta yang di sebutkan tersebut.
" Maaf,anda jangan main - main dengan kami ya ! Kami menerima tamu hanya untuk yang mener
Albi masih berada di asrama militer sampai tes DNA nya keluar menunjukkan hasil. Rumah keluarga Ningsih dan Wawan di jaga ketat oleh beberapa orang TNI .mereka bertugas silih berganti. Nyali Hari dan Tia sudah jelas menciut saat akan hendak mengunjungi rumah. ningsih tak kala melihat ada beberapa orang menjaga rumah Ningsih dan Wawan bersiaga menggunakan seragam loreng . Hari Dan Tia terpaksa melangkahkan kakinya untuk segera balik kanan karena tidak mungkin bagi mereka untuk mengancam atau menekan Ningsih dan Wawan. Kini Albi merasa lega dan ia di berikan kewenangan oleh pihak militer agar bisa berkomunikasi meskipun hanya lewat layar ponsel. Kemenangan memang akan datang terlambat tetapi Albi masih bisa bersyukur bisa melalui ujian ini semua. " Kamu benar...hasil tes DNA menyatakan kalau kamu memang benar anak kandung dari Wawan dan Ningsih dan
Albi mendapatkan waktu ijin bersiar dan ia manfaatkan untuk menemui Ningsih dan Wawan sebagai orang tua kandungnya. Albi berkunjung untuk yang pertama kalinya dengan seragam loreng melekat di tubuhnya membuat para tetangga berbisik - bisik dan bertanya - tanya " kenapa akhir-akhir ini banyak tentara yang menjaga rumah Ningsih dan Wawan " Albi tidak menghiraukan suara nyaring para tetangga yang heboh saling berbisik dari telinga satu ke telinga lainnya Ia terus melangkah menyusuri gang tempat kediaman kedua orang tuanya. Albi merasakan samping kiri dan kanan saat melangkahkan kaki mata para orangtua terus saja memperhatikan dirinya hingga jelas terdengar di telinga Albi " nanti anakku harus dapat suami tentara " celoteh salah satu tetangga dan Albi hanya memberikan senyuman manisnya. Albi kini sudah sampai di jejeran kontrakan kedua orang tuanya. Albi melihat
Albi menghubungi Zahra setelah di rasa cukup membantu ibunya namun yang di hubungi sepertinya sedang bermalas-malasan di atas kasurnya yang empuk. " Bi...Alhamdulillah ini hasilnya " ibu menyodorkan uang pada Albi. " Simpan saja Bu , kan besok Harus berbelanja lagi !" Albi menyodorkan kembali uang tersebut. " Biar saya tenang saat di asrama nanti karena kininsudah ada usaha warung !" Albi tidak ingin kepikiran orang tuanya yang sering kekurangan. " Nanti bulan depan , kita beli tabung gas elpiji untuk di jual lagi !" Tapi gak banyak dulu ya Bu " Albi ingin membuat komplit warung usaha orang tuanya. " Kamu , memang gak pergi tengokin Hari dan Tia Bi..?" Tanya Wawan sang ayah. " Belum...nanti sajalah ! Belum pengen kesana juga !" Jawab Albi. " Gak baik musuhin mereka ! Mereka juga punya jasa buat kamu ! Jangan menyimpan dendam !" Sang
" Alhamdulillah " Ridwan bersendawa sambil mengucap syukur. " Kenyang...kamu !" Tanya Albi. " Kok,kamu sekarang tambah coklat Bi... !" Ridwan melihat kulit Albi. " Namanya juga orang lapangan !" Jawab Albi. " Pria berkulit coklat dan gosong karena matahari itu namanya keren !" Albi bangga dengan kulitnya yang sudah berubah. " Benar juga ya ! Itu namanya pria pekerja keras " Jawab Ridwan membenarkan omongan Albi. " Bi...kamu gak ajak Sari ?" Tanya Ridwan. " Iya,ya ! Saya gak kepikiran sampai sana ! " Albi melupakan orang yang berjasa pada dirinya. "Yang ini mah beneran lupa !"Albi menepuk jidatnya sendiri. " Ya,gampanglah nanti kalau ada libur lagi sekalian aku kenalin juga !" Albi berbicara seolah tidak ada beban. Namun,hal tersebut di artikan lain oleh Zah
" ibu sama bapak mau ketemu mereka ! Boleh Bi..?" Ningsih bertanya terlebih dulu. " Iya,kita kesana sama-sama saja !" Albi mengajak serta semuanya. " Kirain yang namanya Sari single ! Kamu ini ada - ada aja !" Apa yang ada di pikiran Ridwan berbeda dengan kenyataannya. " Ya,sudah sebentar aku ke kasir dulu !" Albi melangkahkan kakinya untuk segeramembayat nota tagihannya. " "Ayo,sekarang saja ! Pakai angkot saja ya ! Saya kangen naik angkot " Albi merindukan masa masa itu. Albi pun menyetop sebuah angkot yang melintasi daerah kostannya dulu . Hingga ia menyuruh sang sopir untuk menghentikan lajunya karena Albi sudah sampai pada tempat yang di tujunya . " Di gang ini Bi...!" Tanya Wawan. " Iya,ayo turun !" Mereka pun turun dan mulai menyusuri jalanan di dalam gang hing
Zahra di sibukkan dengan kegiatan kampusnya dan sedikit perlahan mulai melupakan sosok Albi di hidupnya. Ridwan kini mulai dekat dengan Azizah dan mereka sepakat membangun bisnis bersama dengan membuat usaha warung cemilan buat anak - anak muda dengan menu kekinian. Keduanya saling mengisi satu sama lain dan saling bertukar ide dalam membuat menu yang baru. Terkadang Zahra juga mampir di tempat warung milik Azizah dan Ridwan . Ridwan mulai membangun bisnisnya dengan menggunakan uang hasil jerih payahnya selama menjadi kuli bangunan. Ridwan membangunnya sendiri dengan teras rumah Azizah di jadikan tempat usahanya yang baru . Ridwan memanfaatkan kecanggihan teknologi dengan mengikuti jejak Zahra yang selalu memposting media sosial. Beruntung Azizah memiliki motor sehingga jika ada pesanan yang minta di antarkan langsung
Saat Zahra hendak akan menjawab dan membalikkan badan ternyata Albi sudah pergi kembali ke tempatnya. " Jangan...!" Zahra berbicara tetapi yang di ajak bicara sudah pergi. Di dalam pos Albi mendengar teman-temanya sedang membicarakan gadis yang mereka taksir dan ia hanya tersenyum saja tidak mau memperdulikannya . Albi lebih fokus dengan perapian karena ia sedang membuat ubi bakar. Zahra hanya melihat Albi dari balik jendela yang ada di kamar. " Gimana ! Lihat yang bening ya !" Tanya Anita. " Bening apaan ! Di sini kita cuman beberapa bulan ! Jadi anggap aja di sini itu kaya liburan " Zahra memang sedang ingin fokus dengan KKN nya. " Kirain ...." Kemudian Zahra pun menyetel alunan musik di ponselnya sambil melahap jatah makanAlbi. Zahra menjadi gadis incaran para prajurit yang sedan
Jam jam tiga sore Albi terbangun dari tidurnya.di rasa sudah cukup mengistirahatkan matanya tiba-tiba Albu mencium bau masakan yang khas yang ia rindukan dulu. " Wangi yang sama " gumamn Albi sambil mengucek -ngucek matanya . Zahra yang sudah di ajari Ridwan dulu kini begitu pandai mengolah setiap rempah yang di masaknya. Albi bangkit dari kasurnya dan ia bergegas mencari aroma yang selama ini membuatnya rindu. Di lihatnya Zahra sedang asyik bercengkrama dengan Rendra dan Janu .tersirat dalam hatinya rasa cemburu tak kala melihat pandangan Rendra yang melirik Zahra. Zahra sebenarnya menyadari kedatangan Albi tapi ia lebih memilih untuk meneruskan obrolannya dengan Rendra dan Janu. " Wangi..." Albi datang tepat di hadapan Zahra dan Rendra. " Baru bangun Bi..." Sapa Janu nada -basi. " Hmm...iya " j
Selesai melaksanakan ijab qobul dan resepsi mereka menikmati bulan madu selama satu Minggu. " Masih,sisa satu Minggu lagi nih ! Aku kan cuti dua Minggu jadi gimana kalau mulai petsiapan pindah ke rumah dinas ?" Tanya Albi pada Zahra. " Ya,sudah ayo " Zahra mengiyakan ajakan suaminya. Mereka berdua pun menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan terlebih dahulu untuk bisa memenuhi kehidupan mereka nantinya di sana. " Ayo" Albi mengajak Zahra untuk masuk. " Maaf,ya untuk sementara waktu tinggal dulu di rumah dinas dulub! Bukannya gak pengen punya rumah sendiri tapi terkadang tugas saya sebagai prajurit bisa di pindahkan sewaktu-waktu !" Albi menjelaskan agar Zahra tidak salah paham nantinya. " Iya,aku paham " Zahra memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas dan mulai menata barang - batang yang di belinya
Sekarang waktunya untuk menjalani prosedur nikah kantor.semua di lalui Zahra dengan hati yang dah Dig dug der. Bertemu dengan banyak orang bukanlah hal baru tapi jika mengurus sesuatu yang menyangkut dengan masa depan inilah yang harus di hadapinya sekarang bersama Albi. "Gimana,capek ?" Tanya Albi. " Iyasih capek ! Tapi,ya mau gimana lagi !aturan nya sudah begini ! Mau gak mau ya harus di lewati !" Jawab Zahra dengan rasa lelahnya. " Nyesel gak ?" Albi bertanya takut saja kalau Zahra merasa menyesal harus melewati prosedur seperti ini. " Anggap saja saya sedang menyusun skripsi !" Zahra menjawab demikian karena teringat dengan harus mengumpulkan beberapa berkas dan masuk ruangan sana sini. " Kalau,ditanya nanti tolong jangan bilang saya punya usaha sendiri ya Bi...!" Pinta Zahra. " Tergantung ! Alasannya apa
" berapa nominal yang biasa kamu setor per bulannya ?" Tanya Zahra. " Biasanya sih........!" Albi membisikkan nominal jumlahnya. " Karena tadinya usaha yang saya bangun tersebut awalnya hanya buat mengusir rasa kebosanan saja selepas dinas !" Albi mengingat awal usahanya di bangun. " Kenapa merasa bosan dengan dunia militer ?" Tanya Zahra. " Ya,bosan saja ! Karena saat tinggal di dalam asrama banyak ibu - ibu untuk menjodohkan saya ! Setiap hari harus menghindari mereka semua ! Ya,menghindar terus kan percuma juga ! Dari pada melakukan hal yang gak benar mendingan bikin usaha biar fokus saja gak suntuk gitu !" Albi mulai membuka masa lalunya. " Memang,di sana kamu gak pacaran gitu ?" Tanya Zahra dengan polosnya karena penasaran Albi memiliki mantan atau tidak. " Kalau yang ngejar saya sih banyak ! Cuman masalahnya saya yang pengen ngejar kamu ! Tapi,waktu itu ka
" jadi selama ini kamu mencemburui Sari ! Tanpa tahu Sari itu siapa ?" Pertanyaan dari Albi yang mengintimidasi Zahra langsung. " Karena , kamu yang bilang sendiri ! Sari dan saya sama pentingnya dalam hidup kamu !" Zahra kembali mempertegas kalimatnya. " Kamu tahu siapa itu Sari ?" Tanya Albi untuk memastikan. " Tidak tahu " jawab Zahra . " Sekarang diam dan jangan menyela !" Albi ingin agar saat dirinya bicara tidak ada yang menyelanya. " Sari dan Zahra sama pentingnya dalam hidup saya ! Mereka berdua hadir dan memberi saya motivasi untuk bisa melanjutkan hidup kembali dan menasehati saya agar tidak menyakiti banyak orang ! Terutama menyangkut keluarga !" " Sari yang kamu maksud adalah ibu kandung dari Azizah isteri dari Ridwan" "Terus kenapa kamu waktu itu kirim pesan ! Dan dalam ketikan jelas sekali menuli
Siang ini pesawat Albi akan berangkat pukul 02.00. Albi masih memiliki waktu di rumah keluarga kandungnya selama lima jam lagi sebelum ia benar - benar pergi ke pulau seberang lagi. " Kak,nanti di anterin siapa ?" Tanya sang adik. " Biasa...sendiri juga jadi !" Jawab Albi dengan santai. " Berarti sebelum berangkat ! Kita makan di luar dulu ya !" Pinta sang adik. " Di rumah juga bisa dek !" Albi sedang malas. " Ya,ini kan beda moment nya beda ! Kakak jarang ada di rumah juga ! Kan kakak cuti dua Minggu ! Ini baru juga tiga hari ! Kok,sudah mau balik lagi ?" Sang adik merasa heran. " Ada tugas dadakan ! " Jawab Albi dengan biasa padahal sebenarnya dia sedang berbohong . " Berarti nanti siang bisa kan ! Itung - itung makan siang juga ! Sebelum pergi lagi !" Pinta sang adik dengan manja. &nbs
" jadi maksudmu ? Kamu cemburu ?" Tanya Rama sekali lagi. " Jujur iya ! Dan Albi sangat membanggakan Sari ! Terbukti saat tadi siang Albi datang ke toko Zahra dan ia masih tetap membahas Sari ! Jika Sari memang lebih penting dalam hidupnya ! Maka Zahra lebih baik mundur ! Dan Albi selalu bilang bahwa Sari dan Saya sama pentingnya !" Zahra bercerita lagi. " Mungkin Sari itu ibunya " Rama menengahi arah pembicaraan Zahra. " Sari bukan ibu nya Albi ! Zahra tahu semua keluarga Albi entah itu ibunya,ayahnya ataupun adiknya ! Zahra tahu semua ! Bahkan cerita Albi yang identitasnya di palsukan semua ! Itu ulah keluarga besarnya !" Zahra bercerita lagi. " Kamu,sudah selidiki siapa itu Sari ?" Tanya Rama. Zahra hanya menggelengkan kepalanya. " Ya,sudah tidak usah di pikirkan lagi ! Jika memang bukan jodohmu ! Ayah juga tidak akan memaksamu untuk menerima A
Ningsih dan Wawan kembali lagi ke rumah mereka dan mereka melihat ke empat pengawal yang khusus yang di kirim Albi tinggal percis di seberang rumah mereka. " Kalau ada apa - apa ! Jangan sungkan ! Kalau mendesak berteriak lah ! Rumah kalian sudah di pasang kamera cctv !" Salah satu pengawal berucap tegas. " Ya,sudah istirahat saja dulu !" Titah Wawan kepada ke empat pengawalnya. Albi sebenarnya sudah tahu laporan dari para pengawalnya mengenai Ini Tia dan Hari namun,Albi belumbisa beranjak dari tempat Zahra karena urusannya dengan gadis itu masihnwlum selesai. Beruntung Albi meletakkan para pengawalnya di depan rumah keluarga kandungnya untuk menghalau sesuatu yang tidak di inginkan !mengingat dirinya harus berdinas luar yang jauh dari pantauan matanya. Albi masih belum bisa melepaskan Zahra begitu saja dan ia berpikir untuk datang ke rumah Zahra.
Ningsih dan Wawan pergi ke rumah sakit di jam yang sama saat Albi hendak keluar rumah untuk urusan Zahra. Wawan dan Ningsih masih terus dalam pengawasan melalui orang suruhan Albi dan Albi memerintahkan untuk selalu tetap waspada mengingat kelicikan Tia dan Hari sudah tidak perlu di ragukan lagi. Wawan dan Ningsih masih menikmati perjalanan selama enam puluh menit lamanya karena mereka sengaja tidak tinggal dalam satu kota bersama dengan kota yang di tempati Hari dan Tia. Manik mata Wawan terus mengawasi orang di samping dan kanan kiri mobilnya dan ia melihat dua motor yang sedari tadi terus bersamaan dengan dirinya melaju di jalanan. Insting seorang lelaki selalu benar jika ada orang yang terus mengawasi mereka namun,Wawan masih bersikap santai saja karena ia tidak ingin membuat sang isteri cemas dengan keadaan sekitarnya. Saat sampai di rumah sakit Wawan dan Hari berg
Albi menjadi pusat perhatian para pengunjung dan itu membuat Zahra semakin kesal. Albi tahu jika kehadirannya sangat tidak di inginkan oleh Zahra namun,ia tidak ingin menumpuk masalah yang sudah bertahun - tahun terutama mengenai Sari yang dialah artikan oleh Zahra karena saat Albi sebelum masuk ke dunia militer lewat Bi Sari lah Albi bisa mendapatkan info tentang perlakuan keluarga besarnya terhadap keluarga kandungnya. Zahra lebih memilih fokus mengeluarkan baju dari gudang untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah tersedia. Albi membantu Zara dengan melobby para pengunjung yang datang ke toko Zahra dan pada hari itu juga toko Zahra menjadi ramai sekali dan mendapatkan omset yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Jika saja kesalah pahaman itu tidak pernah terjadi maka dapat di pastikan Albi dan Zahra pasti sudah bersatu bahkan mungkin udah pnya anak di tengah - tengah mereka.