Michael melangkahkan kaki pelan memasuki sebuah rumah yang ada di hadapannya. Beberapa cahaya lampu penerang sebagai pencahayaan di rumah tersebut. Namun sayangnya sepertinya rumah itu kosong tak ada siapa pun.“Tuan, lebih baik Anda di sini. Biar saya yang periksa ke dalam.” Erlan berkata dengan nada serius. Pria itu berinisiatif untuk lebih dulu masuk ke dalam rumah kosong yang ada di hadapannya.“Aku akan masuk. Tetaplah kau di belakangku,” titah Michael tegas yang tak bisa dibantah sama sekali. Dia ingin memastikan sendiri rumah tersebut.Erlan mengangguk patuh. “Baik, Tuan.”Michael mulai melangkah masuk ke dalam rumah tersebut, dan Erlan mengikutinya dari belakang. Tampak tatapan Michael mengendar ke sekitar, memastikan keadaan. Begitu pun dengan Erlan yang juga berjaga-jaga guna memastikan bahwa di sekeliling mereka tidak ada bahaya.Tatapan Michael mulai teralih pada beberapa botol wine yang ada di atas meja. “Erlan, rumah ini berpenghuni,” serunya dengan nada serius.Erlan mu
BrakkkTubuh Gio terpental cukup jauh dibanting kuat oleh anak buah Trice. Ya, jumlah anak buah Trice Abel terlalu banyak, hingga membuat Gio kesulitan melawan. Meski demikian, sudah ada sebagian anak buah Trice Abel yang mampu Gio lumpuhkan.Akan tetapi, serangan dari belakang dan mereka membawa senjata, membuat Gio cukup kewalahan. Toland—asisten pribadi Gio—baru saja tiba, dan ikut membantu. Namun, tetap saja mereka tak mudah melumpuhkan anak budah Trice jika hanya berdua. Terlebih mereka hanya tangan kosong.Gio menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya. Pria itu berusaha keras untuk bangkit berdiri. Jika dirinya kalah, maka pasti sebagian anak buah Trice Abel yang gagal dia lumpuhkan akan mengejar Casandra. Sekalipun, Gio berada di ambang kematian tetap saja yang dia pikirkan adalah Casandra. Pria itu tak pernah peduli meski harus mati. Yang dia pikirkan Casandra tetaplah harus hidup.Setelah berhasil bangkit berdiri, Gio kembali melawan tiga orang anak buah Trice Abel yang
Tubuh Michael bergeming tak berkutik sedikit pun di kala mendengar apa yang dikatakan sang dokter. Sepasang iris mata birunya nampak melemah, bukan karena mengasihani keadaan Casandra, tapi menyesali betapa bodoh dirinya yang tak bisa cepat menyelamatkan istrinya. Gio yang ada di samping Casandra pun ikut merasakan bersalah. Bagaimana pun, dia merasa menyesal karena ikut bekerja sama dengan Trice Abel. Harusnya, dirinya bisa membedakan mana jebakan dan tidak. Sungguh, Gio menyesali semua yang terjadi.“Casandra,” gumam Gio lirih. Hatinya hancur mendengar keadaan Casandra yang seperti sekarang ini. Rasa bersalah semakin menyelimuti dirinya.Michael memejamkan mata sebentar, menatap sang dokter putus asa. “Tapi istriku tetap bernapas, kan?” tanyanya lirih.Sang dokter mengangguk. “Tuan. Jantung istri Anda masih berdetak. Nadinya masih berdenyut, dan paru-parunya masih berfungsi dengan sangat baik. Istri Anda masih hidup. Hanya saja luka di tangannya yang cukup parah.”“Bagiku istriku
Raut wajah Michael berubah mendengar apa yang Casandra katakan. Pancaran di manik mata biru memancarkan rasa cemas, dan khawatir. Bahkan benaknya penuh dengan terkaan-terkaan yang mungkin saja terjadi.“M-Michael, k-kenapa tanganku tidak bisa digerakan?” tanya Casandra lagi, di kala dia sudah mencoba menggerakan kedua tangannya, namun ternyata tak berhasil.“Kau masih belum benar-benar pulih, Casandra. Tunggulah. Aku akan memanggilkan dokter.” Akhirnya Michael memilih untuk menjawab ini pada Casandra. Pria itu menekan tombol darurat, memanggil putugas medis untuk datang.Tak selang lama, dokter dan satu orang perawat masuk ke dalam ruang rawat Casandra. Sang dokter segera memeriksa keadaan Casandra, dan Michael sedikit menjauh guna tak mengganggu dokter yang memeriksa keadaan Casandra.Michael mengatur napasnya, pria itu senang karena Casandra sudah siuman, namun di sisi lainnya pria itu memiliki ketakutannya sendiri. Dia takut kalau Casandra tak menerima kondisinya. Michael menepis p
“Casandra.” Emma berlari dan memeluk erat tubuh Casandra. Tampak jelas kepanikan di wajah wanita paruh baya itu. Matanya sudah sembab, akibat tangis yang tak kunjung reda. Pun Devan ikut memeluk erat Casandra. Kedua orang tua Casandra itu langsung mendatangi tempat di mana Casandra dirawat, ketika mendengar apa yang menimpa putri mereka. “Mom, Dad, kalian di sini?” Casandra tersenyum hangat melihat kedatangan kedua orang tuanya, yang sekarang ada di hadapannya. Michael sejak tadi ada di samping Casandra. Namun, ketika Devan dan Emma memeluk Casandra—pria itu sedikit menjauh—guna memberikan ruang pada Casandra dan kedua orang tuanya.“Mommy dan Daddy tidak tenang mendengar apa yang terjadi padamu, Nak.” Emma mengurai pelukannya, menatap Casandra dengan tatapan cemas dan penuh kekhawatiran.“Mom, Dad. Aku baik-baik saja. Kalian tidak usah mencemaskan aku.” Casandra memberikan senyuman tulus dan lembut.“Mommy.” Jessica berlari masuk ke dalam ruang rawat Casandra, dan memberikan peluk
Michael berdiri di halaman depan rumah sakit setelah dirinya berbicara dengan Devan. Pria itu memutuskan untuk mencari udara segar, demi agar membuat hatinya merasa tenang.“Kau di sini rupanya.” Darius melangkah mendekat ke arah Michael. Pria paruh baya itu sengaja menghampiri Michael, karena dia tahu putranya itu membutuhkan sosok untuk diajak bicara.Michael mengalihkan pandangannya, menatap Darius yang mendekat ke arahnya. “Di mana Mom dan Jessica?” tanyanya dingin dan datar.“Mereka ada di ruang rawat Casandra,” jawab Darius memberi tahu. “Baru saja kedua mertuamu kembali ke hotel untuk beristirahat. Tadinya ibu mertuamu ingin terus ada di sisi Casandra, tapi Casandra meminta pada kedua orang tuanya untuk pulang ke hotel untuk beristirahat.” Darius melanjutkan.Michael menganggukkan kepalanya, merespon ucapan Darius. “Apa kata dokter tentang kondisi Casandra dan kandungannya?” tanya Darius langsung. Pria paruh baya itu tak menghakimi Michael atas apa yang telah terjadi. Dia jauh
Lebih dari satu minggu Casandra dirawat di rumah sakit Argentina. Sebelumnya, Michael belum memindahkan Casandra, karena kondisi istrinya itu belum bisa dikatakan membaik sepenuhnya. Akan tetapi, sekarang kondisi Casandra sudah jauh lebih baik. Bahkan dokter sudah mengizinkan Casandra untuk pulang. Hanya saja, sekalipun kondisi Casandra sudah membaik, tidak dengan kondisi kedua tangan Casandra. Sampai detik ini, belum ada perkembangan tentang kondisi kedua tangan Casandra. Setiap kali Casandra ingin melakukan sesuatu, maka pasti Michael ataupun perawat yang membantunya. Kondisi kedua tangan yang tak bisa digerakan, membuat Casandra memang harus bergantung pada bantuan orang lain.Casandra sudah berkali-kali menanyakan pada perawat dan dokter tentang keadaan tangannya, namun baik dokter ataupun perawat hanya meminta Casandra menunggu, karena masih dalam pemulihan.Tentu ini semua karena Michael. Pria itu melarang dokter ataupun perawat memberi tahu tentang keadaan Casandra pada Casan
Tubuh Casandra menegang mendengar apa yang Michael katakan. Debaran jantungnya berpacu dengan kencang. Matanya memerah menahan air mata yang nyaris tumpah.Casandra melihat ke arah kedua tangannya sendiri. Dia berusaha menggerak secara paksa—namun hasilnya nihil. Tangannya sama sekali tidak bisa digerakan. Satu demi satu air mata Casandra mulai berlinang membasahi pipinya.“T-tanganku lumpuh?” tanya Casandra dengan nada parau.Michael menangkup kedua pipi Casandra. “Aku sudah menyiapkan dokter yang terbaik untukmu. Aku yakin tanganmu pasti akan segera pulih, Casandra.” Pria itu berusaha menenangkan Casandra. Dia tahu sang istri terkejut mendengar semua ini.Casandra menggelengkan kepalanya tegas, dan menjauh dari Michael. “Kenapa kau menutupi semua ini dariku, Michael?! Kenapa?!” serunya terisak pilu.“Casandra, aku hanya tidak ingin kau terluka. Aku juga tidak ingin kau bersedih.” Michael memaksa memeluk Casandra, namun sayangnya kali ini Casandra berontak.“Lepaskan aku! Tinggalkan
Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa
Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.
Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on
Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta
“Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista
Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta
“Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki
Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a
Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It