Tubuh Michael bergeming tak berkutik sedikit pun di kala mendengar apa yang dikatakan sang dokter. Sepasang iris mata birunya nampak melemah, bukan karena mengasihani keadaan Casandra, tapi menyesali betapa bodoh dirinya yang tak bisa cepat menyelamatkan istrinya. Gio yang ada di samping Casandra pun ikut merasakan bersalah. Bagaimana pun, dia merasa menyesal karena ikut bekerja sama dengan Trice Abel. Harusnya, dirinya bisa membedakan mana jebakan dan tidak. Sungguh, Gio menyesali semua yang terjadi.“Casandra,” gumam Gio lirih. Hatinya hancur mendengar keadaan Casandra yang seperti sekarang ini. Rasa bersalah semakin menyelimuti dirinya.Michael memejamkan mata sebentar, menatap sang dokter putus asa. “Tapi istriku tetap bernapas, kan?” tanyanya lirih.Sang dokter mengangguk. “Tuan. Jantung istri Anda masih berdetak. Nadinya masih berdenyut, dan paru-parunya masih berfungsi dengan sangat baik. Istri Anda masih hidup. Hanya saja luka di tangannya yang cukup parah.”“Bagiku istriku
Raut wajah Michael berubah mendengar apa yang Casandra katakan. Pancaran di manik mata biru memancarkan rasa cemas, dan khawatir. Bahkan benaknya penuh dengan terkaan-terkaan yang mungkin saja terjadi.“M-Michael, k-kenapa tanganku tidak bisa digerakan?” tanya Casandra lagi, di kala dia sudah mencoba menggerakan kedua tangannya, namun ternyata tak berhasil.“Kau masih belum benar-benar pulih, Casandra. Tunggulah. Aku akan memanggilkan dokter.” Akhirnya Michael memilih untuk menjawab ini pada Casandra. Pria itu menekan tombol darurat, memanggil putugas medis untuk datang.Tak selang lama, dokter dan satu orang perawat masuk ke dalam ruang rawat Casandra. Sang dokter segera memeriksa keadaan Casandra, dan Michael sedikit menjauh guna tak mengganggu dokter yang memeriksa keadaan Casandra.Michael mengatur napasnya, pria itu senang karena Casandra sudah siuman, namun di sisi lainnya pria itu memiliki ketakutannya sendiri. Dia takut kalau Casandra tak menerima kondisinya. Michael menepis p
“Casandra.” Emma berlari dan memeluk erat tubuh Casandra. Tampak jelas kepanikan di wajah wanita paruh baya itu. Matanya sudah sembab, akibat tangis yang tak kunjung reda. Pun Devan ikut memeluk erat Casandra. Kedua orang tua Casandra itu langsung mendatangi tempat di mana Casandra dirawat, ketika mendengar apa yang menimpa putri mereka. “Mom, Dad, kalian di sini?” Casandra tersenyum hangat melihat kedatangan kedua orang tuanya, yang sekarang ada di hadapannya. Michael sejak tadi ada di samping Casandra. Namun, ketika Devan dan Emma memeluk Casandra—pria itu sedikit menjauh—guna memberikan ruang pada Casandra dan kedua orang tuanya.“Mommy dan Daddy tidak tenang mendengar apa yang terjadi padamu, Nak.” Emma mengurai pelukannya, menatap Casandra dengan tatapan cemas dan penuh kekhawatiran.“Mom, Dad. Aku baik-baik saja. Kalian tidak usah mencemaskan aku.” Casandra memberikan senyuman tulus dan lembut.“Mommy.” Jessica berlari masuk ke dalam ruang rawat Casandra, dan memberikan peluk
Michael berdiri di halaman depan rumah sakit setelah dirinya berbicara dengan Devan. Pria itu memutuskan untuk mencari udara segar, demi agar membuat hatinya merasa tenang.“Kau di sini rupanya.” Darius melangkah mendekat ke arah Michael. Pria paruh baya itu sengaja menghampiri Michael, karena dia tahu putranya itu membutuhkan sosok untuk diajak bicara.Michael mengalihkan pandangannya, menatap Darius yang mendekat ke arahnya. “Di mana Mom dan Jessica?” tanyanya dingin dan datar.“Mereka ada di ruang rawat Casandra,” jawab Darius memberi tahu. “Baru saja kedua mertuamu kembali ke hotel untuk beristirahat. Tadinya ibu mertuamu ingin terus ada di sisi Casandra, tapi Casandra meminta pada kedua orang tuanya untuk pulang ke hotel untuk beristirahat.” Darius melanjutkan.Michael menganggukkan kepalanya, merespon ucapan Darius. “Apa kata dokter tentang kondisi Casandra dan kandungannya?” tanya Darius langsung. Pria paruh baya itu tak menghakimi Michael atas apa yang telah terjadi. Dia jauh
Lebih dari satu minggu Casandra dirawat di rumah sakit Argentina. Sebelumnya, Michael belum memindahkan Casandra, karena kondisi istrinya itu belum bisa dikatakan membaik sepenuhnya. Akan tetapi, sekarang kondisi Casandra sudah jauh lebih baik. Bahkan dokter sudah mengizinkan Casandra untuk pulang. Hanya saja, sekalipun kondisi Casandra sudah membaik, tidak dengan kondisi kedua tangan Casandra. Sampai detik ini, belum ada perkembangan tentang kondisi kedua tangan Casandra. Setiap kali Casandra ingin melakukan sesuatu, maka pasti Michael ataupun perawat yang membantunya. Kondisi kedua tangan yang tak bisa digerakan, membuat Casandra memang harus bergantung pada bantuan orang lain.Casandra sudah berkali-kali menanyakan pada perawat dan dokter tentang keadaan tangannya, namun baik dokter ataupun perawat hanya meminta Casandra menunggu, karena masih dalam pemulihan.Tentu ini semua karena Michael. Pria itu melarang dokter ataupun perawat memberi tahu tentang keadaan Casandra pada Casan
Tubuh Casandra menegang mendengar apa yang Michael katakan. Debaran jantungnya berpacu dengan kencang. Matanya memerah menahan air mata yang nyaris tumpah.Casandra melihat ke arah kedua tangannya sendiri. Dia berusaha menggerak secara paksa—namun hasilnya nihil. Tangannya sama sekali tidak bisa digerakan. Satu demi satu air mata Casandra mulai berlinang membasahi pipinya.“T-tanganku lumpuh?” tanya Casandra dengan nada parau.Michael menangkup kedua pipi Casandra. “Aku sudah menyiapkan dokter yang terbaik untukmu. Aku yakin tanganmu pasti akan segera pulih, Casandra.” Pria itu berusaha menenangkan Casandra. Dia tahu sang istri terkejut mendengar semua ini.Casandra menggelengkan kepalanya tegas, dan menjauh dari Michael. “Kenapa kau menutupi semua ini dariku, Michael?! Kenapa?!” serunya terisak pilu.“Casandra, aku hanya tidak ingin kau terluka. Aku juga tidak ingin kau bersedih.” Michael memaksa memeluk Casandra, namun sayangnya kali ini Casandra berontak.“Lepaskan aku! Tinggalkan
Beberapa bulan berlalu .... Jones Beach State Park, New York, USA. Casandra melangkah menelusuri pantai dengan kaki telanjang ditemani sang suami tercinta. Cuaca siang itu begitu cerah dan menyejukan membuat Casandra betah berada di sana. Angin berembus menyentuh kulit mulus Casandra—membuat wanita itu memejamkan mata sebentar—menikmati embusan angin menyentuh kulit mulusnya.Usia kandungan Casandra sudah memasuki minggu ke tiga puluh lima. Perutnya sudah membuncit. Tubuhnya pun sudah melar akibat kehamilannya. Namun, meski demikian Casandra tetap sangat cantik. Bahkan setiap kali berat badannya bertambah, selalu mendapatkan pujian dari Michael.Sejak di mana perut Casandra sudah membuncit, Michael memiliki kesukaan baru yaitu mengusap dan mengecupi perutnya. Tak hanya itu saja, tapi Michael juga kerap mengajak bayi yang ada di kandungan Casandra untuk berbicara. Tindakan Michael itu membuat calon anak mereka sangat aktif. Setiap kali Michael mengajak bicara, selalu saja bayi di dal
“Michael, orang tuamu dan orang tuaku serta Jessica apa sudah berangkat?” tanya Casandra seraya duduk di ranjang. Pun Michael membantu Casandra untuk bersandar di kepala ranjang—dengan memberikan bantal tebal agar membuat Casansdra nyaman. “Mereka semua penerbangan malam. Sekitar tiga jam lagi mereka berangkat,” jawab Michael memberi tahu.Casandra mengalihkan pandangannya ke jam dinding—waktu menunjukan pukul tujuh malam. Jika tiga jam lagi berangkat, maka artinya kedua orang tuanya dan kedua orang tua Michael serta Jessica berangkat pada pukul sepuluh malam waktu New York, dan pada pukul tujuh malam waktu Los Angeles. Perbedaan waktu antara New York dan Los Angeles adalah tiga jamKedua orang tua Casandra dan kedua orang tua Michael serta Jessica mendatangi New York, karena memang mereka akan menemani Casandra melahirkan. Hari kelahiran bayi yang di kandungan Casandra semakin dekat. Itu yang membuat keluarga mereka rela mendatangi New York, dan meninggalkan segala aktivitas di Los