Tuttt … tuttt ….Michael baru saja hendak ingin mengeluarkan suara, namun sayangnya panggilan telepon itu sudah tertutup sepihak. Raut wajah Michael nampak memucat. Suara itu adalah suara sosok wanita yang dikenalinya.Michael melihat ke layar ponsel, guna menghubungi kembali nomor tersebut, tapi ternyata nomor itu menggunakan nomor pribadi. Lalu, seketika ingatan Michael teringat pada ucapan Casandra yang mengatakan bahwa ada yang menghubungi nomornya menggunakan nomor pribadi tapi tak bersuara.Debar jantung Michael berpacu kencang. Sepasang iris mata biru pria itu memancarkan semua perasaan yang begitu amat campur aduk. Umpatan dan makian lolos dalam hatinya. Kepingan memori masa lalu, membuat rasa bersalahnya semakin menyatu.Sayup-sayup mata Casandra mulai terbuka. Wanita itu terbangun dari tidurnya, lalu menatap Michael yang ternyata juga membuka mata. “Michael? Kau sudah bangun?”Michael membuyarkan lamunannya di kala mendengar suara Casandra. “Ya, aku terbangun karena Erlan me
“Hallo, Daddy, Mommy. Grandpa dan Grandma bilang kalian sedang berlibur ke Bora Bora. Kenapa kalian tidak menungguku pulang dulu dari Singapore?” Jessica menatap Michael dan Casandra dari layar ponselnya. Saat ini, Michael dan Casandra tengah melakukan panggilan video pada Jessica yang masih berada di Singapore.Michael tersenyum. “Little girl. Nanti kalau kau pulang dari Singapore, kau akan kami ajak jalan-jalan.”“Benarkah itu?” Mata Jessica berbinar bahagia, mendengar apa yang Michael katakan.“Tentu saja, Sayang. Apa yang dikatakan Daddy-mu adalah benar. Sepulang kau dari Singapore, kami akan mengajakmu berjalan-jalan,” sambung Casandra dengan senyuman di wajahnya.“Yeay. Thank you, Daddy, Mommy.” Jessica melompat-lompat dengan raut wajah riang gembira di kala mendengar Michael dan Casandra akan mengajaknya berjalan-jalan.Darius dan Freya yang berada di samping Jessica ikut tersenyum, melihat Jessica yang nampak begitu amat bahagia. Pun Michael dan Casandra ikut tersenyum meliha
Sepasang iris mata biru Michael terhunus menatap dingin sosok wanita berambut pirang, yang ada di hadapannya. Sosok yang sudah sangat lama tak dia temui, sekarang muncul, dalam kondisi dirinya berada di Bora Bora tengah berbulan madu.Ini bukan kebetulan. Michael bukan orang bodoh yang bisa diperdaya begitu saja. Dia yakin bahwa wanita di depannya ini sengaja menyusul ke Bora Bora demi bertemu dengannya. Membayangkan itu membuat emosi dalam dirinya menyulut, layaknya ada bara api yang ada di atas kepalanya.“Apa tujuanmu menggangguku, Trice?!” geram Michael dengan sorot mata yang membendung jelas kemarahan tertahan.Wanita bernama Trice itu melangkah mendekat ke arah Michael. Dia mengikis jarak di antaranya dan Michael. Senyuman anggun terus bertengger di wajah cantiknya. “Aku hanya ingin memastikan bahwa kabar yang aku dengar benar.” Trice mendekatkan bibirnya ke telinga Michael. “Selamat, Michael. Kau telah mendapatkan wanita yang sejak dulu kau idamkan. Penantianmu berbuah manis.”
Tanpa terasa, sudah cukup lama Casandra dan Michael berbulan madu di Bora Bora. Mereka menikmati masa bulan madu romantis. Hubungan mereka sudah semakin kuat, seakan tak bisa terpisahkan lagi.Casandra tak lagi menganggap Michael sebagai penjahat. Wanita itu malah kini semakin manja dengan Michael. Seperti contoh jika ingin memakan sesuatu, maka pasti Casandra akan meminta Michael untuk membeli. Atau kalau sedang lelah, pasti wanita itu ingin dipijat oleh suaminya. Pepatah mengatakan cinta mulai tumbuh seiring berjalannya waktu, dan tentunya karena kebersamaan yang terus menerus. Itulah yang sekarang Casandra rasakan. Perlahan-lahan, wanita itu mulai menerima kenyataan bahwa memang bukan Gio takdirnya, melainkan Michael.Lepas dari itu semua, Michael pun telah berhasil membuat hati Casandra merasakan kenyamanan. Layaknya dia telah berada di tempat paling aman dan nyaman. Hal itu juga yang membuat Casandra akhirnya jatuh hati pada Michael.“Casandra, apa hari ini kau ingin pergi ke su
Waktu berjalan terasa begitu cepat. Tiba waktunya Casandra dan Michael kembali ke Los Angeles. Jutaan kenangan indah di Bora Bora selalu ada diingatan dua insan itu. Tentu mereka juga mengabadikan moment kebersamaan mereka melalui video ataupun foto bersama.Sebenarnya, Casandra masih belum ingin kembali ke Los Angeles, namun dia tak bisa karena posisinya dirinya dan Michael pun memiliki tanggung jawab di sana. Itu kenapa akhirnya Casandra berusaha bersikap bijak. Lagi pula, nanti dirinya dan Michael bisa mengatur liburan lagi.Ngomong-ngomong, sejak di mana Casandra hampir berkenalan dengan Trice; Michael begitu mengawasi Casandra. Bahkan di kala Casandra meminta untuk pergi jalan-jalan saja, mata Michael mengawasi sekeliling dengan penuh waspada seakan ada bahaya.Berkali-kali Casandra menanyakan tentang keanehan sifat Michael, namun jawaban Michael selalu sama yaitu tidak terjadi apa pun. Itu yang membuat Casandra akhirnya tak ingin bertanya lagi. Meski kesal akan keanehan Michael,
“Iya, Mom. Aku sudah berada di Los Angeles. Aku juga sudah membelikan oleh-oleh untukmu dan Dad, tapi karena aku sedang kurang sehat, Mom. Kemungkinan besok baru aku ke rumah menemuimu dan Dad.”“Oh, My God. Kau sakit, Honey?” “Iya, Mom. Tapi kau tidak usah khawatir. Nanti pasti aku akan segera sembuh.”“Sayang, hari ini Mommy dan Daddy saja yang ke rumahmu. Kau ingin Mommy buatkan apa?” “Mom, kalau kau ingin datang, kau datang saja, tidak usah repot-repot membuatkan makanan untukku.”“Tidak repot sama sekali. Mommy akan buatkan avocado soup, yaa?” “Hm, boleh. Kalau Mommy tidak merasa repot, Mommy boleh membuatkan avocado soup untukku.”“Ya sudah, Sayang. Mommy akan membuat avocado soup dulu setelah itu baru jalan ke rumahmu, yaa?” “Oke, Mom. Hati-hati.”“Iya, Sayang. I love you.” “Love you too, Mom.”Panggilan tertutup. Casandra meletakan ponselnya ke tempat semula.“Siapa yang menghubungimu?” Michael melangkah keluar dari walk-in closet, menghampiri Casandra. Pria itu sudah be
“Selamat malam, Tuan Michael.” Sang pelayan menyapa Michael dengan penuh sopan, di kala Michael baru saja tiba di rumah.Michael menatap sang pelayan yang ada di hadapannya. “Di mana istriku? Apa dia sudah tidur?” tanyanya seraya melirik arloji—waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Memang hari ini dirinya pulang sedikit terlambat, karena harus mengurus beberapa hal.Kening sang pelayan sedikit mengerut bingung. “Bukankah Nyonya Casandra sudah meminta izin pada Anda, Tuan?” ujarnya.“Meminta izin?” Raut wajah Michael berubah mendengar apa yang dikatakan oleh sang pelayan. “Apa maksudmu?” Pria itu kembali bertanya, karena tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh pelayannya.“Tuan, Nyonya Casandra tadi sore pergi. Saya sudah mencegah, tapi beliau bilang kalau sudah meminta izin pada Anda,” ujar sang pelayan memberi tahu.Michael merogoh ponsel yang ada di saku celananya, memeriksa pesan masuk, namun hasil yang dia dapatkan adalah Casandra tak memberikan pesan ataupun berusaha menghubunginya
Matahari sudah tinggi. Casandra melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri, membantu suaminya untuk bersiap pergi ke kantor. Tak hanya Michael saja yang bersiap-siap, tapi Casandra juga turut bersiap pergi ke kantor. Well, Casandra tengah merasakan kebosanan. Itu yang membuatnya memutuskan untuk pergi ke kantor. Lagi pula, dirinya sudah sangat merindukan kantornya. Suasana hati yang sedang mengalami kerumitan, membuatnya memutuskan untuk berangkat bekerja.“Casandra, kau sudah tidak mual?” tanya Michael seraya menatap Casandra yang tengah merapikan dasinya.“Sudah tidak, Sayang,” jawab Casandra berdusta. Tadi pagi dirinya mual hebat sebelum Michael bangun tidur. Itu kenapa dirinya bisa berbohong. Memang tidak baik, tapi terpaksa Casandra harus melakukan ini.Michael mengecup kening Casandra. “Kau diantar sopir saja. Aku tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk padamu.”Michael telah mengizinkan Casandra untuk berangkat bekerja, namun meski sudah mengizinkan tetap saja Michael tak
Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa
Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.
Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on
Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta
“Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista
Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta
“Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki
Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a
Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It