Matahari sudah tinggi. Casandra melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri, membantu suaminya untuk bersiap pergi ke kantor. Tak hanya Michael saja yang bersiap-siap, tapi Casandra juga turut bersiap pergi ke kantor. Well, Casandra tengah merasakan kebosanan. Itu yang membuatnya memutuskan untuk pergi ke kantor. Lagi pula, dirinya sudah sangat merindukan kantornya. Suasana hati yang sedang mengalami kerumitan, membuatnya memutuskan untuk berangkat bekerja.“Casandra, kau sudah tidak mual?” tanya Michael seraya menatap Casandra yang tengah merapikan dasinya.“Sudah tidak, Sayang,” jawab Casandra berdusta. Tadi pagi dirinya mual hebat sebelum Michael bangun tidur. Itu kenapa dirinya bisa berbohong. Memang tidak baik, tapi terpaksa Casandra harus melakukan ini.Michael mengecup kening Casandra. “Kau diantar sopir saja. Aku tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk padamu.”Michael telah mengizinkan Casandra untuk berangkat bekerja, namun meski sudah mengizinkan tetap saja Michael tak
“Casandra … Casandra …” Michael berlari masuk ke dalam rumah, berseru memanggil Casandra. Tampak tiga orang pelayan yang kebetulan ada di ruang tengah, langsung menundukan kepalanya di kala melihat Michael tiba.“Tuan Michael.” Para pelayan menyapa Michael sopan.Michael menatap tiga pelayan itu. “Di mana Casandra?” tanyanya cepat.“Nyonya Casandra belum pulang, Tuan,” jawab salah satu pelayan mewakili.Michael mengumpat dalam hati. Jam seperti ini malah Casandra belum pulang. Padahal seharusnya, istrinya itu sudah pulang. Dengan cepat, Michael merogoh ponselnya, dan berusaha menghubungi nomor Casandra.Namun, sayangnya panggilan telepon Michael tidak dijawab oleh Casandra. Berkali-kali, Michael berusaha mencoba menghubungi istrinya itu, tapi tetap tidak menuaikan hasil apa pun.Michael menjadi kesal karena tidak bisa menghubungi Casandra. Dia segera melangkah keluar hendak menyusul istrinya itu yang tengah berada di kantor.Tetapi, di kala baru saja Michael melangkah keluar; langkahn
Bangun tidur dalam pelukan Michael, membuat Casandra sejak tadi tersenyum-senyum sendiri. Perdebatan tadi malam, berakhir dengan keromantisan. Sepanjang malam, Michael terus memeluk Casandra. Bahkan pria itu tak henti menciumi perut Casandra yang masih rata.Ya, tindakan Michael itu membuat Casandra amat sangat bahagia. Tindakan yang sangat sederhana, namun membuatnya seakan sangatlah diinginkan dan dicintai. Kesalahpahaman telah hilang. Perdebatan kemarin, membuat ikatan perasaan mereka semakin kuat.“Morning.” Michael mengecup bibir Casandra, dan menatap sang istri yang sudah memberikan senyuman di wajahnya.“Morning.” Casandra membelai rahang Michael. “Hari ini kau ke kantor atau tidak?” tanyanya pelan dan lembut.Michael meraih tangan Casandra, mengecupi punggung tangan istrinya itu. “Ya, aku akan ke kantor, tapi aku tidak akan pulang malam. Mungkin sekitar jam empat atau jam lima sore, aku sudah pulang.”Casandra mengangguk mengerti.“Kau di rumah saja. Tidak usah bekerja. Serahk
Casandra turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam lobby kantor sang suami. Khusus hari ini, dia mendatangi kantor suaminya, karena ingin mengantarkan makanan special untuk suaminya itu. Pun dirinya merasa jenuh di rumah.“Selamat pagi, Nyonya Yates.” Para staff yang ada di lobby, menyapa Casandra dengan penuh sopan.Casandra tersenyum. “Pagi,” jawabnya hangat, lalu wanita itu masuk ke dalam lift khusus yang biasa dipakai oleh sang suami. Lift yang memang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Tidak boleh karyawan biasa.Ting! Pintu lift terbuka. Casandra melangkah keluar lift, menuju ke ruang kerja Michael.“Nyonya Casandra?” Erlan terkejut melihat kehadiran Casandra.“Hi, Erlan. Michael ada di ruang kerjanya, kan?” ujar Casandra bertanya sambil menatap Erlan yang berdiri di hadapannya.Erlan mengangguk dengan raut wajah bingung. “Ada, Nyonya … tapi—”“Baiklah, aku akan menemuinya.” Casandra langsung memotong ucapan Erlan, dan masuk ke dalam ruang kerja Michael, tanpa ba
Keesokan hari, Casandra sudah bersiap-siap untuk pergi ke dokter kandungan bersama dengan sang suami. Mereka sengaja berangkat pagi, karena sudah tak sabar ingin bertemu dengan dokter. Yang paling tak sabar adalah Michael. Pria itu malah sangat bersemangat. Padahal sebelumnya, respon Michael sempat membingungkan di kala tahu Casandra tengah mengandung. “Casandra, kau sudah siap?” tanya Michael seraya menatap Casandra yang tengah bercermin.“Sudah, Sayang. Aku sudah siap.” Casandra mengambil ponsel dan tasnya, lalu memeluk lengan Michael.Michael mengecup kening Casandra, mengajak istrinya itu keluar dari kamar mereka, menuju mobil yang telah disiapkan. Sepanjang perjalanan, Michael fokus melajukan mobilnya, sedangkan Casandra melihat ke luar jendela. Cuaca pagi hari begitu menyejukan dan indah. Banyak orang berlalu lalang di trotoar seperti tengah diburu waktu. Sebuah pemandangan pagi yang Casandra sukai.“Sayang, kemarin Jessica menghubungiku.” Casandra mengalihkan pandangannya m
Michael membanting pintu mobilnya, dan melangkah masuk ke dalam lobby perusahaan dengan langkah kaki terburu-buru. Beberapa penjaga yang berjaga di sana menundukan kepalanya, menyapa Michael.Tampak jelas raut wajah Michael begitu serius di kala masuk ke dalam lobby perusahaan. Benaknya memikirkan ada penyusup masuk ke dalam ruang kerjanya, dan membobol brankas.Selama ini, belum ada satu pun penyusup yang berhasil masuk ke dalam ruang kerjanya. Rasa curiga dalam diri Michael bertambah. Pria itu merasa ada yang tidak beres dengan kejadian malam ini. Pun sejak tadi perasaannya tidak enak. “Tuan.” Erlan langsung menyapa Michael yang tiba di hadapannya. Beberapa para penjaga yang berada di dekat Erlan segera menundukan kepala, menyambut kedatangan Michael. Mereka semua terlihat sedikit gugup dan takut di kala Michael sudah datang. Bagaimana tidak? Tentunya mereka takut kalau Michael murka akan kejadian malam ini.“Kau sudah menemukan penyusup yang masuk ke ruang kerjaku?!” seru Michael
“T-Trice? K-kau—” Otak Casandra blank melihat Trice ada di hadapannya. Sosok wanita yang baru-baru ini dia kenali. Ya, Casandra ingat perkataan Michael yang mengatakan Trice adalah mantan kekasih suaminya itu. Tapi kenapa Trice bersama dengan Gio? Seingat Casandra, Gio tak mengenal Trice. Atau mungkin Casandra saja yang tak tahu apa pun?Casandra mencari jawaban di terkaan-terkaan otaknya. Tetapi, sayangnya wanita itu tak berhasil menemukan jawaban yang tepat. Semua seakan buntu tak menemukan jalan yang benar.Trice tersenyum licik melihat wajah Casandra terkejut. “Hi, Casandra. Apa kau senang melihatku lagi?” Wanita itu melangkah mendekat, namun Gio segera menahan lengan Trice untuk tak terlalu dekat dengan Casandra. Trice mengalihkan pandangannya, menatap Gio dengan tatapan santai. “Relaks, Gio. Aku tidak akan menyakiti wanitamu. Kesepakatan kita akan berjalan dengan semestinya, asalnya kau tidak melanggar aturan yang telah aku tetapkan.”Gio mulai melepaskan cengkraman tanganny
Casandra duduk di lantai seraya meneteskan air mata. Hatinya merasa sesak luar biasa. Ya, wanita itu berada di kamar sangat kecil di rumah kayu. Entah Casandra tak tahu ada di mana. Baik Trice ataupun Gio sama sekali tidak memberi tahunya.Casandra berusaha keras untuk tidak menangis, namun sayangnya dia tidak bisa untuk tak menangis. Berkali-kali Casandra berusaha menepis rasa takutnya, namun kenyataannya malah dia tidak sama sekali bisa untuk menepis perasaan takutnya.Hormon kehamilan memang membuat Casandra menjadi lemah. Untungnya, sejak berada di pesawat sampai detik ini, dia belum merasakan mual. Padahal biasanya dia selalu mengalami mual hebat.Casandra menyeka air mata, melihat ke sekeliling kamar, tidak ada sama sekali jendela. Wanita itu berusaha mencari keberadaan jendela, karena otaknya berpikir bagaimana cara untuk melarikan diri. Namun, sayangnya Casandra harus menelan kekecewaan karena tak ada jendela sama sekali di sana. Sepertinya memang Trice dan Gio telah merencana