Waktu berjalan terasa begitu cepat. Tiba waktunya Casandra dan Michael kembali ke Los Angeles. Jutaan kenangan indah di Bora Bora selalu ada diingatan dua insan itu. Tentu mereka juga mengabadikan moment kebersamaan mereka melalui video ataupun foto bersama.Sebenarnya, Casandra masih belum ingin kembali ke Los Angeles, namun dia tak bisa karena posisinya dirinya dan Michael pun memiliki tanggung jawab di sana. Itu kenapa akhirnya Casandra berusaha bersikap bijak. Lagi pula, nanti dirinya dan Michael bisa mengatur liburan lagi.Ngomong-ngomong, sejak di mana Casandra hampir berkenalan dengan Trice; Michael begitu mengawasi Casandra. Bahkan di kala Casandra meminta untuk pergi jalan-jalan saja, mata Michael mengawasi sekeliling dengan penuh waspada seakan ada bahaya.Berkali-kali Casandra menanyakan tentang keanehan sifat Michael, namun jawaban Michael selalu sama yaitu tidak terjadi apa pun. Itu yang membuat Casandra akhirnya tak ingin bertanya lagi. Meski kesal akan keanehan Michael,
“Iya, Mom. Aku sudah berada di Los Angeles. Aku juga sudah membelikan oleh-oleh untukmu dan Dad, tapi karena aku sedang kurang sehat, Mom. Kemungkinan besok baru aku ke rumah menemuimu dan Dad.”“Oh, My God. Kau sakit, Honey?” “Iya, Mom. Tapi kau tidak usah khawatir. Nanti pasti aku akan segera sembuh.”“Sayang, hari ini Mommy dan Daddy saja yang ke rumahmu. Kau ingin Mommy buatkan apa?” “Mom, kalau kau ingin datang, kau datang saja, tidak usah repot-repot membuatkan makanan untukku.”“Tidak repot sama sekali. Mommy akan buatkan avocado soup, yaa?” “Hm, boleh. Kalau Mommy tidak merasa repot, Mommy boleh membuatkan avocado soup untukku.”“Ya sudah, Sayang. Mommy akan membuat avocado soup dulu setelah itu baru jalan ke rumahmu, yaa?” “Oke, Mom. Hati-hati.”“Iya, Sayang. I love you.” “Love you too, Mom.”Panggilan tertutup. Casandra meletakan ponselnya ke tempat semula.“Siapa yang menghubungimu?” Michael melangkah keluar dari walk-in closet, menghampiri Casandra. Pria itu sudah be
“Selamat malam, Tuan Michael.” Sang pelayan menyapa Michael dengan penuh sopan, di kala Michael baru saja tiba di rumah.Michael menatap sang pelayan yang ada di hadapannya. “Di mana istriku? Apa dia sudah tidur?” tanyanya seraya melirik arloji—waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Memang hari ini dirinya pulang sedikit terlambat, karena harus mengurus beberapa hal.Kening sang pelayan sedikit mengerut bingung. “Bukankah Nyonya Casandra sudah meminta izin pada Anda, Tuan?” ujarnya.“Meminta izin?” Raut wajah Michael berubah mendengar apa yang dikatakan oleh sang pelayan. “Apa maksudmu?” Pria itu kembali bertanya, karena tak mengerti apa yang dimaksudkan oleh pelayannya.“Tuan, Nyonya Casandra tadi sore pergi. Saya sudah mencegah, tapi beliau bilang kalau sudah meminta izin pada Anda,” ujar sang pelayan memberi tahu.Michael merogoh ponsel yang ada di saku celananya, memeriksa pesan masuk, namun hasil yang dia dapatkan adalah Casandra tak memberikan pesan ataupun berusaha menghubunginya
Matahari sudah tinggi. Casandra melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri, membantu suaminya untuk bersiap pergi ke kantor. Tak hanya Michael saja yang bersiap-siap, tapi Casandra juga turut bersiap pergi ke kantor. Well, Casandra tengah merasakan kebosanan. Itu yang membuatnya memutuskan untuk pergi ke kantor. Lagi pula, dirinya sudah sangat merindukan kantornya. Suasana hati yang sedang mengalami kerumitan, membuatnya memutuskan untuk berangkat bekerja.“Casandra, kau sudah tidak mual?” tanya Michael seraya menatap Casandra yang tengah merapikan dasinya.“Sudah tidak, Sayang,” jawab Casandra berdusta. Tadi pagi dirinya mual hebat sebelum Michael bangun tidur. Itu kenapa dirinya bisa berbohong. Memang tidak baik, tapi terpaksa Casandra harus melakukan ini.Michael mengecup kening Casandra. “Kau diantar sopir saja. Aku tidak mau sampai terjadi sesuatu hal buruk padamu.”Michael telah mengizinkan Casandra untuk berangkat bekerja, namun meski sudah mengizinkan tetap saja Michael tak
“Casandra … Casandra …” Michael berlari masuk ke dalam rumah, berseru memanggil Casandra. Tampak tiga orang pelayan yang kebetulan ada di ruang tengah, langsung menundukan kepalanya di kala melihat Michael tiba.“Tuan Michael.” Para pelayan menyapa Michael sopan.Michael menatap tiga pelayan itu. “Di mana Casandra?” tanyanya cepat.“Nyonya Casandra belum pulang, Tuan,” jawab salah satu pelayan mewakili.Michael mengumpat dalam hati. Jam seperti ini malah Casandra belum pulang. Padahal seharusnya, istrinya itu sudah pulang. Dengan cepat, Michael merogoh ponselnya, dan berusaha menghubungi nomor Casandra.Namun, sayangnya panggilan telepon Michael tidak dijawab oleh Casandra. Berkali-kali, Michael berusaha mencoba menghubungi istrinya itu, tapi tetap tidak menuaikan hasil apa pun.Michael menjadi kesal karena tidak bisa menghubungi Casandra. Dia segera melangkah keluar hendak menyusul istrinya itu yang tengah berada di kantor.Tetapi, di kala baru saja Michael melangkah keluar; langkahn
Bangun tidur dalam pelukan Michael, membuat Casandra sejak tadi tersenyum-senyum sendiri. Perdebatan tadi malam, berakhir dengan keromantisan. Sepanjang malam, Michael terus memeluk Casandra. Bahkan pria itu tak henti menciumi perut Casandra yang masih rata.Ya, tindakan Michael itu membuat Casandra amat sangat bahagia. Tindakan yang sangat sederhana, namun membuatnya seakan sangatlah diinginkan dan dicintai. Kesalahpahaman telah hilang. Perdebatan kemarin, membuat ikatan perasaan mereka semakin kuat.“Morning.” Michael mengecup bibir Casandra, dan menatap sang istri yang sudah memberikan senyuman di wajahnya.“Morning.” Casandra membelai rahang Michael. “Hari ini kau ke kantor atau tidak?” tanyanya pelan dan lembut.Michael meraih tangan Casandra, mengecupi punggung tangan istrinya itu. “Ya, aku akan ke kantor, tapi aku tidak akan pulang malam. Mungkin sekitar jam empat atau jam lima sore, aku sudah pulang.”Casandra mengangguk mengerti.“Kau di rumah saja. Tidak usah bekerja. Serahk
Casandra turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam lobby kantor sang suami. Khusus hari ini, dia mendatangi kantor suaminya, karena ingin mengantarkan makanan special untuk suaminya itu. Pun dirinya merasa jenuh di rumah.“Selamat pagi, Nyonya Yates.” Para staff yang ada di lobby, menyapa Casandra dengan penuh sopan.Casandra tersenyum. “Pagi,” jawabnya hangat, lalu wanita itu masuk ke dalam lift khusus yang biasa dipakai oleh sang suami. Lift yang memang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu. Tidak boleh karyawan biasa.Ting! Pintu lift terbuka. Casandra melangkah keluar lift, menuju ke ruang kerja Michael.“Nyonya Casandra?” Erlan terkejut melihat kehadiran Casandra.“Hi, Erlan. Michael ada di ruang kerjanya, kan?” ujar Casandra bertanya sambil menatap Erlan yang berdiri di hadapannya.Erlan mengangguk dengan raut wajah bingung. “Ada, Nyonya … tapi—”“Baiklah, aku akan menemuinya.” Casandra langsung memotong ucapan Erlan, dan masuk ke dalam ruang kerja Michael, tanpa ba
Keesokan hari, Casandra sudah bersiap-siap untuk pergi ke dokter kandungan bersama dengan sang suami. Mereka sengaja berangkat pagi, karena sudah tak sabar ingin bertemu dengan dokter. Yang paling tak sabar adalah Michael. Pria itu malah sangat bersemangat. Padahal sebelumnya, respon Michael sempat membingungkan di kala tahu Casandra tengah mengandung. “Casandra, kau sudah siap?” tanya Michael seraya menatap Casandra yang tengah bercermin.“Sudah, Sayang. Aku sudah siap.” Casandra mengambil ponsel dan tasnya, lalu memeluk lengan Michael.Michael mengecup kening Casandra, mengajak istrinya itu keluar dari kamar mereka, menuju mobil yang telah disiapkan. Sepanjang perjalanan, Michael fokus melajukan mobilnya, sedangkan Casandra melihat ke luar jendela. Cuaca pagi hari begitu menyejukan dan indah. Banyak orang berlalu lalang di trotoar seperti tengah diburu waktu. Sebuah pemandangan pagi yang Casandra sukai.“Sayang, kemarin Jessica menghubungiku.” Casandra mengalihkan pandangannya m
Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa
Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.
Casandra turun dari mobil masuk ke dalam supermarket bersama dengan dua orang pelayan. Kondisi supermarket terbilang tak terlalu ramai, karena memang posisinya ini bukanlah weekend atau hari libur. Setibanya di dalam supermarket, Casandra berjalan-jalan menuju ke tempat buah-buahan. Dua pelayan dengan sigap mengikuti ke mana pun langkah Casandra. Selain mereka harus berbelanja memenuhi dapur, mereka juga wajib menjaga istri dari bos mereka. Jika terjadi sesuatu hal buruk pada Casandra, maka sudah pasti dua pelayan tersebut sudah tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.Berbagai aneka buah, daging segar, ayam, ikan, dan makanan ringan dipilih oleh Casandra. Makanan ringan sehat paling banyak karena Calista dan Jessica sering sekali mengemil di malam hari. Well, itu yang membuat tubuh Calista dan Jessica padat berisi—namun sangat menggemaskan.“Nyonya, apa Anda ingin membeli daging angsa?” tanya sang pelayan pada Casandra.“Hm, tidak usah. Itu saja. Nanti kalau ada yang kurang, pesan via on
Casandra melakukan gerakan perlahan pada jemari-jemarinya guna melatih kemampuan tangannya. Terakhir, dokter mengatakan pada Casandra untuk sering menggerak-gerakan jemari serta menggenggam sesuatu benda kecil.Kondisi tangan Casandra bisa dikatakan sudah pulih delapan puluh persen. Meski belum pulih sepenuhnya, tapi Casandra sudah sangat amat bersyukur. Setidaknya, Casandra sudah bisa menggendong anaknya, meskipun tak bisa terlalu lama. Dulu, saat Calista masih bayi, sempat Casandra kesulitan menggendong Calista di kala tubuh putrinya semakin gemuk. Akan tetapi, Casandra tidak menyerah. Dia selalu berusaha untuk sembuh.Memang, Casandra sempat putus asa tapi untungnya dia memiliki support system yang luar biasa yaitu suami tercintanya. Entah, bagaimana hidup Casandra jika tak mendapatkan dukungan dari sang suami tercinta.Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Casandra duduk di taman seraya melihat keindahan bunga-bunga di taman mansion-nya yang begitu indah. Casandra selalu meminta
“Calista, kenapa kau pelit sekali. Ayo beri tahu aku, siapa yang memberimu gelang itu.” Jessica bertolak pinggang, memaksa Calista untuk bicara padanya. Dia tidak bisa tenang di kamarnya. Dia penasaran pada teman baru Calista.Calista mengembuskan napas panjang. “Kak, nanti saat aku dewasa, kau juga pasti akan tahu. Aku bukan tidak mau cerita. Tapi—”“Calista, menunggu kita dewasa itu lama. Ayo beri tahu aku. Aku janji tidak akan membocorkan pada Daddy dan Mommy.” Jessica terus mendesak Calista untuk cerita padanya.Calista nampak berpikir sejenak. Gadis kecil cantik itu tidak langsung menjawab apa yang Jessica katakan padanya. Dia masih ragu, karena takut kakak sepupunya itu akan membocorkan rahasianya.Akan tetapi, jika Calista menyimpan sendiri rahasianya, dan tak memberi tahu Jessica, maka pasti kakak sepupunya itu akan terus mendatangi kamarnya, menanyakan siapa yang memberikan gelang padanya. Sungguh, ini menyebalkan. Calista pun kesal sendiri. Lihat saja, sekarang bibir Calista
Casandra mengusap perut buncitnya yang semakin besar. Wanita itu duduk di ranjang seraya bersandar di kepala ranjang. Dia baru saja selesai makan malam dengan Calista dan Jessica.Michael belum pulang ke kantor. Itu yang membuat Casandra hanya makan bersama dengan Calista dan Jessica. Malam ini, Michael pulang sedikit terlambat. Tentu, Casandra sempat kesal bahkan hampir menangis. Akan tetapi, Michael sudah melakukan video call guna menenangkan Casandra.Malam ini, Michael memiliki meeting penting yang tak bisa ditinggal. Meeting tersebut adalah meeting di mana Michael menggantikan Casandra. Sejak di mana kedua tangan Casandra mengalami cedera, memang perusahaan Casandra di bawah pimipinan Michael. Bahkan sekarang setiap kali membutuhkan tanda tangan, maka tanda tangan Michael berlaku.Dulu, Casandra tidak bisa tanda tangan akibat cedera di tangannya, tapi sekarang keadaan tangannya sudah mulai membaik. Dia sudah bisa tanda tangan, namun meski sudah bisa tanda tangan, tetap Michael ta
“Na … na … na …” Calista berjalan sambil melompat-lompat kecil, menelusuri taman di mana gadis kecil itu berada. Dia senang tidak lagi diikuti oleh pengasuh dan pengawal. Para pengasuh dan pengawalnya hanya melihatnya dari kejauhan saja.Calista paling tidak suka jika diawasi oleh pengasuh dan pengawal. Gadis kecil cantik itu lebih menyukai berjalan-jalan sendiri. Akan tetapi, tentu dia tak bisa lepas dari pengawasan pengawal dan pengasuh, karena ayahnya begitu overprotective. Padahal Calista merasa bisa menjaga diri sendiri.“Bunga ini cantik sekali,” gumam Calista pelan sambil menyentuh bunga yang tumbuh di taman dengan sangat indah. Manik mata biru gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, akibat kekagumannya pada bunga yang ada di hadapannya.“Bunga itu tidak secantik dirimu,” ucap seorang bocah laki-laki yang sangat tampan, menghampiri Calista.Calista mengalihkan pandangannya, menatap bocah laki-laki tampan yang ada di hadapannya. “Tadi kau bilang apa?” tanyanya polos.Bocah laki
Casandra melangkah perlahan masuk ke dalam kamar Calista. Tampak senyuman di wajah wanita itu terlukis melihat Calista tengah bermain dengan Jessica. Jessica memiliki kamar sendiri tepat di samping kamar Calista, namun terkadang memang Jessica tidur dengan Calista. Mereka berdua sepupu, tapi sudah seperti saudara kandung bahkan seperti sahabat.“Calista, Jessica,” panggil Casandra lembut.Calista dan Jessica mengalihkan pandangan mereka menatap Casandra dengan senyuman riang. “Mommy?”Casandra mendekat—dan Calista serta Jessica langsung memberikan pelukan ke tubuh Casandra. Tentu, Casandra membalas pelukan Calista dan Jessica. Kedua tangannya sudah membaik, membuatnya bisa memeluk kedua putrinya itu.“Mommy, jangan marah.” Calista dan Jessica mengucapkan kalimat kompak, sambil mengurai pelukan mereka.Casandra tersenyum. “Sayang, Mommy tidak marah. Maaf, tadi Mommy kesal karena perasaan Mommy sedang sensitive.”Calista membawa tangan mungilnya membelai pipi Casandra. “Mommy, maafkan a
Casandra masih diam dengan raut wajah yang menunjukkan jelas rasa kesal dan juga tak enak. Apa yang dikatakan oleh Michael memang fakta. Selama ini, Michael tidak pernah mengarahkan Calista untuk menyukai olahraga boxing.Hanya saja, memang Casandra kurang setuju jika Calista memilih olahraga boxing. Dia lebih menyukai olahraga yang dipilih Jessica yaitu balet dan sekolah modelling. Yang Casandra takutkan adalah saat besar Calista malah menjadi orang yang menyukai kekerasan.Michael menatap dalam manik mata cokelat gelap sang istri. Pria itu membawa tubuh istrinya itu duduk di pangkuannya, dan membelai pipi sang istri tercinta. “Casandra, aku tahu mana yang baik, dan tidak baik untuk putriku. Aku membiarkan Calista belajar bela diri sejak kecil, karena memang bela diri sangat penting. Kelak, Calista akan melindungi Jessica dan kau, jika kalian dalam keadaan bahaya dan aku sedang tidak ada. Calista juga bisa melindungi dirinya sendiri. Kemungkinan buruk mungkin saja terjadi, Sayang. It