"Semoga Sari baik-baik saja," harap Nur dengan cemas Alka mengangguk. "Aku juga berharap demikian, Nur. Aku nggak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau Sari kenapa-napa." Saat ini, Alka dan Nur tengah menunggu dengan sabar didepan UGD RS. Semenjak ditangani oleh dokter selama kurang lebih satu jam, mereka belum mendapatkan kabar apapun mengenai keadaan Sari. Hal ini membuat mereka berdua khawatir. "Siapa kira-kira orang yang berniat mencelakaimu itu?" tanya Nur, "Kita harus bisa menangkapnya dan melakukan ke polisi." Alka mengalihkan pandanganya ke Nur. "Lapor polisi juga tidak semudah itu. Kita harus punya bukti minimal rekaman CCTV yang ada di tempat itu. Jika tidak ada bukti, kita tidak akan bisa memenjarakannya." "Sebenarnya siapa orang yang ingin mencelakaimu?" Alka mengangkat bahu. "Aku tidak tahu. Aku juga tidak ingin memikirkan itu." "Apa mungkin istri dari suamimu?" tebak Nur. "Apa kaitannya denganku? Lagi pula aku juga tidak kenal dia. Apa masalahnya dendam sama
"Lalu, apa kamu mau membiarkan anakku melahirkan di penjara?" tanya Iqbal menatap Jeremy tajam.Jeremy tersenyum. "Tidak hanya dia sendiri di negara ini, wanita hamil yang melahirkan dalam penjara.""Tapi sebagai orang tuanya, aku tidak mau melihat anakku melahirkan di penjara," ucap Iqbal dengan berapi-api."Justru sebagai seorang ayah, anda sangat tidak bijaksana," protes Jeremy, "anak anda telah melakukan kejahatan yang sangat fatal. Bukan hanya sepele masalahnya. Ia menghilangkan nyawa orang lain. Bukankah setiap orang yang melakukan kejahatan, dan melanggar hukum, dia memang harus bertanggungjawab?"Wilda bersuara, "Sebenarnya apa alasan Diana sampai membunuh istri Rangga?" Wilda kemudian menatap menantunya. "Bukankah kamu sudah berjanji kepada kami semua, bahwa kamu akan menjadi istri yang baik untuk Jeremy? Ternyata apa yang kamu lakukan? Kamu masih terobsesi dengan Rangga hingga membunuh istrinya."Jeremy menunjuk Diana. "Inilah wanita yang Mama banggakan yang menjadi menantu
Bagas, sahabat Rangga, memperhatikan wajah Rangga yang masih menyimpan duka mendalam atas kepergian Nisa. Semenjak hari pertama jenazah Nisa ditemukan, Bagas selalu berada di sisi Rangga. Rangga tak pernah berhenti menangis karena terguncang kehilangan istri tercinta.Ia merasakan dunianya runtuh. Baru saja Rangga mereguk kebahagiaan bersama wanita yang ia cintai. Baru saja Rangga merasakan jatuh cinta kepada Nisa. Namun, wanita itu meninggalkan Rangga untuk selamanya.Hari ini, Rangga berencana pergi ke kantor polisi. Setelah dua hari Nisa dimakamkan, pelaku pembunuhan yang telah direkayasa oleh Iqbal, ditangkap polisi. Bukti-bukti yang mengarah pada pelaku yang kini ditahan, telah diatur dengan rapi oleh Iqbal demi melindungi Diana.Rangga memasuki kantor polisi untuk menemui seorang tahanan yang diamankan atas kasus pembunuhan istrinya, Nisa. Ia penasaran dengan wajah pelaku pembunuhan, sekaligus ingin mengetahui apa alasan utama pria itu membunuh Nisa. Rangga datang ke sel tahanan
[Om baik yang kamu ceritakan kepada ibu itu, ayah kandung kamu, Naufal.] Alka lewat telepon, memberitahu putranya tentang siapa Jeremy.[Ayah kandung aku, Bu?][Iya dia ayah kandung kamu.] Setiap berkomunikasi dengan ibunya, Naufal selalu bercerita dengan ceria mengenai pertemuannya bersama Jeremy. Jeremy hampir setiap hari datang ke panti asuhan dan bermain bersama Naufal. Dan Alka sangat bahagia karena putranya dapat tersenyum bersama ayah kandung yang lama tidak ia jumpai.[Jadi, Ayah ada di sini. Kenapa nggak sama ibu?][Ayah sudah pulang duluan. Ibu belum.] jawab Alka terpaksa berbohong. Tak mungkin jika Alka menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada Naufal. Sebab Naufal masih terlalu kecil untuk mengerti itu semua.[Kenapa Ibu pulangnya nggak bareng ayah? Aku senang bisa ketemu sama ayah, dan dipeluk ayah. Tapi aku juga kangen sama Ibu. Pengen dipeluk sama ibu juga.] celoteh anak yang beberapa bulan ke depan akan genap berumur 6 tahun itu. Tak terasa, air mata Alka mengalir
"Apa mungkin, orang yang dibunuh oleh Diana itu adalah, istri Rangga?" tanya Kelvin kepada Jeremy.Jeremy mengalihkan pandangan ke arah lain, dan mengangkat kedua bahunya. "Aku tidak tahu."Kelvin tersenyum menyeringai menatap Jeremy. Istrinya terlibat dalam kasus pembunuhan, dan Kelvin tahu bahwa istri Jeremy dilindungi oleh orang tuanya. Tidak mungkin bila Jeremy tidak mengetahui apapun tentang kejahatan yang dilakukan oleh sang istri."Kamu tidak tahu? Apa kamu berusaha melindungi Diana?" cibir Kelvin, "katanya kamu tidak mencintai dia. Tapi kamu berusaha melindungi dia, padahal kamu tahu siapa yang dibunuh oleh istrimu itu."Memang aneh yang dirasakan oleh Kelvin. Jika Jeremy tidak mencintai istrinya, tak akan mungkin mau melindungi. Ucapan Kelvin yang sarkas sukses membungkam mulut Jeremy. Jeremy kembali melihat ke arah Kelvin dengan tatapan yang bingung."Kamu sudah tahu?" Kelvin melipat tangan di dada. "Tidak ada yang tidak aku tahu mengenai kamu dan juga keluargamu. Ingat ...
Alka terkejut mendengar suara dari seorang wanita yang merupakan ibu dari Jeremy. Sekaligus nenek dari putranya. Entah dari mana wanita itu mendapatkan nomor kontaknya. Tiba-tiba, tak ada angin tak ada hujan, Wilda menelpon Alka dan memaki-maki dirinya.[Dasar wanita tidak tahu diri! Kamu pasti sengaja menghasut putraku kan supaya menceraikan istrinya? Hebat sekali kamu.] hardik Wilda.Alka mengerutkan keningnya bingung. Ia tak mengerti apa kesalahan yang telah ia buat. Sampai Wilda berteriak marah kepadanya via telepon. [Maksud Anda apa tiba-tiba menelpon saya, dan memaki-maki saya seperti itu?]Terdengar dari seberang, suara Wilda berdecih. [Tidak usah berpura-pura bodoh. Sekarang, kamu pasti bahagia karena telah berhasil mempengaruhi putraku untuk menceraikan Diana. Benar bukan?]Alka mencoba meresapi setiap kalimat yang diucapkan oleh Wilda. Ia dituding sedang berbahagia karena berhasil mempengaruhi Jeremy yang akan menceritakan Diana. Alka memejamkan matanya sejenak. Sebentar, i
"Apakah Mama ingin setega itu terhadap cucu Mama sendiri?" sentak Jeremy kepada sang ibu dengan mata berkaca-kaca.Wilda panik melihat sang putra yang marah dengan suara bergetar menahan tangis. "Jeremy! Dengarkan Mama. Ma-maksudnya Mama bukan begitu."Jeremy menggeleng tegas. "Dari awal Mama berbicara dengan Alka aku mendengar semuanya. Apalagi yang ingin Mama elakkan?" "Kamu salah paham, Jeremy," dalih Wilda."Jangan bohongi aku, Ma. Aku bukan anak kecil." Jeremy menaikkan sedikit tubuh putranya yang hampir melorot berada di dalam gendongannya.Wilda tersenyum getir. Jujur, ia tak ingin putra semata wayangnya membenci dirinya karena tak sengaja mendengar bagaimana ia memperlakukan Alka dengan buruk. Wilda kepergok oleh Jeremy saat ia menghina dan merundung Alka."Lihatlah dia!" Jeremy menatap lekat wajah putranya yang tertidur pulas sambil memeluk leher ayahnya. "Lihatlah anak laki-laki berusia 5 tahun yang ada dalam gendonganku ini. Tidak percaya kah Mama, bahwa dia anakku?" Sa
Jeremy baru saja selesai sarapan bersama putranya. Sebelum ia berangkat bekerja, terlebih dahulu pria itu menghabiskan waktu bersama Naufal. Jeremy memandikan Naufal, membuatkan sarapan pagi dan susu coklat hangat, lalu mereka sarapan bersama-sama dengan Kelvin, dan juga Nita, sekretaris Jeremy.Ini adalah hari pertama Jeremy menjalani aktivitas sarapan bersama putranya. Pria itu tersenyum bahagia. Begitu juga Naufal sangat senang melakukan sarapan pertama kali bersama sang ayah. Jeremy membayangkan, momen ini akan lebih indah, dan bahagia bila ada Alka ditengah-tengah mereka. Itu adalah impian yang selalu diharapkan oleh Jeremy. Merasakan kehangatan bersama dengan keluarga kecilnya. Dalam hati, Jeremy berjanji akan mewujudkan itu suatu hari nanti. Membina keluarga bahagia bersama Alka dan Naufal. Serta mengukir cinta kasih yang indah dalam keharmonisan keluarga kecil yang bahagia."Naufal, Sayang! Kamu sama Tante Nita dulu, ya. Ayah mau berangkat kerja." Naufal meletakkan gelas su
"Jadi, apa yang kamu inginkan dengan mengajak saya bertemu?" tanya Hermin yang kini duduk berhadapan dengan Diana disebuah kafe.Diana menggenggam erat cangkir teh yang ia pegang. Ia menghela napas terlebih dahulu sebelum menjawab Hermin."Saya tahu anda tengah berusaha mengambil kembali perusahaan keluarga Arthur. Karena dulunya, perusahaan itu adalah milik keluarga anda. Dan anda ingin merebutnya dari mereka bukan?" Diana tersenyum miring.Hermin mengangkat kedua alisnya. "Itu benar. Lalu apa tujuanmu datang kepada saya, dan membahas hal ini?"Sebelum Diana memutuskan untuk menemui Hermin, wanita itu terlebih dahulu mencari tahu tentang hubungan Hermin dan Hasan di masa lalu. Dengan adanya ketegangan Hermin dan Wilda hingga saat ini, ia manfaatkan itu sebagai celah untuk mengadu domba keduanya. Apalagi Diana tahu bahwa, Jeremy tengah bekerjasama dengan ibu tirinya."Saya ingin, anda menjadikan Jeremy sebagai kambing hitam ketika lengsernya perusahaan itu saat anda ambil," ucap Dian
Alka terbangun ketika merasakan usapan hangat di kepalanya. Saat pertama kali ia membuka mata, wajah tampan sang suami, berada di dekatnya. Jeremy menatapnya dengan tatapan yang sendu, dan juga dalam. "Mas! Apa yang terjadi padaku?" lirih Alka. Jeremy menghela napas, dan menampilkan senyum. Ia kemudian meraih tangan istrinya, dan mengecup dengan lembut. "Ada kabar baik untuk kamu, Sayang," beritahu Jeremy. Alka mengerutkan kening. "Kabar baik apa, Mas?" Jeremy diam cukup lama sambil menatap wajah cantik istri. "Kamu hamil, Sayang." "Ha-hamil?!" Alka terkejut dan membelalakkan matanya. Jeremy mengangguk. "Iya benar. Dokter bilang, kandungan kamu sudah berusia 12 Minggu. Ada malaikat kecil kita di dalam perut kamu." Alka menggigit bibirnya dan mengalihkan pandangan ke arah lain. Ia bukan tak senang dengan kehamilan ini. Kabar ini mengejutkan, sekaligus membuat ia bimbang. Alka tak menyadari bahwa ia mengalami keterlambatan datang bulan. Namun dengan kondisinya yang sakit,
"Segera lakukan apa yang saya perintahkan sekarang juga!" Jeremy memerintahkan seseorang lewat ponsel terkait dengan misi yang dia laksanakan. "Kamu atur bagaimana caranya dengan rapi dan tidak ketahuan. Setelah selesai laporkan kepada saya!" Tut.Jeremy mengakhiri panggilan tersebut diiringi dengan senyuman menyeringai. Ia menatap ke luar jendela dan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Di saat yang bersamaan, pintu ruangan terbuka. Hasan, sang ayah, menghampiri Jeremy dan melayangkan sebuah tinju kepada putranya hingga tersungkur ke sofa. "Dasar anak durhaka!" maki Hasan."Kamu tega mengkhianati ku seperti ini? Apa salahku padamu? tidakkah cukup aku memberi kamu pendidikan dan juga kehidupan yang layak? Bahkan aku dan ibumu melewati jalan yang terjal untuk menjadikanmu pewaris satu-satunya." Hasan mencaci maki sambil mengarahkan jari telunjuknya ke arah Jeremy. Setelah ia melayangkan sebuah pukulan kepada putranya, dadanya terlihat kembang kempis naik turun dibarengi dengan
Alka tengah belajar di ruang tamu. Aktivitasnya terus sih ketika mendengar seorang pria masuk ke dalam rumah tanpa permisi dan berteriak-teriak memanggil suaminya. Ketika menyadari siapa yang datang, ternyata itu adalah ayah mertua."Dimana Jeremy?" tanya Hasan dengan marah.Alka menutup laptop dan bangkit dari duduknya. "Suamiku sedang pergi ke Surabaya. Ada apa?"Alka melihat sorot mata, dan raut wajah Ayah mertuanya dipenuhi kemarahan. Kemungkinan ada sesuatu hal yang tidak beres membuat pria itu murka. Dan maksud kedatangannya mencari Jeremy, pasti ada hubungannya dengan sang suami. "Beritahu kepada suamimu untuk membersihkan namaku." Hasan mengangkat jari telunjuknya ke wajah Alka."Apakah dia sudah gila ingin menjerumuskan ayahnya sendiri? Atau mungkin, karena kamu dendam kepada kami jadi kamu meminta suamimu melakukan itu padaku?" Hasan memberondong pertanyaan tak masuk akal kepada Alka yang mengarah ke sebuah tuduhan. "Atas dasar Papa menuduhku?" Alka bertanya sambil mengeru
"Jadi, adanya kamu membiarkan Diana tetap bisa berkeliaran dari kasus pembunuhannya yang direkayasa, dan dilemparkan ke orang lain, karena kamu tahu ini akan terjadi?" tanya Kelvin pada Jeremy. Jeremy sedang menyandarkan punggung di kursi kerja nya. Mata pria itu menatap langit-langit ruangannya. Hembusan napas lelah ia keluarkan dari sela-sela bibirnya. "Iya benar," jawab Jeremy sambil memejamkan mata, "aku tidak semata-mata membiarkannya tanpa satu alasan yang jelas. Dan inilah alasannya sekarang. Kamu tahu sendiri."Kelvin mematikan cerutu nya dengan meletakkan nya di asbak. "Dari mana kamu tahu kalau, mereka akan menyerang ayahmu hingga ke dalam kesulitan seperti saat ini?"Jeremy memajukan badan nya, dan mengambil cangkir berisi kopi. "Jaksa yang ikut dalam penyidikan bersamaku, memberitahuku jauh hari sebelum Diana membunuh istri Rangga."Saat ini, berita mengenai kasus korupsi yang menyeret nama Hasan Arthur, menghiasi layar televisi, dan dunia maya setiap harinya. Bahkan beb
"Apa kamu mencurigai saya?" tanya Hermin kepada Alka.Alka menghela nafas sejenak, kemudian menggeleng pelan. "Saya hanya merasa aneh saja. Jeremy, adalah putra dari wanita yang telah merebut suami Anda. Dan anda sangat membenci ibu mertua saya." "Itu benar. Lalu?" Hermin tersenyum manis "Dengan kebencian besar yang tertanam dalam diri anda kepada Nyonya Wilda, Anda mendekati Jeremy. Anda tidak berniat untuk menjerumuskan Jeremy ke jalan yang salah bukan?" tanya Alka dengan hati-hati.Hermin menunduk dalam, dan kemudian mengangkat kepalanya kembali lalu tersenyum. "Saya bukan orang yang seperti itu."Alka menggigit bibirnya. "Mohon anda jangan menyeret suami saya ke dalam kesulitan. Dan anda, sebaiknya tidak perlu melakukan pendekatan atas nama keluarga kepada suamiku. Jika hendak melakukan pendekatan dan ingin menganggap suamiku sebagai putra anda juga, harusnya anda lakukan itu sejak dulu."Semenjak Jeremy mengatakan kepadanya bahwa Hermin sering menemui pria itu, serta berkomunik
Alka tengah berjalan menuju ruangan suaminya dengan senyuman yang mengembang. Jeremy memintanya untuk segera datang dan membawakan makan siang. Namun, ketika Alka berada tepat di depan ruangan Jeremy, terdengar dari dalam suara seorang wanita sepantaran dengan ibu mertuanya. khawatir membicarakan masalah penting, Alka memilih untuk diam sejenak sebelum masuk ke dalam."Wilda tentu saja tidak mau mengaku. Karena dia berusaha membersihkan namanya." Alka menaikkan kedua alisnya. Ia pernah mendengar suara itu. Dan sepertinya itu adalah ibu tiri Jeremy. Sebab, wanita tersebut juga menyinggung nama Wilda."Dan lagi, seseorang yang tidak diketahui identitasnya yang menyuruh Alda itu, bersembunyi di belakang layar. Dan tidak ingin ketahuan dan melemparkan kesalahan dengan mengkambing hitamkan orang lain. Menurutku dia adalah ibu kamu. Bukankah istri kamu pernah bilang saat bersaksi di pengadilan bahwa ia pernah diancam oleh Wilda mengenai keselamatan anak kalian?""Nyonya Hermin! Wanita ya
["Bagaimana hasilnya? Apa kamu bisa membujuk menantumu?"] tanya Hasan menelpon istrinya. Wilda mengeram kesal mendengar pertanyaan dari Hasan yang menyebut Alka sebagai 'menantunya'. Walaupun, pada kenyataannya memang wanita itu adalah istri putranya. Namun ia masih belum bisa menerima wanita itu menjadi bagian dari keluarganya. "Aku tidak berhasil," jawab Wilda dengan kesal. ["Bagaimana bisa kamu tidak berhasil? Apakah dia wanita yang sepintar itu bisa menolak permintaanmu?"]Wilda menghembuskan napas dalam-dalam. "Jeremy mengikuti istrinya pergi dengan ku. Aku juga tidak tahu bagaimana Jeremy bisa mendengarkan pembicaraan kami berdua."Hasan di seberang telepon terdengar mendesah kesal. Bahkan, Wilda sampai memejamkan matanya karena mendengar suara seperti piring atau barang berbahan kaca dibanting. Sepertinya, pria itu tengah melampiaskan amarahnya.["Bagaimana bisa? Masa kamu tidak bisa mempengaruhi wanita itu? Apakah kamu rela melihat suamimu ini dipenjara?"] cerca Hasan. Wil
Wilda dan Alka sama-sama terkejut melihat kedatangan Jeremy yang entah kapan berdiri di dekat mereka. Jeremy menatap lekat wajah sang istri."Jangan kamu turuti apa kata ibuku, Alka!""Mas Jeremy sejak kapan di sini?" tanya Alka heran."Bahkan sejak kamu masuk ke tempat ini, aku sudah tahu. Jadi, aku mendengar semua apa yang kalian bicarakan," ucap Jeremy dengan datar.Alka terdiam mendengar jawaban suaminya. Sedangkan Wilda menghela napas sembari memejamkan mata. Wanita paruh baya itu, mengepalkan kedua tangannya dengan erat. "Orang tuamu sedang mengalami kesulitan," ujar Wilda menggertakkan giginya, "mengapa kamu tidak mau membantu ayahmu? Kamu bahkan dengan sengaja menyebutkan nama ayahmu di depan jaksa.""Papa memang pantas mendapatkan itu. Karena Papa memang bersalah," jawab Jeremy dengan santai.Entah apa dan bagaimana tujuan Hasan mengkorupsi sebagian dana pembangunan smelter, dan hingga terseret saat ini, Jeremy memang sudah menyelidikinya sebelum kasus ini tercium oleh media