Share

19 A

Author: Intan Resa
last update Last Updated: 2023-06-08 20:50:17

"Sayang! Kamu hanya salah faham tentang ucapan Lita," tuturku saat menemukan Santi duduk di sisi ranjang kamar mereka. Kuusap dengan penuh kasih bahunya yang sedikit berguncang.

"Aku bukan menantu yang soleha, Bu. Santibukan menantu impian Ibu. Lita punya segalanya yang Ibu inginkan. Apa dia berencana mau merebut suamiku?" cecar Santi, memutar badan menghadapku. Aku tersenyum tipis dan menyentuh jemari tangan menantuku.

Saat di kampung ia tidak begitu terkejut dengan penuturan adikku Arman yang mengatakan kalau seharusnya Akmal menikahi Lita. Dia tak cemburu saat melihatku dekat dengan Lita yang hampir selalu tidur bersama. Kukira dia tidak memiliki kecemburuan kalau ada orang yang menginginkan suaminya. Aku ingin anak dan menantuku saling memiliki rasa cemburu. Jangan sampai mereka biasa-biasa saja saat salah satu dekat dengan lawan jenis

"Itu tidak benar, Santi. Lita dan Akmal itu dulu sangat dekat karena sepupuan dan Lita tak punya teman lelaki selain Akmal bahkan sampai sekara
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   19 B

    "Permisi, assalamualaikum!" seruku setelah melihat tulisan ayat kursi kecil terpajang di atas pintu. Berarti pemilik rumah ini beragama yang sama denganku. "Apa ada yang bisa dibantu?" seruku lagi. Karena tak ada jawaban, aku melongok dari kaca jendela yang sedikit terbuka dan mencoba menyingkap tirainya. Subhanalloh, seorang lelaki yang lebih tua dariku sedang terjatuh dari kursi rodanya. Sejak kapan ada orang tua di rumah ini? Yang kutahu cuma ada sepasang suami istri yang yang sibuk bekerja di luar. Pergi pagi-pagi sekali dan pulang setelah hari hampir gelap atu bahkan sering kali selepas isya. Aku melihatnya karena sering duduk di teras sambil menulis novel di aplikasi. "Ada kakek tua di sana, San! Kita bantu ya!" ujarku."Ih, gak usah, Bu. Mereka itu bukan urusan kita. Orang yang punya rumah ini saja sombong, tidak pernah kita saling menyapa. Pulang saja, Bu," ajak Santi menolak usulku. Ia terus saja melihat jalanan yang ramai, mungkin takut dikira orang maling. Sebagai orang

    Last Updated : 2023-06-08
  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   20 A

    Entah kebaikan apa yang dilakukan orang tuaku hingga seorang Santi yang gaya hidupnya jauh dari kata soleha bisa dipersunting lelaki taat agama. Bukan kesalehan memang yang membuatku suka padanya, melainkan lelaki bernama Akmal itu memiliki posisi yang tinggi di perusahaan tempat ia bekerja. Terlebih perusahan itu cukup ternama. Gajinya tentu lebih dari cukup untuk memenuhi gaya hidupku yang hedon. Penampilanku dengan pakaian longgar dan lebar saat pertama tak sengaja bertemu dengannya membuatku mendapatkan kesempatan emas ini. Mungkin suamiku yang sekarang mengira kalau aku sesoleha pakaianku. Padahal aku hanya takut ada yang mengenalku di pesta pernikahan temannku sewaktu mondok dulu. Malu lah kalau sampai diolok gara-gara tidak menutup aurat secara tak sempurna. Impianku untuk menguasai harta suami, lantas meninggalkannya jika tak punya uang lagi tidak diridhoi Allah. Ibu mertua yang seorang janda mau diajak tinggal di kota. Kesan seorang mertua jahat langsung tertanam di pikiran

    Last Updated : 2023-06-08
  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   20 B

    . "Bang! Aku pengen makan martel lah," rengekku, bergelayut manja di lengan suamiku. Setelah beberapa bulan malas melihat wajah bang Akmal yang kata bidan itu hal yang wajar, sekarang aku malah pengen terus bersamanya. Tiada hari tanpa berbalas pesan dan menelpon suamiku. "Martel? Tumben? Ya udah, abang pesan dulu ya," balas lelaki yang bertanggung jawab atas perutku yang membuncit ini. Ia mengutak-ngatik ponsel sambil mengacak rambutku. "Iya, yang banyak, Bang," balasku, tersenyum hangat. Mendadak aku pengen cemilan itu, padahal jatang sekali aku memakannya. Sebaliknya, semua makanan kegemaranku mendadak tak bisa kutelan. "Eeeh, apa-apaan kalian ini? Masa' cucu ibu dikasih makan martel," protes mertuaku. "Loh, memangnya kenapa, Bu? Santi tidak alergi telor kok," balasku dengan kening berlipat. Bang Akmal menggendikkan bahu ke arahku, kami sama-sama bingung. Tak biasanya ibu melarang-larangku makan sesuatu yang kuinginkan. Lagian aku juga tak meminta makanan yang aneh-aneh, cuma

    Last Updated : 2023-06-08
  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   21 A

    "Kalau kamu sudah jadi istri yang baik, jangan khawatir suamimu berpaling. Banyak Dila lainnya di luar sana yang mungkin takjub pada Akmal. Tapi tak mungkin kan kalau kamu selalu di sampingnya. Akmal juga harus bekerja untuk kita. Jangan terlalu mudah cemburu, San! Curiga boleh, menuduh jangan ya, Sayang!" ujarku pada Santi. Aku jadi tempatnya mengadu jika hati menantuku sedang tidak tenang begini. "Ibu belain Bang Akmal?" cetusnya. Aku mengelus dada. Memiliki menantu tidak lah semudah dalam angan-angan. Aku harus berpikir matang-matang memberikan nasihat untuk keduanya. Salah-salah ucap bisa memancing kobaran api pertengkaran."Ibu gak belain suami kamu, San. Posisi kalian sama di hati ibu. Kalau ada yang salah, harus diluruskan. Bukan mentang-mentang Akmal anak ibu, dia gak pernah salah. Ini kan cuma kecurigaanmu saja. Lebih baik didoakan saja agar suami kamu setia lahir batin," balasku seraya tersenyum simpul.Santi masih mengerucutkan bibir dan terus memandangi isi kotak persegi

    Last Updated : 2023-06-08
  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   21 B

    "Ibu hamil makin cantik aja ya? Makin glowing," puji Ningsih. Mereka beneran datang ke rumah ini sesuai cerita menantuku. "Namanya juga gak pernah panas-panasan lagi. Kulit terawat, hati pun bahagia karena ada babang Akmal yang mencintai. Eaak," timpal Laura, memancing tawa yang lainnya. "Iya, ya. Kayaknya enak nih menikah dengan lelaki dari kampung. Syukur-syukur kalau sebaik bang Akmal dan punya mertua secerdas Bu Khadijah. Ya nggak, Gaes?" seru Sindi."Udah deh. Jangan sok mau jadi orang kampung. Kalian enggak bakalan kuat. Saat aku ikut Ibu ke kampung, banyak yang masih tradisional loh. Pas malas masak, ya mogok makan. Gak ada gofood ataupun warung nasi yang buka setiap hari. Masih banyak juga yang pakai tungku kayu bakar untuk masak. Kalian sanggup?" seru menantuku. Ketiga gadis itu berpandangan, lalu menggeleng cepat. "Memang bener begitu, Bu?" tanya Laura penasaran. "Kampung-kampung di Negeri ini kan beda-beda. Ada yang masih tradisional, terbelakang, terpencil dan terlua

    Last Updated : 2023-06-08
  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   22 A

    "Ibu juga jangan terlalu suka mengonsumsi yang manis-manis ya! Kalau Ibu sakit, bukan hanya ibu yang kesakitan, tapi juga Akmal dan Santi. Bukan karena keberatan mengurus Ibu, melainkan rasa tak tega bila Ibu merasakan sakit. Ibu gak mau kan merasakan sakit kayak Pak Sapri? Akmal gak tega melihatnya, Bu. Jadi, tetaplah sehat selamanya, Bu" tutur Akmal, lantas menyuapkan kolak ubi itu ke mulutku dan Santi bergantian. Kolak yang rasanya sekedar ada rasa manis."Ibu! Makanan yang terlalu asin juga tidak baik untuk kesehatan. Jagan ditambahin garam lagi dong," celetuk Santi yang membuatku bingung."Emangnya ibu lagi nyemil garam?" protesku. Aku tidak menambahkan apa pun, bahkan yang kukunyah ini suapan dari anakku, Akmal."Lah ini apa? Ini air garam kenapa meleleh ikut masuk ke mulut? Nantinya jadi keasinan, Bu," kekeh menantuku sambil mengusap pipi yang basah. Air mata keluar begitu saja saat Akmal menunjukkan perhatiannya. Aku memang sangat mudah terbawa perasaan.Aku tersenyum simpul d

    Last Updated : 2023-06-15
  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   22 B

    "Aku ambilkan minum dulu ya, Ma," ujar Santi."Kamu duduk saja. Kamu juga kan tamu sekarang. Mama aja yang ambil," titah besanku. Bu Lilis bergegas ke dapur dan membawakan gelas juga ceret."Ma! Kok cuma air putih? Dingin pula. Ibu suka mual kalau minum air dingin," celetuk Santi. Besanku mendelik."Gak apa-apa, San," timpalku. Aku segan merepotkan empunya rumah. Sedangkan memanaskan sendiri air ke dapur besanku, aku juga merasa sungkan."Apa yang ada saja, San. Tuh mertuamu saja tidak protes. Jadi orang tua itu tidak boleh manja. Kalau kalian mau datang, kenapa gak bawa makanan, gula atau sirup untuk disajikan?" bisik besanku. Entah sudah pelit sejak dulu atau karena efek jualan jadi perhitungan."Makanan ada sih, Ma. Itu semua yang di atas meja. Tapi masa gula pun harus kami bawa dari rumah. Mama kan jualan," balas menantuku. Karena posisi kami yang berdekatan, suara mereka masih bisa kudengar samar."Ih, nanti kalau mama tak punya uang, kamu malu. Datang-datang masih aja nyusahin.

    Last Updated : 2023-06-15
  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   23 A

    "Maaf ya, Pa, Akmal cuma bisa ngasih motor yang bekas," tutur Akmal, merasa bersalah. Padahal kalau melihat sikap mama mertuanya Akmal, memberikan motor itu harusnya ditunda dulu. Tapi itulah Akmalku, kami jadi pelengkap. Saat dia marah, aku berusaha meredam emosinya. Ketika aku jengkel tadi, Akmal menyentuh hati mertuanya dengan membeli motor itu sekarang. Kami belum merencanakan hal ini sebelum berangkat. Ah, Akmalku sayang, kamu memang sudah semakin dewasa. Kamu pantas jadi kepala keluarga dan akan segera bergelar ayah."Begini aja sudah alhamdulillah, Nak Akmal. Sebenarnya papa malu menerima pemberianmu ini. Kami masih mampu bekerja dan berusaha menabung agar membeli sendiri. Ini sih masih bagus luar dalam. Kami benar-benar mengucapkan terima kasih banyak buat Nak Akmal sama Bu Khadijah," ungkap Pak Wiro. Wajahnya ceria sekali sebagai ungkapan bahagia mendapat motor itu. Dia benar-benar berubah menjadi prubadi yang lebih baik.Motornya memang bekas, tapi masih layak dibawa jalan-

    Last Updated : 2023-06-15

Latest chapter

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   Selesai

    "Maaf, Bu! Kali ini jangan larang Akmal, Bu. Aku akan mengantar Santi pulang ke rumah orang tuanya dulu. Dia harus merenung apakah masih ingin membagi suka duka denganku atau mau bahagia sendiri dengan hidup barunya!" ujar anakku. Wajahnya terlihat tenang yang menandakan di mengambil keputusan ini dalam keadaan sadar dan sudah dipikirkan secara jernih."Aku pergi dulu, Bu. Santi sayang sama Ibu dan Noval, tapi Santi tidak siap kalau Bang Akmal keluar dari perusahaan. Orang-orang berlomba agar bisa masuk perusahaan bergengsi, Bang Akmal malah memilih pekerjaan yang gak jelas untung ruginya. Santi gak mau ambil resiko kalau harus bangkrut di kemudian hari. Santi mau nenangin diri dulu," ujar menantuku dengan mantap. Ia ciumi pipi Noval tanpa berniat membawa buah hatinya itu ikut dengannya.Aku membuang nafas perlahan. Mereka sudah dewasa dan bisa memikirkan apa yang terbaik untuk rumah tangga mereka. Semoga mereka hanya menjauh sementara untuk mengikat hubungan yang lebih erat. Aku tah

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   28

    "Noval! Ayo makan, Nak! Sini, mama kasih hape deh," seru Santi, menantuku yang semakin sibuk sekarang. Cucuku sudah lincah berjalan, bahkan berlari-lari. Wajahnya mirip seperti Akmal waktu kecil.Mendengar kata hape, Noval langsung mendekati Santi. Satu suapan masuk ke mulut mungilnya, lantas dia mengambil ponsel itu, lalu duduk dengan mata fokus memandang benda dengan radiasi tinggi itu."Jangan sogok pake hape, San! Sekarang aja dia terlihat mudah diatur dan tidak menyusahkan kalau dia sedang fokus menatap layar ponsel. Kalau dia semakin besar, kita juga yang susah mengaturnya karena efek kecanduan. Kamu juga gak mau kan kalau mata dan syarafnya rusak gara-gara memberikan ponsel sejak dini. Ibu sudah sering peringatin ini loh," tegurku hati-hati. Santi nyengir dan langsung mengambil benda pipih itu dari tangan Noval, lalu menyimpan ponselnya. Noval langsung menjerit melihat benda yang ia sukai itu telah diambil. Gegas kupeluk Noval dan memberikan mainannya yang lain.Aku yang lebih

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   27

    Semua mendadak hening karena mendengar suara ibu mertuaku. Mungkin karena kami sibuk cerita sampai tidak menyadari kalau ibu sudah berdiri di bibir pintu kamar.Sindi pun berjalan mendekati ibu sambil cengengesan."Eh, Bu Kahdijah yang baik hati. Baru bangun, Bu?" ujarnya masih cengegesan sambil menyentuh lengan mertuaku."Apa maksud omonganmu tadi, Sindi? Cepat jelaskan!" hardik ibu."Maafkan sikap Sindi hari itu ya, Bu. Itu cuma prank agar Santi mau memperhatikan badannya. Maaf ya, Bu! Hari itu saat kami datang, rambut Santi bau banget. Belum lagi ketiaknya, ih, gak banget. Kami aja sesama teman duduk sebentar dengannya sudah mau megap-megap. Apalagi Bang Akmal yang harus seranjang dengan Santi. Bisa pingsan dia," kekeh Sindi, nyengir ke arah mertuaku. Mungkin benar kata orang kalau bau badan kita, orang lain yang lebih tahu dari pada kita sendiri. Kebetulan juga mereka datang saat itu, aku memang belum mandi karena cuaca dingin. Ditambah mereka datang tidak mengabari sebelumnya. J

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   26

    "Ini minumnya, Bang. Gimana kerjaannya tadi? Semuanya lancar kan?" ujarku. Suamiku mengambil gelas di tangan seraya tersenyum."Alhamdulillah, lancar, Dek. Makasih ya," balas suamiku. Gelasnya menempel di bibir, tapi pandangannya tak berkedip melihatku. Begitu besar pengaruh merawat penampilan seperti yang mertuaku katakan. Satu hal yang kuabaikan semenjak melahirkan. Ini sudah hari ke dua puluh delapan setelah aku melahirkan anak kami, Noval. Akhir-akhir ini bang Akmal sedikit menjaga jarak dariku, mungkin karena aku malas menjaga penampilan. Ya walaupun sikapnya tetap manis, aku jadi yakin kalau suamiku kurang nyaman lama di dekatku.Soal Noval, sebagai ibu baru, aku tidak terlalu diberatkan olehnya karena mertuaku sangat telaten mengurus cucunya. Namun rasa malas mendera menjaga penampilan karena aku tidak kemana-mana. Hanya di rumah bersantai sambil memulihkan bekas sayatan yang membentang di perut.Bang Akmal juga tidak pernah protes ataupun mencerca. Namun setelah mendengar pe

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   25 B

    "Kamu hanya salah faham, San. Sindi dan Akmal itu cuma bicara tentang bisnis di sana. Kebetulan perusahaan milik keluarga Sindi bekerja sama dengan tempat suamimu bekerja. Kamu percaya kan dengan kesetiaan suami kamu?""Iya, Bu. Santi percaya kalau Bang Akmal hanya mencintaiku. Dia pasti akan menjaga pernikahan ini. Tapi sejak kapan Sindi mau kerja kantoran? Sedangkan tadi pagi dia ke sini dan berencana mau shoping dengan Laura" balas menantuku.Aku tersenyum sambil membingkai wajahnya dengan kedua tangan. "Mungkin jin malas yang menempel ditubuhnya jadi hilang setelah ibu siram. Akmal itu suami yang setia. Jadi kamu jagan menuduhnya lagi ya! Doakan saja. Ibu akan membantu untuk mengawal Akmal agar terbebas dari Sindi yang keganjenan itu. Kamu juga bebersih sana, dandan yang cantik. Jangan sampai Akmal membandingkanmu dengan wanita lain di luaran sana. Walaupun kamu masih nifas, tetap pastikan suamimu merasa betah dekat denganmu. Sana! Biar ibu yang jaga Noval," titahku.Santi mengang

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   25 A

    "Astaghfirulloh, Bu. Ibu kok sampai segitunya menanggapi ocehan Sindi. Dia itu sering bercanda. Masa' Ibu tidak bisa bedakan mana yang serius atau cuma sekadar candaan?" gelak Akmal setelah Santi menceritakan kejadian tadi pagi begitu suaminya pulang kerja. Akmal tidak percaya, malah terbahak-bahak hingga sudut matanya berair. Aku juga berharap kalau Sindi cuma bercanda, tapi melihat ekspresi dan jawabannya saat kusiram, Sindi memang memiliki perangai yang kurang baik. Selama ini dia baik padaku dan selalu berkata lemah lembut. Kalau tadi memang cuma gurauannya, Sindi tentu tertawa. Ah, aku pusing memikirkan pola pikiran anak zaman sekarang. Kalau memang ingin bahagia, kenapa harus merenggut kebahagian wanita lain, apalagi itu sahabatnya sendiri. "Tuh, Bu, Bang Akmal gak percaya. Aku jadi takut, Bu. Bagaimana nasib kita nantinya, Nak?" ujar Santi sambil mengamati bayinya. Cucuku menggeliat pelan, lalu tertidur lagi. "Udah, kamu tenang saja, San. Nanti ibu yang bicara sama A

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   24

    "Ibuuuuu!" seru Akmal begitu melihatku datang. Kulihal lelaki dewasa itu menangis, lalu menghambur ke pelukanku. Ya Allah, ada apa ini? Kenapa Akmalku menangis? Perasaanku tak enak, tapi tidak baik mendahului takdir dengan berburuk sangka sebelum tahu apa yang terjadi."Ada apa, Mal? Kenapa kamu menangis? Santi dan anak kalian baik-baik saja kan?" seruku panik. Kuusap kepalanya dengan harapan bisa mentrasfer kekuatan.Kulihat kedua besanku juga menangis sambil berpelukan. Hatiku semakin bergemuruh. Santi memang bukan anak kandungku, tapi aku berdoa untuk keselamatannya. Ya Allah, dosa apa yang kulakukan hingga menghalangi doaku dikabulkan? Ada apa dengan menantu dan cucuku?"Akmal! Jangan menakuti ibu. Ada apa ini?" ujarku lagi sambil mengguncang bahunya."Ibu sudah jadi nenek dan Akmal jadi ayah. Mereka berdua sehat wal afiat, Bu. Kami menangis karena terharu. Tadi sempat ada masalah, tapi semuanya sudah baik-baik saja. Akmal yakin kalau ini juga tidak terlepas dari doa Ibuku yang tu

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   23 B

    "Ibu ingat sama mendiang ayah mertua lagi, Bu?" cecar Santi saat menyadari aku menyusut bulir bening di pipi. Aku tersenyum dan mengangguk. Aku lebih suka menangis haru daripada karena kesedihan sehingga ingatanku melambung ke almarhum suami karena ingin membagi bahagia, bukan duka lara."Ibu memang pecinta sejati. Sudah berbeda alam saja terus di kenang. Santi sering melihat pasangan yang suka membicarakan keburukan almarhum suaminya. Sedangkan Ibu sering menangis karena terkenang akan kebaikan ayah mertua. Bahkan aku belum pernah dengar dari Ibu ataupun Bang Akmal tentang kekurangan mendiang ayah mertua," ujar Santi, mengusap bahuku sembari mengambil ponselku yang tergeletak di atas meja. Foto wisuda Akmal yang didampingi olehku dan suami selalu jadi pengobat rindu.Selain karena ada pendapat ulama yang melarang, aku memang tidak suka memajang foto siapa pun di dinding. Kalaupun banyak momen bahagia yang diabadikan dan dicetak dalam bentuk foto, aku menyimpannya dalam album. Itu se

  • Mertua Cerdas VS Menantu Licik   23 A

    "Maaf ya, Pa, Akmal cuma bisa ngasih motor yang bekas," tutur Akmal, merasa bersalah. Padahal kalau melihat sikap mama mertuanya Akmal, memberikan motor itu harusnya ditunda dulu. Tapi itulah Akmalku, kami jadi pelengkap. Saat dia marah, aku berusaha meredam emosinya. Ketika aku jengkel tadi, Akmal menyentuh hati mertuanya dengan membeli motor itu sekarang. Kami belum merencanakan hal ini sebelum berangkat. Ah, Akmalku sayang, kamu memang sudah semakin dewasa. Kamu pantas jadi kepala keluarga dan akan segera bergelar ayah."Begini aja sudah alhamdulillah, Nak Akmal. Sebenarnya papa malu menerima pemberianmu ini. Kami masih mampu bekerja dan berusaha menabung agar membeli sendiri. Ini sih masih bagus luar dalam. Kami benar-benar mengucapkan terima kasih banyak buat Nak Akmal sama Bu Khadijah," ungkap Pak Wiro. Wajahnya ceria sekali sebagai ungkapan bahagia mendapat motor itu. Dia benar-benar berubah menjadi prubadi yang lebih baik.Motornya memang bekas, tapi masih layak dibawa jalan-

DMCA.com Protection Status