Share

Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri
Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri
Penulis: Regina Maharani Rahman

Episode 1

last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-02 12:51:54

"Rere! Habis ini kamu beresin meja makan, terus rendam cucian di sumur belakang. Jangan pakai mesin cuci, boros listrik. Setelahnya pergi ke warung bu Dadi, catatannya sudah ibu taruh di meja makan. Beli semua yang sudah ibu catat pakai uangmu dulu. Setelah itu masak dan siapkan sarapan untuk Ana dan Lita. Jangan lupa semuanya dibereskan kembali, dan jangan lupa untuk menyetrika. Setelahnya masak lagi untuk makan malam. Ibu mau pergi sebentar, pokonya saat pulang semua harus sudah dikerjakan ya!"

Perintah dari mertuaku akan selalu sama setiap harinya.

***

Hidup satu atap dengan mertua bukanlah keinginanku. Sudah berkali-kali aku meminta pada suamiku untuk hidup mandiri, namun berkali-kali pula ditolak. Alasannya adalah karena dia anak laki-laki sulung satu-satunya. Aku berprinsip, sebisa mungkin anak yang sudah menikah seharusnya tidak membebani orang tua. Selain itu, aku ingin mengatur kehidupan baru kami sebagai suami istri tanpa ada intervensi dari pihak manapun termasuk keluarga.

Mas Yandri sering berceramah panjang lebar tentang kewajiban anak laki-laki dan kewajiban seorang istri. Menurutnya aku berkewajiban patuh pada semua perintahnya karena dia-lah yang bertanggung jawab penuh pada diriku, hidup dan mati. Oh iya, tidak lupa juga dia mengingatkan dosa seorang istri yang membantah suami.

***

"Disini ga ada pembantu, jadi kamu bantu-bantu ibu ngurus rumah ya neng," ucap mas Yandri saat kami baru saja pindah ke rumah mertua.

Aku menganggukkan kepala dan baru saja merebahkan punggung dikasur yang kududuki saat tiba-tiba mertuaku masuk.

Beliau duduk di kasur tepat disebelah mas Yandri, matanya melirik padaku.

"Re, diberesin dong kamarnya. Kamu kok males banget sih, udah mau tidur aja!"

Aku bangun dan menatap wajah ibu mertua.

"Sebentar ya bu, Rere dari tadi belum istirahat. Pegel pinggang Rere tadi bolak-balik bawa dus."

Muka ibu mertua yang memang jutek bertambah semakin jutek.

"Kamu itu ya, dikasi tau ada aja jawabnya. Denger ya, kamu disini itu cuma numpang, karena kamu orang lain. Beda sama Yandri, jadi tau diri dikit'lah Re. Dan satu lagi, semua ucapan yang keluar dari mulut saya adalah perintah, bukan basa-basi. Jadi kamu harus ikutin perkataan saya."

Beliau bangun dan keluar kamar setelah sebelumnya membanting pintu dengan keras.

Mas Yandri yang melihat itupun dengan segera menegurku.

"Neng, kamu ngga diajarin orangtuamu gimana caranya ngomong sama orang yang lebih tua? Kok ngebantah ibu sih neng? Ibu bener, kamu harusnya mulai beres-beres barang kita biar cepet selesai. Kalau cepet selesai 'kan kamu bisa bantuin ibu bereh-beres rumah. Inget neng, kamu menantu dirumah ini, bukan ratu. Jadi kamu harus bisa menempatkan diri."

"Astaga mas, aku itu bukannya gamau, tapi bentar dulu dong. Baru aja aku nurunin dus-dus yang lumayan berat gara-gara mas malah keasyikan ngobrol sama tetangga. Sekarang, aku istirahat sebentar aja udah diomelin panjang lebar."

Raut wajah mas Yandri berubah, sepertinya dia emosi.

"Kamu itu ya neng, diajarin yang bener malah ngebantah terus. Inget neng, mas sekarang suami kamu. Surga kamu ada sama mas, jadi mending kamu nurut kalo ngga mau jadi istri durhaka terus masuk neraka. Semua perkataan mas untuk kebaikan kamu. Dan jangan lupa, kamu numpang disini, karena ini bukan rumah kamu. Kamu harus tau diri!"

Sesungguhnya, aku ingin sekali membalas perkataan mas Yandri dan membantainya sampai ke akar. Namun, kuurungkan karena kondisi badanku yang lelah dan pikiranku yang ruwet. Tanpa berkata apa-apa lagi, aku bangkit dan keluar kamar mencari sapu dan alat kebersihan lainnya.

***

Aku baru saja memasuki dapur saat melihat ada setumpukan baju kotor tepat di sebelah baskom rendaman baju. Bisa kutebak, itu adalah kumpulan baju kotor milik Ana dan Lita, adik iparku. Sambil menahan rasa kesal, aku mengambil baskom satu lagi dan merendam baju kotor tambahan tersebut.

'Dasar blegug! Udah dikasi tau berkali-kali masih ngga ngerti juga. Berapa kali lagi harus dikasi tau kalo baju kotor dikeluarin pagi-pagi biar bisa sekalian direndem.' ucapku dalam hati dengan perasaan kesal minta ampun.

"Teh, mana kok sarapan belum ada? Teteh ngapain aja dari tadi? Kok lelet banget jadi orang? Kan tau kalau Ana kuliah jam 10." Empunya suara sudah ada dihadapanku dengan dandanan yang membuatku jengah.

'Ini anak mau kuliah atau mau fashion show sih? Menor banget kaya tante-tante girang,' lagi-lagi aku hanya bisa berkata dalam hati.

Melihatku hanya diam, Ana kembali bersuara,

"Teh, aku mau sarapan yang kaya orang bule gitu dong. Teteh tau ngga?" tanyanya. Aku menggelengkan kepala dan masih tetap diam.

"Ih dasar kampungan. Itu loh, sarapan bule itu yang ngga pakai nasi. Pakainya bubur oat sama buah."

Demi Tuhan aku ingin menyerang dan membantingnya ke lantai, tapi sekuat tenaga kutahan karena masih teringat nasihat mama sebelum pindah kesini.

"Teh, mama nitip pesen satu aja ke teteh ya. Jangan kebawa emosi. Jangan bar-bar dirumah mertua teteh. Keluarga mas Yandri sekarang keluarga teteh juga. Tahan diri, tahan emosi."

***

"Nih sarapan ala bule," ucapku seraya meletakkan sebuah mangkok di hadapan Ana. Mata gadis itu yang menatap tak percaya membuat perutku sakit karena harus menahan tawa.

"Iyuuuuh, apaan nih? Sampah?!" bentaknya keras.

Emosiku naik ke level tertinggi mendengar bentakannya. Dan ya, sebisa mungkin kutahan hawa panas karena kesal yang sudah memenuhi kepalaku.

"Itu kan sarapan ala bule yang kamu minta. Bubur oat sama buah. Karena kita ga punya oatmeal jadi gantinya teteh bikin dari Indomie yang diremukin terus dijadiin bubur. Nah, buat buahnya, adanya cuma kedondong, ya udah pake itu aja. Intinya ngga pake nasi 'kan?"

Sepasang mata dihadapanku melotot dan dalam hitungan detik melemparkan mangkuk berisi hasil masakan mahakaryaku ke lantai. Suaranya cukup nyaring dan membuka sumbat emosiku. Tanpa sadar aku menggebrak meja makan hingga terjungkal. Meja makan dirumah ini sebenarnya bukan meja makan, tapi meja lipat dengan keempat kakinya dibagian tengah --kalau tidak bisa membayangkan, silakan g****e saja--. Itu sebabnya, saat aku menggebraknya di satu sisi, meja itu jadi terjungkal.

Ekspresi kaget jelas kentara diwajah gadis berpenampilan tante-tante itu. Masih dengan rasa kesal yang belum terpuaskan, aku memunguti bekas pecahan mangkok dan pergi ke arah dapur.

"Biasa sarapan gorengan aja sok-sokan mau makan ala-ala bule! Norak!" aku berucap ketus.

Bab terkait

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 2

    Saat mendengar suara langkah-langkah kaki sedang mendekat ke kamarku, dengan segera aku membelakangi pintu dan memasang headset.Brak!"Rere! Keterlaluan kamu! Kamu apain Ana tadi pagi sampai dia nangis?!"Aku tidak menjawab pertanyaan paduka ratu ibu mertua dan perlahan, aku mulai menggelengkan kepalaku. "Neng!" Mas Yandri memanggilku cukup keras"Rere! Budeg kamu ya?!" tambah ibu mertua.Posisiku masih membelakangi pintu dan mempercepat gelengan kepala. "Menantu laknat! Durhaka!" Ibu mertua masih saja berteriak. "Neng! Neng Rere!" Mas Yandri ikutan berteriak. Teringat Trio Maung dengan gerakan ikoniknya, aku membungkuk dan memutar kepalaku seperti baling-baling pesawat. 'Yihaaaa' teriakku dalam hati.Teriakan ibu mertua dan mas Yandri terhenti saat ponselku di atas nakas berbunyi. Setelah dering berhenti, mereka kembali berteriak. "Neng!""Menantu gila!"Aku melepaskan headset saat merasa keduanya mendekatiku dari belakang. Dengan gerakan cepat aku memutar tubuh dan berteriak

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 3

    "Karena pada hakikatnya, pernikahan adalah ibadah terpanjang dan proses pembelajaran seumur hidup. Aku tidak akan mudah menyerah. Aku akan merubah diri dan berusaha membawa orang-orang disekitarku berubah menuju jalan yang baik. Jika tidak berhasil, barulah aku akan mundur tanpa perlu menoleh lagi dan tanpa rasa menyesal karena aku sudah melakukan yang terbaik yang aku bisa." - Neng Rere***"Neng, nih mas udah gajian. Ayok! Mau jalan kemana kita?" Sepulang kerja mas Yandri langsung menuju kamar menemuiku yang sedang memasukkan baju ke dalam lemari. "Mau belanja bulanan mas, banyak yang udah abis. Ke supermarket yuk?" aku menyambut ajakan mas Yandri dengan gembira. Keseharianku yang hanya dirumah dengan segala pekerjaannya membuat kegiatan rutin belanja bulanan sebagai cara untuk merefresing pikiran. Tidak perlu belanja berlebih, cukup melihat lampu dan jalanan saja aku sudah senang."Iya hayu, kamu siap-siap sana. Mas mau ke ibu dulu ngasi jatah bulanan." Mas Yandri keluar kamar me

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 4

    "Mereka adalah orang yang terus-menerus berinfak di jalan Allah, baik di waktu lapang, mempunyai kelebihan harta setelah kebutuhannya terpenuhi, maupun sempit, yaitu tidak memiliki kelebihan, dan orang-orang yang menahan amarahnya akibat faktor apa pun yang memancing kemarahan dan memaafkan kesalahan orang lain" ( Ali Imran : 134 )***Setiap hari aku belajar. Belajar bagaimana cara memperbaiki diri, terutamanya belajar bagaimana menahan emosi. Tidak mudah memang, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. ***"Teteh! Teteeeh!" Suara Ana memanggilku keras dari dalam kamarnya selepas aku sholat shubuh. "Naon?" ucapku menghampiri. Didepan gadis itu sudah ada setumpukan baju kotor beserta dalamannya. "Nih, cucian kotor aku," dia berkata sambil menyentuh baju kotor dilantai dengan menggunakan kaki. Aku menatap tajam tepat dikedua matanya dan masih diam. Nyatanya perbuatanku membuat gadis itu salah tingkah. "Apa liat-liat? Cepet tuh cuciin!" Dia membalikkan badannya bersiap untuk pergi.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 5

    "Aku menuruti perintah agar jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, aku bisa menyalahkan si pemberi perintah." - Neng Rere***Hari ini rumah ibu mertuaku kedatangan tamu jauh. Bukan tamu, lebih tepatnya keluarga. Sepasang suami istri dengan bayi mereka yang berumur 3 bulan mengetuk pintu rumah tepat setelah subuh. Sang suami adalah sepupu mas Yandri. Mereka datang dalam rangka ikhtiar berobat di rumah sakit terbesar dikota ini karena perlengkapan pemeriksaan di kota mereka tidak lengkap. "Budhe, maaf lho ya merepotkan. Kami berniat menitipkan Dinda disini. Karena mungkin pemeriksaan di rumah sakit bisa sampai sore." Sepupu mas Yandri berucap. Sepupu suamiku itu ingin memeriksakan benjolan yang tiba-tiba muncul di perutnya. Istrinya seorang wanita yang ramah dan murah senyum. Hariku membaik saat melihat senyumannya. Bagaimana tidak, biasanya orang-orang dirumah ini hampir setiap hari berwajah murung. Jam 8 kurang Mas Yandri berangkat ke kantor, tidak lama kemudian pasangan suam

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 6

    Mas Yandri pulang dengan wajah yang kusut. Aku menyuruhnya membersihkan diri, makan dan kemudian beristirahat. Sejujurnya, aku ingin menanyakan apa yang terjadi ketika tiba-tiba teringat pesan mama saat terakhir kali meneleponku. "Kalau suami pulang kerja sebisa mungkin jangan banyak ditanya dulu. Bawain minum, sediakan makan, perhatikan kebutuhannya. Jika semua sudah teteh lakukan, lihat moodnya. Jika terlihat masih lelah, urungkan bertanya. Terkadang, bertanya di saat yang tidak tepat bisa memicu pertengkaran. Ini hal yang sepele, tapi berarti. Mama harap teteh bisa belajar untuk peka dan sadar situasi." Saat ini kami hanya berdua dirumah. Mertua dan kedua iparku sedang pergi mengunjungi tante mas Yandri yang sedang sakit. "Mas mau ngopi ngga?" Aku bertanya pada mas Yandri yang sedang menonton televisi. Saat sedang mencuci piring bekas makan kami, aku mendengar gelak tawanya. Raut wajahnya pun tidak sekusut saat ia pulang kerja. "Boleh deh neng, jangan kopi item tapi ya. Cappuc

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-02
  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 7

    "Seperti yang sudah kubilang. Pernikahan adalah proses pembelajaran seumur hidup. Akan selalu ada hal baru yang dipelajari setiap harinya." - Neng Rere***Aku melemparkan pandang ke sudut ruangan dimana terdapat koper dan dus-dus bertumpuk. Isinya sebagian besar adalah pakaianku dan Mas Yandri. Sebagian kecil lagi berupa alat-alat dapur yang merupakan kado pernikahanku dulu dan sama sekali belum pernah kugunakan. Kakiku menjejak bumi Lancang Kuning sesaat setelah lewat waktu Maghrib hari kemarin. Mas Yandri dan aku dijemput oleh seseorang yang memperkenalkan diri sebagai anak buah mas Yandri dikantor. Di kota ini kami diberikan fasilitas rumah dinas dan juga kendaraan. Setelah makan malam dan berkeliling melihat megahnya kota ini, kami diantar menuju rumah dinas. Rumah dinas ini disewakan full furnish yang artinya, sudah beserta barang-barangnya. Yes! Aku tidak perlu dipusingkan dengan sofa serta kawan-kawannya. Terletak di sebuah cluster yang aku pikir bergengsi membuatku jatuh c

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 8

    Aku membersihkan taman sesaat setelah mas Yandri berangkat kerja. Mataku tidak sengaja melihat ke arah rumah depan. Beberapa ibu-ibu sudah duduk didepan pagar tepat disisi jalan dengan menggunakan bangku panjang yang entah mereka bawa dari mana. Tidak lama terdengar suara tukang sayur. Rupanya ibu-ibu tersebut sedang menunggu datangnya tukang sayur. Karena penasaran, aku keluar pagar menghampiri gerombolan ibu-ibu yang sudah mengelilingi dagangan tukang sayur. Teringat beberapa bumbu dapur yang tidak ada, aku berusaha mencari dan mengambil apa yang kubutuhkan. "Pak, bumbu dapurnya boleh beli sedikit-sedikit?" tanyaku. Bapak penjual mengiyakan peetanyaanku dengan ramah. Beliau membantuku mengambilkan apa yang kubutuhkan."Rere masak apa hari ini?" Seorang ibu dengan dandanan yang wow bertanya padaku. Aku ingat, ibu ini yang berbicara sinis padaku saat pertama kali memperkenalkan diri kemarin."Masih belum tau bu, kayanya bikin ayam goreng aja deh yang gampang." Aku menjawab dengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03
  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 9

    Setelah seminggu tinggal di sini aku tau jika rumah bu Jejen hanya berselisih 3 rumah dari rumahku. Sedangkan rumah anggota gengnya yang lain, tepat berada di depan rumah beliau. Aku tipe orang yang jarang keluar rumah kecuali untuk hal yang penting seperti pergi menengok jika ada tetangga atau orang yang kukenal sakit, pergi ke warung, dan pada saat ada undangan untuk menghadiri suatu acara. Urusan sosialisasiku dengan tetangga sekitar juga seperlunya saja. Sesekali aku ikut duduk di warung setelah berbelanja untuk mengobrolkan hal-hal yang ringan.Sejak kejadian pengajian di rumahku, bu Jejen tidak pernah lagi menegurku walaupun kami bertemu di jalan. Aku tidak peduli, aku tetap menyapanya walaupun berkali-kali beliau mendiamkan aku. Aku mengerti, mungkin dia marah karena aku membalas ucapannya waktu itu. ***Pintu rumahku diketuk saat aku sedang fokus menonton. Ketukan pintu yang berulang-ulang tanpa jeda membuatku sedikit senewen."Bentar!" Aku terkejut melihat seraut wajah mil

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-03

Bab terbaru

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 24

    "Kalau menurut Neng mah ya biarin aja dia nikah. Dengan satu catatan, kuliahnya tahun depan harus beres. Eh Mas, ngomong-ngomong calonnya si Ana ini anak mana? Kuliah atau kerja?"Keingintahuanku berlipat ganda karena hal ini baru kali ini kusaksikan sendiri. Ana memang tipe anak yang suka membantah, tapi ia tetap patuh pada perkataan ibu. Jika sekarang Ana sudah tidak mendengarkan ibu, entah situasi apa yang sebenarnya terjadi disana. "Kata Ibu sih udah kerja, cuma ya itu, Ibu berat aja kalau sampai kuliah Ana ngga beres." Aku terdiam dan kemudian berkata,"Ya udah kalau kaya gitu nikahin aja. Tapi seperti kata Neng tadi. Kuliah harus beres. Entah nikahnya ditunda sampai Ana lulus. Atau nikah sekarang tapi ya tetap kuliah. Tapi Mas, maap nih ya Neng nanya. Tapi Ana ngga gimana-gimana 'kan? Maksudnya gimana ya, kan kalo nikah ngedadak itu orang mikirnya karena udah terjadi sesuatu gitu, Mas." Mas Yandri menghela nafas."Mas juga nanya itu tadi ke Ibu. Kata Ibu sih, Ana bilang ga k

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 23

    "Neng, liat nih, mantan Mas ngirim pertemanan di sosmed." Aku yang sedang duduk di sebelah Mas Yandri dan menonton drama favoritku pun mengangkat wajah. "Mantan yang mana Mas? Mantan Mas 'kan banyak, Neng ga hapal satu-satu."Mas Yandri menyodorkan ponselnya padaku. "Ini si Mega," ucapnya Aku melihat foto sosok seorang wanita dengan latar belakang pemandangan alam di profilnya. "Oh itu," ucapku pendek. "Diterima atau ngga usah ya, Neng?" Aku menoleh menatap Mas Yandri. "Mas, kira-kira dong kalo nanya!" Aku menghembuskan nafas dan meliriknya tajam."Kalau Mas berniat mancing reaksi Neng dengan bertanya seperti itu, Sorry to Say ya mas, neng biasa aja. Mas pikir Neng akan terharu? Wah, aku terharu karena suamiku terbuka banget, sampe mantannya ngirim pertemanan juga aku dikasih tau. Gitu kan?"Mas Yandri nyengir. "Lain lagi kalau niat Mas ngasi tau ke Neng biar Neng sekedar tau dan ga mikir macem-macem. Kalau gitu ya Neng balikin ke Mas. Terserah Mas aja. Mau diterima boleh, ng

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 22

    Semakin membesar kandunganku semakin berkurang juga penyiksaan mual muntah yang aku alami. Sekarang aku bisa makan apapun tanpa harus khawatir akan keluar lagi. Rumah baru kami sudah dalam proses akhir finishing. Sebenarnya sudah bisa ditempati jika kami mau. Namun, Mas Yandri menunda karena ia ingin semuanya sudah benar-benar siap saat kami pindah nanti. Hari ini Mas Yandri libur, dan kami sedang merencanakan di mana aku akan melahirkan. "Neng, mau pulang ke Mama atau ke Ibu? Biar pas nanti udah lahiran, ada yang bantu-bantu kamu." Aku terdiam sejenak dan meminum susu sampai habis. "Nggalah Mas, Neng disini aja sama Mas. Kalau masalah bantu-bantu setelah melahirkan, kan nanti biasanya dari rumah bersalin suka ada yang dateng ke rumah untuk ngasi tau cara ngerawat bayi baru lahir. Untuk kerjaan rumah juga bisa nyari orang buat bantuin Neng. Yang dateng pagi pulang sore gitu Mas." Mas Yandri terlihat keberatan dengan keinginanku. "Mas, Neng itu seorang istri. Ga ada dalam kamus

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 21

    Aku sedang duduk dan memakan gorengan di warung Bu Indah saat Bu Jejen dan gengnya mendekat. Begitu melihatku, mereka bertiga sempat menghentikan langkah. Aku pikir mereka akan membalikkan badan, nyatanya mereka tetap mendekat. Ada sesuatu yang harus kuperiksa, dan aku bertekad untuk mendapatkan jawabannya hari ini juga. "Eh ada Bu Jejen, Bu Mumun dan Bu Romlah. Tumben baru keliatan nih." Aku tersenyum ke arah mereka.Bu Jejen mendelik dan mencebikkan bibirnya. "Halah, kamu itu yang jarang keluar rumah! Jelas aja baru ngeliat kita-kita!" "Eh Bu Jejen, mau tau ngga?" ucapku dengan nada yang membuat penasaran."Apaan?! Kamu mah senengnya main tebak-tebakan mulu! Tinggal cerita aja apa susahnya sih?!" "Saya dapet kiriman paket dari mama saya loh. Isinya makanan, banyak banget."Selama berbicara, aku mengamati tingkah Bu Mumun dan Bu Romlah. Mereka berdua hanya diam menyimak sembari memakan gorengan. "Makanan apaan? Kamu tuh kalo cerita-cerita tentang makanan, mending bawain sekalia

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 20

    Aku hanya diam disepanjang jalan Mas Yandri membawaku entah kemana. Panasnya cuaca di kota ini semakin membuat emosiku naik. Saking emosinya, aku sudah merangkai kata-kata untuk memaki Mas Yandri dan juga perempuan bernama Diana itu.Mobil berbelok memasuki perumahan yang sama sekali asing untukku. Mataku disambut dengan jejeran rumah indah berkonsep minimalis. Tepat lima menit kemudian, kami berhenti di sebuah rumah yang pintu depannya terbuka. Seorang wanita keluar menyambut Mas Yandri dengan senyum sumringah. Aku menahan diri untuk tidak menjambak dan menonjoknya. "Selamat siang Pak Yandri. Mohon maaf saya tadi tidak ditempat, tapi semua berkas dan pembayaran administrasi dari bapak sudah saya terima." 'Apa ini? Berkas apa? Administrasi?' aku bertanya dalam hati. Suara Mas Yandri yang memanggil untuk mendekat membuyarkan aku yang sedang berpikir. "Ini Rere istri saya, Bu Diana." Mas Yandri memperkenalkan aku. Wanita di hadapanku mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya d

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 19

    "Neng, gajian bulan ini, jatah kamu dikurangi ya? Jadi satu juta aja, nanti kalau Mas ada rejeki lebih, Mas tambahin lagi." Mas Yandri berucap seraya memberikan slip gaji padaku. "Kenapa Mas, ada masalah?" "Ngga, cuma Mas mau ngasi agak banyak buat Ibu. Buat sekolah Ana sama Lita," jawab Mas Yandri.Aku mulai merasakan perasaan was-was. Mungkin jika saja beberapa hari yang lalu aku tidak mendengar Mas Yandri menelpon seseorang secara bisik-bisik di teras, perasaanku tidak akan seperti ini. Selain itu juga, aku baru menyadari jika ATM pemberian Mas Yandri tidak ada lagi di dompetku.Untuk ke warung atau ke tukang sayur, aku menggunakan dompet kecil. Uangnya aku ambil tiap hari dari dompet besar yang selalu tersimpan rapi di tasku. Kemarin pagi, saat aku bermaksud mengambil uang untk belanja, aku tidak menemukan tanda-tanda keberadaan ATM tersebut. Aku bermaksud untuk bertanya langsung, tapi melihat gelagat yang aneh dari Mas Yandri membuatku mengurungkan niat. Seperti biasa, aku ak

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 18

    Tanpa terasa kandunganku sudah memasuki usia 4 bulan. Aku dan Mas Yandri berencana untuk mengadakan syukuran pengajian. Rencananya pula, ibu mertuaku akan datang mengunjungi kami. Mas Yandri sebenarnya juga mengundang mamaku, tapi karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan, mama tidak bisa hadir. Postur tubuhku yang kecil membuat kehamilanku di usia 4 bulan ini tidak terlalu kentara. Selain itu, kebiasaanku yang sering memakai kaos over size membuatnya semakin tidak terlihat. Itulah kenapa, Bu Jejen dan gengnya masih sering suka meledekku. "Syukuran mulu nih ceritanya, tapi ngga hamil-hamil," ucap Bu Jejen pedas saat aku memberitahukan undangan pengajian pada ibu-ibu komplek yang sedang berkumpul. "Aduh Bu Jejen berisik banget sih, kalo ngga mau dateng juga ga apa-apa. Saya ngga maksa," balasku tak kalah pedas. Beberapa ibu-ibu melongo dan sebagian lagi tersenyum melihat kami perang kata. Entahlah, sejak hamil, jiwa barbarku semakin tak terbendung. Aku bisa tiba-tiba emosi dan

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 17

    Aku mengalami kondisi mual dan muntah parah. Entah kenapa, indera penciumanku menjadi sangat tajam dan indera pengecapku menjadi sangat peka. Aku tidak bisa makan semau-mauku. Jika kulanggar maka efeknya tidak main-main. Mas Yandri selalu mempersiapkan segala kebutuhanku sebelum berangkat kerja karena hampir sepanjang hari aku hanya bisa berbaring. Kondisi ini memang tidak setiap hari. Ada kalanya disaat bangun pagi, aku merasa segar. Jika sudah begitu, aku bisa dengan rajinnya membereskan semua pekerjaan rumah yang terbengkalai. Tapi ya itu, kondisi tersebut tidak setiap hari. Seperti pagi ini, aku bangun dengan tubuh yang segar. Setelah membereskan rumah, aku keluar untuk menghirup udara segar dan menunggu tukang sayur. Para ibu yang biasa duduk di seberang rumahku pun sudah berkumpul. "Sayur...." Setelah sosok tukang sayur yang kutunggu terlihat, aku membuka pagar dan keluar. Belum juga sampai di tempat tukang sayur mangkal, suara Bu Jejen sudah terdengar memenuhi gendang tel

  • Mereka Bilang Aku Tak Becus Jadi Istri   Episode 16

    Sepulang dari dokter, aku dan Mas Yandri duduk berdua dan mulai mencari di mesin pencarian internet beberapa kemungkinan penyebab sakit yang kuderita. Penyakit autoimun yang tadi dijelaskan dokter pun bisa kutemukan penjelasannya. Namun menurut penelitian, kasus tersebut jarang sekali terjadi. Beberapa ciri yang ku rasakan merujuk pada kondisi syaraf terjepit. Aku bahkan menemukan juga iklan pengobatan alternatif. "Mas, ini ada pengobatan alternatif pijat refleksi buat syaraf terjepit." Aku memberitahu Mas Yandri. "Emang kamu mau nyoba kesana Neng? "Ya nyoba aja kan, siapa tau emang syaraf kejepit. Kalau ke spesialis syaraf terus ternyata disuruh MRI gimana? Biaya MRI mahal banget loh mas. "Mas Yandri menatapku, "Ya ngga masalah mahal juga, berapapun akan Mas usahakan asal kamu sehat lagi.""Iya tau, tapi Neng takut. Nyobain ke alternatif dulu ya Mas," bujukku. "Nyobain aja, kali memang syaraf kejepit. Soalnya, Neng sebelum sakit emang angkat-angkat barang terus nyapu-nyapu, ngep

DMCA.com Protection Status