Share

Dia Bukan Ayna!

Penulis: Mustacis
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-17 18:13:13
Kepala Lisa terasa sangat sakit, padahal pagi ini ia sudah meminum obatnya. Obat itu cukup membantu, ia akan menjadi tenang dan sekujur tubuhnya terasa ringan.

Namun, akhir-akhir ini ia sering sakit kepala. Rasanya seperti ada listrik yang menyengat naik ke kepala. Ia juga semakin sensitif, melampiaskan amarah kapan saja dan di mana saja.

Mungkin karena ketakutannya yang semakin besar, ia jadi banyak pikiran. Semua ini gara-gara Nayna si kampungan itu!

Sekarang dia tak mampu mengontrol ucapannya. Ekspresi Rama terlihat rumit, menanti jawaban dari Lisa.

“Aku tanya, apa maksud kamu, Lisa?”

Lisa menelan ludah. Kesiap napasnya memendek. “Di-dia bukan Ayna, dia cuma perempuan kampungan yang menumpang di rumah ini. Perempuan nggak tahu diri yang mencoba merebut kamu dari aku!”

Huh, baguslah. Di saat identitas Nayna terbongkar, maka semua rahasianya juga akan terancam. Ia harus bisa mengusir wanita itu tanpa mengungkap identitasnya.

“Cukup, Lisa. Kamu selalu saja berprasangka buruk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Norliza Yusop
akhirnya ada bab baru! harap terus konsisten diup ya thor! ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Merebut Suami Pelakor   Menyingkirkan Nayna dengan Cara Apa pun

    Semakin hari Lisa semakin aneh. Itulah yang dirasakan Rama. Tiba-tiba saja ia menegang dan menggertakkan gigi di dalam mobil. Saat tiba di gym, Lisa membanting pintu mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Langkahnya terburu-buru dan deru napasnya memburu hebat. Ada yang salah dengan Lisa belakangan ini. Ia makin mudah marah dan terprovokasi. Rama menghela napas berkali-kali. Menetralkan kepalanya dari prasangka yang macam-macam. Lisa membanting pintu gym yang transparan. Langkahnya berderap cepat dengan napas memburu hebat, tak peduli seberapa banyak orang yang menatapnya canggung. Mereka sempat menghentikan kegiatan olahraga mereka sampai akhirnya Lisa masuk ke ruangannya. Jantung Lisa diremas kemarahan. Kepalanya mendidih seperti hendak meledak. Bayangan-bayangan buruk Nayna dan Rama terus terputar di kepalanya bagai kaset rusak. Tidak ada pilihan lain, ia harus segera menyingkirkan Nayna dari rumah. Kalau perlu melenyapkannya sekalian. Ia tak peduli bagaimana pun caranya, m

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Merebut Suami Pelakor   Perusahaan Palsu

    Pagi-pagi sekali pintu rumah Mirna diketuk dengan pelan. Bagus baru saja berangkat kerja dan Randy masih tidur. Kaki Mirna bersantai di atas sofa sambil menonton berita artis. Ia mendecak karena waktu santainya terganggu.“Siapa, sih pagi-pagi! Baru juga jam delapan sudah bertamu!” Ia mengentakkan kaki menuju pintu.Jari-jarinya yang dilingkari cincin-cincin emas pinjaman dari ibu Nayna membuka handle pintu. Kening Mirna mengerut–meski dalam hati ia terpana. Di depannya berdiri seorang wanita bersetelan rapi. Kemeja putih, celana kain dan blazer cantik yang pas di badan langsingnya.“Selamat pagi, Bu.” Suara itu menyapa dengan sopan.Mirna tersenyum canggung, tapi dalam hati mencibir. Sepertinya mau minta sumbangan. “Eh, iya pagi. Ada apa, ya?”“Boleh saya minta waktunya sebentar, Bu?”“Oh, iya, boleh.” Mirna membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan perempuan berambut lurus sebahu itu masuk. “Silakan duduk.”Wanita itu duduk. “Terima kasih, ya, Bu.” Lalu tersenyum sopan sambil meletak

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Merebut Suami Pelakor   Pembalasan pada Mantan Mertua

    Nayna sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Bukan hanya Lisa yang ingin dia beri pelajaran. Mirna dan Bagus juga ada dalam modul rencana balas dendamnya. Selama lima tahun diperlakukan seenaknya, Nayna akhirnya menyadari, bahwa selama ini dia tidak dianggap sebagai menantu. Dirinya dieksploitasi habis-habisan, tenaga, maupun harta keluarganya dimanfaatkan oleh perempuan itu. Ia berikan tugas itu kepada Vina selama dia bertarung bersama Lisa di rumah Rama. Vina-lah yang menyiapkan segalanya agar perusahaan palsu yang dibangun secara mendadak itu terdengar meyakinkan. Setelah menelepon Alia, teman penjajal malamnya yang bersedia dibayar menjadi manajer dadakan, Vina beralih menghubungi Nayna. “Halo, Vin?”Vina bangun dari pembaringannya, sudah agak lama dia tidak mendapat kabar dari Nayna. “Kamu apa kabar, Nay? Baik-baik aja, kan di sana?”Ada jeda puluhan detik sebelum suara pelan Nayna mengalun dari seberang sana. “Aku nggak apa-apa, Vin.”Vina mendecak tidak sabaran. “Kamu itu

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Merebut Suami Pelakor   Rencana Kedua

    Mirna memakai semua perhiasannya yang tersisa, hasil dari merayu ibu Nayna untuk meminjamkannya. Untung saja perempuan lemah itu tidak pernah menagih sampai dia meninggal. Kepalanya melenggang angkuh, menoleh ke sana kemari dengan bangga. Kali ini ia memakai daster panjang yang baru dia beli di butik depan kampung khusus untuk hari ini. Badan suburnya melenggok melewati lorong. Lihat, mana ada ibu-ibu lain yang bisa memakai daster seharga 400 ribu seperti dirinya?Maklum, sebentar lagi dia akan jadi orang kaya. Mungkin dia tidak akan punya waktu lagi untuk memakai daster. Sambil berjalan melewati rumah demi rumah yang dihuni ibu-ibu kumuh berambut gersang seperti tanaman kering, bibirnya bergoyang ke kanan dan ke kiri. Yang akan pakai daster nanti palingan adalah pembantunya. Uh, asik sekali.Dia akan membuat acara kumpul-kumpul setiap minggu dan mengundang ibu-ibu elit yang akan ikut menjadi member PT. Emas Sanjaya. Mirna sudah tidak sabar.“Eh, Teh Mirna, saya baru mau ke rumahnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Merebut Suami Pelakor   Hati yang Semakin Jatuh

    Lisa menyerahkan resep yang lama pada apoteker di hadapannya. Obatnya sudah habis, ia harus mendapatkan stok yang baru. “Sudah memperbarui resep ke dokter, Bu?”Lisa memiringkan bibir malas. “Pakai resep yang ini saja.”“Lebih baik diperiksakan lagi kondisinya, Bu. Barangkali dokter akan memberikan resep yang baru jika kondisi Ibu menjadi lebih buruk atau lebih baik.”“Ck! Saya nggak perlu pendapat kamu. Kasih aja kenapa, sih! Saya bakal bayar, nggak perlu kasih nasihat segala. Saya tahu kondisi tubuh saya!”Untuk apa kembali berkonsultasi jika dengan obat saja dia bisa merasa lebih baik? Buang-buang uang dan waktu. Lisa memutar bola mata. “Ah, baik. Saya berikan obat yang sama dengan satu minggu yang lalu, ya.”Lisa memamerkan wajah datar, menunggu sang apoteker bertubuh mungil itu mengambilkan obat dan menuliskan dosis pada setiap bungkusannya. “Ini, minggu depan diusahakan konsultasi ke dokter dulu ya, Bu.”Lisa merebut bungkusan obat tanpa berniat mengiyakan. Ditinggalkannya ap

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22
  • Merebut Suami Pelakor   Ketahuan

    Nayna memasang wajah datar selama Rama melajukan mobil mengikuti Lisa. Mungkin dengan begini, dia tidak perlu merepotkan diri untuk membongkar segalanya pada Rama. Rama akan tahu dengan sendirinya. Lebih mudah baginya. Setelah ini, Nayna juga akan membeberkan tentang identitasnya pada Rama, tentang apa yang sudah Lisa lakukan padanya. Nayna menghela napas. Mempersiapkan diri untuk melihat wajah penuh kekecewaan milik Rama saat tahu bahwa Nayna bukanlah orang sebaik yang dia pikirkan. Mobil Rama berhenti. Dilihatnya mobil Lisa singgah di halaman sebuah hotel bintang empat. Rama mencondongkan kepala, memperjelas penglihatannya. Keningnya mengerut.“Hotel? Mereka ke hotel?”Dada Rama kembang kempis. Ia tak mampu menahan diri lebih lama. Tanpa mengucapkan apa pun, ia keluar mobil dan berlari ke depan sana, di mana Bagus tengah memapah Lisa keluar mobil. Mereka hampir masuk ke hotel ketika Rama mencegah.Diraihnya bahu pria yang tengah memapah Lisa. Lelaki itu oleng, hampir-hampir ia te

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Merebut Suami Pelakor   Rama yang Naif

    Nayna melihat pegangan Rama pada setir kemudi kian mengencang. Lelaki itu sangat tegang. Mestinya Nayna membiarkan saja. Dia cukup diam sampai mereka tiba di rumah.Alih-alih menuruti logikanya, ia malah mengulurkan tangan, menyentuh bahu Rama yang kelewat kaku. Rama mungkin akan merasa keram jika tubuhnya terus menegang seperti itu.Rama terhenyak, ia lirik Nayna sekilas. Di matanya ada kebingungan. “Apa pun yang terjadi nanti, jangan menyakiti diri sendiri. Rilekskan badan kamu, supaya kepala kamu juga bisa ikut rileks.”Rama menuruti ucapan spontan itu. Ia menghela napas berulang kali, menetralkan isi kepalanya yang terasa panas, juga mengurangi prasangka buruk yang terus berkeliaran dalam pikirannya. “Dulu, semarah apa pun dia, Lisa hanya akan minum di dalam rumah. Dia tidak pernah datang ke bar.”Nayna menahan senyum sarkas yang hendak meluncur dari bibirnya. Tidak pernah ke bar katanya.“Saya berusaha memahami emosinya yang sering kali meledak-ledak, tapi untuk kali ini rasany

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-25
  • Merebut Suami Pelakor   Kenapa Kamu Mabuk-mabukan di Bar?

    Nayna diam saja di kursinya saat Rama turun dan memapah Lisa keluar mobil. Ia menatap lurus ke depan tanpa terganggu oleh suara erangan Lisa.“Lepas! Aku mau ke hotel. Aku nggak mau pulang~” Lisa terus bergumam sambil sempoyongan dalam papahan Rama. Nayna menunduk parau saat pemandangan Rama dan Lisa menghilang dari balik pintu rumah. Lagi-lagi ia dibuat bingung oleh perasaannya sendiri. Nayna tidak ingin bersimpati pada Rama, tak ingin pula merasa bingung akan pilihan haruskan dia mundur atau melanjutkan balas dendam ini hanya karena Rama yang akan sakit hati.Ia tidak ingin menjadi Nayna yang dulu, Nayna yang selalu saja mementingkan perasaan orang lain ketimbang perasaannya sendiri. Dia harus tegas. Semua rencananya harus dia jalankan secepatnya. Nayna menengok ke kursi belakang. Menemukan tas Lisa yang tergeletak dengan barang-barang yang mencuat keluar. Dilihatnya bungkusan obat yang menyembul keluar. Ia raih tas kulit bermerek itu. Diambilnya bungkusan obat yang sepertinya ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-26

Bab terbaru

  • Merebut Suami Pelakor   EXTRA PART - Terima Kasih, Sayang

    EXTRA PARTTerima Kasih, Sayang. “Mereka seenaknya narik rambut dan meludahi wajah aku kalau kesel. Memangnya aku ini apa?” Bibir Lisa bergetar-getar, menahan diri untuk tak berteriak dan tetap berbisik. Sedang Bagus di sampingnya mengusap wajah frustrasi. “Aku sering ditampar di sel. Disebut tukang selingkuh dan mau ngebunuh istri. Mereka begitu karena ada beberapa yang ditangkap karena mencuri untuk ngasih makan istri dan anak.” Ini adalah ketiga kalinya mereka bertemu dalam pembinaan para napi. Napi pria dan wanita digabung dalam satu aula untuk mendengarkan bimbingan yang diadakan setiap tahun. Sudah tiga tahun berlalu dan kehidupan di dalam penjara tidak pernah baik-baik saja untuk mereka. Ada saja napi lain yang kurang ajar dan sok berkuasa. Rasanya seperti di neraka. Jika Lisa tahu kehidupan di penjara akan sesulit ini, maka ia akan menahan diri untuk tak selingkuh dengan Bagus dan memilih setia. Setidaknya biarpun sibuk, kehidupan pernikahannya bersama Rama selalu baik-bai

  • Merebut Suami Pelakor   Lamaran (END)

    Satu tahun kemudian. Nayna mengerutkan kening saat Vina masuk membawa beberapa kantong besar yang entah isinya apa. Raut wajahnya terlihat antusias. Sudut bibirnya terus terangkat ketika ia mengeluarkan isi dari semua kantong yang dibawanya. Ada aneka macam kue dan makanan. Hidangan yang sangat banyak. Vina bahkan bersenandung sambil sesekali tertawa sendirian. “Abis mimpi bagus, ya, Vin?” Nayna mendekat, mengintip isi dari mangkuk-mangkuk plastik yang dikemas rapi itu. Selama dua bulan terakhir, Vina seringkali mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan mimpinya, seperti mimpi menang lotere, mimpi gendong keponakan, atau mimpi masuk surga. “Yah … bisa dibilang begitu.” Vina cengengesan. “Kali ini mau ngundang siapa lagi?” Setiap kali ia merayakan mimpinya, Vina pasti mengundang orang lain untuk berbagi. Entah itu anak yatim, para tukang ojek, tetangga, ataupun teman-teman seprofesinya dulu. “Teman lama.” Senyum Vina kian lebar dengan mata menerawang. Nayna menggulung

  • Merebut Suami Pelakor   Jawaban untuk Rama

    Pengacara Alif Trisakti yang mendampingi Nayna mengucapkan selamat kepada mereka berdua karena telah memenangkan persidangan dan kedua terdakwa sudah dihukum seberat-beratnya. Ruangan sidang itu senyap. Helaan napas yang tegang dan lega bersahut-sahutan. Nayna menatap kosong dua punggung yang melemas di depan sana setelah menerima berita hukuman mereka. Mungkin Nayna merasakan kelegaan seperti yang dirasakan Vina yang duduk di sampingnya, tapi lebih daripada itu, ada perasaan nanar yang menghinggapi. Hanya karena nafsu sesaat, kedua orang itu benar-benar hancur, orang-orang yang ada di sisi mereka, yang mencintai mereka dengan tulus juga ikut mereka hancurkan. Hanya gara-gara nafsu sesaat itu, Nayna harus hadir di tempat ini, berjalan sejauh ini, dan bertindak sebesar ini. Di sisi deretan meja yang lain, ia mendengar sesenggukan dan teriakan protes dari Mirna. Ujung jarinya menunjuk-bunjuk hakim dan berusaha menggapai Bagus. Sesekali memelototi Nayna dengan mata memerah.“Anak say

  • Merebut Suami Pelakor   Langkah Balas Dendam Terakhir

    “Kamu bisa menemui pengacara bersama saya?” Rama bertanya keesokan harinya. Alih-alih menelepon, ia malah datang sendiri dengan baju rapi seolah sudah siap mengantar Nayna ke suatu tempat. Kemarin pagi setelah sarapan, Rama pulang dan tidak kembali lagi. Dia hanya meminta izin kepada Pak RT untuk menginap sampai Nayna sedikit membaik. “Hanya sekali. Setelah itu saya akan urus sisanya.” Sepertinya Rama mengerti ekspresi keberatan di wajah Nayna. “Pengacara untuk membela saya dan membuat Lisa dihukum?” Nayna mengernyit. Bukankah itu terlalu ikut campur? “Bahkan tanpa pengacara pun, Lisa dan Bagus sudah bisa dihukum.” Mata Nayna seolah bertanya, ‘lalu kenapa kamu sendiri yang menyodorkan pengacara pada saya?’ Dan Rama mengerti arti tatapan itu. “Anggaplah sebagai pembalasan dendam terakhir. Lisa akan sangat marah jika melihat saya ada di pihak kamu.” “Kamu yakin?” “Saya juga ingin sedikit memberikan pelajaran. Dia sudah mengkhianati kepercayaan saya.” Jika alasan rasional itu m

  • Merebut Suami Pelakor   Pendekatan

    Jantung Nayna berdebar cepat. Ia terpaku di hadapan Rama tanpa mampu menjawab ajakan pria itu. Mata Rama masih memandangnya dengan tatapan sayu.“Oh, mau salat bareng? Gue ikut, ya?” sahut Vina yang baru saja keluar dari kamar mandi.Rama memberikan tiga anggukan lalu bangkit dari sofa, melewati Nayna begitu saja tanpa menunggu jawaban wanita itu. Ia berjalan menuju kamar mandi sambil menggulung lengan kemejanya. Sekarang Nayna tahu seperti apa aroma parfum pria itu. Wanginya seperti kayu manis, sepat, dan menusuk hidung, tapi berkesan dalam indra penciuman Nayna. Nayna menghela napas, duduk di sofa yang ditiduri Rama. Masih hangat dengan jejak Rama yang tertinggal. Nayna belum mengucapkan terima kasih. Setidaknya dia harus jadi orang yang tahu diri karena Rama sudah repot-repot merawatnya. Nayna masih sibuk dengan pikirannya ketika pintu kamar mandi terbuka. Rama keluar dengan wajah dan rambut yang basah. “Bisa wudhu?” Nayna tidak mengerti mengapa dia sampai menahan napas. "Bisa

  • Merebut Suami Pelakor   Mau Salat Bareng?

    Sekujur tubuh Nayna terasa remuk redam. Kelopak matanya berat untuk terbuka. Tenggorokan yang terbakar dan kepala yang pening, tapi ia tetap berusaha membuka mata.Langit-langit yang temaram menyambutnya beserta suara dengkuran halus di samping. Ia menemukan Vina yang meringkuk menghadap ke arahnya. Ah, sepertinya dia jatuh sakit dan merepotkan Vina. Padahal Vina-lah yang mesti dirawat. Samar-samar Nayna mencium aroma parfum yang tertinggal, yang akhir-akhir ini sering kali dia cium. Terendus seperti wangi Rama. Apa hanya perasaannya?Nayna memaksakan diri untuk bangun. Sepertinya dia sudah lama berbaring sebab punggungnya terasa kebas. Ia hanya ingat Vina yang menyuapinya bubur beberapa kali. Mendongak, Nayna melihat jarum pendek pada jam dinding mengarah pada angka empat. Berarti sudah Subuh. Berapa lama ia terbaring sakit?Napasnya masih sedikit berat, tak sengaja ketika ia mengembuskan napas, Nayna menemukan kakinya yang dibalut dengan perban baru dan lebih tebal. “Nay? Kamu ba

  • Merebut Suami Pelakor   Tak Ada yang Bisa Dipertahankan Lagi

    Semalaman penuh Rama hampir-hampir tidak tidur karena sibuk mengompres Nayna, memastikan handuk yang melekat di dahinya tetap terasa hangat. Nayna sangat gelisah. Ia sering merintih dan berdeham sambil memegang lehernya. Sepertinya tenggorokan wanita itu terasa sakit. Karena itu, Rama terus menyuapkan air secara berkala, sedangkan Vina dia suruh istirahat. Tidak lucu jika Nayna sembuh nanti, malah giliran Vina yang sakit. Nayna akan cemas dan merasa bersalah lagi. Rama masih berjaga di kamar Nayna, mengamati bagaimana mata yang terpejam itu sering kali mengerjap sayu. Wajah Nayna masih pucat dan bibirnya bergetar kedinginan padahal ia sudah memakai dua lapis selimut. Rama terdorong untuk menggenggam tangan wanita itu dan meniupnya. Mungkin tidak sopan, tapi rasa-rasanya ia ingin berbaring di samping Nayna dan mendekap wanita itu, menyalurkan rasa hangat dan berbagi kesakitan yang sama. Entah sejak kapan ia begitu ingin melindungi perempuan mungil yang selalu terlihat sok kuat ini.

  • Merebut Suami Pelakor   Anda Kami Kepung

    ASeolah semua tenaga Lisa berangsur-angsur kembali. Rasa lapar dan kelelahan yang menyerangnya tergantikan dengan amarah membabi buta. “Kamu nggak lebih baik daripada aku, Mas.”Serangan telak itu menembus hati Rama. Kepalanya mendadak blank. Niatnya untuk membiarkan Lisa masuk dan berganti pakaian lenyap sudah. Rasa-rasanya ia tak sanggup melihat Lisa masuk dan mengingatkan lelaki itu pada kegagalan dan ketidakbecusannya menjadi seorang suami. “Jangan bergerak! Anda kami kepung.” Suara berat dengan nada yang tegas itu memecah suasana sunyi yang menyesakkan di antara mereka. Lisa membelalak saat melihat dua orang polisi tengah mengacungkan pistol ke arah dirinya dan Rama. Ia mundur ketakutan dan bersembunyi di balik punggung Rama.“Kamu menelepon polisi? Sialan. Harusnya aku nggak ke sini,” bisik Lisa. Sedang Rama mengernyit. Dia tidak pernah menelepon polisi.“Maaf, Pak. Saya tidak pernah melapor.” “Katanya di sini ada pencurian. Kami datang atas laporan dari penghuni rumah.” P

  • Merebut Suami Pelakor   Kesialan Lisa

    Waktu tiga hari ini adalah waktu yang sangat panjang dan melelahkan bagi Lisa, benar-benar seperti neraka. Setiap detik ia merasa hendak mati. Tak ada harapan dan bantuan yang datang, yang ada hanya ketakutan. Tak ada makanan, tempat tinggal, dan air. Ia mesti berjuang mati-matian untuk mendapatkan semua itu, meski dengan cara mencuri sekalipun. Di malam pertama, ia berbaring kelelahan di batang pohon pinggir jalan. Namun, tiba-tiba ia dibangunkan paksa oleh orang gila yang hendak melecehkannya. Tertawa menjijikkan sambil mengejarnya dengan penampilan kotor. “Heh, mau apa kamu! Jangan sentuh saya!” Orang gila berambut gimbal dengan gigi ompong dan wajah yang kotor itu terkekeh aneh sambil mencoba menyentuh lengan Lisa. “Pergi kamu, Gembel Sialan!”Sial! Orang gila ini tidak mau pergi. Lisa terpaksa melarikan diri, tapi orang itu tetap mengejar dengan baju compang-camping yang warnanya tidak jelas lagi. “Siapa pun tolong singkirkan orang sinting itu!” Lisa menjerit, tapi tidak ad

DMCA.com Protection Status