Sebelum baca tolong klik berlangganan dulu ya..
Biar tak ketinggalan update terbarunya..Dan author lebih semangat ngetiknya..******************* **********************"Wulan buka pintunya! Buka cepat!"Ketukan dan teriakan Mas Johan itu, sontak membuatku terbangun dari tidurku yang baru beberapa saat itu."Buka segera, atau ku dobrak pintu kamar ini!" teriaknya lagi.Dengan malas aku pun membuka pintu, daripada terus mendengar teriakannya itu."Apaan sih ganggu orang tidur saja!" ucapku."Kamu ini mau jadi istri macam apa? Berani sama suami! Durhaka sama suami!" teriaknya."Ingat ya, sejak kamu ketahuan selingkuh, aku sudah tak mengangapmu suami lagi!" Kupelototkan mataku kearahnya."Kurang ajar sekali kamu ini! Sampai kapanpun kamu tetap istriku, dan aku tak akan pernah menceraikanmu!" katanya sambil berusaha melayangkan tanganya padaku, namun berhasil ku halau."Jangan macam-macam kamu Mas! Jika sampai tanganmu itu menyentuhku, ku pastikan kau akan menyesal!" Mendengar ucapanku tadi, Johan malah tertawa keras sepertinya mengejek."Kami itu wanita lemah Wulan, nggak mungkin bisa melakukan apapun, ha-ha-ha. Paling bisamu cuma nangis saja kok! Sudah jangan banyak ngomong, sekarang siapin makanan aku lapar! Dosa besar seorang istri yang membiarkan suaminya kelaparan.""Dasar laki-laki benalu tak tahu malu, sekarang juga angkat kaki dari rumahku, jangan lupa bawa juga keluargamu itu!" "Apa kamu bilang tadi? Kamu mengusir suamimu? Durhaka kamu!"Saat aku bersitegang terlihat mertua dan iparku itu sedang tersenyum mengejekku di depan kamar."Terserah kamu mau bilang apa saja, yang pasti aku mau kita bercerai. Dan segeralah kalian pergi dari rumahku ini!""Hahahahaha rumahmu?! Ngimpi kamu ya,"Johan lalu menertawakanku lebih keras."Apa kami lupa Mas, delapan bulan yang lalu, aku mengajakmu dan juga keluargamu itu hidup di rumah ini, rumah peninggalan orang tuaku!""Ya siapa yang nggak tahu kalau ini rumah peninggalan orang tuamu. Tapi itu dulu, sekarang rumah ini bukan milikmu lagi!""Apa maksudmu? Sampai kapanpun rumah ini akan tetap menjadi milikku, karena aku tak akan menjualnya kepada siapapun! Sekarang jangan banyak omong, pergi dari rumahku!""Kamu itu yang jangan banyak omong! Tunjukkan bukti kepadaku bahwa ini rumahmu! Tapi jika kamu tak bisa menunjukkannya maka kamulah yang harus pergi dari sini!"Aku tak tahu kenapa Mas Johan berani berbicara seperti itu, sedangkan rumah ini adalah rumahku sendiri. Aku pun akhirnya kembali masuk ke kamar, membuka lemari dan mencoba mencari sertifikat rumah yang selalu kutaruh di sini. Di pojok lemari bagian kiri, di dalam amplop berwarna cokelat bersama dengan surat-surat lainnya yang kumiliki. Segera kuambil amplop itu dan membawanya ke meja makan. Mas Johan kemudian mengikuti dan duduk di kursi makan."Coba tunjukkan padaku mana sertifikat atas namamu itu?! Jika memang sertifikat itu ada maka aku akan segera angkat kaki dari sini!"Entah kenapa Mas Johan seperti menantangku kali ini, padahal seharusnya dia kan takut kalau kuminta pergi dari sini. Kubolak-balik isi amplop itu namun tak juga kutemukan apa yang ku cari.Hingga akhirnya kutumpahkan semuanya ke atas meja makan, namun tetap tak kutemukan sertifikat itu.Mertuaku dan juga Selfi kini ikut duduk di meja makan, sepertinya mereka juga ikut penasaran. Namun Mas Johan terlihat santai saja, malah dia tersenyum sumringah."Bagaimana?! Ada apa nggak? Atau coba kau cari ke tempat yang lain, mungkin kamu lupa menaruhnya. Cepat cari sekarang juga!" bentaknya.Aku kemudian masuk ke kamar mencari keberadaan sertifikat itu, di bawah tempat tidur, di dalam laci dan juga di lemari. Tetapi nihil aku tak menemukannya di manapun, sedangkan aku sangat yakin kalau aku menaruhnya di amplop coklat tadi, dan aku tak pernah memindahkannya sejak terakhir kali aku mengambil kartu keluarga, enam bulan yang lalu. Lalu aku kembali ke meja makan, kali ini ketiga benalu itu duduk tersenyum sambil menatapku."Gimana nggak ada kan?! Sekarang duduklah di sini dan baca ini!" ujar Mas Johan sambil memberiku sebuah map warna hijau.Dengan perasaan yang masih bingung, aku pun segera membukanya. Ternyata isinya adalah sebuah surat tanah tepatnya sebuah sertifikat tanah atas nama JOHAN PURNOMO."Jadi kamu sudah bisa beli tanah Mas?" tanyaku sambil menutup kembali map tersebut."Baca dulu baik-baik, jangan langsung ditutup mapnya. Buka dan teliti lagi!"Kubaca ulang sertifikat itu, dan betapa terkejutnya aku, ketika alamat dari surat tanah ini adalah rumah yang sekarang kutempati ini. Tapi kenapa bisa berpindah nama menjadi nama Mas Johan?"Kenapa tanah dan bangunan ini bisa beralih nama!? Oh berarti kamu yang telah mengambil sertifikatku ya Mas!?" teriakku."Hahaha sekarang siapa yang benalu? Siapa yang numpang? Dan siapa yang wajib angkat kaki dari sini?" ucap Mas Johan dengan sombongnya.Mas Johan segera merebut map itu dari taanganku, dan kemudian ketiga orang itu tersenyum kepadaku, senyum kemenangan pastinya."Jahat kamu Mas! Licik sekali kamu! Kenapa kamu lakukan semau ini kepadaku? Sedangkan aku selama ini rela berkorban segalanya untukmu dan juga keluargamu!" teriakku."Sudahlah kamu nggak usah teriak-teriak, malu di dengar tetangga. Sekarang kamu tahu kan, kalau kamu itu cuma numpang di sini, jadi wajarkan kalau selama ini kamu kami jadikan pembantu, itung-itung sebagai ganti uang sewa lah. Sekarang aku memberikamu pilihan sekarang juga pergi dari sini? Atau tetap di sini dan melayani kami?!" ucap Mas Johan.Dilema kurasakan saat ini, jika aku pergi dari sini, berarti mereka telah menang dan mendapatkan rumah ini secara gratis. Namun jika aku tetap di sini maka aku harus tetap mau di perbudak mereka, tapi aku bisa menuntut balas kepada mereka. Bantu pilih ya teman- teman.Sebelum baca tolong klik berlangganan dulu ya..Biar tak ketinggalan update terbarunya..Dan author lebih semangat ngetiknya..******************* **********************AKU PASTI BISA TANPAMU 6Pergi Untuk Kembali"Sudahlah kamu nggak usah teriak-teriak, malu di dengar tetangga. Sekarang kamu tahu kan, kalau kamu itu cuma numpang di sini, jadi wajarkan kalau selama ini kamu kami jadikan pembantu, itung-itung sebagai ganti uang sewa lah. Sekarang aku memberikamu pilihan sekarang juga pergi dari sini? Atau tetap di sini dan melayani kami?!" ucap Mas Johan.Kuputuskan hari ini, akan pergi dari rumah ini, namun bukan pergi untuk selamanya, tapi pergi untuk kembali meminta apa yang menjadi hakku. Mungkin dikira Mas Johan aku ini wanita yang bodoh, yang dengan mudahnya percaya dengan apa yang baru saja kulihat.Aku sungguh tahu betapa sulitnya memindahtangankan sebuah sertifikat itu, dan aku sebenarnya tahu, sertifikat yang baru saja di tunjukkan padaku itu, adalah kertas palsu. Dan aku ya
Bab 7Langsung EksekusiSetelah meninggalkan rumah, aku langsung mencari sebuah tempat kost. Setelah muter dan bertanya, akhirnya aku menemukan sebuah tempat yang pas, dengan jarak sekitar setengah jam dari rumahku. Alhamdulillah, meski dengan harga murah aku mendapat sebuah bangunan mungil dengan dua ruangan yang pas untukku.Untungnya di tempat kostku ini, semua perabotan sudah tersedia di sana, jadi aku tinggal masuk saja. Siang ini aku ingin tidur sejenak, untuk mengistirahatkan badan dan otakku. Semua pootongan kejadian selama tiga tahun ini, yang kemudian membuat aku berada di sini saat ini.Jika saja dulu aku bertindak tegas kepada para benalu itu, tentu saat ini aku tak akan pergi dari rumahku sendiri. Tapi ah ya sudahlah semua telah terjadi, tak lama lagi rumah itu juga akan kembali kepadaku kok. Aku tak boleh berputus asa, tetap harus semangat dan menunjukkan pada mereka bahwa aku bukan wanita yang lemah.Seperti biasa, sebelum tidur aku selalu menyempatkan meyambangi aplik
Bab 8Ya Allah, Kenapa Aku Hamil?Uang hasil dari penjualan semua perabotan bekasku itu ternyata lumayan banyak juga ya. Alhamdulillah bisa untuk tambahan tabunganku, dari pada dipakai cuma-cuma oleh para benalu itu, mending diuangin saja 'kan."Kamu benar-benar hebat Lan, masih bisa sabar menghadapi para benalu seperti itu. Semoga nanti kamu mendapatkan suami yang benar-benar bisa mengayomimu, dan bukan malah memeras tenaga dan uangmu saja seperti itu. Hati-hati ya Lan, jangan sampai kamu terbuai lagi oleh rayuan mereka itu," pesan Mas Damar tadi saat pamit setelah mengantar uang hasil penjualan perabotan itu.Memang Mas Damar bukan saudaraku, namun dulu dia sering membantuku saat aku masih sekolah, karena aku seorang yatim piatu, mangkanya dulu banyak sekali orang yang memberiku bantuan, salah satunya ya Mas Damar ini, yang sidah kuanggap sebagai kakak sendiri.Selepas melaksanakan shalat isya, aku ingin langsung tidur di kasur busa yang tersedia di kost ini. Hari ini, banyak sekali
Part 9Mencoba Pekerjaan Sampingan BaruTidak, aku tidak boleh lemah. Kehamilan ini adalah anugerah dari Allah, dan ini yang sudah kuharapkan sejak beberapa tahun yang lalu, tak akan aku menyia-nyiakan pemberian Allah ini. Dan aku pun tak akan kembali lagi pada Mas Johan, karena aku pasti bisa membesarkan anak ini tanpa dia.Kupikir, jika aku kembali padanya, aku adalah seoarang wanita yang bodoh. Jika aku kembali, pasti mereka akan menertawakanku, dan juga akan lebih menyakitiku, karena perbuatanku kemarin. Tak perlulah menyakiti diri terus -menerus, yang harus kulakukan saat ini adalah berussaha merebut kembali rumahku, sembari menentukan langkah, agar bisa sukses meski tanpa hadirnya seorang suami."Nak, baik-baik di dalam sini, ya. Bunda janji, akan selalu menyayangi kamu, apapun yang terjadi. Kita berjuang bersama untuk hidup yang lebih baik lagi ya. Sehat-sehat kamu di sini ya, hingga nanti kita dapat berjumpa di dunia ini," ucapku sambil mengelus perut yang masih rata ini.Kare
Part 10 Sebuah Ide CemerlangWaktu istirahat tiba, langsung kulaksanakan shalat dhuhur, kemudian membeli makan di warung gado-gado yang ada di samping toko tempatku bekerja. Sambil menunggu pesananku siap, aku lalu mengecek aplikasi menulisku, melihat bagaimana perkembangannya. Subhanallah, lagi-lagi aku dibuat kaget, kini sudah ada empat ratus orang yang berlangganan cerita yang kubuat itu. Tak menyia-nyiakan kesemapatan yang ada, maka aku pun kemudian melanjutkan cerita itu. Aku pun kemudian larut dalam tulisanku, namun sambil makan.Pas ketika jam tanganku menunjukkan pukul dua siang, aku sudah menyelesaikan dua part baru itu, jadi kini cerbungku itu, memiliki lima part. Aku dan Mei, seorang rekan kerjaku, langsung kembali menuju toko. Jam istirahat di tempatku di bagi menjadi dua, agar tak sampai ada kosong."Lan, kuperhatikan kamu dari pagi kok kayaknya bahagia banget sih?" tanya Mei saat kami berjalan menuju toko."Ah biasa aja kok...emangnya kelihatan gitu?" jawabku sambil m
Penyamaran 1Setelah menjalankan shalat subuh, aku langsung meneruskan kegiatan baruku, menulis novel. Dengan semangat empat lima, berharap ini bisa menjadi ladang rejekiku selanjutnya, karena hari ini aku berniat untuk mengundurkan diri dari toko. Hal ini juga kulakukan, karena aku harus menjalaankan misiku, yang memang tak bisa kulakukan dengan tetap bekerja.Sebelum menulis, kupersiapkan segelas susu, roti dan juga mie instan goreng untuk menemani acaraku menulis kali ini, targetku harus bisa membuat bab sepuluh dan sebelas hari ini. Jadi aku sudaah bisa langsung menguncinya, dan semoga ada yang mau buka kuncinya . Tepat pukul delapan, acara menulisku ini selesai, bismillah semoga hasilnya memuaskan.Setelah itu, akupun bergegas mandi dan bersiap menuju ke rumah bosku, rencananya setelah pamit dari sana, aku langsung melakukan eksekusiku itu.Kulajukan motor dengan kecepatan sedang, setelah sampai tanpa banyak bicara lagi, aku langsung pamit. Mereka kemudian memberiku sedikit uan
JumintenGegas aku menunduk saat berpapasan dengan Mas Johan dan pasangan selingkuhannya itu, aku takut dia akan mengenali wajahku."Eh, siapa wanita ini, Bu?" tanya Mas Johan.Berarti memang dia tak mengenali pernyamaranku kali ini. Padahal tadi dia memandangku lumayan lama loh, apa mungkin dia tengah di mabuk asmara jadi dia tak ingat dengan wajah istri yang telah menemaninya lebih dari tiga tahun ini. Tapi hal ini, malah menguntungkan sih buatku, jadi aku tak akan terlihat grogi lagi di depannya."Pembantu baru kita Jo. Mulai sekarang dia yang akan ngerjain semua pekerjaan rumah, jadi ibu nggak capek-capek masak dan bersih-bersih. Oh iya sampai lupa, siapa namamu Mbak?" tanya Bu Sarah kepadaku."Saya Juminten, Bu," ucapku."Wah kebetulan banget nih, aku dan Sinta lagi lapar, buatin Mie dan cepat anterin ke kamar lagi ya!" Perintah Mas Johan.Aku cuma mengangguk dengan perintahnya itu. Rasanya tanganku sudah gatal melihat kelakuan Sinta yang dari tadi memeluk erat perut Mas Johan, b
Suara ketukan keras itu membuyarkan lamunanku, segera aku memakai jilbab dan memasukkan handphone ke dalam dasterku. Tampaknya orang diluar itu ingin membuka lewat gagang pintu. Semoga saja itu bukan Mas Johan, yang sadar kalau dia menaruh kertas berharga itu di sini."Iya, sebentar..." jawabku lalu gegas aku membuka pintu."Eh, kamu kok jam segini sudah masuk kamar sih? Sana masak buat kami, tuh di dapur tadi aku sudah belanja. Kamu masaknya yang cepat ya, aku dan Selfi lapar nih!"Alhamdulillah, ternyata ini mertuaku yang sedang kelaparan."Maaf, Bu. Tadi saya kecapekan karena saya sedang hamil muda," ucapku sambil menutup pintu."Oh, jadi kamu lagi hamil ya? Bodohnya mertuamu itu yang mengusirmu. Apa dia tak tahu kalau kamu sedang hamil?" tanyanya."Iya, Bu. Mereka tak tahu kalau saya hamil. Saya masak dulu ya, Bu.""Ya sudah, cepetan. Keburu Selfi berangkat kuliah. Aku mau rebahan di kamar ya, nanti kalau kamu butuh apa-apa bilang saja!" Aku hanya menganggukkan kepala mendengar
Part 40Ending"Ibu setiap saat menangis sambil memanggil nama Mbak Wulan, dan karena itulah aku menghubungi Mbak, berharap agar mau menemui ibu, walau sebentar saja," pinta Selfi lirih."Tentu...tentu aku akan ke sana, kamu kirim saja alamatnya, nanti agak siangan aku akan segera ke sana," jawabku spontan.Meski aku sebenarnya tahu di mana rumah Sinta, tapi aku tetap berbohong, tak apalah sedikit berbohong, toh menurutku kebohonganku kali ini juga tak merugikan siapapun."Terima kasih banyak, Mbak. Aku nggak menyangka, jika Mbak Wulan mau menemui ibu setelah semua kejahatan yang kami lakukan. Baiklah Mbak, akan segera kukirim shareloknya, dan kehadiran nya sangat kami nantikan. Terima kasih sekali lagi ya, Mbak. Assalamualaikum." Suara Selfi terdengar lega."Sama-sama Sel. Sudah sepatutnya kita saling memaafkan, manusia tak ada yang luput dari dosa 'kan? Aku juga ingin meminta maaf nantinya pada Ibu. Kutunggu ya shareloknya. Waalaikum salam."Panggilan itu pun akhirnya kuakhiri. Juju
Part 39Sebuah penyesalan (part menuju ending)Aku pun kemudian pulang setelah mendengar semua penuturan ibu pemilik toko, yang letak rumahnya persis di depan rumah Sinta. Tentunya dengan fikiran yang masih tak menentu, aku tak menyangka, jika nasib Mas Johan akan begitu tragis.Setelah sampai di rumah, aku pun langsung menceritakan semuanya pada Mbak Mila, karena memang sejak aku mengajaknya tinggal bersamanya, kami saling berbagi kisah hidup, yang memang secara kebetulan sama-sama menyedihkan."Sepertinya suamimu itu memang pantas mendapatkan hukuman itu Dek, bahkan seharusnya lebih parah dari itu, hehehe. Dan juga itu si mertua jahat, semoga secepatnya mendapat karma yang setimpal!Aku itu benar-benar geram jika ingat ceritamu tentang mereka, Dek. Kok ada sih suami dan mertua yang kelakuannya mirip tokoh film ikan terbang sih." Respon Mbak Mila."Hahaha, dulu aku juga sebenarnya tak pernah percaya ada orang yang jahatbya sampai seperti itu Mbak. Apa aku harus menjenguk Mas Johan
Part 38Sia-Sia Sudah(Pov Selfi)Besoknya, aku pun mulai tinggal di rumah Mbak Sinta, kebetulan Om Joni sedang ada seminar di luar negeri katanya. Sebenarnya nggak setiap hari sih, aku bisa bertemu dengannya, mungkin hanya seminggu sekali, karena dia kan punya kehidupan pribadi sendiri di luar sana.Sedangkan aku kan cuma selingkuhannya, jadi ya harus menerima pembagian waktu yang ala kadarnya itu. Tak apalah, bagiku yang penting uang selalu lancar, kapanpun kuminta, maka wajib saat itu juga dia mentransferku, kalau tidak, aku tentu akan sangat marah dan mengancam akan menggugurkan kandungan ini.Aku pun sudah tak lagi kuliah, karena memang sedang hamil, dan lagi, aku itu sudah malas banget mikir. Nagapain susah-susah mikir, mending kerja enak yang bisa menghasilkan banyak uang, seperti pekerjaanku sekarang, sebagai sugar baby.Kami pun saat itu langsung meluncur ke kantor polisi untuk menjemput Mas Johan dan Ibu. Mereka berdua tentu saja amat terkejut karena yang menjamin mereka ad
Part 37Om Joni(Pov Selfi)Saat aku sedang berlibur dengan Om Joni, sebuah kabar mengejutkan ku terima. Ibu dan Mas Johan masuk penjara, karena di laporkan oleh Mbak Wulan. Padahal baru tadi pagi aku mengeluarkan uang puluhan juta untuk membebaskan Mas Johan yang dipenjara karena berbuat mesum kemarin, eh sekarang kok malah masuk penjara lagi sih, emang bener-bener kurang ajar si Wulan itu.Saat sedang liburan itu, aku mengatakan pada Om Joni, jika aku sedang hamil dan tentu saja ini anaknya Om Joni. Karena hanya dengannyalah aku melakukan hubungan intim, dan dia juga lah yang telah merenggut kegadisanku, dengan memberi uang senilai lima puluh juta rupiah, dan hingga saat ini, uang itu masih kusimpan rapi di bank, tanpa diketahui oleh orang lain.Awal aku bertemu dengan Om Joni, adalah saat ketika aku sedang bekerja secara part time di sebuah tempat spa. Entah apa yang dimaksud spa di sini, karena selama sebulan aku kerja di sini, costumer yang datang rata-rata para pria yang ingin di
Part 36Kebangkrutan Berulang Mengubah Segalanya (Pov Selfi)Hay...aku adalah Selfi Anindita, usiaku saat ini masihlah dua puluh tahun, namun di usia mudaku ini, aku sudah memiliki banyak uaang dan itu adalah hasil kerjaku sendiri.Kata orang, aku sih orangnya cantik sekali ya, kulit putih, tinggi dan bentuk badan langsing namun di beberapa bagian sangat montok, dan wajah rupawan. Memang sih saat mengaca, aku selalu mensyukuri kesempurnaan wajah dan tubuh yang kumiliki.Aku sebenarnya terlahir dari keluarga yang kaya, namun tak tahu kenapa, akhirnya keluargku bangkrut dan habis semuanya. Hingga saat aku masuk SMP, ayahku pun meninggal dunia, dan ternyata, dia meninggalkan uang yang banyak, jadi mau tak mau kami sekeluarga harus menyerahkan seluruh harta, kemudian tinggal di sebuah kontrakan rumah petak.Aku hanya tinggal bersama Ibu dan Mas Johan, kakakku satu-satunya. Setelah semuanya habis itu, Mas Johan kemudian tak lagi mau melanjutkan kuliahnya, karena memang saat itu sudah tak a
Part 35Sedikit KarmaAku sungguh sangat kaget, saat melihat di depan rumah Sinta yang megah itu, banyak orang bergerombol dan juga ada beberapa mobil yang di parkir kurang rapi di depan rumah itu.Aku pun segera berhenti dan bertanya kepada sesorang ibu-ibu yang juga sedang berhenti di pinggir jalan sama sepertiku."Maaf, Bu, ada apa di rumah itu? Kok rame sekali ya?" tanyaku."Sedang ada pelakor yang di grebek katanya, Mbak," jawab itu dengan wajah datar.Pelakor? Siapa? Sinta atau Selfi?Ah jawaban dari ibu tadi, tak memuaskan rasa kepoku, yang ada malah makin penasaran.Akhirnya aku menitipkan motor, di rumah yang berada tepat di depan rumah Sinta, dan segera masuk kedalam kerumunan orang di depan rumah itu.Kini di depan mataku kini terpampang sebuah kejadian yang amat mengejutkan.Selfi sedang dianiaya seorang gadis yang umurnya kurang lebih sama dengan Selfi. "Kurang ajar kamu Ya, berani sekali kamu menggoda Papaku!" teriak gadis itu sambil⁶ menjambaki rambut Selfi.Bu Sarah t
Part 34Ada Apa Di Rumah Sinta?Sepertinya mereka memang akan segera melancarkan aksinya padaku, aku harus bagaimana? Mengapa ini harus terjadi saat uangku telah habis kugunakan untuk berbelanja barang untuk jualan? Jika uang itu masih ada, maka saat ini juga akan kugunakan untuk mengontrak rumah lagi saja asal hidupku bisa tenang.Besok pagi lebih baik aku menemui Pak Rt untuk meminta perlindungan, warga kampung sini kan juga sudah tahu trackrecord keluarga benalu itu, saat aku melaporkan teror ini, pasti mereka akan langsung siaga.Namun aku tak boleh menunjukkan ketakutan ini pada mereka, karena hal itu justru akan membuat mereka merasa menang. Dan sebisa mungkin tetap kutunjukkan pada mereka, jika aku seorang wanita yang kuat.[Kenapa kamu masih terus mengurusi hidupku? Bukankah kita sudah tidak ada urusan sama sekali? Jangan ganggu hidupku!]Ternyata chat yang baru saja kukirim itu langsung dibacanya, dan juga langsung dibalas olehnya.[Hahaha...ternyata kamu punya nyali juga ya.
Part 33Dia Datang Kembali Saat Aku Mendapat Kabar BahagiaSeminggu berlalu setelah kejadian aku menguping percakapan antara Selfi, Om Joni dan juga Sinta, ternyata hal yang kutakutkan tak ada yang terjadi semua baik-baik saja. Saat aku mengecek dari kamera pengintai, juga tak ada hal apapun yang mencurigakan semua terasa aman-aman saja.Namun bisa kupastikan Mas Johan dan Bu Sarah telah keluar dari penjara, karena kasus hukum pun sudah di tutup. Untuk masalah perceraianku, alhamdulillah semua berjalan lancar,.saat panggilan pertama, Mas Johan tentu tidak datang karena sedang berada di penjara. Menurut pengacaraku, dipanggilan kedua seminggu lagi itu, dipastikan bahwa hakim akan mengabulkan gugatan ceraiku, karena melihat peliknya permasalahan dan bukti-bukti kuat yang kumiliki.Terlintas di pikiranku, mungkin saja mereka berubah fikiran dan sudah mendapat hidayah dari Allah, jadi tak lagi mau mencampuri urusanku. Aku pun tak ingin tahu tentang mereka.Kebetulan hari ini adalah hari
Part 32Antisipasi Lagi"Beneran loh Yank, kalau kamu bohong lagi, aku gugurin nih anak kamu!" ujar Selfi manja."Jangan dong Cantik, kemarin itu kan emang ada sedikit masalah, jadi agak mundur beliin kamu rumahnya. Kamu maunya nanti beli rumah di mana nih? Kalau bisa sih, di perumahan saja, agar tak banyak oraang yan akan mengurusi kehidupan kita. Kalau di kampung kan, mulut tetangga itu pada pedes," usul Om Joni."Pokoknya, nanti aku mau cari rumah yang deket dengan rumah Mbak Wulan, sesuai dengan permintaan ibu juga sih. Karena kami ingin memberi pelajaran padanya yang sudah berani memasukkan ibu dan Mas Johan ke penjara. Kami akan buat hidupnya makin menderita nanti.""Sudah dong Sayang, itukan sudah masa lalu, kenapa masih mau diungkit. Jangan buat masalah lagi lah. Aku janji akan mencukupi biaya hidupmu dan keluargamu, tak usah meneruskan dendam, tak ada gunanya. Dan untuk kakakmu, biar nanti kukasih modal, karena mantan napi kan sangat sulit mencari pekerjaan," kata Om Joni."Ei