Kehamilan Selfi"Wulan adalah menantu yang telah kusia-siakan, dan kami dzholimi hingga akhirnya dia terusir dari rumahnya sendiri. Apa mungkin ini karma karena perbuatan kami itu?!" ucap Bu Sarah lirih."Wah mungkin juga sih, Bu. Katanya kalau doa orang yang teraniaya itu bakalan cepat diijabahi sih, Bu. Maaf ya, Bu, kenapa kok sampai menyia-nyiakan mantunya? Lalu perempuan yang tadi di kamar berdua dengan putra ibu itu, siapa?" pancingku lagi."Perempuan itu hanya selingkuhan Johan saja, aku sebenarnya nggak suka juga dia ada di sini, tapi ya gimana lagi kata Johan, jika dia di sini, maka motornya bisa digunakan Selfi untuk ke kampus. Sebenarnya Wulan itu mantu dan istri yang baik, baik sekali malahan, dan justru karena kebaikannya itulah kami memanfaatkanya dan akhirnya mengusirnya dari sini. Saat dia sudah tak ada seperti ini, semua jadi terasa bahwa kehadirannya di sini itu amat berharga buat kami."Aku sesungguhnya memang tahu, kalau hati dari mertuaku ini amat lembut. Dulu saa
AKU PASTI BISA TANPAMUKejutan Dari Selfi LagiSaat tengah mengeroki Bu Sarah, terdengar suara motor berhenti di depan. Entah siapa yang datang, Mas Johan atau Selfi, yang jelas hanya akan memperlambat waktuku pergi dari rumah ini saja, apalagi ini juga sudah pukul lima sore, maka kuputuskan malam ini aku bermalam di rumah ini saja.Sekalian ingin mengenang masa saat aku kecil dulu, saat tidur di kamar belakang itu bersama Bapak dan Ibuku."Jum, coba lihat siapa yang datang?" perintah Bu Sarah padaku, yang hanya kujawab dengan anggukan saja.Memang tadi pintu depan sudah kututup, jadi jika ada orang masuk, pasti ketuk pintu dahulu. Ternyata dugaanku salah, ternyata yang datang bukanlah Mas Johan atau Selfi, namun seorang gadis muda berhijab warna putih, mungkin dia seumuran Selfi."Assalamualaikum Bu, Selfinya ada?" ucap gadis itu sopan saat kubukakan pintu.Mungkin karena penyamaranku ini, jadi si gadis itu memanggiku dengan sebutan 'Bu'."Waalaikumsalam. Selfi nggak ada, tadi dia p
AKU PASTI BISA TANPAMUApa ini Karma 2?"Sepertinya lebih terlihat ceria Jum. Malah sering kulihat dia teleponan sambil senyam-senyum gitu. Dia juga kemarin kulihat punya jam tangan baru, dan juga dia pulang beberapa hari yang lalu, membawa belanjaan yang lumayan banyak , saat kutanya katanya sedang dapat arisan yang diadakan dengan sesama teman kuliahnya di kampus," jawab Bu Sarah."Eh, tapi tiap hari Mbak Selfi masih minta uang saku 'kan Bu?" tanyaku lagi."Minta lah, tapi nggak di kasih juga nggak protes kayak dulu. Emmm kayaknya dia juga sudah jarang minta uang untuk sekedar beli buku atau kerjain tugas bareng teman-temannya.""Oh, begitu...terus Bu Sarah nggak nanya gitu, kok nggak pernah minta uang buat keperluan kuliah lagi?" tanyaku lagi."Nggak lah, kupikir malah enak dia tak pernah minta uang untuk ini itu, jadi nggak terlalu buat aku dan Johan tertekan. Ya kalau dulu ada Wulan, enak tinggal minta duit selesai, lah kalau sekarang Selfi minta duit, kami harus kelimpungan du
AKU PASTI BISA TANPAMUSemakin Terperosok."Selfi kok belum datang juga ya, Jum? Ini sudah pukul sembilan malam loh." Wajah mertuaku ini mulai kelihatan khawatir."Sudah dicoba telepon, Bu?" tanyaku mencoba memberi solusi."Tadi sudah, katanya sedang menyelesaiakan tugas, dan sebentar lagi akan pulang."Jadi meskipun banyak kejanggalan yang sudah ditunjukkan Selfi sebelumnya, dan juga kedatangan Gita tadi sore, ternyata mertuaku ini tetap percaya pada Selfi. Tapi tak tahu sih, apa yang sebenarnya dirasakan beliau di dalam hati. Hingga kemudian sebuah motor matic masuk ke teras, dan tentu saja, itu adalah orang yang dari tadi kami tunggu-tunggu. Dia ternyata pulang dengan membawa banyak tas belanjaan, tertulis beberapa nama brand terkenal di tas-tas kertas itu."Nungguin aku ya, Bu?! Yuk masuk, sudah malam nih," ujar Selfi sambil nyelonong masuk.Kami berdua pun segera mengekori gadis cantik berambut merah itu."Oh, iya Jum. Masukin motornya dan jangan lupa tutup pintunya. Lalu buatin
Part 19Mas Johan Digrebek"Arak! Arak saja keliling kampung!""Dasar mesum! Kurang ajar kalian, mengotori kampung ini!"Dasar perempuan murahan! Laki-laki gatel!""Sudah punya istri masih selingkuh!""Arak saja keliling kampung!""Laporkan pada polisi saja!""Hajar saja biar kapok!"Teriakan-teriakan itu, membuatku terbangun. Kulihat jam dihandphone masihlah pukul dua malam, berarti aku baru tidur satu jam saja setelah menyelesaikan menulis dua bab novelku tadi.Suara-suara itu sepertinya amat dekat, dan dari banyak orang. Masak iya malam-malam begini ada orang yang teriak. Aku pun bergegas keluar dari kamar, meski takut.Betapa kagetnya aku, ternyata di ruang tamu banyak sekali orang, mayoritas bapak-bapak, dan aku sepertinya mengenal mereka, yah mereka adalah tetangga sekitar sini. Untung saja aku keluar kamar lengkap dengan costum penyamaranku, jadi mereka tak mengenalku.Dari dalam sini, aku tak bisa melihat apa yang sedang terjadi di ruang tamu, karena banyaknya warga yang berdi
Part 20Hidayah Itu Belum DatangSetelah Mas Johan dan Sinta dibawa oleh polisi, akkhirnya semua warga pun ikut pergi dari rumahku ini. Yang tersisa hanya para perangkat desa dan suami Sinta."Bu Sarah yang sabar ya, semoga nanti Johan dan kita semua dapat memetik hikmah dari peristiwa ini...oh iya, istrinya Johan itu sebebarnya kemana ya Bu? Kok nggak pernah kelihatan?" Rumah Pak Kades ini memang dekat dengan rumahku, jadi dia pasti tahu jika aku tidak ada di rumah."Minggat, Pak. Dasar istri tak tahu diri dia itu, Pak!" ucap mertuaku dengan bada tinggi."Loh memangnya kenapa kalau boleh tahu? Setahu saya dan juga warga di sini, dia itu wanita yang baik loh, bahkan sejak remaja. Saya tahu semua tentangnya, Bu, karena kami kan bertetanggan dari dulu. Buktinya sekarang saja dia masih memperbolehkan Ibu dan keluarga tinggal di rumah ini 'kan?" tanya Pak Kades.Alhamdulollah ternyata para tetangga berpihak kepadaku, jadi nanti jika aku memberontak, akan ada yang mendukungku."Alah itu ka
Part 21Bertemu Mertua Setelah Mengajukan Gugatan CeraiSetelah makan mie bersama dengan ibu mertuaku itu, aku langsung bergegas mengambil air wudu dan melaksanakan salat subuh, sedangkan beliau pamit melanjutkan tidur.Aku banyak bersyukur atas berbagai kebaikan dalam hidupku, benar kata orang, ujiam itu diberikan pada orang yang akan diangkat derajatnya, dan semoga aku menjadi salah satunya.Setelah salat, rencananya aku akan kembali meneruskan satu bab novelku, sepertinya waktunya akan cukup, dari pada aku tertidur lagi.Betapa terkejutnya aku, saat melihat penghasilanku sudah mencapai satu juta rupiah. Subhanallah, aku tak pernah menyangka bisa mendapat uang sebanyak itu dalam waktu sehari. Tentu hal ini menjadikanku makin semangat melanjutkannya. Meski pertama menulis tujuan utamanya bukanlah uang, namun tak ayal dengan pendapatan yang banyak ini, membuatku makin bersemangat.Tentu saja aku langsung mengetik satu bab saja untuk menambahi pendapatan besok, karena waktu juga tak ak
Part 22Didikan Orang Tua Yang SalahSebenarnya hatiku masih dongkol sekali dengan kelakuan ibu mertuaku itu. Tapi terus kucoba meredam semua amarah dengan terus beristighfar, karena bagaimanapun, saat ini beliau masihlah ibu mertuaku dan lebih tua dariku, jadi masih wajib aku hormati.Mungkin karena sedang banyak pikiran, akibat kedua anaknya yang bermasalah itulah, akhirnya beliau bersikap seperti itu. Pas sekali bertemu denganku yang bisa di jadikan pelampiasan amarahnya yang terpendam.Setelah hati merasa tenang, aku pun kembali memakai kostum dan berangkat ke rumah itu lagi, seperti biasa berubah menjadi Juminten, sang pembantu gratisan. Sebelum sampai, kusempatkan berbelanja sedikit sayuran, sebagai antisipasi jika mereka sudah berada di rumah terlebih dahulu.Benar saja, saat aku akan masuk rumah, motor mereka pun masuk teras."Loh, kamu dari mana saja jum?" tanya Bu Sarah.Nada bicaranya lebih lembut dari pada saat bertemu denganku tadi di warung."Eh ini tadi habis beli sayur
Part 40Ending"Ibu setiap saat menangis sambil memanggil nama Mbak Wulan, dan karena itulah aku menghubungi Mbak, berharap agar mau menemui ibu, walau sebentar saja," pinta Selfi lirih."Tentu...tentu aku akan ke sana, kamu kirim saja alamatnya, nanti agak siangan aku akan segera ke sana," jawabku spontan.Meski aku sebenarnya tahu di mana rumah Sinta, tapi aku tetap berbohong, tak apalah sedikit berbohong, toh menurutku kebohonganku kali ini juga tak merugikan siapapun."Terima kasih banyak, Mbak. Aku nggak menyangka, jika Mbak Wulan mau menemui ibu setelah semua kejahatan yang kami lakukan. Baiklah Mbak, akan segera kukirim shareloknya, dan kehadiran nya sangat kami nantikan. Terima kasih sekali lagi ya, Mbak. Assalamualaikum." Suara Selfi terdengar lega."Sama-sama Sel. Sudah sepatutnya kita saling memaafkan, manusia tak ada yang luput dari dosa 'kan? Aku juga ingin meminta maaf nantinya pada Ibu. Kutunggu ya shareloknya. Waalaikum salam."Panggilan itu pun akhirnya kuakhiri. Juju
Part 39Sebuah penyesalan (part menuju ending)Aku pun kemudian pulang setelah mendengar semua penuturan ibu pemilik toko, yang letak rumahnya persis di depan rumah Sinta. Tentunya dengan fikiran yang masih tak menentu, aku tak menyangka, jika nasib Mas Johan akan begitu tragis.Setelah sampai di rumah, aku pun langsung menceritakan semuanya pada Mbak Mila, karena memang sejak aku mengajaknya tinggal bersamanya, kami saling berbagi kisah hidup, yang memang secara kebetulan sama-sama menyedihkan."Sepertinya suamimu itu memang pantas mendapatkan hukuman itu Dek, bahkan seharusnya lebih parah dari itu, hehehe. Dan juga itu si mertua jahat, semoga secepatnya mendapat karma yang setimpal!Aku itu benar-benar geram jika ingat ceritamu tentang mereka, Dek. Kok ada sih suami dan mertua yang kelakuannya mirip tokoh film ikan terbang sih." Respon Mbak Mila."Hahaha, dulu aku juga sebenarnya tak pernah percaya ada orang yang jahatbya sampai seperti itu Mbak. Apa aku harus menjenguk Mas Johan
Part 38Sia-Sia Sudah(Pov Selfi)Besoknya, aku pun mulai tinggal di rumah Mbak Sinta, kebetulan Om Joni sedang ada seminar di luar negeri katanya. Sebenarnya nggak setiap hari sih, aku bisa bertemu dengannya, mungkin hanya seminggu sekali, karena dia kan punya kehidupan pribadi sendiri di luar sana.Sedangkan aku kan cuma selingkuhannya, jadi ya harus menerima pembagian waktu yang ala kadarnya itu. Tak apalah, bagiku yang penting uang selalu lancar, kapanpun kuminta, maka wajib saat itu juga dia mentransferku, kalau tidak, aku tentu akan sangat marah dan mengancam akan menggugurkan kandungan ini.Aku pun sudah tak lagi kuliah, karena memang sedang hamil, dan lagi, aku itu sudah malas banget mikir. Nagapain susah-susah mikir, mending kerja enak yang bisa menghasilkan banyak uang, seperti pekerjaanku sekarang, sebagai sugar baby.Kami pun saat itu langsung meluncur ke kantor polisi untuk menjemput Mas Johan dan Ibu. Mereka berdua tentu saja amat terkejut karena yang menjamin mereka ad
Part 37Om Joni(Pov Selfi)Saat aku sedang berlibur dengan Om Joni, sebuah kabar mengejutkan ku terima. Ibu dan Mas Johan masuk penjara, karena di laporkan oleh Mbak Wulan. Padahal baru tadi pagi aku mengeluarkan uang puluhan juta untuk membebaskan Mas Johan yang dipenjara karena berbuat mesum kemarin, eh sekarang kok malah masuk penjara lagi sih, emang bener-bener kurang ajar si Wulan itu.Saat sedang liburan itu, aku mengatakan pada Om Joni, jika aku sedang hamil dan tentu saja ini anaknya Om Joni. Karena hanya dengannyalah aku melakukan hubungan intim, dan dia juga lah yang telah merenggut kegadisanku, dengan memberi uang senilai lima puluh juta rupiah, dan hingga saat ini, uang itu masih kusimpan rapi di bank, tanpa diketahui oleh orang lain.Awal aku bertemu dengan Om Joni, adalah saat ketika aku sedang bekerja secara part time di sebuah tempat spa. Entah apa yang dimaksud spa di sini, karena selama sebulan aku kerja di sini, costumer yang datang rata-rata para pria yang ingin di
Part 36Kebangkrutan Berulang Mengubah Segalanya (Pov Selfi)Hay...aku adalah Selfi Anindita, usiaku saat ini masihlah dua puluh tahun, namun di usia mudaku ini, aku sudah memiliki banyak uaang dan itu adalah hasil kerjaku sendiri.Kata orang, aku sih orangnya cantik sekali ya, kulit putih, tinggi dan bentuk badan langsing namun di beberapa bagian sangat montok, dan wajah rupawan. Memang sih saat mengaca, aku selalu mensyukuri kesempurnaan wajah dan tubuh yang kumiliki.Aku sebenarnya terlahir dari keluarga yang kaya, namun tak tahu kenapa, akhirnya keluargku bangkrut dan habis semuanya. Hingga saat aku masuk SMP, ayahku pun meninggal dunia, dan ternyata, dia meninggalkan uang yang banyak, jadi mau tak mau kami sekeluarga harus menyerahkan seluruh harta, kemudian tinggal di sebuah kontrakan rumah petak.Aku hanya tinggal bersama Ibu dan Mas Johan, kakakku satu-satunya. Setelah semuanya habis itu, Mas Johan kemudian tak lagi mau melanjutkan kuliahnya, karena memang saat itu sudah tak a
Part 35Sedikit KarmaAku sungguh sangat kaget, saat melihat di depan rumah Sinta yang megah itu, banyak orang bergerombol dan juga ada beberapa mobil yang di parkir kurang rapi di depan rumah itu.Aku pun segera berhenti dan bertanya kepada sesorang ibu-ibu yang juga sedang berhenti di pinggir jalan sama sepertiku."Maaf, Bu, ada apa di rumah itu? Kok rame sekali ya?" tanyaku."Sedang ada pelakor yang di grebek katanya, Mbak," jawab itu dengan wajah datar.Pelakor? Siapa? Sinta atau Selfi?Ah jawaban dari ibu tadi, tak memuaskan rasa kepoku, yang ada malah makin penasaran.Akhirnya aku menitipkan motor, di rumah yang berada tepat di depan rumah Sinta, dan segera masuk kedalam kerumunan orang di depan rumah itu.Kini di depan mataku kini terpampang sebuah kejadian yang amat mengejutkan.Selfi sedang dianiaya seorang gadis yang umurnya kurang lebih sama dengan Selfi. "Kurang ajar kamu Ya, berani sekali kamu menggoda Papaku!" teriak gadis itu sambil⁶ menjambaki rambut Selfi.Bu Sarah t
Part 34Ada Apa Di Rumah Sinta?Sepertinya mereka memang akan segera melancarkan aksinya padaku, aku harus bagaimana? Mengapa ini harus terjadi saat uangku telah habis kugunakan untuk berbelanja barang untuk jualan? Jika uang itu masih ada, maka saat ini juga akan kugunakan untuk mengontrak rumah lagi saja asal hidupku bisa tenang.Besok pagi lebih baik aku menemui Pak Rt untuk meminta perlindungan, warga kampung sini kan juga sudah tahu trackrecord keluarga benalu itu, saat aku melaporkan teror ini, pasti mereka akan langsung siaga.Namun aku tak boleh menunjukkan ketakutan ini pada mereka, karena hal itu justru akan membuat mereka merasa menang. Dan sebisa mungkin tetap kutunjukkan pada mereka, jika aku seorang wanita yang kuat.[Kenapa kamu masih terus mengurusi hidupku? Bukankah kita sudah tidak ada urusan sama sekali? Jangan ganggu hidupku!]Ternyata chat yang baru saja kukirim itu langsung dibacanya, dan juga langsung dibalas olehnya.[Hahaha...ternyata kamu punya nyali juga ya.
Part 33Dia Datang Kembali Saat Aku Mendapat Kabar BahagiaSeminggu berlalu setelah kejadian aku menguping percakapan antara Selfi, Om Joni dan juga Sinta, ternyata hal yang kutakutkan tak ada yang terjadi semua baik-baik saja. Saat aku mengecek dari kamera pengintai, juga tak ada hal apapun yang mencurigakan semua terasa aman-aman saja.Namun bisa kupastikan Mas Johan dan Bu Sarah telah keluar dari penjara, karena kasus hukum pun sudah di tutup. Untuk masalah perceraianku, alhamdulillah semua berjalan lancar,.saat panggilan pertama, Mas Johan tentu tidak datang karena sedang berada di penjara. Menurut pengacaraku, dipanggilan kedua seminggu lagi itu, dipastikan bahwa hakim akan mengabulkan gugatan ceraiku, karena melihat peliknya permasalahan dan bukti-bukti kuat yang kumiliki.Terlintas di pikiranku, mungkin saja mereka berubah fikiran dan sudah mendapat hidayah dari Allah, jadi tak lagi mau mencampuri urusanku. Aku pun tak ingin tahu tentang mereka.Kebetulan hari ini adalah hari
Part 32Antisipasi Lagi"Beneran loh Yank, kalau kamu bohong lagi, aku gugurin nih anak kamu!" ujar Selfi manja."Jangan dong Cantik, kemarin itu kan emang ada sedikit masalah, jadi agak mundur beliin kamu rumahnya. Kamu maunya nanti beli rumah di mana nih? Kalau bisa sih, di perumahan saja, agar tak banyak oraang yan akan mengurusi kehidupan kita. Kalau di kampung kan, mulut tetangga itu pada pedes," usul Om Joni."Pokoknya, nanti aku mau cari rumah yang deket dengan rumah Mbak Wulan, sesuai dengan permintaan ibu juga sih. Karena kami ingin memberi pelajaran padanya yang sudah berani memasukkan ibu dan Mas Johan ke penjara. Kami akan buat hidupnya makin menderita nanti.""Sudah dong Sayang, itukan sudah masa lalu, kenapa masih mau diungkit. Jangan buat masalah lagi lah. Aku janji akan mencukupi biaya hidupmu dan keluargamu, tak usah meneruskan dendam, tak ada gunanya. Dan untuk kakakmu, biar nanti kukasih modal, karena mantan napi kan sangat sulit mencari pekerjaan," kata Om Joni."Ei