Nanti saya revisi lagi, teman-teman. Makasih pengertiannya. Happy reading. Salam Sayang.
Seperti yang telah direncanakan, pagi ini Arsen dan Shaynala melakukan perjalanan ke luar kota. Mereka menggunakan supir karena Arsen harus menyiapkan materi saat meeting nanti. Sedari tadi pria itu fokus dengan ponselnya, sesekali ia akan tersenyum saat membaca pesan dari anak buahnya yang mengatakan kalau Larissa sudah dipindahkan.'Setelah ini kau tidak akan bisa menggangguku lagi!' batinnya.Sementara Shaynala juga tampak anteng bermain ponsel di sebelah Arsen. Namun, wajah cantiknya tampak murung saat membaca pesan dari Karin yang mengatakan belum bisa menggarap laporannya karena masih antre banyak.Ia kemudian memilih berbalas pesan dengan Rashita, membahas lamaran Kaindra dan Rashita yang akan digelar tiga bulan lagi.[Kamu harus datang ke lamaranku, Ning. Aku mau kamu temani, seperti aku dulu yang menemanimu.] tulis Rashita yang membuat perasaan Shaynala nyeri.Shaynala hanya menjawab dengan emoticon jempol, tidak berkata iya atau menolak permintaan Rashita.'Aku mungkin tidak
Setelah diperingatkan oleh Arsen, Kaindra mulai menghindari Shaynala. Berangkat ke kantor pagi-pagi sekali dan pulang larut malam, ia bahkan tidak pernah makan di rumah, semua itu dilakukan untuk menghindari Shaynala dan menjaga hatinya.Hingga tiba lah hari di mana acara lamaran digelar, pagi ini Shaynala sudah sampai di rumah Rashita. Sengaja, karena ia pun juga menghindari Kaindra. Ia tahu pagi ini Kaindra akan sarapan di rumah, juga melakukan kesibukan lain untuk acara lamaran.Gadis itu tahu dari kemarin Kaindra menghindarinya, apalagi tujuannya kalau bukan untuk menata hati? Maka Shaynala juga melakukan hal sama, ia akan membantu Kaindra untuk tidak lagi memikirkannya."Terima kasih, ya, Ning. Kamu mau repot-repot datang sepagi ini," ucap Rashita."Sama-sama," sahut Shaynala dengan memaksakan senyuman."Aku bahagia sekali pagi ini, impianku menikah dengan pria yang kucintai sebentar lagi akan terwujud. Doaku tidak sia-sia, semau tirakat yang ku lakukan membuahkan hasil memuaskan
Shaynala pulang lebih dulu tanpa mengikuti acara ramah tamah, ia langsung masuk kamar dan meminta mbak ndalem untuk membawakan jahe panas. Ia sudah mengatur rencana akan berlagak masuk angin, dengan begini semua orang tidak akan curiga kenapa ia harus pulang lebih dulu.Saat baru saja membaringkan tubuhnya di kasur, sebuah dering ponsel terdengar kencang yang tak ayal menyentaknya. Shaynala kembali bangun, mengambil ponselnya dari dalam tas dan mendapati nama Karin terpampang di layar pipih itu."Halo, Rin," sapanya setelah menempelkan ponsel pada daun telinga."Aku mengganggumu, Na?""Tidak, aku lagi santai. Ada apa? Apa ada kabar tentang penyidikan mu?" tanya Shaynala dengan perasaan berdebar.Sungguh! Ia sangat ingin tahu tentang wanita misterius itu."Iya, Na. Ada kabar buruk dan maaf aku harus mengatakan ini. Aku dan tim ... tidak bisa mendapatkan informasi apa-apa, seperti ada yang menutup akses saat kami ingin memasukkan pelacak ke nomor itu. Sudah satu bulan kami berusaha, tap
Jamal memanggil dua asisten pribadinya dan meminta mereka mengumpulkan beberapa anak buah pilihan, orang-orang terlatih yang akan dipilih dan ditugaskan untuk membereskan anak buah Ryon yang sudah disebar. "Jangan sampai ada yang tahu masalah ini, siapkan dana besar untuk menyuap siapapun yang menghalangi mu. Kau harus pastikan supir dan pemasok bahan baku tutup mulut, jangan sampai ketahuan kalau kau adalah asistenku. Kalau ada yang bertanya, katakan saja kau bekerja untuk Kaindra atau Ryon," jelas Jamal pada pria botak bertubuh gempal yang berdiri di hadapannya itu."Baik, Tuan. Saya akan menjalankan tugas ini dengan baik."Jamal mengangguk puas, kemudian ia mengalihkan pandangannya pada pria bertubuh kekar di hadapannya. "Kau sudah membuat lamaran pekerjaan sebagai penjaga gudang?" tanyanya."Sudah, Tuan. Tinggal menunggu interview saja, mereka mengatakan paling lama satu bulan.""Bagus. Kau harus mendapatkan posisi itu, sehingga saat bahan baku jelek masuk bisa lolos kontrol. Sua
Pagi ini Aaraf diam-diam pergi ke kantor untuk menyelidiki kecurigaannya kemarin, beruntung kemarin ia bisa mengalihkan pembicaraan sehingga Ilham dan Rashita tidak sampai berpikir macam-macam."Pak Aaraf," ucap salah satu staf dan langsung menundukkan kepala."Aku mau cek CCTV ruangan CEO.""Silakan, Pak." Pria itu menyingkirkan tubuhnya untuk jalan Aaraf lewat."Pastikan tidak ada yang tahu kedatanganku ke ruangan ini."Pria yang merupakan staf penjaga ruang CCTV itu langsung mengangguk. "Baik, Pak," sahutnya.Aaraf meneruskan langkahnya masuk, ia menuju salah satu komputer terbesar di sana dan mendudukkan dirinya di kursi empuk itu. Jemarinya bergerak lincah di atas keyboard, tidak lama kemudian layar komputer itu memutar sebuah video yang merekam area lantai ruangan Kaindra.Seiring dengan detik waktu yang terus berganti, kening keriput itu semakin mengernyit saat melihat seorang gadis yang sering masuk ke ruangan Kaindra. "Mereka sering berinteraksi, siapa dia?" gumamnya bingung
Di dalam kamarnya, Kaindra mengobrak-abrik semua barang yang ada di atas meja untuk meluapkan emosi. Napasnya terengah-engah dengan dada naik turun, beberapa kali ia menjambak rambutnya dengan wajah yang sangat frustasi."Aaargh ...!"Menjatuhkan tubuh ke atas ranjang, kelopak matanya terpejam erat dengan rahangnya yang mengetat sempurna. Kaindra kesal karena sudah susah payah menghindari Shaynala, tetapi gadis itu malah mengajaknya berbicara.Terkesan terlalu berlebihan, tetapi inilah rasanya menjadi Kaindra. Mati-matian melupakan gadis yang dicintainya, tetapi gadis itu malah menyapanya dan membangkitkan cinta yang selama ini ia kubur. Kini, ia bingung bagaimana caranya menghentikan debaran di dadanya yang kembali datang.Semua usaha yang dilakukannya seakan sia-sia, Shaynala kembali merasuki pikirannya dan entah bagaimana caranya belajar melupakan wajah cantik itu. Kaindra harus memulai dari awal dan ia sangat benci hal ini. "Aku selalu berdebar saat di dekatmu, Ning. Kenapa kamu
Tepat saat adzan ashar berkumandang, Arsen dan Shaynala baru saja sampai di kediaman mereka. Kediaman mewah itu tetap bersih karena ada beberapa staf yang ditugaskan untuk berjaga sekaligus membersihkan di sana."Mas langsung mandi, ya, Dek. Rasanya tubuhku lengket banget," ucap Arsen yang hanya diangguki oleh Shaynala.Bola matanya bergerak mengikuti suaminya yang berjalan menaiki tangga, entah kenapa rasa cinta yang selama ini ia bangun mendadak sirna.Shaynala selalu belajar mencintai suaminya, tetapi kekecewaan siang tadi benar-benar menghantam jiwanya. Tidak ada lagi toleransi, mulai sekarang ia tidak akan membiarkan Arsen menyentuh seujung kuku pun bagian tubuhnya. "Aku akan menggugat cerai setelah mendapatkan semua buktinya dari Karin!" gumamnya.Terserah orang mau bilang apa, yang jelas ia tidak mau hidup dengan pembohong. Shaynala bertekad mengganti nominal dana yang pernah disuntikkan oleh Papa mertuanya, meskipun ia tidak tahu sampai kapan bisa melunasinya.•Keesokan pagi
Larissa hidup di sebuah rumah terpencil yang dekat dengan hutan, rumah berlantai dia itu dijaga ketat oleh beberapa anak buah Arsen. Ia tidak bisa ke mana-mana, bahkan ingin jalan-jalan ke halaman depan saja harus diikuti tiga pengawal.Ia berusaha menikmati hidup penuh tekanan ini, sambil menjalankan perintah Kinara untuk memeras uang Arsen. Ia akan mendapat bayaran dari wanita paruh baya itu, ditambah uang dari Arsen yang semakin membuatnya bergelimang harta.Tangannya mengelus perutnya yang mulai membesar memasuki usia kandungan lima bulan, tiga minggu sekali Dokter kandungan sewaan Arsen akan datang untuk memeriksa Larissa. Ia senang karena mengira Arsen perhatian padanya dan calon anak mereka, tanpa tahu rencana yang disiapkan Arsen untuk melenyapkannya nanti."Maaf, ya, Nak. Kita harus berjauhan dengan Ayahmu, tapi Mama janji akan membawamu ke hadapan Ayahmu, dan memperjuangkan semua hak mu. Kamu akan mendapatkan harta yang banyak, begitu juga kehidupan mu akan terjamin," gumamn