Setelah kejadian kemarin, hari ini aku sudah mulai merasa lebih baik meski sesekali jika teringat Alka, air mata ku masih mengalir dengan deras. Hari ini Sarah mengajak aku pergi, aku tau Sarah hanya ingin aku melupakan Alka sejenak.
Setelah membereskan semua keperluan yang aku butuhkan selama disana aku pun bergegas keluar rumah untuk menunggu Sarah menjemput ku. Sambil menunggu Sarah, aku pun mengambil handphone ku dan mulai membuka media foto. Aku melihat foto Alka dan aku yang masih menjadi wallpaper di handphone ku dan menyadari bahwa kenangan ku bersama Alka masih tersimpan di dalam handphone ku, hingga tak terasa air mata pun mulai jatuh kembali saat aku melihat foto ku bersama nya.
Ingin rasanya aku menghapus semua kenangan bersama Alka, namun aku masih sangat mencintai nya, aku pikir biar lah kenangan ini menjadi pengingat bahwa aku pernah jatuh cinta pertama kali dengan seorang lelaki yang aku pikir akan selama nya untukku. Tak lama suara klakson mobil terdengar, dengan cepat aku langsung menghapus air mata yang masih mengalir di wajah ku dan berusaha tersenyum untuk meyakinkan Sarah, aku pun langsung menggeret koper kecil ku menuju mobil nya yang sudah terparkir di depan gerbang rumah.
"Lama banget sih, abis nangis lagi ya?" Tanya Sarah seraya membantu ku memasukkan koper kecil ku kedalam bagasi mobil.
Aku sedikit kaget dengan pertanyaan Sarah, aku rasa mungkin Sarah memang salah satu spesies manusia di muka bumi ini yang sangat peka, "Ah engga kok, yuk langsung jalan" Ucap ku dengan cepat, aku tak ingin Sarah mengetahui bawah aku memang habis menangis, lagi.
Selama perjalanan Sarah terus saja menghibur ku dengan cerita-cerita masa lalu kami berdua. Untuk sesaat aku merasakan bahagia dan sedikit melupakan Alka, namun hati ku tak bisa berbohong, karna semakin aku berusaha melupakan nya maka yang aku dapat hanyalah semakin dalam mengingat setiap kenangan yang terlanjut terukir dalam ingatan ku.
Sarah sebenarnya tahu bahwa saat ini aku hanya berpura-pura ikut tertawa bersamanya karna beberapa kali mengatakan kata-kata sarkas yang mengisyaratkan agar aku tidak memaksakan perasaan ku saat ini, bahkan ia berkata bahwa jika ia diberi kesempatan untuk membunuh satu orang, tanpa keraguan ia ingin membunuh Alka. Aku yang mendengar nya hanya tersenyum miris, menurut Sarah aku adalah salah satu orang terpenting di hidup nya, dan ia pun sudah menganggap aku sebagai adik nya sendiri, walaupun umur kami hanya terpaut 1 bulan saja, namun tetap Sarah yang lebih tua berusaha menjadi figur seorang kakak untuk ku.
Beruntung nya kami berdua karna jalanan tak begitu padat, sehingga hanya dalam waktu 2 jam kami sudah sampai di Villa milik keluarga Sarah. Sesampai nya di Villa, aku pun langsung berlarian kecil mengingat dulu aku dan Sarah sering mendatangi Villa ini saat liburan tiba bersama keluarga kami masing-masing.
Disudut lain aku melihat Sarah tersenyum simpul melihat kelakuan ku yang seperti anak kecil, aku pun tersenyum menatap nya, aku berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan nya, setidak nya selama kita ada disini.
"Cit, woy jangan lari-larian nanti lo jatoh" Teriak Sarah saat melihat aku yang masih saja berlarian tapi kali ini aku berpindah ke kebun kecil dengan rerumputan dan beberapa pohon yang kecil namun terlihat sangat asri yang ada di Villa ini.
Aku pun langsung menghampiri Sarah dengan wajah yang sangat berseri "Sar, waktu itu kita berempat kan kesini, lari-larian disini, inget gak?" Tanya ku dengan nada yang sangat riang.
Sarah pun menaikkan satu alis nya dan mulai mencerna perkataan ku, hingga sedetik kemudian, "Berempat?" Tanya nya. Aku pun mengangguk dengan antusias dan tersenyum simpul "Iya berempat Sar, gue, lo, Anton sama Alka, inget kan?" Suara ku terdengar melemas saat menyebut nama Alka, berada disini membuat ku sedikit melupakan rasa sakit ku, tapi hanya dengan menyebut nama nya entah mengapa rasa sakit itu datang kembali, memenuhi relung dada yang menyesakkan!
Tak tinggal diam Sarah pun langsung menarik ku kedalam pelukannya "Stop Cit, udah, gausah inget dia lagi!" Jelas Sarah sambil mengelus pelan pundak ku.
Memang, beberapa bulan yang lalu saat kita pergi kesini, Sarah mengizinkan aku untuk mengajak Alka berlibur bersama di Villa ini berhubung Anton saat itu juga ikut, dan aku masih ingat bagaimana kebahagian yang terpancar dari kami semua, terlebih kenangan saat aku bercanda dengan Alka di kebun, lagi dan lagi, hanya dengan mengingat itu membuat ku tak kuasa menahan rasa sakit dan kepiluan di hati ku, aku pun menangis di dekapan Sarah, tak mampu untuk menahan semua kenangan yang sangat berarti untuk ku.
Sarah pun berusaha mengangkat kepala ku dari pundak nya "kita pulang aja ya? Ternyata lo disini malah makin inget dia" Tanya Sarah yang langsung mendapat penolakan dari ku, aku menggeleng dengan cepat.
"Jangan, biarin aja ini jadi kenangan buat gue" Jawab ku sambil tersenyum getir menahan tangis.
Pada akhirnya Sarah pun mengerti dan menyetujui keinginan ku. Kami berdua pun masuk ke dalam Villa dan langsung membereskan barang-barang yang kami bawa, rencana nya selama 2 minggu aku dan Sarah akan menginap di Villa ini, atau setidaknya sampai aku melupakan Alka.
***
Aku terbangun dan melihat jam yang menunjukkan pukul 11.00 malam, ternyata aku ketiduran dari tadi sore, aku mengedarkan pandangan ku di kamar ini, tenggorokan ku terasa kering, aku pun berniat untuk mengambil air yang ada di dapur.
Aku berjalan pelan menuruni anak tangga, keadaan terlihat sepi.
Mungkin Sarah sudah tidur - Batinku.
Sesampai nya aku di anak tangga terakhir, aku melihat sosok laki-laki yang sangat aku kenali, ia hanya diam dan duduk di sofa yang berada di hadapan ku. Jantung ku berpacu dengan cepat rasanya ingin meledak! Untuk apa dia ada disini? apa dia datang untuk meminta maaf kepada ku?
"Alka, Ka kamu disini?" Tanya ku saat melihat sosok Alka yang tersenyum ke arah ku.
Alka tersenyum sangat manis dan membuka tangannya untuk memeluk ku. Dengan cepat aku pun langsung berlari kecil dan memeluk Alka "kamu kemana aku telfonin gak pernah angkat? Ohiya yang kemarin itu bohong ya? Kamu seneng banget ngerjain aku deh" Racau ku pada Alka sambil mencubit hidung nya.
"Cit" Ucap Alka dengan nada yang sangat halus. aku pun langsung melepaskan pelukan ku dan menatap Alka "kenapa sayang?" Ucap ku dengan tersenyum melihat Alka yang sangat aku cintai berada di hadapan ku sekarang.
"Aku mau kamu jauhin aku, jangan ganggu aku lagi, jangan cari aku lagi, aku udah gak cinta sama kamu Citra!" Teriak Alka dengan nafas yang memburu dan langsung berlari meninggalkan ku dan seketika menghilang dari pandangan mata ku.
Lagi-lagi sikap Alka seperti ini, tak mau kejadian kemarin terulang, dengan cepat aku pun langsung mengejar Alka. Tak perduli dengan kaki ku yang mungkin akan terkilir jika aku berlari secepat ini, yang ada di pikiranku adalah bagaimana pun caranya supaya aku tidak kehilangan Alka untuk kedua kalinya.
Terus berlari dan berlari sampai aku tak sadar sekarang aku berada di sebuah hutan yang sangat rindang dan gelap, dalam ketakutan aku pun terus memanggil nama Alka, berharap Alka datang dan memelukku.
Saat aku sedang berjalan pelan mencari Alka tiba-tiba aku melihat sosok Alka yang berada di atas batu. Dengan berani aku pun mendekati sosok itu sambil terus meneriaki nama Alka.
"Ka...Alkaa....kamu mau kemana jangan tinggalin aku dong ka"
Alka hanya menoleh menatap ku tanpa ekspresi apapun, aku masih terus meneriaki nama nya dan meminta ia untuk turun, namun tanpa aku duga, dengan cepat Alka melompat dari atas. Aku berteriak histeris!
Tiba-tiba aku pun terbangun dengan keringat yang terus mengucur di badan ku, nafas ku masih terus memburu dan kepala ku mulai merasa sedikit sakit.
Aku langsung melirik jam dan ternyata jam masih menunjukkan pukul 04:00 pagi, sedetik kemudian aku pun menyadari bahwa barusan aku hanya bermimpi, aku tenang kan diri ku sekuat tenaga, mengatur nafas ku dan langsung beranjak dari kasur dan berjalan tergesa-gesa keluar dari Villa untuk mencari keberadaan Alka seperti yang ada di dalam mimpi ku. Namun belum sempat aku keluar ternyata Sarah langsung menarik tangan ku.
"Mau ngapain jam segini keluar?" Tanya Sarah dengan penuh selidik. Sarah menyadari kondisi ku yang terlihat seperti dikejar oleh sesuatu serta badan yang basah karna keringat yang terus mengalir.
"Mau cari Alka, tadi ada Alka Sar! dia ada disini!" Ucap ku dengan sangat antusias
Sarah pun menghembuskan nafas nya kasar "Lo cuma mimpi Cit, lo tau kenapa gue bangun? Itu karna teriakan lo yang nyebut nama Alka mulu, bisa gaksih lo lupain dia semenit aja? Gua capek Cit ngeliat lo kayak orang gila kayak gini, gue capek!" Teriak Sarah dengan nada yang sangat putus asa melihat keadaan ku yang sekarang.
Aku pun langsung memeluk Sarah erat "Maafin gue Sar maafin gue yang belum bisa lupain Alka, tolong jangan cape sama gue Sar, gue butuh lo Sar" Ucap ku sambil terisak.
Sarah hanya mengelus rambut ku pelan dan mengangguk. Sarah pun membawa ku ke kamar nya dan menemani aku tidur agar sore nanti kami bisa pergi ke kebun strawberry kesukaan ku sesuai jadwal yang sudah kami susun sedemikian rupa.
Sebelum tertidur, Sarah berkata bahwa kebahagiaan ku adalah kebahagiaannya juga. Karna itu, Sarah akan melakukan apapun supaya aku kembali menjadi diriku yang periang dan tak tahu apa itu patah hati.
***
Sore ini aku dan Sarah sudah bersiap-siap untuk pergi ke kebun strawberry yang jaraknya sangat dekat dari Villa. Diperjalanan menuju kebun tak henti nya aku menanyakan tentang masa kecil kami, hingga satu pertanyaan pun terlontar dari mulut ku.
"Sar, lo kenapa sih gamau punya pacar?"
Sarah yang mendengar pertanyaan itu pun langsung menghentikan langkah nya "karna gue gamau patah hati" Jawab Sarah sambil tersenyum kecut. "Apa ini karna Anton? Maksut gue dulu kalian--" Ucapan ku pun langsung dipotong oleh Sarah "Masa lalu biar jadi masa lalu, sekarang yang harus kita fikirin adalah gimana kita tata masa depan kita sendiri" Jawab Sarah dengan nada yang terdengar sedikit tegas.
Aku pun terdiam sejenak memikirkan perkataan Sarah barusan "Hmm berarti itu artinya gue juga ga boleh pacaran lagi ya? Gue gamau patah hati, sakit ya rasanya" Aku pun langsung tertawa pelan sambil mengingat perlakuan Alka pada ku.
Sarah pun langsung mencubit hidung ku "Kalau masalah itu tergantung dari diri kita sendiri Cit, buat apa tuhan nyiptain patah hati kalau bukan buat pelajaran kita kedepannya"
Aku pun tersenyum dan melanjutkan perjalanannya seraya terus ucapan Sarah barusan.
Sesampai nya di kebun strawberry aku bagaikan anak kecil yang baru saja berikan mainan baru, aku langsung berlarian kesana kemari dan mulai memetik Strawberry pilihan ku untuk aku makan bersama Sarah di Villa, sedangkan Sarah hanya duduk sambil memperhatikan ku dari sebuah saung yang jarak nya tidak terlalu jauh.
Aku berharap senyuman itu tak akan pernah pudar lagi dari wajah Citra, karna aku sendiri pun tahu rasanya patah hati ditinggal seseorang yang sangat berarti di hidup ku, Anton. - Batin Sarah.
Rintik hujan terus membasahi tanah dan dedaunan yang ada di sekitar, aku dan Sarah pun terpaksa hanya berdiam diri di Villa karna takut hujan akan semakin deras bila kami memaksakan untuk pergi keluar. Ini adalah hari kedua aku dan Sar
Aku terbangun oleh suara handphone ku yang berbunyi nyaring, aku melihat sekeliling kamar yang berantakan seperti habis terjadi gempa besar, aku pun bangun dan berusaha untuk duduk menyandarkan badan ke tembok dan berusaha untuk memulihkan diri ku.Perlahan aku bangun dan berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, rasa nyeri mulai terasa dibagian tangan yang sudah dibalut oleh kassa, aku hanya meringis kesakitan. Dengan langkah yang pelan aku pun berjalan gontai menggapai handphone ku yang tergeletak di sudut kamar.Hancur.Hanya suara nya saja yang berfungsi, sisa nya hancur, bahkan aku pun tak bisa mengangkat telfon itu karna layar handphone ku yang retak, aku tak tahu siapa yang menelfon saat itu. Aku menghembuskan nafas kasar frustasi, sekarang aku menyesali emosi ku yang tak terkendali beberapa jam lalu."Harusnya tadi jangan di lempar, ancur, nanti kalo Alka nyariin gimana" - batin ku.Kembali aku melihat tangan ku yang sudah dibalut oleh kassa, air m
Pagi ini langit sedang bersahabat, cahaya hangat yang menyinari pepohonan, kicauan burung yang terdengar saling bersautan, aku menikmati setiap hembusan angin di teras depan villa, duduk di sebuah kursi rotan ditemani dengan secangkit teh hangat dan beberapa potong biskuit keju kesukaanku yang sudah Sarah beli sebelum kami datang ke Villa ni.Aku memang berencana bangun lebih pagi, aku ingin menikmati suasana damai yang menenangkan jiwa sebelum aku kembali ke Jakarta."Aku kangen kamu" Ucap ku dengan lirih sambil menatap lurus kedepan.Sejak kemarin, aku berusaha membujuk Sarah untuk meminjamkan handphone nya, aku berharap bisa mendengar suara Alka hari ini, aku khawatir Alka akan mencari ku karena sudah beberapa hari ini handphone ku rusak. Namun nihil, Sarah tetap pada pendirian nya dan semakin berusaha menjauhkan aku dari Alka.Bagi ku, melupakan Alka sama hal nya dengan menyelam ke dasar laut tanpa peralatan menyelam, bahkan sebelum mencapai dasar,
Terkadang kita harus mengingat masa lalu sepahit apapun itu, karna dibalik kejadian tragis di setiap berakhir nya suatu hubungan, kita akan selalu dibawa untuk mengingat momen-momen indah bersama seseorang yang pernah kita cintai.*****Aku menutup pintu rumah, duduk di bangku yang ada di teras rumah ku untuk menunggu Alka menjemput ku. Senyum ku mengembang ketika membayangi lelaki itu sebentar lagi akan datang dan menyambutku dengan senyuman hangat dan sebuah pelukan yang terasa sangat nyaman.Berulang kali aku berdiri dan melihat refleksi diri ku di kaca jendela, mencoba merapihkan diri ku untuk Alka. Hingga tak lama suara motor yang sangat aku kenal berhenti tepat di depan pagar rumah ku, jantung ku berdegup kencang, dengan susah payah aku mengatur nafas ku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu, namun bagi ku setiap pertemuan dengan Alka terasa sama seperti pertama kali kamu bertemu, sangat mendebarkan.Aku berjalan ke depan pagar, membuka nya dan l
Aku tersadar setelah mendengar suara yang sangat aku kenali. Perlahan aku membuka mata, sesaat mata ku menangkap sosok seorang laki-laki yang sedang menangis sambil menggenggam tangan ku."Papa" Ucap ku dengan nada lirih.Begitu mendengar suara ku, Hendra--Papa ku segera mengangkat wajah nya dan dengan cepat mengelap air mata dengan tangan nya. "iya nak, Citra udah bangun ya? apa yang kamu rasain? Papa panggilin dokter ya" Papa ku mengelus-elus tangan dan kening ku pelan."keluar" Aku menarik tangan nya dari genggaman Papa ku."Citra...""Aku bilang keluar, keluar sekarang juga" Aku memalingkan wajah ku, sejujurnya diri ku enggan untuk melihat sosok Papa.Sekuat tenaga aku menahan tangis ku. Papa berusaha untuk menggenggam tangan ku."Gara-gara Papa" Ucap ku lirih, kali ini aku tak kuasa menahan air mata yang perlahan mengalir.Mendengar hal itu Papa ku terdiam, kali ini ia melepaskan genggamannya. "Maksud kamu apa nak?"Se
Selesai mengerjakan Sholat, Sarah dengan cepat merapihkan mukena nya dan menelfon ibu nya untuk mengemasi pakaiannya dan mengabarkan akan menginap di rumah sakit serta memberi tahu kondisi ku saat ini. Setelah itu ia memesan gosund untuk mengirimkan pakaian nya ke rumah sakit. Sesekali Sarah menatap aku dengan tatapan iba. Jauh di dalam lubuk hati nya mungkin sebenarnya Sarah merasa kecewa dengan perbuatan ku sekarang, namun aku rasa Sarah akan sangat mengerti dorongan kuat yang membuat ku melakukan perbuatan ini.Tak lama aku merasakan kantuk yang hebat, mungkin ini efek obat yang baru saja disuntikkan oleh Perawat, aku pun menutup mataku perlahan dan mencoba untuk tertidur lelap, namun samar-samar aku mendengar suara Sarah, tangannya mengelus rambut ku."Apa sih Cit yang buat lo se-cinta ini sama si kampret" Ucap nya dengan pelan, lebih terdengar seperti berbisik.Aku masih berpura-pura tertidur, ah tidak lebih tepatnya mencoba untuk tertidur, S
Sarah masih berusaha menghentikan tangis nya, banyak orang yang melewati nya langsung memperhatikan namun enggan untuk bertanya. Dengan sekuat tenaga Sarah menghentikan tangisan nya, mengelap air mata nya dan beranjak masuk ke dalam ruangan.Ia berjalan pelan kearah ku, sebelum Sarah masuk aku sudah terlebih dahulu menyeka air mata ku dan kembali berpura-pura tidur di atas kasur ku. Sarah mendekati dan menggenggam tangan ku, aku bisa merasakan betapa menyiksa nya kejadian ini untuk nya. Sarah mengahapus air mata dan berusaha menangkan diri kemudian mengambil handphone yang sebelum nya ia letakkan di atas sofa dan berjalan keluar.Gua butuh ngopi nih, pening banget kepala - Batin nya.Sarah menghampiri salah satu Perawat yang sedang berjaga dan meminta Perawat tersebut untuk mengecek ke dalam ruangan ku setiap 5 menit sekali, ia beralasan bahwa aku sendirian di dalam kamar dan ia khawatir sesuatu terjadi jika ia tak ada disini.kemudian ia pun d
Samar-samar aku mendengar suara pintu terbuka, ternyata Sarah sudah datang. Langit sore terlihat semakin gelap, jam menunjukkan pukul 18:49. Sarah menaruh tas nya diatas sofa dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu. Baru saja ia ingin memulai berwudhu aku langsung memanggil nama nya. Dengan cepat Sarah menghampiri ku."Kenapa?" Tanya Sarah dari depan pintu kamar mandi."mau ngapain?""Shalat""Oh yaudah shalat dulu aja deh tapi lampu diatas kasur gua tolong matiin dong pusing nih kepala""Iya nanti abis wudhu ya"Aku hanya menganggukkan kepala ku. Sarah kembali melanjutkan wudhu dan shalat nya dengan cepat. Setelah berdoa ia langsung membereskan mukena dan sajadah lalu mematikan lampu sesuai permintaan ku.Selang beberapa menit pintu kembali terbuka, kali ini seorang Dokter perempuan beserta 3 Perawat masuk ke dalam ruangan."Permisi, udah waktu nya di periksa ya" Ucap Dokter itu sambil berusaha memba
Aku terbangun dengan suara ketukan di pintu kamar ku, aku menatap dinding, jam menunjukkan pukul 8 malam. Pintu terbuka, seorang laki-laki masuk ke dalam kamar ku."Maaf aku bangunin kamu ya?"Aku menggeleng sambil memegang dahi ku, "Engga, kenapa?"Alka mengelus rambut ku dan tersenyum hangat, "Gapapa, aku mau pamit pulang sama kamu""Pulang tinggal pulang gak perlu pamit""Tetep harus pamit, yaudah aku pulang dulu ya? kamu sehat-sehat" Ucap nya kemudian berdiri dari sisi kasur ku.Aku terdiam menatap punggung nya yang kian menjauh dari pandangan ku. Namun, belum sempat ia keluar kamar aku kembali memanggilnya, "Tunggu, ada yang harus kita omongin" Ucap ku sambil berusaha bangun dan menyenderkan tubuh ku ke dinding.Ia menghampiriku dan duduk di sisi kasur ku, "Apa?""Sampe kapan kita bohongin mama dan semua orang?""Bohongin apa?" Tanya Alka.Diluar kamar, ternyata Mama sudah berada di depan pintu, keadaan pintu yan
Pagi ini aku dibantu Mama dan Sarah membereskan perlengkapan ku, Dokter berkata bahwa hari ini aku sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang Mama membantu ku mandi sementara Alya hanya tiduran di atas kasur ku sambil memainkan Ipad nya. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, Mama dan Sarah izin kebawah untuk menyelesaikan urusan administrasi ku sementara aku dan Alya saling berdiam diri, anak itu benar-benar asyik dengan game yang ia mainkan di Ipad. Aku duduk di sofa sembari mencari channel televisi kartun yang biasa tayang di pagi hari, aku meminta Alya untuk mengambilkan biskuit yang ada di dalam nakas. Sekali, dua kali, hingga tiga kali aku memanggil nama nya namun ia tidak menghiraukan aku, bahkan ia tidak menoleh sedetik pun ke arah ku.Gemas. Aku beranjak berjalan menghampiri Alya dan mulai mengelurkan jurus kelitikan yang spontan membuat Alya terperanjat kaget
Samar-samar aku mendengar suara pintu terbuka, ternyata Sarah sudah datang. Langit sore terlihat semakin gelap, jam menunjukkan pukul 18:49. Sarah menaruh tas nya diatas sofa dan berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk berwudhu. Baru saja ia ingin memulai berwudhu aku langsung memanggil nama nya. Dengan cepat Sarah menghampiri ku."Kenapa?" Tanya Sarah dari depan pintu kamar mandi."mau ngapain?""Shalat""Oh yaudah shalat dulu aja deh tapi lampu diatas kasur gua tolong matiin dong pusing nih kepala""Iya nanti abis wudhu ya"Aku hanya menganggukkan kepala ku. Sarah kembali melanjutkan wudhu dan shalat nya dengan cepat. Setelah berdoa ia langsung membereskan mukena dan sajadah lalu mematikan lampu sesuai permintaan ku.Selang beberapa menit pintu kembali terbuka, kali ini seorang Dokter perempuan beserta 3 Perawat masuk ke dalam ruangan."Permisi, udah waktu nya di periksa ya" Ucap Dokter itu sambil berusaha memba
Sarah masih berusaha menghentikan tangis nya, banyak orang yang melewati nya langsung memperhatikan namun enggan untuk bertanya. Dengan sekuat tenaga Sarah menghentikan tangisan nya, mengelap air mata nya dan beranjak masuk ke dalam ruangan.Ia berjalan pelan kearah ku, sebelum Sarah masuk aku sudah terlebih dahulu menyeka air mata ku dan kembali berpura-pura tidur di atas kasur ku. Sarah mendekati dan menggenggam tangan ku, aku bisa merasakan betapa menyiksa nya kejadian ini untuk nya. Sarah mengahapus air mata dan berusaha menangkan diri kemudian mengambil handphone yang sebelum nya ia letakkan di atas sofa dan berjalan keluar.Gua butuh ngopi nih, pening banget kepala - Batin nya.Sarah menghampiri salah satu Perawat yang sedang berjaga dan meminta Perawat tersebut untuk mengecek ke dalam ruangan ku setiap 5 menit sekali, ia beralasan bahwa aku sendirian di dalam kamar dan ia khawatir sesuatu terjadi jika ia tak ada disini.kemudian ia pun d
Selesai mengerjakan Sholat, Sarah dengan cepat merapihkan mukena nya dan menelfon ibu nya untuk mengemasi pakaiannya dan mengabarkan akan menginap di rumah sakit serta memberi tahu kondisi ku saat ini. Setelah itu ia memesan gosund untuk mengirimkan pakaian nya ke rumah sakit. Sesekali Sarah menatap aku dengan tatapan iba. Jauh di dalam lubuk hati nya mungkin sebenarnya Sarah merasa kecewa dengan perbuatan ku sekarang, namun aku rasa Sarah akan sangat mengerti dorongan kuat yang membuat ku melakukan perbuatan ini.Tak lama aku merasakan kantuk yang hebat, mungkin ini efek obat yang baru saja disuntikkan oleh Perawat, aku pun menutup mataku perlahan dan mencoba untuk tertidur lelap, namun samar-samar aku mendengar suara Sarah, tangannya mengelus rambut ku."Apa sih Cit yang buat lo se-cinta ini sama si kampret" Ucap nya dengan pelan, lebih terdengar seperti berbisik.Aku masih berpura-pura tertidur, ah tidak lebih tepatnya mencoba untuk tertidur, S
Aku tersadar setelah mendengar suara yang sangat aku kenali. Perlahan aku membuka mata, sesaat mata ku menangkap sosok seorang laki-laki yang sedang menangis sambil menggenggam tangan ku."Papa" Ucap ku dengan nada lirih.Begitu mendengar suara ku, Hendra--Papa ku segera mengangkat wajah nya dan dengan cepat mengelap air mata dengan tangan nya. "iya nak, Citra udah bangun ya? apa yang kamu rasain? Papa panggilin dokter ya" Papa ku mengelus-elus tangan dan kening ku pelan."keluar" Aku menarik tangan nya dari genggaman Papa ku."Citra...""Aku bilang keluar, keluar sekarang juga" Aku memalingkan wajah ku, sejujurnya diri ku enggan untuk melihat sosok Papa.Sekuat tenaga aku menahan tangis ku. Papa berusaha untuk menggenggam tangan ku."Gara-gara Papa" Ucap ku lirih, kali ini aku tak kuasa menahan air mata yang perlahan mengalir.Mendengar hal itu Papa ku terdiam, kali ini ia melepaskan genggamannya. "Maksud kamu apa nak?"Se
Terkadang kita harus mengingat masa lalu sepahit apapun itu, karna dibalik kejadian tragis di setiap berakhir nya suatu hubungan, kita akan selalu dibawa untuk mengingat momen-momen indah bersama seseorang yang pernah kita cintai.*****Aku menutup pintu rumah, duduk di bangku yang ada di teras rumah ku untuk menunggu Alka menjemput ku. Senyum ku mengembang ketika membayangi lelaki itu sebentar lagi akan datang dan menyambutku dengan senyuman hangat dan sebuah pelukan yang terasa sangat nyaman.Berulang kali aku berdiri dan melihat refleksi diri ku di kaca jendela, mencoba merapihkan diri ku untuk Alka. Hingga tak lama suara motor yang sangat aku kenal berhenti tepat di depan pagar rumah ku, jantung ku berdegup kencang, dengan susah payah aku mengatur nafas ku. Padahal ini bukan kali pertama kami bertemu, namun bagi ku setiap pertemuan dengan Alka terasa sama seperti pertama kali kamu bertemu, sangat mendebarkan.Aku berjalan ke depan pagar, membuka nya dan l
Pagi ini langit sedang bersahabat, cahaya hangat yang menyinari pepohonan, kicauan burung yang terdengar saling bersautan, aku menikmati setiap hembusan angin di teras depan villa, duduk di sebuah kursi rotan ditemani dengan secangkit teh hangat dan beberapa potong biskuit keju kesukaanku yang sudah Sarah beli sebelum kami datang ke Villa ni.Aku memang berencana bangun lebih pagi, aku ingin menikmati suasana damai yang menenangkan jiwa sebelum aku kembali ke Jakarta."Aku kangen kamu" Ucap ku dengan lirih sambil menatap lurus kedepan.Sejak kemarin, aku berusaha membujuk Sarah untuk meminjamkan handphone nya, aku berharap bisa mendengar suara Alka hari ini, aku khawatir Alka akan mencari ku karena sudah beberapa hari ini handphone ku rusak. Namun nihil, Sarah tetap pada pendirian nya dan semakin berusaha menjauhkan aku dari Alka.Bagi ku, melupakan Alka sama hal nya dengan menyelam ke dasar laut tanpa peralatan menyelam, bahkan sebelum mencapai dasar,
Aku terbangun oleh suara handphone ku yang berbunyi nyaring, aku melihat sekeliling kamar yang berantakan seperti habis terjadi gempa besar, aku pun bangun dan berusaha untuk duduk menyandarkan badan ke tembok dan berusaha untuk memulihkan diri ku.Perlahan aku bangun dan berusaha berdiri dengan sekuat tenaga, rasa nyeri mulai terasa dibagian tangan yang sudah dibalut oleh kassa, aku hanya meringis kesakitan. Dengan langkah yang pelan aku pun berjalan gontai menggapai handphone ku yang tergeletak di sudut kamar.Hancur.Hanya suara nya saja yang berfungsi, sisa nya hancur, bahkan aku pun tak bisa mengangkat telfon itu karna layar handphone ku yang retak, aku tak tahu siapa yang menelfon saat itu. Aku menghembuskan nafas kasar frustasi, sekarang aku menyesali emosi ku yang tak terkendali beberapa jam lalu."Harusnya tadi jangan di lempar, ancur, nanti kalo Alka nyariin gimana" - batin ku.Kembali aku melihat tangan ku yang sudah dibalut oleh kassa, air m