Beranda / Romansa / Merajut Asa / 27. Penyelamatan

Share

27. Penyelamatan

Penulis: Kaia Karnika
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-09 18:21:47

"Di mana Vanya? Apakah ia tidak pulang malam ini?" tanya Jovita lirih sambil kembali mengenakan pakaiannya dengan sisa tenaga yang tersisa. Kondisi tubuh yang belum fit setelah keluar dari rumah sakit, hajaran bertubi dari Ezra, dan paksaan untuk melayani hasrat seksual membuat tubuh Jovita benar-benar remuk. Belum lagi kenyataan untuk menerima perselingkuhan Ezra serta prinsip seks bebas yang dianut suaminya itu mengakibatkan dirinya merasa lemah tak berdaya.

"Tidurlah, aku janji kamu bisa menemuinya besok." Ezra memeluk pinggang Jovita dari belakang. "Aku ingin berdua saja denganmu malam ini," bisiknya lirih. Jemarinya mengelus lengan istrinya dengan lembut.

Bulu tengkuk Jovita berdiri, tubuhnya kian lunglai mendengar ucapan dan belaian suaminya. Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya malam ini. Siang tadi setelah puas menghajar fisiknya, Ezra melanjutkan den

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Merajut Asa   28. Membuka Diri

    "Pagi, Sayang," sapa Jovita begitu Vanya bangun dari tidurnya. Semalam sekembalinya ia dari melakukan pemeriksaan di rumah sakit, putri semata wayangnya itu sudah tertidur lelap. "Mommy," ucap Vanya dengan senyum terkembang saat melihat wajah ibunya. Ia melihat ke sekelilingnya dengan air muka kebingungan. Ini bukan kamarnya. "Vanya sedang di rumah Nana," jelas Jovita. Nana adalah panggilan Vanya untuk nenek dari pihak ibunya. "Oh ...," ujar Vanya sambil mengucek-ucek matanya. "Mommy hari ini jemput Vanya sekolah." Ia teringat janji ibunya kemarin. Jovita tersenyum lebar, daya ingat anak memang luar biasa. "Hari ini Vanya tidak usah sekolah dulu ya, kita main di rumah Nana saja." Ia tidak ingin Ezra tiba-tiba mengambil paksa anaknya dari sekolah.

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-13
  • Merajut Asa   29. Janji-janji

    "Pak, ada Pak Ezra. Apakah diperkenankan masuk?" tanya Asep, petugas keamanan di kediaman Irwan melalui telepon. Irwan menghela napas, cepat atau lambat menantunya itu pasti akan datang. Ia menoleh ke arah Jovita yang sedang bermain bersama Vanya dan istrinya di ruang keluarga. "Jov, ada Ezra. Kita sampaikan rencanamu seperti yang tadi siang sudah kita diskusikan bersama Pak Arifin. Kamu siap?" Jovita mengangguk. Semakin cepat masalah ini disampaikan, semakin cepat ketenangan ia dapatkan. Ia kemudian meminta ibunya untuk mengajak Vanya ke kamar. "Pak Ezra boleh masuk, Sep," instruksi Irwan kepada petugas keamanan rumahnya. Beberapa menit kemudian, Ezra memasuki ruang tamu, di mana ayah mertua dan istrinya telah duduk menanti. Ia melihat ketegangan di wajah kedua orang itu. D

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-22
  • Merajut Asa   30. Dukungan Lain

    "Bert, apakah kamu punya waktu sebentar. Ada yang ingin kusampaikan," ujar Jovita kepada Albert setelah rapat rutin koordinasi setiap hari Senin usai. Ini adalah hari pertamanya kembali bekerja sepulang dari Melbourne yang dilanjutkan dengan izin sakit selama seminggu. Jovita memutuskan untuk memberi tahu kepada Albert mengenai kondisi rumah tangga yang sedang dihadapinya kepada partner sekaligus atasannya itu sebagai antisipasi dampak terhadap pekerjaan. "Tentu. Tentang apa, Jo?" tanya Albert merapikan dokumen di hadapannya. "Masalah pribadi sih, Bert," sahut Jovita lirih. Ia tidak mau masalah ini diketahui banyak orang. Albert menatap Jovita. Wajah rekannya ini terlihat serius. "Bagaimana kalau kita membahasnya sambil makan siang di luar. Sekalian aku mau cari kado untuk Karen. Mungkin kamu bisa membantuku. Seleramu kan berk

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-27
  • Merajut Asa   31. Liburan Bersama

    Jovita mengembuskan napas lega begitu melihat Davina tergopoh-gopoh memasuki Saphire PremiAir Executive Lounge di bandara Halim Perdana Kusuma Jakarta, ruang tunggu khusus bagi penumpang pesawat jet pribadi. "Maaf, Kak, banyak kerjaan dan jalanan Jumat sore macetnya kebangetan," ujar Davina terengah-engah. "Tidak apa-apa. Aku yang minta maaf karena membuatmu terpaksa menemaniku," sahut Jovita sambil menyodorkan sebotol air mineral bagi adiknya. "Vanya merengek setiap hari, Mami juga merayu untuk pergi bersama, jadi aku terpaksa mengabulkan. Untung kamu bersedia ikut." "Lumayanlah akhir pekan di Bali daripada sendirian di rumah," sahut Davina. Ia lalu menenggak minuman pemberian kakaknya. "Damian tugas ke luar kota?" tanya Jovita. Ia mengajak Davina memasuki ruang tunggu yang

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-31
  • Merajut Asa   32. Liburan Bencana

    Begitu memasuki kamar, Ezra melihat Jovita duduk di bangku meja rias dengan penuh ketegangan. Ia melemparkan senyum penuh kemenangan. Jovita mendengkus melihat senyum Ezra yang seolah menghina ketidakberdayaannya. "Mommy, sini tidur," ajak Vanya sambil merebahkan badan di tengah-tengah ranjang. Ia meminta ayahnya tidur di sebelah kanannya. Jovita bergeming. "Mommy ...," panggil Vanya, "sini." Ia menepuk bantal di sisi kirinya, meminta ibunya untuk segera tidur. Jovita masih tidak bergerak. Ia masih tidak sudi tidur seranjang dengan Ezra meski ada Vanya di antara mereka. "Jangan egoistis. Singkirkan dulu gengsi demi anak," sindir Ezra seraya memeluk anak

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-04
  • Merajut Asa   33. Kebetulan?

    Jovita membuang muka sambil mengembuskan napas sarat kekesalan melihat wajah Claude yang sedang tersenyum jahil padanya. Bagaimana mungkin ia bisa bertemu kembali dengan pria menjengkelkan ini. Pria berambut pirang bergelombang itu meletakkan papan seluncur yang ditentengnya, lalu duduk di samping Jovita. "Ow ya goin?" Jovita tak mau menjawab. Davina diliputi kebingungan, sangat jarang melihat kakaknya bersikap tidak ramah terhadap orang. Ia mengamati pria berlogat Australia yang hanya mengenakan board short, celana pendek yang biasa digunakan untuk berselancar. "Ini benar-benar kebetulan yang indah," ujar Claude menyeringai. Jovita bangkit dari duduknya, menarik tangan Davina hendak mengaj

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-06
  • Merajut Asa   34. Perlawanan

    Setelah matahari terbenam, lampu-lampu di area outdoor mulai menyala dengan iringan house music, menghadirkan suasana hangout ala Ibiza. Ibiza adalah sebuah kota yang dikenal sebagai destinasi favorit untuk para penikmat pesta yang terletak di Pulau Ibiza, Spanyol. Rombongan Jovita pun berpindah ke dalam restoran dengan pintu-pintu kaca yang sengaja dibuka lebar sehingga memberi akses langsung pada area Hedonism Lounge. "Aku ke toilet sebentar, Dav. Tolong awasi Vanya," ucap Jovita. Davina mengangguk. Saat Jovita memasuki toilet, terlihat Kiara sedang meringis di depan wastafel sambil memegangi sikunya. "Kenapa, Kia?" "Tadi terpeleset di tangga

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-11
  • Merajut Asa   35. Arti Sahabat

    Sebuah selebrasi sederhana untuk mengapresiasi kerja keras karyawan, menghargai segala bentuk kontribusi bagi kemajuan perusahaan, dan sekaligus memperkuat keterikatan antara karyawan dengan organisasi menjadi acara rutin yang diselenggarakan oleh manajemen Starrific untuk menutup tahun dalam balutan kebersamaan. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan optimisme menghadapi tantangan tahun mendatang. Ekspresi kegembiraan terpancar dari wajah semua orang yang hadir menyaksikan paparan pencapaian kinerja tahun ini. "Jo, kamu sehat, kan?" tanya Rania saat acara pertemuan usai. Sejak tadi ia memerhatikan wajah Jovita yang tidak sesegar biasanya. "Kupikir cuma perasaanku saja, bahkan sejak beberapa hari terakhir ini kamu terlihat tidak fit," timpal Monica. Perhatian Rania dan Monica membuat Jovita terharu. Ia menoleh ke arah

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-14

Bab terbaru

  • Merajut Asa   97. Menyatukan Hati

    "Selamat datang di Åberg!" Magnus menjabat tangan Jovita erat. "Kapan datang dari Indonesia?" "Seminggu yang lalu," jawab Jovita. Kerstin, Direktur Human Capital, yang juga hadir saat wawancara di Uppsala turut menjabat tangan Jovita. "Terima kasih sudah bersedia datang sebelum tanggal di kontrak." Ia mempersilakan Jovita untuk duduk. "Tidak masalah," sahut Jovita. Siang itu, ia diminta datang ke kantor pusat Åberg School of Communication di Norrmalm, area pusat bisnis Stockholm. "Perkenalkan ini Niklas, ia adalah Staf Human Capital. Ia nanti akan mengurus semua keperluanmu," ucap Kerstin sembari memperkenalkan seorang pria berusia awal 30-an berkacamata. Jovita menjabat tangan Niklas. "Jovita. Trevligtatt träffas.

  • Merajut Asa   96. Permintaan

    "Jo!" panggil Monica sambil melambaikan tangannya. Jovita balas melambaikan tangan lalu bergegas mendekati temannya yang sudah duduk di salah satu meja dekat kolam renang. Ia menyempatkan diri berpamitan kepada rekan-rekan seperjuangannya. Restoran Mendjangan di kawasan Kemang, Jakarta Selatan menjadi pilihan mereka bertemu siang itu. Di meja tersebut telah menunggu Monica, Albert dan istrinya Karen. "Apa kabarmu, Jo?" tanya Karen yang dahulu teman satu angkatan Jovita kala di jenjang S1. "Baik, kamu bagaimana kabar?" "Baik. Kamu makin cantik dan seksi, deh," sanjung Karen. "Tuh, kan, bukan cuma aku dan Rania yang bilang begitu," celetuk Monica.

  • Merajut Asa   95. Kehangatan Keluarga

    Suasana riuh memenuhi kediaman keluarga Irwan Hengkara pada hari Sabtu pekan pertama di tahun baru. Tidak hanya semua anak dan cucunya yang berkumpul, tapi juga tiga anak almarhum supir pribadinya yang sudah dianggap seperti anak sendiri, Bayu, Reza, dan Gilang bersama keluarga mereka. Enam anak dan dua balita terlihat asik bermain bersama di halaman berumput samping rumah. Bayu dan Joseph bermain catur tak jauh dari anak-anak itu. Reza, Gilang, Damian, dan juga Irwan mengamati permainan itu dengan serius. Baru kali ini Bayu mendapat perlawanan sengit dalam bermain catur. "Semua jadi kecanduan catur," komentar Yulia melihat enam pria bermimik serius di teras samping. Ia bersama para perempuan sibuk di dapur dan ruang makan menyiapkan makan siang. "Soalnya selama ini tidak ada yang bisa menandingi Kak Bayu, jadi kurang seru, ba

  • Merajut Asa   94. Buah Hati

    "Sampai kapan Anda di sini?" tanya Agung kepada Joseph setelah menutup pertemuan tersebut. "Rencananya kami akan berangkat pertengahan Januari. Semoga semua dokumen Jovita dan juga Vanya sudah selesai," sahut Joseph. "Jangan khawatir, pengacara kami bisa membantu agar semua urusan beres," ujar Agung. Joseph mengernyitkan dahi, berusaha memaknai perkataan Agung, bertanya-tanya mengapa harus menawarkan bantuan untuk sebuah prosedur yang sudah jelas dan baku. Jovita menangkap makna ekspresi Joseph. Ia yakin Joseph pasti bingung menyikapi tawaran kolusi dari Agung. "Terima kasih atas bantuannya, Pak." Ia segera memberikan jawaban. "Ayo, silakan diminum terlebih dahulu." Dewi mempersilakan para tamunya untuk menikmati minuman d

  • Merajut Asa   93. Kesepakatan Baru

    Jovita memarkir mobilnya di halaman rumah Poppy. Ia menarik napas panjang, menyiapkan diri untuk menghadapi pembicaraan yang bisa saja melebar menjadi perseteruan. "Apa kamu yakin mau aku temani?" Joseph mengusap lengan Jovita. Ia khawatir pembicaraan ini bersifat privasi. "Tentu. Aku membutuhkanmu." Jovita memandangi mata hazel Joseph lekat. Joseph tersenyum. Ada bahagia karena merasa kehadirannya dibutuhkan. "Kalau begitu, mari kita turun," ajak Joseph. "Everything's gonna be alright." Jovita mengangguk. Joseph laksana daya tambahan bagi keberaniannya. Berbarengan dengan mereka berdua turun dari mobil, Arifin - pengacara Jovita - turun dari mobilnya beserta Ri

  • Merajut Asa   92. Bucket List

    Setelah setengah jam berkendara, Jovita menghentikan kendaraannya di restoran Bandar Djakarta yang terletak di dalam area wisata Taman Impian Jaya Ancol, sebuah tempat makan seafood yang memiliki konsep pasar ikan dengan pemandangan pantai Ancol. Sambil menyantap hidangan makan siang, obrolan kembali berlanjut. Ludvig mengamati pasangan yang ada di hadapannya. Dua orang yang sedang kasmaran. Tiap kali Joseph berbicara, Jovita memandanginya dengan penuh kekaguman, begitu pula sebaliknya. Joseph memandangi Jovita mesra saat perempuan itu bertutur. Suatu hal yang sangat jarang dilihatnya terjadi pada Joseph, bahkan ketika ia bersama dengan Freja. "Kapan terakhir kali kamu ke Gotland?" tanya Jovita. "Sekitar dua tahun lalu, tapi tidak bertemu Joe," - Ludvig mengalihkan pandangan ke Joseph - "kalau tidak salah, kamu sedang

  • Merajut Asa   91. Sahabat Masa Kecil

    "Herregud¹!" Joseph tidak dapat menutupi kekagetan menyaksikan pemandangan di hadapannya. Beberapa orang pengendara motor nekat melaju meski lampu belum berubah hijau. Jovita yang duduk di belakang kemudi, tertawa geli, sudah menduga hal ini pasti terjadi. "Kamu tahu apa warna bendera Indonesia?" tanya Jovita. "Merah putih kalau tidak salah," sahut Joseph. "Betul. Merah artinya berani, putih artinya suci." "Filosofi yang bagus sekali," puji Joseph. "Sangat bagus! Beberapa orang terlalu meresapi makna warna bendera tersebut, maka lampu merah pun diartikan berani. Jadi, setiap lampu berwarna merah, ia pun menganggap itu adalah perintah untuk bersikap berani," selo

  • Merajut Asa   90. Sekakmat

    "Hah?" Ezra terkejut. Ta' kemplang berarti kutempeleng. Jovita nyaris tersedak. "Namanya soto ayam ta'kemplang. Ayam betina muda dan telur uritan," jelas Poppy. Ia melirik makanan Ezra yang tidak disentuh. "Kenapa kamu tidak makan?" "Aku tidak suka rica." "Lalu mengapa tadi pesan itu?" "Aku tidak terlalu memperhatikan." Kali ini Jovita benar-benar tersedak, menahan tawa mendengar percakapan dua orang di hadapannya. Sudah diduganya Ezra pasti sedang melamun saat memesan makanan itu. Ia berusaha meraih botol air mineral di hadapannya untuk meredakan batuk. Joseph dengan cekatan meraih botol hijau bertuliskan Equil

  • Merajut Asa   89. Blessing in Disguise

    Sebuah pohon beringin besar dengan lampu-lampu hias antik tergantung di dahannya menyambut para tamu memasuki pelataran restoran Lara Djonggrang di daerah Menteng, Jakarta Pusat. Tempat makan bernuansa mistikal yang terinspirasi dari dongeng romansa cinta tak berbalasnya Bandung Bondowoso kepada Rara Jonggrang ini, menjadi pilihan Poppy untuk pertemuannya dengan Jovita. "Aku masih tidak bisa memahami keinginanmu bertemu Jovita," ujar Ezra gusar sambil melangkah masuk ke restoran berfasad merah itu. "Aku ingin menekankan beberapa hal padanya, sehingga ia tidak mengganggu perkawinan kita nanti, Beb," sahut Poppy sembari memandangi sekelilingnya. Pencahayaan temaram dengan interior etnik Indonesia dan paduan sentuhan Tiongkok menghadirkan kesan mistis nan memesona. Ezra mendengkus, tak mungkin menolak keinginan Poppy. Ia harus me

DMCA.com Protection Status