Waktu yang disepakati oleh Randi dan Via tiba. Masing-masing langsung menuju restoran yang telah disetujui dari tempat kerja. Tadinya, Randi ingin menjemput, tetapi Via menolak dan memilih untuk pergi sendiri karena jalan yang akan dilalui Randi cukup berputar jika harus menjemput dirinya terlebih dahulu. Rupanya, Randi sampai lebih dulu. Dia memanggil Via yang baru saja datang sambil melambai di parkiran. “Aku sudah memesan satu meja untuk kita,” ucapnya. Via mengangguk dan tersenyum. Namun, sebuah kerutan tiba-tiba muncul di dahinya saat melihat penampilan Randi yang di mata Via tidak seperti biasanya. “Apa kamu baru saja menghadiri sebuah acara?” tanya Via penasaran. “Tidak. Kenapa?” “Pakaianmu sangat rapi. Aku pikir kamu habis menghadiri acara pertunangan atau pernikahan seseorang.” Randi tersenyum canggung kemudian memperhatikan setelan jas yang dipakainya saat ini. Dalam hati pria itu merutuk karena jika diperhatikan jas yang dia pakai memang terlalu formal. Namun, tak ada
Randi mengantarkan Via dengan perasaan dongkol. Bukan pada Via, tapi pada Raysa yang dirasa merusak acaranya malam ini. Segala sesuatu yang dipersiapkan sebelumnya hancur begitu saja gara-gara kedatangan wanita itu. Tak hanya Randi, perasaan serupa juga dirasakan oleh Via. Dia harus merelakan perutnya tertunda untuk terisi gara-gara kehadiran saudara tirinya tersebut. Selain itu, kehadiran Bella turut merusak seleranya. Padahal dia cukup lapar saat tiba di restoran tadi. Sampai di depan gerbang rumah Via berpamitan untuk masuk. Namun, dia tidak mengajak Randi untuk sekadar istirahat karena posisinya itu bukanlah rumah dia sepenuhnya. Meski hanya sebatas status, tetapi Via merasa tidak pantas memasukkan laki-laki lain ke dalam rumah tanpa sepengetahuan dan persetujuan Reza. Saat hendak masuk, tiba-tiba Randi memegang pergelangan Via. Sebuah gerakan yang secara otomatis menghentikan langkah gadis itu. Via berbalik untuk memastikan apa yang sedang dilakukan Randi padanya. Sementara,
Sebelum datang ke Klinik, Via berkunjung ke kantor agensei penyalur Caregiver, setibanya di sana Via disodori beberapa dokumen tentang para perawat yang sudah siap. Tentu saja perawat yang direkomendasikan di sini khusus lansia dan pasien perawatan khusus. Dari beberapa dokumen itu, Via menemukan satu wajah yang tidak asing. “Lisa,” gumamnya. Nama dan wajah yang tertulis di kertas berisi data perawat itu, sangat cocok dengan teman masa kecilnya dahulu saat masih tinggal di kampung. Tanpa basa-basi, akhirnya Via menjatuhkan pilihan pada perawat yang bernama Lisa. Usai mengurus administrasi dan semua hal yang diperlukan, dia pun pamit karena harus segera datang ke klinik untuk urusan pekerjaan. “Aku tidak akan lama di sana, mungkin sekitar satu jam lagi aku sudah berada di rumah,” ucap Via pada operator agensi tersebut. Sesuai perjanjian, satu jam kemudian Via sudah berada di rumah. Selain ingin bertemu dengan perawat yang dia pesan sebelumnya, dia juga pulang untuk memastikan makan
Di rumah, keadaan terlihat normal dan tergolong sepi. Via tidak ditemukan di mana-mana, membuat Reza langsung masuk ke kamarnya untuk mengecek keberadaan sang istri. Saat mendengar suara shower yang menyala, Reza langsung menarik kedua sudut bibirnya, dia berpikir kalau Via ada di dalam kamar mandi.Terlebih lagi keadaan tempat tidur yang sedikit berantakan, membuatnya tahu kalau Via baru saja bangun. Reza duduk di ujung ranjang, matanya menatap lekat ke arah pintu kamar mandi menunggu sang istri keluar dari sana.Senyuman yang merekah indah itu terlukis sangat jelas di wajah Reza, tetapi seketika luntur saat matanya tak menemukan sosok yang ditunggunya. "Kamu siapa? Ngapain keluar dari kamar mandi kamar saya?" tanya Reza yang kemudian bangun.Seseorang keluar hanya dengan handuk yang melilit tubuhnya, bahkan rambutnya masih basah, membuat Reza geram dibuatnya. Bisa-bisanya ada orang asing, bahkan seorang perempuan yang datang dari ruangan pribadinya."Maaf, A-anda siapa?""Saya yang
Reza melirik Lisa, kemudian menepis tangan perempuan itu dari pundaknya. Reza pun memilih kembali ke kamar, lagian dia ada pekerjaan, jadi tak mau menghabiskan waktu dengan menanggapi Lisa. Sementara perempuan bernama Lisa itu malah tersenyum puas, dia merasa yakin kalau Reza akan tergoda dengannya. Hanya tinggal menunggu waktu, dia pasti bisa mendapatkan Reza. Lisa pun kembali menyuapi Mama Diana.Terlihat Reza menghela napas, menyenderkan tubuhnya di kursi sembari memijat keningnya. Pekerjaannya kali ini cukup menguras pikirannya, tiba-tiba suara pintu terbuka membuatnya langsung mengalihkan pandangan. Ekspresinya berubah seketika begitu mendapati Lisa yang tersenyum manis padanya. “Mas Reza mau dibuatkan minuman?”“Tidak!” Jawaban singkat itu yang Lisa dapatkan.Bukannya pergi, Lisa malah melangkah semakin dekat yang membuat Reza memutar bola matanya karena jengah. Dia berusaha membuang muka, mengabaikan Lisa dengan sikapnya yang menjengkelkan itu. Lisa duduk di ujung tempat tidur
“Ngapain sih, aku lagi kesel sama kamu!” gerutu Via. “Aku gak ngapa-ngapain, malahan dia yang dari tadi rayu aku,” balas Reza. Reza menceritakan semuanya, mulai dari Lisa yang mandi di kamar mereka dan tiduran di tempat tidur mereka. Bahkan dia terus menggoda Reza. Semuanya Reza ceritakan, tetapi Via tidak percaya karena dia sudah mengenal Lisa cukup lama dan tahu bagaimana sifat juga karakter perawat yang dia rekrut itu. “Di teman kecil aku loh, kita sama-sama dari kampung dan aku tahu gimana dia!” ujar Via tak mau kalah. Wajahnya masih ditekuk dengan bibir yang sedikit maju. Via kesal, dia cemburu, tetapi tentu saja Via tak mau kalau Reza tahu soal perasaannya. Reza menghela napas, tak akan ada ujungnya berdebat dengan Via yang kini sedang marah. Yang ada istrinya itu akan tambah marah lagi dan tak mempercayai dirinya. Reza memegang tangan Via, walau menolak dan berulangkali ditarik kembali, tetapi Reza terus menarik tangan Via dan menggenggamnya dengan kuat. “Maaf, aku beneran
"Masak sendiri aku sibuk hari ini!" Reza malah menggeleng kuat dan masih menatap Via, membuat perempuan itu menghela napas. Di rumah itu tak ada asisten rumah tangga, jadi urusan memasak adalah tanggungjawab Via. Namun, sekarang dia sudah siap dengan pakaian formal dan sudah merias wajahnya juga. Via sudah siap untuk pergi ke acara opening kliniknya, tetapi melihat ekspresi Reza akhirnya dia mengalah, Via menekuk wajahnya dan menghentakkan kaki karena kesal. Walau begitu, dia tetap keluar kamar dan pergi ke dapur untuk memasak.Via menggulung lengan bajunya dan mulai memasak, sementara Reza pergi mandi. Selesai mandi Reza langsung ke dapur melihat Via yang masih belum selesai dengan masakannya. “Mau aku bantuin?” tawar Reza.“Duduk aja!” balas Via dengan sedikit ketus.“Jangan marah dong, aku Cuma mau kamu lebih tenang aja. Sekarang kamu bos, gak terikat sama aturan, jadi gak harus terburu-buru. Masih marah?” tanya Reza lagi sembari memiringkan kepalanya melihat wajah Via.Via tak me
Semua hal yang berkaitan dengan pembukaan klinik sudah selesai. Via mengembus napas lega seraya menatap puas dekorasi yang terpasang rapi dan sesuai dengan keinginannya. Meski cukup menguras tenaga dan pikiran, tetapi Via sangat menikmati setiap prosesnya. “Emm… . “ Via menggeliatkan badan yang terasa cukup pegal. Dia juga memijat leher yang lumayan terasa tegang. “Akhirnya.” Randi yang tengah berdiri di samping kiri Via ikut menggeliatkan badan sambil sama-sama menatap hasil kerja mereka. “Aku antar pulang,” kata Randi lagi. Melihat Via yang tampak kelelahan dia tak tega membiarkan gadis itu untuk pulang sendirian. Karena sudah malam dan lelah juga, Via menerima tawaran Randi tanpa basa-basi. Pada dasarnya dia juga ingin segera sampai di rumah dan beristirahat. Mengisi ulang energi untuk hari esok. Sesampainya di depan rumah, Via turun dari mobil Randi dan pamit untuk masuk. Akan tetapi, Randi menahannya. “Bolehkah aku ikut masuk, aku ingin menjenguk ibu?” tanyanya. Via tak lan