Rasa penasaran Via menuntunnya untuk melihat lebih dekat. Perlahan dia membuntuti Nadia dan menyaksikan sendiri bagaimana Reza menyambutnya. Mereka kemudian terlibat obrolan dan tak lama masuk bersama ke kamar. “Apa yang mereka bicarakan?” Mendadak keingintahuan Via meningkat beberapa kali lipat.
Pikiran buruk menyerang, membuat curiga beranak pinak memunculkan beberapa praduga. Karena penasaran yang tak bisa diabaikan, Via mendekat dan coba mendengar percakapan Nadia dengan Reza dari balik pintu. Sedemikian rupa dia mengatur posisi agar mendapat apa yang diinginkan.Sementara di dalam, Reza tengah melakukan pembahasan serius dengan Nadia. Perihal rencana pernikahan mereka. “Jadi, kapan kamu akan mengumumkan pertunangan kita dan menetapkan tanggal pernikahan? Aku sudah tidak tahan dan ingin semua ini cepat berakhir,” ucap Nadia.“Aku tahu apa yang menjadi kekhawatiranmu, tapi untuk saat ini aku belum bisa melakukannya.” Reza membuang napas kasar pertandVia menunggu dengan tidak sabar tentang apa yang ingin segera dia dengar. Matanya menatap Reza dengan gelisah dan penuh tuntutan. “Kenapa kamu membawa masuk wanita itu ke kamarmu? Setelah tidak bisa bicara denganku kamu langsung mencari wanita lain dengan mudah?” tanya Via pada akhirnya. Gadis itu meledak karena tidak tahan dengan semua pertanyaan yang terus berputar di kepala. Reza yang belum mengerti arah pembicaraan Via hanya bisa mengerutkan kening. “Wanita siapa maksudmu?” “Sudahlah. Jangan pura-pura tidak tahu dan bingung seperti itu. Kejadiannya belum lama, bahkan belum ada satu hari. Mustahil rasanya untuk lupa.” Via membuang muka. “Sungguh, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.” “Sebentar. Apa mungkin kamu menjadi seorang pria panggilan? Astaga jika itu benar, maka aku sungguh tidak bisa hidup denganmu.” “Bisa kamu perjelas ke mana arah pembicaraan ini? Kenapa tiba-tiba menurutku begitu? Memang apa yang sudah aku lakukan?” “Kamu membawa seorang w
Via bergegas ke kamar Reza untuk memastikan uang 10 Milyar yang sebelumnya dibicarakan. Beberapa waktu lalu, dia berjelajah di situs jual beli tempat dan menemukan lokasi yang cocok untuk memulai usahanya. Bahkan dia pun langsung memastikannya kepada Randi dan mendapat lampu hijau dari pria tersebut. Sesampainya di depan kamar Reza, Via langsung masuk karena memang pintu kamar itu tidak tertutup sepenuhnya. Namun, begitu menginjakan kaki di area dalam, Via terkejut saat melihat Dani. Akan tetapi, yang lebih membuatnya terkejut adalah posisi duduk Reza yang di matanya terlihat tidak sopan. Dia duduk dengan posisi tumpang kaki, punggung menyandar di sofa, satu tangan berada di dagu persis seperti orang yang sedang berpikir, dan satu tangan lagi mengetuk-ngetuk permukaan sofa. “Astaga.” Via menggeleng tak percaya melihat kelakuan Reza. Dia pun kemudian menyapa Dani dengan sopan dan memberikan Reza tatapan super tajam. Via memukul lengan atas Reza yang semula mengetuk permukaan sofa d
Via tersenyum lebar. Setelah berhasil menguasai perasaan dia pun menghubungi Randi untuk menanyakan perihal tempat yang sebelumnya mereka bicarakan lewat telepon. Reza sempat bertanya mengapa harus Randi, tetapi Via menjawab jika pria itu cukup bisa diandalkan perihal jual beli tanah. Waktu berlalu, setelah mendapat tanah yang diincar Via langsung memulai pembangunan klinik. Dia turun langsung untuk memastikan semuanya karena tidak mau ada dana yang keluar tanpa kejelasan. Meski dia memakai sistem borongan kepada tukang, tetapi dia tetap ingin memastikan karena uang yang dipakai bukan uang pribadi miliknya. Selain mempersiapkan klinik, Via juga mulai berbelanja kebutuhan lain yang salah satunya tentu saja bahan untuk skincare. Namun, karena kesibukannya ini, Via jadi jarang mengunjungi sang ibu. Bahkan terhitung sejak membangun klinik, dia belum sama sekali ke panti jompo. Karena itulah, Via pada akhirnya meminta Reza untuk menemui ibunya di panti terlebih dulu dan akan menyusul
Via dan Reza masih berada di dalam keheningan, setelah sedikit menceritakan kisah hidupnya, bibir via pun bergetar sembari berkata, “Maafkan aku,” ucap Via ketika tak bisa lagi menahan air mata yang akhirnya mengalir dan membasahi pipi. Segera dia membersihkannya sambil membuang muka karena tak ingin Reza melihat. Sementara, Reza hanya mengangguk paham. Tak mudah memang menceritakan perihal keadaan keluarga pada orang lain. Terlebih tentang kisah menyedihkan macam itu. “Jangan minta maaf. Kamu tidak salah apa pun.” Tangan kanan Reza menyentuh pundak Via dan menepuknya pelan. Pria itu mencoba untuk memberikan rasa nyaman. Via kembali menarik napas dan menembusnya dengan sangat pelan kali ini. “Raysa ingin menikah dengan anak orang kaya dan dia ingin memperbaiki statusnya di dokumen kenegaraan. Kamu tahu, ibunya Raysa tidak punya buku nikah resmi,” katanya sambil menyeka sisa air mata. Reza mengangguk paham. Pikiran sempat tertuju pada Candra begitu Via menyebut soal Raysa yang aka
Tanpa memedulikan Reza, Via langsung menghampiri Bella. Dia memegang pergelangan tangan temannya tersebut dan membawanya ke area kamar mandi. “Kenapa kamu ada di sini?” tanya Via menuntut penjelasan. “Hal yang sama ingin kutanyakan padamu,” balas Bella. Beberapa saat, keduanya hanya saling menatap. Sama-sama menuntut penjelasan tentang keberadaan masing-masing. “Aku yang pertama kali memberi pertanyaan. Jadi, jawab saja dulu,” tegas Via. Bella mengembus napas pasrah. “Kamu tidak melihat seragam yang aku kenakan?” “Kenapa kamu melakukan ini? Apa kamu sudah lupa dengan apa yang dilakukan Raysa terhadap kita dulu? Dia hampir membuatmu dipenjara.” Bella menarik napas dalam. Melirik seseorang yang tengah mencuci tangan di wastafel. Seragam mereka sama. “Kamu tahu, dari awal membelamu itu menjadi sebuah kesalahan untukku. Lagipula, jika diingat aku dapat masalah saat itu karena dirimu bukan? Jadi, jelas bukan Raysa yang jadi penj
Via tiba-tiba menarik tangan Reza, saat tubuh laki-laki itu hendak memasuki sebuah toko perabotan rumah tangga. Via menariknya menjauh dari pintu, kemudian tangannya mengisyaratkan agar Reza membaca nama tokonya.Reza yang tak paham malah menggerak-gerakkan alisnya, membuat Via langsung menarik Reza agar mendekat. "Kamu tahu berapa harga barang-barang di dalam sana? Jadi mendingan kita cari toko yang biasa aja, banyak kok," bisi Via."Aku mau yang di sini." Reza kembali berniat melangkah, saat kakinya bergerak, Via kembali menariknya lagi."Uang kita gak akan cukup Za, atau kita mau cari-cari aja buat referensi terus kita beli di toko lain. Sepakat?" ujar Via lagi.Reza mengangguk saja dan tangannya langsung menggenggam Via, membawanya masuk ke store perabotan yang dikenal dengan harga yang lumayan. Ada harga ada kualitas, itu memang timeline yang tepat untuk semua barang mewah.Via hanya celingukan, dia sesekali membuka tag di barang-bar
Reza tersenyum sembari menggerak-gerakkan alisnya, mengejek Raysa kalau memang dia mampu membeli semua barang mahal itu. Raysa menghentakkan kakinya, lantas pergi dari sana. Dia kesal karena tak berhasil mempermalukan Via dan Reza."Kamu gila ya, ini 300 juta loh, kita bisa membeli yang harganya jauh lebih murah!" protes Via sembari menarik tangan Reza."Gak apa-apa, sekali-kali 'kan gak ada salahnya," balas Reza yang terdengar meremehkan nominal yang baru saja mereka hamburkan."Iya, tapi kalau kamu beli yang harganya mahal juga kita bisa bangkrut. Gimana kalau uangnya habis gitu aja?" Reza tersenyum pada kedua pelayan toko yang masih berdiri di sana, menunggu keputusan mereka untuk membayar semua barang itu. "Ini kayu jati, kita bisa menjualnya lagi nanti. Tenang aja, semakin lama harganya semakin mahal, jadi nanti kita bakalan untung," bisik Reza.Via menahan dirinya, dia melihat pelayan toko yang masih menatap mereka berdua membuat Via akhirnya setuju. Dia juga malu kalau harus m
Perawat hanya mengizinkan Pak Abas saja yang masuk, kemudian Pak Abas mengangguk kepada putri dan istrinya, meyakinkan mereka kalau dia akan mencaritahu semuanya. "Kalian di sini aja, Papa bakalan cari tau semuanya."Pak Abas pun masuk dan langsung menemui Diana, istri yang sudah dia tinggalkan. Kondisi Diana masih sama, dia masih banyak diam dan tak mengenali banyak orang. Diana mengabaikan kedatangan Pak Abas yang datang sembari marah-marah."Di mana kamu simpan sertifikat itu, Diana?" tanya Pak Abas.Pak Abas mondar-mandir, bahkan dia membuka lemari pakaian dan juga laci-laci di setiap lemari yang ada di kamar Diana. Dia terus bertanya soal keberadaan sertifikat rumah."Jawab dong, selain gila kamu juga bisu, hah?!" teriaknya seraya mencengkram wajah Diana."Aku ada di posisi ini karena kamu Diana, andai kamu gak gila aku gak bakalan jadi kayak gini!" teriaknya lagi.Abas kembali mengobrak-abrik tempat itu, sementara di luar sana Via kembali ke panti jompo dan bertemu dengan Raysa
Raysa termenung di tepi jendela kamarnya, menatap matahari yang mulai condong ke barat untuk menyentuh peraduan. Warna kuning keemasan menghias langit dengan indah, tetapi tak mampu mengindahkan perasannya saat ini. Fakta tentang Reza yang ternyata merupakan salah satu anggota keluarga kaya dan kini telah sukses sebagai pengusaha, menampar keras kebodohannya di masa lalu yang dengan sengaja membuang pria itu dari hidupnya. Andai bisa lebih sabar, Reza pasti saat ini masih menjadi miliknya. Namun, apa mau dikata, semua sudah terjadi dan waktu tak bisa diulang kembali. Rasa sesal menggerogoti hati Raysa tanpa ampun. Dia benar-benar menjadi sangat tidak terima dengan kenyataan bahwa Reza kini telah menjadi suami Via dan secara tidak langsung, dia sendirilah yang menjadi jembatan untuk kedua orang tersebut. “Aaarrrggght!” Raysa menjambak rambutnya, rahang wanita itu mengeras, seiring gigi yang berbunyi karena saling beradu. Embusan napasnya tak lagi terdengar santai, penyesalan dan ra
Bab: Janji yang BeratSetelah konfrontasi dengan Pak Bima, Reza kembali ke rumah dengan wajah yang tegang. Ia langsung mencari Via, yang saat itu sedang duduk di ruang keluarga. Via tengah berusaha menenangkan diri dengan membaca buku, tetapi pikirannya tetap gelisah. Begitu melihat raut wajah suaminya, ia tahu ada sesuatu yang serius."Reza, apa yang terjadi?" tanyanya sambil menutup buku dan meletakkannya di pangkuan.Reza berjalan mendekat, duduk di sampingnya, dan langsung meraih tangannya. Ia menatap Via dengan penuh kesungguhan. "Aku sudah bertemu dengan Pak Bima. Dia tidak akan berhenti begitu saja, Via. Tapi aku berjanji, aku akan melindungimu dari semua ini."Via mengangguk pelan, tetapi hatinya masih dipenuhi kekhawatiran. Janji Reza adalah penguat, tetapi tidak cukup untuk menghilangkan rasa takut yang terus menghantuinya."Reza," katanya pelan, mencoba meredam suaranya agar tidak terdengar gemetar, "aku percaya padamu. Tapi... aku takut. Semua ini terasa terlalu berat untu
Konfrontasi di Perusahaan Di kantor, suasana menegang saat Reza memanggil Chandra ke ruangannya. Chandra, yang awalnya terlihat percaya diri, mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres dari ekspresi dingin sepupunya. “Chandra,” suara Reza terdengar tenang, namun sarat dengan ketegasan, “Aku ingin kita berbicara serius hari ini. Tentang kamu, Raysa, dan segala permainan yang kalian jalankan di belakangku.” Wajah Chandra langsung berubah pucat. Ia mencoba menyangkal. “Saya tidak mengerti maksudmu. Apa yang akmu bicarakan?” Reza meletakkan flash drive di atas meja. “Aku punya rekaman percakapanmu dengan Raysa. Kau pikir aku akan membiarkan kalian terus menghancurkan hidupku dan Via?” Chandra tercekat, berusaha mencari alasan. “Om, itu bukan seperti yang terlihat. Saya hanya...” Reza memotong dengan nada dingin, “Hanya ikut campur dalam urusan pribadiku? Hanya berusaha menghancurkan istri yang kucintai? Cukup, Chandra! Aku sudah cukup bersabar dengan semua ini.” Reza berdiri,
Malam itu, Reza duduk di ruang kerja dengan laptopnya terbuka. Ia memeriksa rekaman yang diberikan Lisa kepada Via, mencatat setiap detail penting. Ada sesuatu yang memberinya ide—rekaman ini bisa menjadi kunci untuk membalikkan keadaan.Namun, saat Reza berencana untuk melibatkan pengacaranya, Via tiba-tiba masuk ke ruang kerja dengan tatapan penuh tekad.“Aku ingin menghadapi Raysa sendiri,” katanya.Reza menoleh, terkejut. “Via, ini bukan hanya tentangmu. Ini tentang kita. Biarkan aku menangani ini.”Via menggeleng. “Sudah terlalu lama aku diam, Reza. Aku selalu mengandalkanmu untuk melindungiku, tapi aku sadar, jika aku terus begini, mereka akan berpikir aku lemah. Aku ingin menunjukkan kepada mereka bahwa aku juga bisa bertarung.”Reza terdiam sesaat, lalu mengangguk perlahan. “Baik, tapi kita hadapi ini bersama.”Via dan Reza memutuskan untuk mengadakan konferensi pers untuk mengklarifikasi semua rumor yang beredar. Dalam ruangan yang dipenuhi wartawan, Via berdiri di depan podi
Via berdiri di kamar dengan ponsel Reza di tangannya. Pesan dari Raysa tampak mencolok di layar:"Aku tahu kamu masih peduli padaku, Reza. Jangan bohongi dirimu sendiri. Aku akan menunggu kapan pun kamu siap kembali."Pesan itu membuat darah Via mendidih. Selama ini, ia sudah mencoba bertahan di tengah segala hinaan dan fitnah. Namun, pesan itu membuatnya merasa seolah-olah semua perjuangannya sia-sia.Saat Reza masuk ke kamar, ia melihat Via menatapnya dengan mata penuh amarah dan rasa sakit. “Reza, apa maksud semua ini?” Via menunjukkan layar ponselnya.Reza mengernyit. Ia mendekat untuk melihat pesan tersebut, lalu menghela napas berat. “Via, dengarkan aku. Aku tidak pernah membalas pesannya, apalagi memiliki hubungan apa pun dengannya.”Namun, Via sudah terlalu lelah untuk menerima penjelasan. “Kalau begitu, kenapa dia masih berani menghubungimu seperti ini? Apa yang membuat dia merasa punya hak untuk mengatakan semua itu?”Reza mencoba mendekati Via, tapi istrinya mundur selangka
Malam itu, setelah konferensi pers selesai, Via tidak bisa tidur. Ia merasa semua tindakan Reza untuk membelanya hanya memperburuk keadaan. Berita dan komentar di media sosial semakin menjadi-jadi. Bahkan, beberapa pasien di kliniknya mulai membatalkan jadwal konsultasi dikliniknha, membuatnya merasa reputasi kliniknya juga ikut hancur. Banyak pelanggan mengkritik meminta Via untuk di pecat. Pagi harinya, saat Via duduk di meja makan dengan tatapan kosong, Lisa datang untuk mengecek kondisi Bu Diana. Melihat Via yang tampak tidak bersemangat, Lisa langsung bertanya, “Vi, kamu kelihatan makin drop. Ada apa lagi? Aku dengar berita itu viral lagi.”Via hanya mengangguk lemah. “Aku lelah, Lis. Aku gak tahu lagi harus gimana.”Lisa menghela napas panjang. “Vi, kamu harus tegas. Kalau ini memang ulah Raysa, kamu gak bisa terus-menerus diam dan biarkan dia menang. Aku yakin Reza juga akan mendukungmu.”Namun, Via menggeleng. “Aku tidak yakin, Lis. Semakin Reza mencoba membelaku, semakin ban
Malam itu, ketika Reza tiba di rumah, ia langsung mencari Via untuk membicarakan kejadian di kantor. Namun, ia mendapati istrinya sedang duduk di ruang tamu dengan wajah lelah dan pandangan kosong. Raut wajah Via sudah cukup bagi Reza untuk tahu bahwa istrinya telah mendengar sesuatu yang buruk lagi.“Via, ada apa? Apa yang terjadi hari ini?” tanya Reza, mencoba mendekati istrinya.Via mengangkat pandangan, matanya sudah basah oleh air mata yang tertahan. “Reza, apa kamu tahu seberapa jauh Raysa mencoba menghancurkan aku? Aku merasa tidak punya tempat lagi di dunia ini.”Reza terkejut mendengar nada suara Via yang begitu hancur. “Apa maksudmu? Apa dia melakukan sesuatu lagi?”Via mengangguk perlahan. “Hari ini, aku mendengar gosip dari beberapa orang di klinik. Mereka membicarakan skandal lama kita… saat aku dan kamu ditangkap di hotel. Mereka mengaitkannya dengan statusku sebagai istrimu sekarang, seolah-olah aku adalah wanita murahan yang merebutmu dari Raysa. Aku malu, Reza... Aku
Setelah acara berakhir, dalam perjalanan pulang, Via tak mampu menahan lagi emosinya. Di dalam mobil, ia menatap Reza dengan mata berkaca-kaca. “Aku lelah, Reza. Selalu dihina, dianggap rendah… semua hanya karena aku menikah denganmu. Sampai kapan aku harus bertahan seperti ini?”Reza menggenggam tangannya, mencoba menenangkan hati istrinya. "Aku akan selalu melindungimu, Via. Apa pun yang terjadi, aku akan memastikan mereka berhenti meremehkanmu. Bahkan jika itu berarti aku harus meninggalkan semua ini demi kita."Namun di lubuk hati, Via mulai mempertanyakan apakah cinta mereka mampu bertahan di tengah tekanan seperti ini, dan apakah Reza benar-benar mampu mengatasi ambisi keluarga besar Wijaya yang penuh intrik demi dirinya.Sesampainya di rumah, Via merasa benar-benar lelah dan tertekan. Semua perkataan hinaan, tatapan tajam, dan sindiran selama acara tadi masih terngiang di kepalanya. Sejak pernikahannya dengan Reza, ia tak pernah merasa diterima penuh oleh lingkungan keluarga be
Konflik yang dihadapi Via dan Reza mulai meruncing, terutama setelah Raysa dan Chandra semakin berani menjalankan rencana mereka. Raysa, yang tahu betul titik lemah Via, mulai menyusun skenario untuk mempermalukan dan menyudutkan Via di depan publik.Suatu pagi di klinik, Via menerima telepon dari seorang wartawan yang menanyakan kabar tentang "Masa lalu Raza," dan posisinya sebagai istri pewaris Wijaya Nikel. Wartawan itu, yang jelas-jelas telah mendapat bocoran dari Raysa atau Chandra, berusaha memancing Via untuk memberikan pernyataan resmi tentang tuduhan merebut suami orang, Via yang terkejut dengan pertanyaan tersebut, langsung menyadari bahwa sesuatu sedang dipermainkan.Namun masalah ini tak berhenti di situ. Setelah hari yang melelahkan, Via menerima undangan acara amal dari perusahaan Reza, di mana ia diharapkan hadir sebagai pendampingnya. Reza berharap kehadiran mereka sebagai pasangan akan memulihkan citra mereka. Via, meski ragu, akhirnya setuju demi menjaga kehormatan s