Daniel ragu sejenak, tetapi akhirnya tetap mencicipi satu sendok. Yang dia bayangkan akan terasa tidak enak ternyata justru sebaliknya, sup itu cukup enak.Melihat Daniel akhirnya meminum sup buatannya, Yoana segera tersenyum lebar penuh kegembiraan. "Gimana rasanya? Lumayan, 'kan?" tanyanya dengan antusias.Daniel yang biasanya sangat kritis, tidak menemukan alasan untuk mengatakan bahwa sup itu tidak enak. Pada saat itu, dokter masuk untuk memeriksa suhu tubuh Daniel. Yoana mendekat dengan penuh perhatian dan bertanya, "Dokter, gimana kondisi Daniel sekarang?"Dokter melirik termometer elektronik yang dipegangnya dan tersenyum tipis. "Tenang saja, demamnya sudah turun."Saat itu, dokter melihat sup bawang dan jahe yang sedang diminum Daniel, lalu menambahkan, "Sup bawang putih dan jahe ini bagus. Bisa sering diberikan sama anak karena bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat demam."Yoana tersenyum lembut menanggapinya, "Terima kasih, Dokter. Kami pasti akan melakukannya."Sam
Bagaimanapun, kekuatan Grup Pratama memang nyata. Jika dibandingkan dengan mereka, siapa pun pasti akan menjadikan Grup Pratama sebagai pilihan utama.Eleanor memperhatikan ekspresi menyerah di wajah semua orang. Dia bertepuk tangan ringan untuk menarik perhatian semua orang, lalu berkata, "Semuanya, ayo semangat! Memang benar bersaing sama Grup Pratama bukan hal mudah, tapi kita juga nggak kalah hebat. Nggak ada hal yang nggak mungkin."Vivi juga menambahkan, "Iya nih. Dalam beberapa tahun terakhir, reputasi merek kita sangat bagus. Kualitas produk dan angka penjualan juga nggak perlu diragukan lagi. Duta merek memang penting, dan ini adalah kesempatan kita."Namun, beberapa peserta rapat mengungkapkan kekhawatiran. "Tapi, Bu Eleanor, Bu Vivi, Keysha itu pilihan Grup Pratama. Apa kita benar-benar bisa bersaing?""Keysha baru saja memenangkan penghargaan aktris terbaik. Dari semua sudut pandang, dia memang pilihan yang paling cocok. Tapi Bu, kita hampir nggak punya peluang bisa menang
Yoana mendengar obrolan semalam dengan jelas. Eleanor dan Jeremy belum mengurus akta cerai. Itu artinya, mereka masih suami istri di mata hukum.Selama mereka belum sah bercerai, Yoana tidak bisa menikah dengan Jeremy. Itu sebabnya, Yoana ingin mereka segera mengambil akta cerai dan mengusir Daniel. Bukankah dia akan untung besar?Asalkan anak itu kembali ke sisi Eleanor, Jeremy tidak akan mengurusnya lagi dan Yoana punya kesempatan. Baik itu Eleanor ataupun Daniel, keduanya sama-sama ancaman besar baginya.Yoana tidak akan membiarkan mereka hidup dengan baik di dunia ini. Lagi pula, Eleanor dan Daniel bukan siapa-siapa. Yoana bisa menghabisi mereka dengan mudah.Eleanor menatap Yoana dengan dingin. Dia tidak melewatkan kekejaman yang tebersit pada tatapan Yoana. Eleanor tidak bodoh. Yoana tidak mungkin berbaik hati menolongnya. Bekerja sama? Yoana hanya akan mengkhianatinya pada akhirnya."Gimana? Mau kerja sama denganku nggak? Kamu mau anak, aku mau Jeremy. Kita bakal mendapat yang k
Di bawah sinar lampu, tampak Jeremy yang duduk di sudut sofa dengan elegan. Tangannya yang ramping diletakkan di sandaran sofa. Ekspresinya tampak datar. Matanya yang hitam tampak dingin. Auranya yang kuat pun membuat orang tidak berani mendekat."Siapa yang suruh dia kemari?" tanya Jeremy dengan suara rendah. Suasana menjadi sunyi senyap. Semua orang bertatapan dan tidak berani bersuara.Sesaat kemudian ...."Kak Jeremy, Danuar yang menyuruhnya kemari. Ini bukan salahku ya," jawab Bastian dengan jujur.Kelopak mata Danuar langsung berkedut. Dia hampir bangkit dari kursinya dan melayangkan tinju. "Dasar kamu ini ....""Aku yang menyuruhnya memberitahuku lokasimu. Aku sendiri yang mau kemari," ujar Eleanor."Kamu mencariku?" tanya Jeremy sambil memicingkan mata."Ya, ada yang ingin kubicarakan." Suara Eleanor mengandung amarah yang ditahan.Jeremy seketika berminat. Dia mengaitkan jarinya. "Kemari."Eleanor hanya berdiri diam di tempatnya. Suasana hati Jeremy sedang baik. Dia bertanya,
Tangan Eleanor yang memegang tas sontak mengerat. Dia menatap Jeremy yang bertingkah seolah-olah tidak mengenalnya, lalu berkata dengan dingin, "Aku mencarimu memang karena ada urusan penting. Harus gimana supaya kita bisa bicara berdua?"Jeremy mengangkat alisnya dan menunjuk ke arah meja. Dia menyunggingkan senyuman. "Kalau kamu sanggup minum habis itu, kita bisa ngobrol."Alis Eleanor berkerut. Dia menatap vodka yang baru dibuka itu. Kadar alkoholnya sekitar 40 persen.Eleanor mengenyit dengan makin kuat. Dia tidak bisa minum.Bastian ingin membantu Eleanor, tetapi ditahan oleh Danuar. Danuar tersenyum sambil berbisik, "Ini pertengkaran suami istri. Kita nggak bisa apa-apa.""Kak Jeremy nggak takut istrinya kenapa-napa?"Danuar merangkul bahu Bastian, lalu terkekeh. "Itu urusan Kak Jeremy. Kalau kenapa-napa, dia sendiri yang bakal nyesal. Kita nonton saja.""Danuar, kamu jahat sekali."....Jeremy yang duduk di sofa tampak mengangkat alisnya dan menatap Eleanor dengan penuh minat. D
Sudah tiga tahun sejak Eleanor pergi ke kasino di Leroria untuk pertama kalinya. Dia memang sudah lupa cara mainnya.Danuar mengumpat dengan tidak berdaya. Bukankah ini berarti mereka menindas wanita? Pemenangnya sudah dipastikan adalah mereka.Danuar tak kuasa menyunggingkan bibirnya sambil menoleh melirik Jeremy yang bersikap seolah-olah dia tidak punya urusan di sini. Jeremy benaran tidak ingin mengurus istrinya?Asap rokok membuat wajah Jeremy terlihat kabur. Dia juga tidak menyangka Eleanor tidak bisa bermain kartu. Wanita ini malah berani menantang mereka. Dari mana datangnya kepercayaan dirinya?Meskipun merasa agak tidak enak hati karena menindas seorang wanita, usul ini diberikan oleh Eleanor sendiri. Namun, Danuar tidak ingin mengalah."Tadi aku sudah membujukmu. Sekarang kamu kalah. Gimana kamu akan membayar 20 miliar? Gimana kalau kamu suruh Kak Jeremy yang bayar?" Danuar terkekeh-kekeh."Ya, minta tolong Kak Jeremy saja. Kalau kamu memohon padanya, dia pasti bakal membantu
Kedua bos yang menemani Eleanor bermain pun hanya bisa menggeleng dengan pasrah. Menurut mereka, Eleanor ini benar-benar tidak ada takutnya. Namun, kenapa mereka harus menolak jika ada orang yang ingin memberi mereka uang?Ronde kedua dimulai. Beberapa orang itu mengambil kartu. Jari ramping Eleanor mengambil sebuah kartu, lalu meletakkannya di atas meja dengan santai.Awalnya, beberapa orang itu menantikan kekonyolan Eleanor. Namun, setelah Eleanor meletakkan kartu terakhirnya, orang-orang itu seketika tidak bisa tertawa.Danuar menatap kartu di depan dengan tidak percaya. Dia mendongak menatap Eleanor. "Kamu menang?"Eleanor mengangguk. "Aku menang."Danuar mengejapkan matanya dengan heran. "Bukannya kamu nggak bisa main?""Nggak bisa, aku cuma beruntung."Danuar menatap Eleanor seperti menatap alien. Cuma beruntung? Lelucon macam apa ini?Di ronde pertama, Eleanor bahkan tidak tahu aturan main dan kalah telak. Di ronde kedua, Eleanor malah mengalahkan mereka!Jika Eleanor bukan hany
Semua orang menatap Eleanor dan menunggu reaksinya. Jika itu wanita lain, mereka pasti sudah memohon sejak tadi.Eleanor mengembuskan napas. Tatapannya memperlihatkan emosi yang sulit untuk dipahami.Sebelum dia berbicara, Jeremy sudah tahu apa yang ingin dikatakannya. Dengan ekspresi suram, dia merobek kartu di depannya dan tersenyum mencela. "Eleanor, apa kamu bisa mati kalau mengalah sedikit padaku?"Eleanor selalu seperti ini. Lima tahun lalu, dia juga seperti ini. Wanita bodoh ini lebih memilih kehujanan di luar daripada pulang dan mengakui kesalahannya serta meminta maaf kepada Yoana.Memangnya apa sulitnya meminta maaf?Semua orang menatap Jeremy dengan tercengang. Jadi, sekalipun wanita ini tidak memohon, Jeremy tetap akan mengalah kepadanya. Sebenarnya apa hubungan wanita ini dengan Jeremy?Eleanor lagi-lagi dikejutkan dengan tindakan Jeremy. Jeremy menatap wajah Eleanor, lalu tiba-tiba teringat pada sesuatu. Tatapannya tertuju pada bibir Eleanor.Semalam, Eleanor dan Charlie
Justin segera menopang tubuh Simon dengan kedua tangannya dan menepuk dada Simon untuk menenangkan dirinya. "Tuan Simon? Tuan Simon? Tuan, bertahanlah. Cepat panggil dokter. Cepat!"Namun, dua menit kemudian, sebuah kabar datang lagi lebih cepat daripada datangnya dokter. "Tuan Simon, ada kabar dari sana bilang Tuan Jeremy baik-baik saja. Dia tidak jatuh ke laut."Simon pun menarik napas dalam-dalam dengan bantuan Justin, tatapannya akhirnya terlihat kembali bersinar. Dia langsung memerintah dengan lantang dan suara yang serak, "Jadi, dia sudah kembali? Uhuk uhuk. Dia sudah kembali? Cepat suruh dia pulang!"Pada saat itu, seorang pengawal lainnya yang baru saja menutup telepon bergegas masuk ke ruangan itu. "Tuan Simon, Tuan Jeremy ...."Simon segera maju dan bertanya, "Ada apa dengan dia?""Nona Eleanor jatuh ke laut, jadi Tuan Jeremy ikut melompat untuk mengejarnya," jawab pengawal itu.Wajah Simon yang baru saja pulih pun kembali pucat, Justin juga segera menopang tubuhnya dengan si
Eleanor menahan napasnya saat melihat tangan besar yang sedang mencengkeram belati yang tajam itu. Darah pun terus menetes ke wajahnya dari ujung belati itu.Jeremy berdiri di sana dengan wajah yang pucat dan kening serta pipi kanannya terluka akibat benturan. Bahkan pakaiannya pun sudah robek karena tergores benda tajam. Penampilannya terlihat sangat berantakan.Melihat Jeremy yang menggigit bibirnya dan menatapnya dengan tatapan yang dingin, pria yang tadi mencoba menusuk Eleanor langsung ketakutan dan melepaskan belatinya. Dia secara refleks mundur. Namun, di detik berikutnya, belati itu langsung memelesat ke lehernya.Melihat kejadian itu, pemimpin kelompok itu langsung tercengang saat melihat Jeremy tidak mati. "Tuan ... Jeremy?"Eleanor juga menatap Jeremy dengan tidak percaya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya memanggil nama Jeremy.Jeremy segera membungkuk dan memeriksa kondisi Eleanor. Melihat tubuh Eleanor yang penuh dengan luka, dia langsung menyipitkan matanya. Dia m
Para pria itu mulai merasa waspada. Mereka mengangkat belati mereka dan perlahan-lahan mendekati Eleanor.Meskipun tubuhnya penuh dengan luka, amarah di hati Eleanor membuatnya tetap bertahan. Dia juga tidak tahu dari mana datangnya kekuatan ini. Saat para pria itu mengarahkan belati mereka ke arahnya, dia kembali mengayunkan tongkat kayu di tangannya.Namun kali ini, para pria itu sudah mempersiapkan diri mereka. Mereka mengarahkan belati mereka untuk menyerang Eleanor dari arah yang berbeda. Mereka menyerang bagian yang tidak mematikan, tetapi cukup membuat Eleanor kesakitan.Gerakan Eleanor yang terluka parah sudah tidak secepat dan sekuat sebelumnya lagi, sehingga tongkat kayunya berhasil ditendang terlepas dari tangannya dan lengannya terluka karena ditebas. Dia hanya bisa merintih kesakitan, membuat pria yang memimpin kelompok itu tertawa terbahak-bahak."Jangan biarkan dia mati terlalu cepat," kata pemimpin kelompok itu."Heh." Eleanor yang terhuyung-huyung pun menundukkan kepal
Tepat pada saat itu, lampu dari mobil-mobil di belakang menerangi punggung Eleanor. Saat dia menoleh, dia melihat mobil-mobil itu sudah berhenti dan sekelompok orang keluar dari mobil. Mereka adalah orang-orang yang tadi mengejarnya dan kini kembali lagi. Dia mengepalkan tangannya dengan erat saat melihat mereka perlahan-lahan mengepungnya, tetapi dia tidak merasakan sakit sedikit pun.Pemimpin kelompok itu melihat ke sekeliling, tetapi tidak melihat mobil yang dinaiki Eleanor dan juga Jeremy. Namun, saat melihat jejak ban yang mengarah ke tebing dan juga jejak darah dari Eleanor, dia langsung memiliki firasat buruk. Dia langsung memberikan isyarat pada bawahannya untuk segera melaporkan hal ini pada Yoana.Mendengar kabar Jeremy mungkin jatuh ke laut dan tewas, ekspresi Yoana langsung membeku dan kakinya lemas sampai langsung terjatuh ke lantai. Dia segera maju dan meraih kerah bawahannya. "Apa ... yang kamu katakan? Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi!"Bawa
Eleanor tiba-tiba merasa cemas saat melihat mobil masih tidak melambat sedikit pun. Matanya membelalak dan berteriak dengan keras, "Jeremy, injak rem!"Jika mobilnya masih tidak berhenti, Eleanor merasa mereka akan jatuh ke dalam jurang bersama mobilnya. Mereka juga masih tidak tahu seberapa tinggi jurang itu, peluang untuk bertahan hidup sangat kecil jika mereka jatuh.Ekspresi Jeremy terlihat sangat muram saat melihat jarak mereka dengan tebing sudah tidak sampai 20 meter. Dengan laju yang secepat ini, bahkan membelok arah pun sudah tidak sempat lagi.Melihat jarak mobil dengan tebing makin dekat dan Jeremy masih tidak melambat sedikit pun, dia merinding dan ekspresinya terlihat sangat ketakutan. Namun, di detik berikutnya, Jeremy malah segera membuka sabuk pengamannya."Kamu?" kata Eleanor sambil menatap Jeremy yang membuka pintu mobil dengan tatapan tidak percaya.Jeremy berteriak, "Lompat!""Apa?" tanya Eleanor dengan bingung.Jeremy menatap Eleanor. Saat ini, dia akhirnya menyada
Eleanor baru saja hendak mengoperasikan ponselnya, tetapi benturan keras dari mobil belakang membuat tubuhnya terdorong ke depan dan ponselnya pun terlempar. Sebelum sempat mengambil ponselnya, dia mendengar suara tembakan lagi.Ekspresi Jeremy terlihat sangat marah. Dia segera menekan kepala Eleanor dan berkata, "Tunduk, jangan bergerak."Kaca jendela mobil sudah pecah dan angin dingin terus bertiup masuk.Eleanor mencoba untuk meraih ponselnya, tetapi dia akhirnya hanya bisa menstabilkan tubuhnya karena mobil berguncang. Para pengejar masih enggan menyerah dan jumlah mereka malah makin banyak. Mereka benar-benar bertekad untuk menghabisinya malam ini. Tidak perlu berpikir panjang pun, dia sudah tahu orang yang mengirim mereka adalah Yoana.Sementara itu, orang-orang dari Keluarga Adrian sudah melaporkan kejadian ini pada Simon.Mendengar Jeremy sedang bersama dengan Eleanor, Simon langsung bangkit. "Apa yang kamu katakan? Apa dia terluka?""Saat ini dia masih baik-baik saja," jawab o
Tatapan Jeremy menjadi dingin dan muram saat melihat ada empat mobil yang sudah mengepung mereka. Dia mengumpat dengan pelan, orang-orang ini jelas menargetkan Eleanor. Sialan. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil para pengawalnya.Di belakang, Avery yang sedang mengemudi mobil juga menyadari situasi berbahaya itu. Dia langsung mendiskusikan strategi dengan bawahannya menggunakan perangkat audio nirkabel. Tak lama kemudian, mobil mereka segera melaju ke depan dan menghentikan beberapa mobil itu. Dia juga segera menghubungi Charlie.Tepat pada saat itu, Andy melihat mobil di samping tiba-tiba membanting setir dan menabrak ke arah mereka dengan nekat. Semuanya terjadi hanya dalam dua detik. Dia pun berteriak dengan mata yang membelalak, "Bos, pegang Nona Eleanor baik-baik."Bang!Terdengar suara benturan yang keras dan tubuh mereka berguncang sampai kepala Eleanor langsung terasa pusing. Kelihatan jelas, mobil Jeremy dan Eleanor ditabrak ke samping dengan keras. Untungnya, sab
"Apa yang ingin kamu katakan? Minta maaf? Aku nggak ingin mendengarnya." Eleanor menepis tangan Jeremy."Cuma beberapa menit," kata Jeremy dengan keras kepala, lalu menarik Eleanor masuk ke mobil dengan paksa.Di depan, Andy segera menyalakan mesin mobil. Para pengawal Keluarga Adrian pun mundur.Melihat Eleanor dibawa pergi, Avery langsung masuk ke mobil. "Kejar!"Angin malam musim gugur terasa lebih dingin dari biasanya. Di dalam mobil, tatapan Eleanor membeku seperti es. Sebuah sekat perlahan naik, memisahkan kursi depan dan belakang."Kamu benar-benar harus pergi?" Suara rendah terdengar di dalam kabin yang sunyi.Tanpa menoleh, Eleanor menjawab dengan suara dingin, "Ya. Kamu juga sudah janji akan membiarkan aku dan anak-anak pergi, tanpa mengganggu kami lagi."Jari-jari Jeremy memutih karena cengkeramannya terlalu kuat. Dia tak kuasa tertawa. Dia telah melukai wanita ini begitu dalam.Wajar jika Eleanor ingin pergi. Dia seharusnya bisa menerima jika Eleanor ingin membawa anak-anak
Untungnya, video ini selalu tersimpan di album rahasia di ponselnya. Tak disangka, lima tahun kemudian akhirnya berguna.Sergio mengepalkan tangannya erat-erat. Sebelum melihat video ini, dia sama sekali tidak percaya pada Yoana.Begitu banyak hal telah terjadi, wajar jika kebencian Yoana pada Eleanor sudah mencapai puncaknya. Dia mengira Yoana hanya ingin memanfaatkannya untuk menyingkirkan Eleanor, jadi dia berasumsi bahwa semua ini hanyalah kebohongan yang dibuat-buat.Sampai akhirnya dia melihat video itu. Wanita dalam video itu adalah Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa dipalsukan.Semua ini sudah berlalu bertahun-tahun, Yoana tidak mungkin bersusah payah membuat video palsu dan menyimpannya selama lima tahun.Saat ini, amarah di dadanya membuncah. Yoana melihat kebencian yang melintas di mata Sergio. Dia cukup memahami pria ini.Dulu, Sergio benar-benar menginginkan anak itu. Dia maju selangkah, mencengkeram kerah Sergio erat-erat. "Sergio, Jeremy nggak akan melepaskanku. Begitu