Share

Bab 86

Author: Arizah Karimah
Pada saat ini, pintu kamarnya diketuk oleh Yoana. Yoana berdiri di luar dengan gugup sambil membawakan semangkuk mie yang masih hangat.

Danuar meliriknya sekilas, lalu tersenyum. "Lho, Bu Yoana, kenapa kamu ke sini?"

"Kulihat Jeremy sepertinya belum makan malam. Jangan minum anggur dalam keadaan perut kosong. Aku sudah masakkan mie untuknya."

Yoana yang matanya masih merah karena menangis, berbicara dengan suara serak yang diselingi sedikit isak. Saat ini, dia mengenakan gaun putih dengan rambut panjangnya yang tertata anggun. Wajahnya yang berpura-pura tegar terlihat sangat mengundang rasa iba.

Dia membawa mangkuk itu ke depan Jeremy dan meletakkannya di meja dengan hati-hati. Saat menurunkan mangkuk tersebut, tangannya sengaja dibiarkan terbuka sehingga memperlihatkan telapak tangannya yang memerah karena terkena panas.

Jeremy memperhatikan dengan sekilas. Alisnya sedikit terangkat, tapi tidak mengatakan apa pun.

Yoana pun tidak menyinggung peristiwa yang terjadi malam ini. Setelah m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 87

    Keesokan harinya.Eleanor membangunkan Harry untuk berangkat sekolah seperti biasanya."Mama, semalam kamu nggak tidur nyenyak ya?" Melihat wajah Eleanor yang tampak kelelahan, jelas sekali dia tidak bisa terlelap semalaman.Eleanor terus membolak-balikkan diri di ranjang karena tidak bisa tidur semalaman. Begitu memejamkan mata, wajah Jeremy terus terbayang di hadapannya. Eleanor benar-benar merasa dirinya hampir gila."Mama nggak bisa tidur semalam.""Karena Jeremy?" Harry menatap Eleanor dengan matanya yang bunda. "Dia ganggu Mama lagi? Aku mau kasih pelajaran ke dia.""Nggak, dia nggak ganggu aku. Harry, ini urusan orang dewasa. Yang harus kamu lakukan sekarang adalah sekolah dengan baik. Yang lainnya serahkan sama Mama saja.""Huh." Harry mencibir. "Aku tahu, Mama. Harry sudah bosan dengar perkataan ini."Melihat wajah gemas Harry, Eleanor mendadak teringat pada Daniel yang masih di rumah sakit. Pikirannya mulai terusik. Entah bagaimana kondisi Daniel hari ini.Setelah mengantar H

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 88

    Yoana ingin sekali memulihkan citranya di depan Jeremy sekarang. Cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan menunjukkan perhatian lebih pada Daniel.Yoana duduk di samping tempat tidur Daniel yang sedang sakit, pandangannya tertuju pada termos makanan di meja sebelah. Dia mengangkat termos itu dan memeriksanya. Seketika, dia menyadari bahwa ini bukan termos yang biasa digunakan Keluarga Adrian. Jadi, dia segera memanggil para pengawal untuk masuk."Siapa yang ngasih sup ini?"Pengawal menjawab dengan jujur, "Bu Eleanor.""Eleanor!" seru Yoana dengan lantang. Kebencian yang tersirat dalam pandangannya membuat para pengawal terkejut.Huh, hebat sekali Eleanor ini! Baru saja dia menggoda Jeremy semalam, sekarang malah sok baik mengunjungi Daniel. Apa benar dia tidak punya maksud lain?Saat Yoana mengangkat termos itu dan hendak membuangnya ke tempat sampah, tiba-tiba terlintas sebuah ide dalam benaknya. Berhubung termosnya sudah diantarkan, lalu kenapa dia tidak memanfaatkannya saja?Y

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 89

    Daniel ragu sejenak, tetapi akhirnya tetap mencicipi satu sendok. Yang dia bayangkan akan terasa tidak enak ternyata justru sebaliknya, sup itu cukup enak.Melihat Daniel akhirnya meminum sup buatannya, Yoana segera tersenyum lebar penuh kegembiraan. "Gimana rasanya? Lumayan, 'kan?" tanyanya dengan antusias.Daniel yang biasanya sangat kritis, tidak menemukan alasan untuk mengatakan bahwa sup itu tidak enak. Pada saat itu, dokter masuk untuk memeriksa suhu tubuh Daniel. Yoana mendekat dengan penuh perhatian dan bertanya, "Dokter, gimana kondisi Daniel sekarang?"Dokter melirik termometer elektronik yang dipegangnya dan tersenyum tipis. "Tenang saja, demamnya sudah turun."Saat itu, dokter melihat sup bawang dan jahe yang sedang diminum Daniel, lalu menambahkan, "Sup bawang putih dan jahe ini bagus. Bisa sering diberikan sama anak karena bisa membantu mengurangi ketidaknyamanan akibat demam."Yoana tersenyum lembut menanggapinya, "Terima kasih, Dokter. Kami pasti akan melakukannya."Sam

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 90

    Bagaimanapun, kekuatan Grup Pratama memang nyata. Jika dibandingkan dengan mereka, siapa pun pasti akan menjadikan Grup Pratama sebagai pilihan utama.Eleanor memperhatikan ekspresi menyerah di wajah semua orang. Dia bertepuk tangan ringan untuk menarik perhatian semua orang, lalu berkata, "Semuanya, ayo semangat! Memang benar bersaing sama Grup Pratama bukan hal mudah, tapi kita juga nggak kalah hebat. Nggak ada hal yang nggak mungkin."Vivi juga menambahkan, "Iya nih. Dalam beberapa tahun terakhir, reputasi merek kita sangat bagus. Kualitas produk dan angka penjualan juga nggak perlu diragukan lagi. Duta merek memang penting, dan ini adalah kesempatan kita."Namun, beberapa peserta rapat mengungkapkan kekhawatiran. "Tapi, Bu Eleanor, Bu Vivi, Keysha itu pilihan Grup Pratama. Apa kita benar-benar bisa bersaing?""Keysha baru saja memenangkan penghargaan aktris terbaik. Dari semua sudut pandang, dia memang pilihan yang paling cocok. Tapi Bu, kita hampir nggak punya peluang bisa menang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 91

    Yoana mendengar obrolan semalam dengan jelas. Eleanor dan Jeremy belum mengurus akta cerai. Itu artinya, mereka masih suami istri di mata hukum.Selama mereka belum sah bercerai, Yoana tidak bisa menikah dengan Jeremy. Itu sebabnya, Yoana ingin mereka segera mengambil akta cerai dan mengusir Daniel. Bukankah dia akan untung besar?Asalkan anak itu kembali ke sisi Eleanor, Jeremy tidak akan mengurusnya lagi dan Yoana punya kesempatan. Baik itu Eleanor ataupun Daniel, keduanya sama-sama ancaman besar baginya.Yoana tidak akan membiarkan mereka hidup dengan baik di dunia ini. Lagi pula, Eleanor dan Daniel bukan siapa-siapa. Yoana bisa menghabisi mereka dengan mudah.Eleanor menatap Yoana dengan dingin. Dia tidak melewatkan kekejaman yang tebersit pada tatapan Yoana. Eleanor tidak bodoh. Yoana tidak mungkin berbaik hati menolongnya. Bekerja sama? Yoana hanya akan mengkhianatinya pada akhirnya."Gimana? Mau kerja sama denganku nggak? Kamu mau anak, aku mau Jeremy. Kita bakal mendapat yang k

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 92

    Di bawah sinar lampu, tampak Jeremy yang duduk di sudut sofa dengan elegan. Tangannya yang ramping diletakkan di sandaran sofa. Ekspresinya tampak datar. Matanya yang hitam tampak dingin. Auranya yang kuat pun membuat orang tidak berani mendekat."Siapa yang suruh dia kemari?" tanya Jeremy dengan suara rendah. Suasana menjadi sunyi senyap. Semua orang bertatapan dan tidak berani bersuara.Sesaat kemudian ...."Kak Jeremy, Danuar yang menyuruhnya kemari. Ini bukan salahku ya," jawab Bastian dengan jujur.Kelopak mata Danuar langsung berkedut. Dia hampir bangkit dari kursinya dan melayangkan tinju. "Dasar kamu ini ....""Aku yang menyuruhnya memberitahuku lokasimu. Aku sendiri yang mau kemari," ujar Eleanor."Kamu mencariku?" tanya Jeremy sambil memicingkan mata."Ya, ada yang ingin kubicarakan." Suara Eleanor mengandung amarah yang ditahan.Jeremy seketika berminat. Dia mengaitkan jarinya. "Kemari."Eleanor hanya berdiri diam di tempatnya. Suasana hati Jeremy sedang baik. Dia bertanya,

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 93

    Tangan Eleanor yang memegang tas sontak mengerat. Dia menatap Jeremy yang bertingkah seolah-olah tidak mengenalnya, lalu berkata dengan dingin, "Aku mencarimu memang karena ada urusan penting. Harus gimana supaya kita bisa bicara berdua?"Jeremy mengangkat alisnya dan menunjuk ke arah meja. Dia menyunggingkan senyuman. "Kalau kamu sanggup minum habis itu, kita bisa ngobrol."Alis Eleanor berkerut. Dia menatap vodka yang baru dibuka itu. Kadar alkoholnya sekitar 40 persen.Eleanor mengenyit dengan makin kuat. Dia tidak bisa minum.Bastian ingin membantu Eleanor, tetapi ditahan oleh Danuar. Danuar tersenyum sambil berbisik, "Ini pertengkaran suami istri. Kita nggak bisa apa-apa.""Kak Jeremy nggak takut istrinya kenapa-napa?"Danuar merangkul bahu Bastian, lalu terkekeh. "Itu urusan Kak Jeremy. Kalau kenapa-napa, dia sendiri yang bakal nyesal. Kita nonton saja.""Danuar, kamu jahat sekali."....Jeremy yang duduk di sofa tampak mengangkat alisnya dan menatap Eleanor dengan penuh minat. D

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 94

    Sudah tiga tahun sejak Eleanor pergi ke kasino di Leroria untuk pertama kalinya. Dia memang sudah lupa cara mainnya.Danuar mengumpat dengan tidak berdaya. Bukankah ini berarti mereka menindas wanita? Pemenangnya sudah dipastikan adalah mereka.Danuar tak kuasa menyunggingkan bibirnya sambil menoleh melirik Jeremy yang bersikap seolah-olah dia tidak punya urusan di sini. Jeremy benaran tidak ingin mengurus istrinya?Asap rokok membuat wajah Jeremy terlihat kabur. Dia juga tidak menyangka Eleanor tidak bisa bermain kartu. Wanita ini malah berani menantang mereka. Dari mana datangnya kepercayaan dirinya?Meskipun merasa agak tidak enak hati karena menindas seorang wanita, usul ini diberikan oleh Eleanor sendiri. Namun, Danuar tidak ingin mengalah."Tadi aku sudah membujukmu. Sekarang kamu kalah. Gimana kamu akan membayar 20 miliar? Gimana kalau kamu suruh Kak Jeremy yang bayar?" Danuar terkekeh-kekeh."Ya, minta tolong Kak Jeremy saja. Kalau kamu memohon padanya, dia pasti bakal membantu

Latest chapter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 412

    Bella menggigit bibirnya dengan agak getir. "Hmm.""Semua ini ditulis oleh Jeremy. Awalnya, dia nggak percaya pada hal-hal seperti ini. Tapi karena kamu, setiap malam saat dia nggak bisa tidur, dia berlutut di depan altar dan berdoa. Totalnya ada 248 halaman, dia melakukannya selama 62 hari berturut-turut."Eleanor menatap buku tebal itu. Setiap halaman ditulis dengan rapi, semuanya adalah tulisan tangan Jeremy. Hatinya sedikit bergetar.Eleanor tidak tahu apakah Jeremy benar-benar percaya pada dewa, tetapi yang jelas, dia menulis ini sambil berdoa, sambil menyesali perbuatannya, sambil menyalahkan diri sendiri, sambil merasakan sakit.Melihat tulisan-tulisan itu, Eleanor bisa membayangkan sosok seorang pria yang menunduk sambil mencatat setiap tulisan dengan penuh ketulusan."Jeremy memang pernah menyakitimu. Selama kamu menghilang, dia hidup dalam penderitaan setiap hari, bahkan gangguan tidurnya semakin parah sampai nggak ada obat yang berkhasiat.""Dia sama sekali nggak bisa tidur.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 411

    Eleanor mengernyitkan alisnya. "Nggak ada."Semua barang milik Eleanor sudah disimpan oleh Jovita, tidak ada yang tersisa lagi.Jovita menatap mata Eleanor, seolah-olah ingin memastikan yang dikatakan Eleanor memang benar. "Eleanor, coba pikirkan lagi baik-baik, benaran nggak ada benda lain?""Nggak ada," jawab Eleanor dengan tegas sambil menggelengkan kepala. Semua barang peninggalan ibunya untuknya berada di Keluarga Haningrat karena saat itu dia masih berusia puluhan tahun. Dia yang tidak memiliki persiapan apa pun tidak mungkin bisa melawan kelicikan dari Robert dan Felicia, sehingga semua barang itu tidak pernah sampai ke tangannya.Ekspresi Jovita berubah dan menganggukkan kepalanya, seolah-olah merasa lega."Nenek, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Eleanor.Jovita langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba teringat, jadi aku coba bertanya padamu."Eleanor yang cemberut pun menganggukkan kepala dengan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 410

    "Di mana Nenek?" Eleanor tidak ingin membuang waktu berbicara dengan Tiara.Meskipun Eleanor tahu Tiara hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh Yoana untuk menanggung kesalahannya, Tiara tetap memiliki niat buruk terhadap anak-anaknya dan bersedia dimanfaatkan secara sukarela.Saat ini, Eleanor tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Selama Tiara tidak menimbulkan masalah lagi, Eleanor akan menganggapnya tidak ada.Tiara tertegun sejenak sebelum menunjuk ke lantai atas. "Nenek ada di atas."Eleanor langsung menaiki tangga. Begitu dia pergi, Tiara buru-buru menelepon ayah dan ibunya. "Ayah, Eleanor masih hidup ...!"Eleanor tiba di depan kamar Jovita dan mengetuk pintu dengan pelan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari dalam. "Masuk."Eleanor membuka pintu dan melangkah masuk. Jovita yang memakai kacamata rabun tua sedang duduk di kursi malas dekat jendela besar sambil merajut sesuatu. Cahaya matahari menyelimuti tubuhnya, memberikan kesan hangat dan damai.Ketika dia mengangkat kepa

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 409

    "Kukembalikan kepadamu," ujar Jeremy.Charlie mengangkat alis. "Kamu menyelidikiku?"Jeremy menatapnya dengan tenang. "Aku cuma menebak."Selama dua bulan terakhir, kecurigaan Jeremy terhadap Charlie tidak pernah surut. Dia terus mengawasi Charlie dan akhirnya menemukan sejumlah besar uang yang keluar dari rekeningnya.Empat triliun. Bukan jumlah kecil, cukup untuk membeli sebuah kediaman mewah atau barang berharga lainnya. Anehnya, Charlie hanya mengeluarkan uang tanpa membeli aset apa pun.Lebih mencurigakan lagi, transaksi itu terjadi tepat tiga hari setelah Eleanor menghilang. Ditambah dengan pengakuan Eleanor bahwa dia terkena racun yang sangat langka, Jeremy menyimpulkan bahwa uang itu kemungkinan besar telah digunakan untuk menyelamatkan Eleanor.Jika itu memang untuk Eleanor, Jeremy merasa sudah seharusnya dia kembalikan.Charlie tertawa kecil, meletakkan cek itu di atas meja dengan santai. "Kamu ini siapa? Berani sekali kamu menggantikan dia membayar utangnya?"Jeremy menyahut

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 408

    Langkah kaki Eleanor terhenti sejenak. Masa dia tidak berani duduk di sofa rumah sendiri?Dengan tenang, dia mendekat dan duduk. Jarak di antara dia dan Jeremy tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh, cukup untuk satu orang duduk di antara mereka.Tidak ada yang berbicara. Seolah-olah mereka memang hanya tidak bisa tidur dan duduk untuk menonton film. Namun, nyatanya tidak ada yang benar-benar menonton.Saat film diputar hingga setengah, Jeremy tiba-tiba merasakan beban lembut di bahunya. Hatinya bergetar. Dia menoleh sedikit, dagunya tanpa sengaja menyentuh dahi Eleanor yang tertidur lelap.Perlahan-lahan, dia mengangkat tangannya, setengah merangkul wanita itu. Bibirnya membentuk senyuman tipis.Dia menggendong Eleanor dengan hati-hati, seolah-olah mengangkat barang paling berharga di dunia. Kemudian, dia berbaring di samping Eleanor.Aroma wangi yang samar dari tubuh Eleanor terasa menenangkan, perlahan meredam kegelisahan dalam hati Jeremy. Jeremy menunduk untuk mengecup dahiny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 407

    Eleanor memberikan satu set pakaian untuk Vivi, sementara Jeremy sudah membawa anak-anak ke ruang tamu.Lima menit kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang. Vivi melihat Jeremy, lalu Eleanor, kemudian menatap mereka berempat. Di tengah keluarga ini, keberadaannya benar-benar terasa berlebihan.Saat berikutnya, dia teringat kejadian di restoran tadi. Mereka berdua ... mau balikan? Vivi berpikir, merasa lebih baik tidak ikut campur urusan asmara orang lain. Jadi, dia mengambil tasnya dan berdiri. "Aku paham, aku paham."Karena tidak ingin merusak momen, dia langsung bersiap untuk pergi. "Aku datang lagi lain kali."Dalam sekejap, Vivi melesat keluar. Eleanor melihat kepergiannya yang secepat kilat, merasa Vivi sudah sangat mahir dalam seni melarikan diri.Eleanor menatap Jeremy. "Kamu benar-benar mau menginap di sini?""Kalau tidur di luar, aku bisa mati kedinginan. Jadi ...." Jeremy menarik sudut bibirnya. "Kasihanilah aku."Eleanor mengangguk. Dia tidak sekej

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 406

    Jeremy terdiam sejenak, lalu menghela napas. Akhirnya, dia berkata, "Mobilku rusak."Mobil rusak, artinya dia tidak bisa pulang.Eleanor menatapnya. Pria ini ingin menginap? Jangan mimpi!Berpura-pura tidak mengerti, Eleanor berujar, "Tunggu sebentar."Jeremy tidak tahu maksudnya, sampai dia melihat Eleanor mengambil kunci mobil dan menjelaskan di mana mobilnya diparkir dengan sabar. "Pakai saja, besok suruh orang antar kembali."Jeremy menatap kunci mobil di telapak tangannya, lalu tiba-tiba tersenyum. Wanita ini sengaja!"Tebak gimana aku bisa membawa mereka ke sini?" tanyanya."Hm?" Eleanor berkedip bingung."Aku bilang kalau aku nggak melihatmu, aku akan mati. Kalau aku pulang, apakah orang tua keras kepala itu akan memindahkan rumahnya ke sini malam ini juga?"Eleanor melihat kedua anak yang dipegangnya. Dia tahu betapa keras kepala dan semena-menanya Simon. Pria tua itu memang akan melakukan hal seperti itu.Jadi, maksud Jeremy adalah kalau dia di sini, anak-anak di sini. Kalau d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 405

    Simon perlahan-lahan menuruni tangga. "Sudah tengah malam, kalian mau ke mana?""Nggak bisa tidur, jadi mau jalan-jalan sebentar," balas Jeremy dengan tenang sambil menoleh, tanpa tanda-tanda berbohong."Nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan?" Simon mengulangi kata-katanya, lalu mendengus dingin. "Jalan-jalan sebentar, lalu ujung-ujungnya pergi menemui Eleanor, 'kan?"Ekspresi Simon penuh dengan ketegasan. Kedua anak itu tinggal di rumah Keluarga Adrian. Selama Eleanor masih hidup, cepat atau lambat dia pasti akan kembali.Melihat perubahan sikap kedua anak itu terhadap Jeremy, Simon pun bisa menebak bahwa Eleanor pasti masih hidup dan sudah kembali. Hal ini membuat tatapan Simon dipenuhi kekhawatiran.Jeremy menggigit bibirnya erat-erat, lalu tiba-tiba berkata dengan nada ringan, "Aku hampir mati.""Apa?" Simon mengernyit tajam."Gangguan tidur. Bastian bilang kalau aku nggak segera mendapat perawatan, aku akan mati." Nada suara Jeremy begitu datar, seolah-olah dia hanya sedang membicara

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 404

    Jeremy mengusap keningnya, berjalan ke sisi tempat tidur. Dia melihat dua bagian pada selimutnya sedikit menggembung dan terus bergerak seperti ulat.Dia menarik selimut itu. Di bawahnya, terlihat dua bocah kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Mereka menatapnya dengan senyuman penuh harapan."Papa, akhirnya kamu datang! Malam ini kami tidur bersamamu ya. Cepat naik!"Harry menepuk tempat di sebelahnya, sementara Daniel bergeser ke samping, memberikan ruang yang lebih luas untuk Jeremy.Alis Jeremy berkedut keras. "Kalian sedang merencanakan apa?""Papa 'kan susah tidur malam-malam. Nih, buatmu."Jeremy menatap buku pelajaran yang tiba-tiba diselipkan ke tangannya. Alisnya semakin berkedut. "Buat apa ini?""Baca buku! Aku selalu mengantuk kalau baca buku. Sangat efektif. Coba saja!"Jeremy sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka.Harry masuk ke dalam selimut, lalu menatap Jeremy. "Cepat baca."Jeremy mengusap keningnya dengan pasrah. "Kalau ada sesuatu yang in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status