Daniel mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, matanya penuh dengan keteguhan. Tanpa berkata apa-apa, dia berbalik dan berlari keluar. Melihat hal itu, Yoana langsung maju untuk menangkapnya. "Berhenti!"Namun, Daniel tiba-tiba berbalik dan menggigit lengan Yoana dengan keras."Ah!" Yoana berteriak kesakitan dan mendorong Daniel dengan marah.Tenaga orang dewasa jauh lebih besar daripada seorang anak kecil. Tubuh Daniel terlempar beberapa langkah ke belakang dan kepalanya terbentur sudut meja. Rasa sakit yang tajam langsung menjalar di belakang kepalanya. Air mata membasahi mata wajahnya, tetapi Daniel tetap menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit dan berdiri kembali dengan tegar.Dia harus keluar, dia harus menghubungi Harry agar bisa memberi tahu Eleanor bahwa dua wanita jahat ini sedang berusaha menyakitinya.Yoana memegangi lengannya yang sudah membekas gigitan. Rasa sakit itu membuatnya benar-benar marah, "Apa yang kalian lakukan? Cepat tangkap dia!""Tunggu." Bella mengangka
Bunuh diri?Yoana melongo mendengar kata itu. Alasan apaan ini? Dia jelas tidak gila sampai ingin bunuh diri! Bagaimanapun, dia sangat yakin bahwa pria di depannya memang sengaja menabrak mereka untuk menghentikan mobil mereka."Siapa kamu sebenarnya? Nggak lihat ini mobil Keluarga Adrian? Kamu sengaja nabrak kami, nggak takut bakal nyinggung Keluarga Adrian?" Charlie menahan senyuman sinisnya, "Keluarga Adrian?"Yoana menggertakkan giginya sekilas. Tidak ada seorang pun yang berani menyinggung Keluarga Adrian di ibu kota ini. Yoana tidak peduli siapa pria ini, dia yakin bahwa pria ini tidak akan bisa menandingi Keluarga Adrian.Yoana mendengus dingin. "Kenapa? Sudah takut sekarang?"Charlie mengangkat alisnya perlahan, tebersit sorot penghinaan di matanya. "Oh, bukan apa-apa!"Wajah Yoana langsung menjadi kaku. "Bahkan Keluarga Adrian juga nggak kamu pedulikan? Lancang sekali kamu ini. Tunggu saja. Setelah kuadukan sama tunanganku nanti, dia pasti nggak akan ngampuni kamu."Senyuman
Andy hanya bisa memohon lagi, "Kalau kamu nggak keberatan, gimana kalau aku pergi dari sini?"Eleanor menyunggingkan bibirnya. "Apa bedanya? Tetap saja ada pria di rumahku."Alis Jeremy bergerak sedikit.Andy ketakutan hingga jantungnya berdetak kencang. Dia merendahkan suara saat menatap Eleanor dengan serbasalah, "Bu, kita juga nggak punya cara lain untuk sekarang. Bukankah usahamu bakal sia-sia kalau Bos bangun? Kamu istirahat saja. Bos nggak mungkin bangun secepat itu. Dia nggak bakal mengganggumu."Andy menatap Eleanor dengan tatapan tulus. Dia berharap Eleanor bisa berbelaskasihan dengan mengizinkan Jeremy tinggal di sini.Eleanor mendongak memandang jam di dinding. Sepertinya memang tidak ada cara lain untuk sekarang. "Besok jam 5 pagi, kamu harus menjemputnya."Andy merasa lega. Dia menyahut, "Oke, aku pasti sampai tepat waktu."Eleanor melirik sekilas Jeremy yang berbaring di ranjang. Kedua mata itu terpejam rapat. Napasnya normal. Dia pergi ke kamarnya, lalu menyerahkan selim
"Hm."Usai berbicara, Andy menatap Eleanor. "Bu, aku beli dua porsi sarapan. Yang satu lagi punyamu."Eleanor tidak tahu harus berkata apa melihat profesionalisme Andy. Harus diakui bahwa anak buah Jeremy bukan sembarangan orang. Mereka semua cerdik.Hanya saja, kapan Eleanor mengizinkan Jeremy mandi dan makan di rumahnya?Jeremy sudah bangkit dari sofa. Dia melirik Eleanor dan bertanya, "Aku boleh pakai kamar mandi di sini, 'kan?"Eleanor menatap Andy yang telah menyiapkan semuanya untuk Jeremy. Pada akhirnya, dia hanya menyahut, "Memangnya kamu nggak bakal pakai kamar mandiku kalau aku keberatan?"Jeremy mengangguk. "Baguslah kalau kamu nggak keberatan."Eleanor mengepalkan tangannya. Kenapa pria ini sama seperti Yoana yang tidak mengerti bahasa manusia?Jeremy mengikuti arah Eleanor keluar tadi. Kemudian, dia menemukan kamar mandi.Beberapa saat kemudian, Eleanor teringat pada sesuatu. Wajahnya memerah. Dia segera menyusul Jeremy, tetapi Jeremy sudah melepaskan kemejanya.Di bawah s
Eleanor menopang dagunya sambil menatap Jeremy. Senyumannya tampak sangat lembut. "Jadi, aku nggak keberatan kalau kamu nggak keberatan."Jelas sekali, Eleanor sedang mempersulit Jeremy. Dia yakin Jeremy tidak akan menyetujuinya. Andy yang berdiri di samping pun diam-diam menggeleng.Namun, bosnya memang pantas diperlakukan seperti ini. Dulu Eleanor ingin mengobatinya secara gratis, tetapi bosnya menolak. Sekarang dia harus menghabiskan uang miliaran sekali berobat. Andy tak kuasa membatin, 'Panik nggak, Bos?'Jeremy menatap Eleanor lekat-lekat. Eleanor hanya mengangkat alisnya, berharap Jeremy menolak dan menyuruhnya datang ke rumahnya.Jeremy malah terkekeh-kekeh dan mengiakan. "Oke."Eh? Situasi macam apa ini? Kali ini, giliran Eleanor yang panik. Kenapa Jeremy menyetujuinya? Pengobatan ini bukan hanya satu atau dua kali, melainkan jangka panjang. Butuh banyak waktu untuk memulihkan kesehatannya. Bukankah Jeremy harus menghabiskan banyak uang?Andy juga tercengang dan memperlihatkan
Jeremy terkejut mendengarnya. "Di rumah sakit mana?""Rumah Sakit Praja." Andy merendahkan suaranya sehingga Eleanor hanya tahu Daniel demam dan berada di Rumah Sakit Praja.Seketika, hati Eleanor menjadi tidak tenang. Ketika dia hendak bertanya, Jeremy sudah bangkit dan meliriknya dengan dingin. "Nanti malam aku kemari untuk berobat."Usai melontarkan itu, Jeremy langsung keluar."Bawa kartumu pergi," ucap Eleanor.Jeremy tidak meladeninya. Hanya Andy yang menoleh dan melirik sekilas. "Bu, kamu simpan saja."Jeremy tidak pernah mengambil kembali barang yang telah diberikannya. Saat melihat Jeremy begitu panik, Eleanor menjadi makin gelisah.Di sisi lain, Harry diam-diam menjulurkan kepalanya keluar. Dia bisa mendengar pergerakan di ruang tamu dan tahu orang-orang di luar sana sudah pergi."Mama, mereka sudah pergi?"Eleanor segera mengesampingkan kegelisahannya, lalu menoleh menatap Harry. "Ya, sudah."Harry pun berjalan keluar. "Kenapa, Mama? Kenapa murung seperti ada masalah?"Elean
Mata Yoana agak berkilat. "Semalam Eleanor telepon dan bilang kamu ada di tempatnya. Katanya kamu pingsan. Kami tahu Eleanor bukan wanita baik-baik. Kami takut dia punya niat jahat padamu. Makanya, kami buru-buru ke sana.""Kami nggak nyangka bakal ketemu pria misterius di perjalanan. Kenapa kamu mencari Eleanor semalam? Aku cemas sekali lho."Sambil berbicara, Yoana menatap Jeremy. Terdengar jelas bahwa dia berharap Jeremy menjelaskan alasannya mencari Eleanor semalam.Jeremy tidak menanggapi ataupun menjelaskan. Dia hanya berkata, "Ya sudah. Aku akan mengabari kalian kalau pria itu sudah ditemukan."Ekspresi Yoana seketika dipenuhi kekecewaan. Dia tidak menyangka Jeremy akan mengabaikannya. Ketika dia masih ingin berbicara, Jeremy sudah berdiri."Remy, mau ke mana?" Yoana buru-buru meraih lengan Jeremy. "Aku dan Bibi terluka. Kamu nggak menemani kami sebentar?""Aku masih ada urusan lain."Bella makin murka. "Urusan apa? Ibumu ini diopname. Kamu baru duduk dua menit dan sudah mau per
Jeremy langsung menolaknya. Dia belum sepenuhnya percaya pada mereka. Jika tidak ada masalah, Daniel tidak mungkin kabur, apalagi bermalaman di luar sampai demam tinggi dan jatuh pingsan.Karena tidak bisa mendapat informasi apa pun dari mereka, Jeremy langsung berjalan keluar."Remy ...." Yoana hendak mengejar. "Aku boleh ikut nggak?""Nggak usah." Karena Jeremy menolak, Yoana tidak berani maju lagi."Yoana, kenapa malah bengong? Cepat ikut dia. Jangan sampai bocah itu sembarangan bicara." Bella segera memperingatkan Yoana.Yoana segera bereaksi. Dia berbalik, lalu menuangkan sisa sup yang mereka minum ke dalam termos dan buru-buru mengejar.Saat ini, Eleanor sudah tiba di rumah sakit. Anggota Keluarga Adrian biasanya tinggal di bangsal VIP. Eleanor tidak tahu nomor kamar, jadi bertanya kepada suster. Namun, suster tidak bisa memberinya informasi apa pun sehingga dia hanya bisa mencari di lantai VIP.Begitu pintu lift terbuka dan Eleanor keluar, dia melihat Jeremy yang wajahnya suram
Tepat pada saat itu, lampu dari mobil-mobil di belakang menerangi punggung Eleanor. Saat dia menoleh, dia melihat mobil-mobil itu sudah berhenti dan sekelompok orang keluar dari mobil. Mereka adalah orang-orang yang tadi mengejarnya dan kini kembali lagi. Dia mengepalkan tangannya dengan erat saat melihat mereka perlahan-lahan mengepungnya, tetapi dia tidak merasakan sakit sedikit pun.Pemimpin kelompok itu melihat ke sekeliling, tetapi tidak melihat mobil yang dinaiki Eleanor dan juga Jeremy. Namun, saat melihat jejak ban yang mengarah ke tebing dan juga jejak darah dari Eleanor, dia langsung memiliki firasat buruk. Dia langsung memberikan isyarat pada bawahannya untuk segera melaporkan hal ini pada Yoana.Mendengar kabar Jeremy mungkin jatuh ke laut dan tewas, ekspresi Yoana langsung membeku dan kakinya lemas sampai langsung terjatuh ke lantai. Dia segera maju dan meraih kerah bawahannya. "Apa ... yang kamu katakan? Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi! Katakan sekali lagi!"Bawa
Eleanor tiba-tiba merasa cemas saat melihat mobil masih tidak melambat sedikit pun. Matanya membelalak dan berteriak dengan keras, "Jeremy, injak rem!"Jika mobilnya masih tidak berhenti, Eleanor merasa mereka akan jatuh ke dalam jurang bersama mobilnya. Mereka juga masih tidak tahu seberapa tinggi jurang itu, peluang untuk bertahan hidup sangat kecil jika mereka jatuh.Ekspresi Jeremy terlihat sangat muram saat melihat jarak mereka dengan tebing sudah tidak sampai 20 meter. Dengan laju yang secepat ini, bahkan membelok arah pun sudah tidak sempat lagi.Melihat jarak mobil dengan tebing makin dekat dan Jeremy masih tidak melambat sedikit pun, dia merinding dan ekspresinya terlihat sangat ketakutan. Namun, di detik berikutnya, Jeremy malah segera membuka sabuk pengamannya."Kamu?" kata Eleanor sambil menatap Jeremy yang membuka pintu mobil dengan tatapan tidak percaya.Jeremy berteriak, "Lompat!""Apa?" tanya Eleanor dengan bingung.Jeremy menatap Eleanor. Saat ini, dia akhirnya menyada
Eleanor baru saja hendak mengoperasikan ponselnya, tetapi benturan keras dari mobil belakang membuat tubuhnya terdorong ke depan dan ponselnya pun terlempar. Sebelum sempat mengambil ponselnya, dia mendengar suara tembakan lagi.Ekspresi Jeremy terlihat sangat marah. Dia segera menekan kepala Eleanor dan berkata, "Tunduk, jangan bergerak."Kaca jendela mobil sudah pecah dan angin dingin terus bertiup masuk.Eleanor mencoba untuk meraih ponselnya, tetapi dia akhirnya hanya bisa menstabilkan tubuhnya karena mobil berguncang. Para pengejar masih enggan menyerah dan jumlah mereka malah makin banyak. Mereka benar-benar bertekad untuk menghabisinya malam ini. Tidak perlu berpikir panjang pun, dia sudah tahu orang yang mengirim mereka adalah Yoana.Sementara itu, orang-orang dari Keluarga Adrian sudah melaporkan kejadian ini pada Simon.Mendengar Jeremy sedang bersama dengan Eleanor, Simon langsung bangkit. "Apa yang kamu katakan? Apa dia terluka?""Saat ini dia masih baik-baik saja," jawab o
Tatapan Jeremy menjadi dingin dan muram saat melihat ada empat mobil yang sudah mengepung mereka. Dia mengumpat dengan pelan, orang-orang ini jelas menargetkan Eleanor. Sialan. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan memanggil para pengawalnya.Di belakang, Avery yang sedang mengemudi mobil juga menyadari situasi berbahaya itu. Dia langsung mendiskusikan strategi dengan bawahannya menggunakan perangkat audio nirkabel. Tak lama kemudian, mobil mereka segera melaju ke depan dan menghentikan beberapa mobil itu. Dia juga segera menghubungi Charlie.Tepat pada saat itu, Andy melihat mobil di samping tiba-tiba membanting setir dan menabrak ke arah mereka dengan nekat. Semuanya terjadi hanya dalam dua detik. Dia pun berteriak dengan mata yang membelalak, "Bos, pegang Nona Eleanor baik-baik."Bang!Terdengar suara benturan yang keras dan tubuh mereka berguncang sampai kepala Eleanor langsung terasa pusing. Kelihatan jelas, mobil Jeremy dan Eleanor ditabrak ke samping dengan keras. Untungnya, sab
"Apa yang ingin kamu katakan? Minta maaf? Aku nggak ingin mendengarnya." Eleanor menepis tangan Jeremy."Cuma beberapa menit," kata Jeremy dengan keras kepala, lalu menarik Eleanor masuk ke mobil dengan paksa.Di depan, Andy segera menyalakan mesin mobil. Para pengawal Keluarga Adrian pun mundur.Melihat Eleanor dibawa pergi, Avery langsung masuk ke mobil. "Kejar!"Angin malam musim gugur terasa lebih dingin dari biasanya. Di dalam mobil, tatapan Eleanor membeku seperti es. Sebuah sekat perlahan naik, memisahkan kursi depan dan belakang."Kamu benar-benar harus pergi?" Suara rendah terdengar di dalam kabin yang sunyi.Tanpa menoleh, Eleanor menjawab dengan suara dingin, "Ya. Kamu juga sudah janji akan membiarkan aku dan anak-anak pergi, tanpa mengganggu kami lagi."Jari-jari Jeremy memutih karena cengkeramannya terlalu kuat. Dia tak kuasa tertawa. Dia telah melukai wanita ini begitu dalam.Wajar jika Eleanor ingin pergi. Dia seharusnya bisa menerima jika Eleanor ingin membawa anak-anak
Untungnya, video ini selalu tersimpan di album rahasia di ponselnya. Tak disangka, lima tahun kemudian akhirnya berguna.Sergio mengepalkan tangannya erat-erat. Sebelum melihat video ini, dia sama sekali tidak percaya pada Yoana.Begitu banyak hal telah terjadi, wajar jika kebencian Yoana pada Eleanor sudah mencapai puncaknya. Dia mengira Yoana hanya ingin memanfaatkannya untuk menyingkirkan Eleanor, jadi dia berasumsi bahwa semua ini hanyalah kebohongan yang dibuat-buat.Sampai akhirnya dia melihat video itu. Wanita dalam video itu adalah Eleanor, ini bukan sesuatu yang bisa dipalsukan.Semua ini sudah berlalu bertahun-tahun, Yoana tidak mungkin bersusah payah membuat video palsu dan menyimpannya selama lima tahun.Saat ini, amarah di dadanya membuncah. Yoana melihat kebencian yang melintas di mata Sergio. Dia cukup memahami pria ini.Dulu, Sergio benar-benar menginginkan anak itu. Dia maju selangkah, mencengkeram kerah Sergio erat-erat. "Sergio, Jeremy nggak akan melepaskanku. Begitu
Sumpah sekejam ini .... Sergio menyipitkan matanya, lalu melonggarkan cengkeraman di leher Yoana sedikit."Bicara."Yoana menggertakkan giginya dengan kuat. "Dulu aku memang menyewa beberapa preman untuk menyingkirkan anak itu dan menjebak Eleanor. Tapi sebelum sempat membayar, seseorang telah menggantikanku. Kamu tahu apa artinya ini?"Sergio mengerutkan keningnya.Yoana melanjutkan, "Itu berarti selain aku, ada orang lain juga yang menemui mereka. Mereka mengira aku dan orang itu adalah orang yang sama.""Orang lain?""Ya. Setelah kejadian itu, kamu pikir Jeremy nggak menyelidikinya? Dia menyelidikinya. Hasilnya di luar dugaannya, bahkan di luar dugaanku! Akun yang mentransfer uang kepada mereka ... adalah milik Eleanor!"Alis Sergio semakin berkerut, jelas karena tidak sepenuhnya percaya. "Kamu cuma ingin aku menyingkirkan Eleanor, jadi sengaja mengatakan ini, 'kan?""Hahaha ... hahaha!" Yoana tertawa terbahak-bahak. "Kamu nggak percaya? Aku juga nggak percaya saat pertama kali tahu
"Dia menyewa orang untuk membunuh anak kita! Anakku baru berusia 8 bulan, tetapi dia mati karena Eleanor menyuruh seseorang menabraknya dengan mobil! Kamu lupa? Apa kamu benar-benar lupa?" teriak Yoana sekuat tenaga, suaranya penuh dengan keputusasaan."Diam! Suruh dia diam!" Simon terbatuk keras beberapa kali, lalu berteriak dengan nada tegas dan marah.Aib keluarga tidak boleh tersebar! Bagaimana bisa Yoana bersikap seperti ini di depan umum? Dengan keadaan seperti ini, Yoana tidak pantas menyandang gelar Nyonya Keluarga Adrian!Alicia buru-buru menutup mulut Yoana, tetapi Yoana meronta-ronta dengan sekuat tenaga. Meskipun dua orang menahannya, mereka tetap tidak bisa menghentikannya.Air mata mengalir di seluruh wajahnya, membuatnya tampak seperti orang gila. Tak ada lagi jejak keanggunan dan martabat putri keluarga besar dalam dirinya.Eleanor menatap Yoana dengan dingin. Dia memang seharusnya gila. Dia memang seharusnya menderita. Itu adalah harga yang harus Yoana bayar untuk anak
Jeremy menggenggam erat laporan tes DNA itu, matanya tampak dalam dan penuh emosi. Tatapannya tertuju pada hasil tes di atas kertas ....Hubungan biologis dikonfirmasi!Melihat hasilnya, napasnya terhenti sejenak .... Anak-anak .... Mereka adalah darah dagingnya!Daniel dan Harry adalah putranya. Mereka adalah anak kandungnya bersama Eleanor.Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang. Tidak ada yang tahu betapa terguncangnya Jeremy saat membaca kata-kata itu.Selama ini, dia selalu mengira anak-anak itu adalah milik orang lain, tetapi kenyataannya mereka adalah anak kandungnya sendiri.Selama lima tahun, masalah ini terus menghantuinya. Kini ....Jeremy tersenyum pahit. Saat kebenaran akhirnya terungkap, dia merasakan campuran antara kegembiraan dan penyesalan yang luar biasa. Betapa bodohnya dia ....Emosi yang tak terhitung jumlahnya membanjiri hati, menyelimutinya secara habis-habisan. Pada akhirnya, hanya ada satu kalimat yang terngiang di benaknya, Jeremy, kamu memang bodoh!Dia menga