Share

Bab 63

Author: Arizah Karimah
Jika besok pagi Harry bangun untuk pergi ke sekolah dan kebetulan Jeremy melihatnya, situasinya akan menjadi sangat rumit. Dengan enggan, dia mengambil ponsel Jeremy dan menjawab panggilan itu.

"Halo?"

Dari seberang, terdengar suara panik Yoana, "Jeremy, kamu di mana? Aku dan Bibi sudah nunggu kamu pulang!"

Eleanor menjawab dengan nada dingin, "Dia pingsan di tempatku. Kalian bisa datang nanti untuk menjemputnya."

Ada jeda singkat sebelum suara Yoana menjadi tajam dan penuh kecurigaan. "Kamu siapa? Tunggu ... Eleanor?!" Nada bicaranya berubah menjadi lebih nyaring, bahkan Eleanor hampir bisa membayangkan wajah marah Yoana di seberang sana.

"Eleanor! Kenapa Jeremy bisa ada di tempatmu? Jangan bilang kamu menggoda dia lagi!"

Eleanor menghela napas panjang, berusaha mempertahankan kesabarannya. "Kamu ngerti bahasa manusia nggak? Dia datang ke rumahku dan pingsan. Dia! Yang! Datang! Ke! Rumahku!" Eleanor menekankan setiap kata dengan jelas.

"Tetap saja! Pasti kamu yang goda dia! Kalau ngga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 64

    Daniel mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, matanya penuh dengan keteguhan. Tanpa berkata apa-apa, dia berbalik dan berlari keluar. Melihat hal itu, Yoana langsung maju untuk menangkapnya. "Berhenti!"Namun, Daniel tiba-tiba berbalik dan menggigit lengan Yoana dengan keras."Ah!" Yoana berteriak kesakitan dan mendorong Daniel dengan marah.Tenaga orang dewasa jauh lebih besar daripada seorang anak kecil. Tubuh Daniel terlempar beberapa langkah ke belakang dan kepalanya terbentur sudut meja. Rasa sakit yang tajam langsung menjalar di belakang kepalanya. Air mata membasahi mata wajahnya, tetapi Daniel tetap menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit dan berdiri kembali dengan tegar.Dia harus keluar, dia harus menghubungi Harry agar bisa memberi tahu Eleanor bahwa dua wanita jahat ini sedang berusaha menyakitinya.Yoana memegangi lengannya yang sudah membekas gigitan. Rasa sakit itu membuatnya benar-benar marah, "Apa yang kalian lakukan? Cepat tangkap dia!""Tunggu." Bella mengangka

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 65

    Bunuh diri?Yoana melongo mendengar kata itu. Alasan apaan ini? Dia jelas tidak gila sampai ingin bunuh diri! Bagaimanapun, dia sangat yakin bahwa pria di depannya memang sengaja menabrak mereka untuk menghentikan mobil mereka."Siapa kamu sebenarnya? Nggak lihat ini mobil Keluarga Adrian? Kamu sengaja nabrak kami, nggak takut bakal nyinggung Keluarga Adrian?" Charlie menahan senyuman sinisnya, "Keluarga Adrian?"Yoana menggertakkan giginya sekilas. Tidak ada seorang pun yang berani menyinggung Keluarga Adrian di ibu kota ini. Yoana tidak peduli siapa pria ini, dia yakin bahwa pria ini tidak akan bisa menandingi Keluarga Adrian.Yoana mendengus dingin. "Kenapa? Sudah takut sekarang?"Charlie mengangkat alisnya perlahan, tebersit sorot penghinaan di matanya. "Oh, bukan apa-apa!"Wajah Yoana langsung menjadi kaku. "Bahkan Keluarga Adrian juga nggak kamu pedulikan? Lancang sekali kamu ini. Tunggu saja. Setelah kuadukan sama tunanganku nanti, dia pasti nggak akan ngampuni kamu."Senyuman

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 66

    Andy hanya bisa memohon lagi, "Kalau kamu nggak keberatan, gimana kalau aku pergi dari sini?"Eleanor menyunggingkan bibirnya. "Apa bedanya? Tetap saja ada pria di rumahku."Alis Jeremy bergerak sedikit.Andy ketakutan hingga jantungnya berdetak kencang. Dia merendahkan suara saat menatap Eleanor dengan serbasalah, "Bu, kita juga nggak punya cara lain untuk sekarang. Bukankah usahamu bakal sia-sia kalau Bos bangun? Kamu istirahat saja. Bos nggak mungkin bangun secepat itu. Dia nggak bakal mengganggumu."Andy menatap Eleanor dengan tatapan tulus. Dia berharap Eleanor bisa berbelaskasihan dengan mengizinkan Jeremy tinggal di sini.Eleanor mendongak memandang jam di dinding. Sepertinya memang tidak ada cara lain untuk sekarang. "Besok jam 5 pagi, kamu harus menjemputnya."Andy merasa lega. Dia menyahut, "Oke, aku pasti sampai tepat waktu."Eleanor melirik sekilas Jeremy yang berbaring di ranjang. Kedua mata itu terpejam rapat. Napasnya normal. Dia pergi ke kamarnya, lalu menyerahkan selim

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 67

    "Hm."Usai berbicara, Andy menatap Eleanor. "Bu, aku beli dua porsi sarapan. Yang satu lagi punyamu."Eleanor tidak tahu harus berkata apa melihat profesionalisme Andy. Harus diakui bahwa anak buah Jeremy bukan sembarangan orang. Mereka semua cerdik.Hanya saja, kapan Eleanor mengizinkan Jeremy mandi dan makan di rumahnya?Jeremy sudah bangkit dari sofa. Dia melirik Eleanor dan bertanya, "Aku boleh pakai kamar mandi di sini, 'kan?"Eleanor menatap Andy yang telah menyiapkan semuanya untuk Jeremy. Pada akhirnya, dia hanya menyahut, "Memangnya kamu nggak bakal pakai kamar mandiku kalau aku keberatan?"Jeremy mengangguk. "Baguslah kalau kamu nggak keberatan."Eleanor mengepalkan tangannya. Kenapa pria ini sama seperti Yoana yang tidak mengerti bahasa manusia?Jeremy mengikuti arah Eleanor keluar tadi. Kemudian, dia menemukan kamar mandi.Beberapa saat kemudian, Eleanor teringat pada sesuatu. Wajahnya memerah. Dia segera menyusul Jeremy, tetapi Jeremy sudah melepaskan kemejanya.Di bawah s

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 68

    Eleanor menopang dagunya sambil menatap Jeremy. Senyumannya tampak sangat lembut. "Jadi, aku nggak keberatan kalau kamu nggak keberatan."Jelas sekali, Eleanor sedang mempersulit Jeremy. Dia yakin Jeremy tidak akan menyetujuinya. Andy yang berdiri di samping pun diam-diam menggeleng.Namun, bosnya memang pantas diperlakukan seperti ini. Dulu Eleanor ingin mengobatinya secara gratis, tetapi bosnya menolak. Sekarang dia harus menghabiskan uang miliaran sekali berobat. Andy tak kuasa membatin, 'Panik nggak, Bos?'Jeremy menatap Eleanor lekat-lekat. Eleanor hanya mengangkat alisnya, berharap Jeremy menolak dan menyuruhnya datang ke rumahnya.Jeremy malah terkekeh-kekeh dan mengiakan. "Oke."Eh? Situasi macam apa ini? Kali ini, giliran Eleanor yang panik. Kenapa Jeremy menyetujuinya? Pengobatan ini bukan hanya satu atau dua kali, melainkan jangka panjang. Butuh banyak waktu untuk memulihkan kesehatannya. Bukankah Jeremy harus menghabiskan banyak uang?Andy juga tercengang dan memperlihatkan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 69

    Jeremy terkejut mendengarnya. "Di rumah sakit mana?""Rumah Sakit Praja." Andy merendahkan suaranya sehingga Eleanor hanya tahu Daniel demam dan berada di Rumah Sakit Praja.Seketika, hati Eleanor menjadi tidak tenang. Ketika dia hendak bertanya, Jeremy sudah bangkit dan meliriknya dengan dingin. "Nanti malam aku kemari untuk berobat."Usai melontarkan itu, Jeremy langsung keluar."Bawa kartumu pergi," ucap Eleanor.Jeremy tidak meladeninya. Hanya Andy yang menoleh dan melirik sekilas. "Bu, kamu simpan saja."Jeremy tidak pernah mengambil kembali barang yang telah diberikannya. Saat melihat Jeremy begitu panik, Eleanor menjadi makin gelisah.Di sisi lain, Harry diam-diam menjulurkan kepalanya keluar. Dia bisa mendengar pergerakan di ruang tamu dan tahu orang-orang di luar sana sudah pergi."Mama, mereka sudah pergi?"Eleanor segera mengesampingkan kegelisahannya, lalu menoleh menatap Harry. "Ya, sudah."Harry pun berjalan keluar. "Kenapa, Mama? Kenapa murung seperti ada masalah?"Elean

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 70

    Mata Yoana agak berkilat. "Semalam Eleanor telepon dan bilang kamu ada di tempatnya. Katanya kamu pingsan. Kami tahu Eleanor bukan wanita baik-baik. Kami takut dia punya niat jahat padamu. Makanya, kami buru-buru ke sana.""Kami nggak nyangka bakal ketemu pria misterius di perjalanan. Kenapa kamu mencari Eleanor semalam? Aku cemas sekali lho."Sambil berbicara, Yoana menatap Jeremy. Terdengar jelas bahwa dia berharap Jeremy menjelaskan alasannya mencari Eleanor semalam.Jeremy tidak menanggapi ataupun menjelaskan. Dia hanya berkata, "Ya sudah. Aku akan mengabari kalian kalau pria itu sudah ditemukan."Ekspresi Yoana seketika dipenuhi kekecewaan. Dia tidak menyangka Jeremy akan mengabaikannya. Ketika dia masih ingin berbicara, Jeremy sudah berdiri."Remy, mau ke mana?" Yoana buru-buru meraih lengan Jeremy. "Aku dan Bibi terluka. Kamu nggak menemani kami sebentar?""Aku masih ada urusan lain."Bella makin murka. "Urusan apa? Ibumu ini diopname. Kamu baru duduk dua menit dan sudah mau per

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 71

    Jeremy langsung menolaknya. Dia belum sepenuhnya percaya pada mereka. Jika tidak ada masalah, Daniel tidak mungkin kabur, apalagi bermalaman di luar sampai demam tinggi dan jatuh pingsan.Karena tidak bisa mendapat informasi apa pun dari mereka, Jeremy langsung berjalan keluar."Remy ...." Yoana hendak mengejar. "Aku boleh ikut nggak?""Nggak usah." Karena Jeremy menolak, Yoana tidak berani maju lagi."Yoana, kenapa malah bengong? Cepat ikut dia. Jangan sampai bocah itu sembarangan bicara." Bella segera memperingatkan Yoana.Yoana segera bereaksi. Dia berbalik, lalu menuangkan sisa sup yang mereka minum ke dalam termos dan buru-buru mengejar.Saat ini, Eleanor sudah tiba di rumah sakit. Anggota Keluarga Adrian biasanya tinggal di bangsal VIP. Eleanor tidak tahu nomor kamar, jadi bertanya kepada suster. Namun, suster tidak bisa memberinya informasi apa pun sehingga dia hanya bisa mencari di lantai VIP.Begitu pintu lift terbuka dan Eleanor keluar, dia melihat Jeremy yang wajahnya suram

Latest chapter

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 412

    Bella menggigit bibirnya dengan agak getir. "Hmm.""Semua ini ditulis oleh Jeremy. Awalnya, dia nggak percaya pada hal-hal seperti ini. Tapi karena kamu, setiap malam saat dia nggak bisa tidur, dia berlutut di depan altar dan berdoa. Totalnya ada 248 halaman, dia melakukannya selama 62 hari berturut-turut."Eleanor menatap buku tebal itu. Setiap halaman ditulis dengan rapi, semuanya adalah tulisan tangan Jeremy. Hatinya sedikit bergetar.Eleanor tidak tahu apakah Jeremy benar-benar percaya pada dewa, tetapi yang jelas, dia menulis ini sambil berdoa, sambil menyesali perbuatannya, sambil menyalahkan diri sendiri, sambil merasakan sakit.Melihat tulisan-tulisan itu, Eleanor bisa membayangkan sosok seorang pria yang menunduk sambil mencatat setiap tulisan dengan penuh ketulusan."Jeremy memang pernah menyakitimu. Selama kamu menghilang, dia hidup dalam penderitaan setiap hari, bahkan gangguan tidurnya semakin parah sampai nggak ada obat yang berkhasiat.""Dia sama sekali nggak bisa tidur.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 411

    Eleanor mengernyitkan alisnya. "Nggak ada."Semua barang milik Eleanor sudah disimpan oleh Jovita, tidak ada yang tersisa lagi.Jovita menatap mata Eleanor, seolah-olah ingin memastikan yang dikatakan Eleanor memang benar. "Eleanor, coba pikirkan lagi baik-baik, benaran nggak ada benda lain?""Nggak ada," jawab Eleanor dengan tegas sambil menggelengkan kepala. Semua barang peninggalan ibunya untuknya berada di Keluarga Haningrat karena saat itu dia masih berusia puluhan tahun. Dia yang tidak memiliki persiapan apa pun tidak mungkin bisa melawan kelicikan dari Robert dan Felicia, sehingga semua barang itu tidak pernah sampai ke tangannya.Ekspresi Jovita berubah dan menganggukkan kepalanya, seolah-olah merasa lega."Nenek, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Eleanor.Jovita langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba teringat, jadi aku coba bertanya padamu."Eleanor yang cemberut pun menganggukkan kepala dengan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 410

    "Di mana Nenek?" Eleanor tidak ingin membuang waktu berbicara dengan Tiara.Meskipun Eleanor tahu Tiara hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh Yoana untuk menanggung kesalahannya, Tiara tetap memiliki niat buruk terhadap anak-anaknya dan bersedia dimanfaatkan secara sukarela.Saat ini, Eleanor tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Selama Tiara tidak menimbulkan masalah lagi, Eleanor akan menganggapnya tidak ada.Tiara tertegun sejenak sebelum menunjuk ke lantai atas. "Nenek ada di atas."Eleanor langsung menaiki tangga. Begitu dia pergi, Tiara buru-buru menelepon ayah dan ibunya. "Ayah, Eleanor masih hidup ...!"Eleanor tiba di depan kamar Jovita dan mengetuk pintu dengan pelan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari dalam. "Masuk."Eleanor membuka pintu dan melangkah masuk. Jovita yang memakai kacamata rabun tua sedang duduk di kursi malas dekat jendela besar sambil merajut sesuatu. Cahaya matahari menyelimuti tubuhnya, memberikan kesan hangat dan damai.Ketika dia mengangkat kepa

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 409

    "Kukembalikan kepadamu," ujar Jeremy.Charlie mengangkat alis. "Kamu menyelidikiku?"Jeremy menatapnya dengan tenang. "Aku cuma menebak."Selama dua bulan terakhir, kecurigaan Jeremy terhadap Charlie tidak pernah surut. Dia terus mengawasi Charlie dan akhirnya menemukan sejumlah besar uang yang keluar dari rekeningnya.Empat triliun. Bukan jumlah kecil, cukup untuk membeli sebuah kediaman mewah atau barang berharga lainnya. Anehnya, Charlie hanya mengeluarkan uang tanpa membeli aset apa pun.Lebih mencurigakan lagi, transaksi itu terjadi tepat tiga hari setelah Eleanor menghilang. Ditambah dengan pengakuan Eleanor bahwa dia terkena racun yang sangat langka, Jeremy menyimpulkan bahwa uang itu kemungkinan besar telah digunakan untuk menyelamatkan Eleanor.Jika itu memang untuk Eleanor, Jeremy merasa sudah seharusnya dia kembalikan.Charlie tertawa kecil, meletakkan cek itu di atas meja dengan santai. "Kamu ini siapa? Berani sekali kamu menggantikan dia membayar utangnya?"Jeremy menyahut

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 408

    Langkah kaki Eleanor terhenti sejenak. Masa dia tidak berani duduk di sofa rumah sendiri?Dengan tenang, dia mendekat dan duduk. Jarak di antara dia dan Jeremy tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh, cukup untuk satu orang duduk di antara mereka.Tidak ada yang berbicara. Seolah-olah mereka memang hanya tidak bisa tidur dan duduk untuk menonton film. Namun, nyatanya tidak ada yang benar-benar menonton.Saat film diputar hingga setengah, Jeremy tiba-tiba merasakan beban lembut di bahunya. Hatinya bergetar. Dia menoleh sedikit, dagunya tanpa sengaja menyentuh dahi Eleanor yang tertidur lelap.Perlahan-lahan, dia mengangkat tangannya, setengah merangkul wanita itu. Bibirnya membentuk senyuman tipis.Dia menggendong Eleanor dengan hati-hati, seolah-olah mengangkat barang paling berharga di dunia. Kemudian, dia berbaring di samping Eleanor.Aroma wangi yang samar dari tubuh Eleanor terasa menenangkan, perlahan meredam kegelisahan dalam hati Jeremy. Jeremy menunduk untuk mengecup dahiny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 407

    Eleanor memberikan satu set pakaian untuk Vivi, sementara Jeremy sudah membawa anak-anak ke ruang tamu.Lima menit kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang. Vivi melihat Jeremy, lalu Eleanor, kemudian menatap mereka berempat. Di tengah keluarga ini, keberadaannya benar-benar terasa berlebihan.Saat berikutnya, dia teringat kejadian di restoran tadi. Mereka berdua ... mau balikan? Vivi berpikir, merasa lebih baik tidak ikut campur urusan asmara orang lain. Jadi, dia mengambil tasnya dan berdiri. "Aku paham, aku paham."Karena tidak ingin merusak momen, dia langsung bersiap untuk pergi. "Aku datang lagi lain kali."Dalam sekejap, Vivi melesat keluar. Eleanor melihat kepergiannya yang secepat kilat, merasa Vivi sudah sangat mahir dalam seni melarikan diri.Eleanor menatap Jeremy. "Kamu benar-benar mau menginap di sini?""Kalau tidur di luar, aku bisa mati kedinginan. Jadi ...." Jeremy menarik sudut bibirnya. "Kasihanilah aku."Eleanor mengangguk. Dia tidak sekej

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 406

    Jeremy terdiam sejenak, lalu menghela napas. Akhirnya, dia berkata, "Mobilku rusak."Mobil rusak, artinya dia tidak bisa pulang.Eleanor menatapnya. Pria ini ingin menginap? Jangan mimpi!Berpura-pura tidak mengerti, Eleanor berujar, "Tunggu sebentar."Jeremy tidak tahu maksudnya, sampai dia melihat Eleanor mengambil kunci mobil dan menjelaskan di mana mobilnya diparkir dengan sabar. "Pakai saja, besok suruh orang antar kembali."Jeremy menatap kunci mobil di telapak tangannya, lalu tiba-tiba tersenyum. Wanita ini sengaja!"Tebak gimana aku bisa membawa mereka ke sini?" tanyanya."Hm?" Eleanor berkedip bingung."Aku bilang kalau aku nggak melihatmu, aku akan mati. Kalau aku pulang, apakah orang tua keras kepala itu akan memindahkan rumahnya ke sini malam ini juga?"Eleanor melihat kedua anak yang dipegangnya. Dia tahu betapa keras kepala dan semena-menanya Simon. Pria tua itu memang akan melakukan hal seperti itu.Jadi, maksud Jeremy adalah kalau dia di sini, anak-anak di sini. Kalau d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 405

    Simon perlahan-lahan menuruni tangga. "Sudah tengah malam, kalian mau ke mana?""Nggak bisa tidur, jadi mau jalan-jalan sebentar," balas Jeremy dengan tenang sambil menoleh, tanpa tanda-tanda berbohong."Nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan?" Simon mengulangi kata-katanya, lalu mendengus dingin. "Jalan-jalan sebentar, lalu ujung-ujungnya pergi menemui Eleanor, 'kan?"Ekspresi Simon penuh dengan ketegasan. Kedua anak itu tinggal di rumah Keluarga Adrian. Selama Eleanor masih hidup, cepat atau lambat dia pasti akan kembali.Melihat perubahan sikap kedua anak itu terhadap Jeremy, Simon pun bisa menebak bahwa Eleanor pasti masih hidup dan sudah kembali. Hal ini membuat tatapan Simon dipenuhi kekhawatiran.Jeremy menggigit bibirnya erat-erat, lalu tiba-tiba berkata dengan nada ringan, "Aku hampir mati.""Apa?" Simon mengernyit tajam."Gangguan tidur. Bastian bilang kalau aku nggak segera mendapat perawatan, aku akan mati." Nada suara Jeremy begitu datar, seolah-olah dia hanya sedang membicara

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 404

    Jeremy mengusap keningnya, berjalan ke sisi tempat tidur. Dia melihat dua bagian pada selimutnya sedikit menggembung dan terus bergerak seperti ulat.Dia menarik selimut itu. Di bawahnya, terlihat dua bocah kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Mereka menatapnya dengan senyuman penuh harapan."Papa, akhirnya kamu datang! Malam ini kami tidur bersamamu ya. Cepat naik!"Harry menepuk tempat di sebelahnya, sementara Daniel bergeser ke samping, memberikan ruang yang lebih luas untuk Jeremy.Alis Jeremy berkedut keras. "Kalian sedang merencanakan apa?""Papa 'kan susah tidur malam-malam. Nih, buatmu."Jeremy menatap buku pelajaran yang tiba-tiba diselipkan ke tangannya. Alisnya semakin berkedut. "Buat apa ini?""Baca buku! Aku selalu mengantuk kalau baca buku. Sangat efektif. Coba saja!"Jeremy sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka.Harry masuk ke dalam selimut, lalu menatap Jeremy. "Cepat baca."Jeremy mengusap keningnya dengan pasrah. "Kalau ada sesuatu yang in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status