"Hm."Usai berbicara, Andy menatap Eleanor. "Bu, aku beli dua porsi sarapan. Yang satu lagi punyamu."Eleanor tidak tahu harus berkata apa melihat profesionalisme Andy. Harus diakui bahwa anak buah Jeremy bukan sembarangan orang. Mereka semua cerdik.Hanya saja, kapan Eleanor mengizinkan Jeremy mandi dan makan di rumahnya?Jeremy sudah bangkit dari sofa. Dia melirik Eleanor dan bertanya, "Aku boleh pakai kamar mandi di sini, 'kan?"Eleanor menatap Andy yang telah menyiapkan semuanya untuk Jeremy. Pada akhirnya, dia hanya menyahut, "Memangnya kamu nggak bakal pakai kamar mandiku kalau aku keberatan?"Jeremy mengangguk. "Baguslah kalau kamu nggak keberatan."Eleanor mengepalkan tangannya. Kenapa pria ini sama seperti Yoana yang tidak mengerti bahasa manusia?Jeremy mengikuti arah Eleanor keluar tadi. Kemudian, dia menemukan kamar mandi.Beberapa saat kemudian, Eleanor teringat pada sesuatu. Wajahnya memerah. Dia segera menyusul Jeremy, tetapi Jeremy sudah melepaskan kemejanya.Di bawah s
Eleanor menopang dagunya sambil menatap Jeremy. Senyumannya tampak sangat lembut. "Jadi, aku nggak keberatan kalau kamu nggak keberatan."Jelas sekali, Eleanor sedang mempersulit Jeremy. Dia yakin Jeremy tidak akan menyetujuinya. Andy yang berdiri di samping pun diam-diam menggeleng.Namun, bosnya memang pantas diperlakukan seperti ini. Dulu Eleanor ingin mengobatinya secara gratis, tetapi bosnya menolak. Sekarang dia harus menghabiskan uang miliaran sekali berobat. Andy tak kuasa membatin, 'Panik nggak, Bos?'Jeremy menatap Eleanor lekat-lekat. Eleanor hanya mengangkat alisnya, berharap Jeremy menolak dan menyuruhnya datang ke rumahnya.Jeremy malah terkekeh-kekeh dan mengiakan. "Oke."Eh? Situasi macam apa ini? Kali ini, giliran Eleanor yang panik. Kenapa Jeremy menyetujuinya? Pengobatan ini bukan hanya satu atau dua kali, melainkan jangka panjang. Butuh banyak waktu untuk memulihkan kesehatannya. Bukankah Jeremy harus menghabiskan banyak uang?Andy juga tercengang dan memperlihatkan
Jeremy terkejut mendengarnya. "Di rumah sakit mana?""Rumah Sakit Praja." Andy merendahkan suaranya sehingga Eleanor hanya tahu Daniel demam dan berada di Rumah Sakit Praja.Seketika, hati Eleanor menjadi tidak tenang. Ketika dia hendak bertanya, Jeremy sudah bangkit dan meliriknya dengan dingin. "Nanti malam aku kemari untuk berobat."Usai melontarkan itu, Jeremy langsung keluar."Bawa kartumu pergi," ucap Eleanor.Jeremy tidak meladeninya. Hanya Andy yang menoleh dan melirik sekilas. "Bu, kamu simpan saja."Jeremy tidak pernah mengambil kembali barang yang telah diberikannya. Saat melihat Jeremy begitu panik, Eleanor menjadi makin gelisah.Di sisi lain, Harry diam-diam menjulurkan kepalanya keluar. Dia bisa mendengar pergerakan di ruang tamu dan tahu orang-orang di luar sana sudah pergi."Mama, mereka sudah pergi?"Eleanor segera mengesampingkan kegelisahannya, lalu menoleh menatap Harry. "Ya, sudah."Harry pun berjalan keluar. "Kenapa, Mama? Kenapa murung seperti ada masalah?"Elean
Mata Yoana agak berkilat. "Semalam Eleanor telepon dan bilang kamu ada di tempatnya. Katanya kamu pingsan. Kami tahu Eleanor bukan wanita baik-baik. Kami takut dia punya niat jahat padamu. Makanya, kami buru-buru ke sana.""Kami nggak nyangka bakal ketemu pria misterius di perjalanan. Kenapa kamu mencari Eleanor semalam? Aku cemas sekali lho."Sambil berbicara, Yoana menatap Jeremy. Terdengar jelas bahwa dia berharap Jeremy menjelaskan alasannya mencari Eleanor semalam.Jeremy tidak menanggapi ataupun menjelaskan. Dia hanya berkata, "Ya sudah. Aku akan mengabari kalian kalau pria itu sudah ditemukan."Ekspresi Yoana seketika dipenuhi kekecewaan. Dia tidak menyangka Jeremy akan mengabaikannya. Ketika dia masih ingin berbicara, Jeremy sudah berdiri."Remy, mau ke mana?" Yoana buru-buru meraih lengan Jeremy. "Aku dan Bibi terluka. Kamu nggak menemani kami sebentar?""Aku masih ada urusan lain."Bella makin murka. "Urusan apa? Ibumu ini diopname. Kamu baru duduk dua menit dan sudah mau per
Jeremy langsung menolaknya. Dia belum sepenuhnya percaya pada mereka. Jika tidak ada masalah, Daniel tidak mungkin kabur, apalagi bermalaman di luar sampai demam tinggi dan jatuh pingsan.Karena tidak bisa mendapat informasi apa pun dari mereka, Jeremy langsung berjalan keluar."Remy ...." Yoana hendak mengejar. "Aku boleh ikut nggak?""Nggak usah." Karena Jeremy menolak, Yoana tidak berani maju lagi."Yoana, kenapa malah bengong? Cepat ikut dia. Jangan sampai bocah itu sembarangan bicara." Bella segera memperingatkan Yoana.Yoana segera bereaksi. Dia berbalik, lalu menuangkan sisa sup yang mereka minum ke dalam termos dan buru-buru mengejar.Saat ini, Eleanor sudah tiba di rumah sakit. Anggota Keluarga Adrian biasanya tinggal di bangsal VIP. Eleanor tidak tahu nomor kamar, jadi bertanya kepada suster. Namun, suster tidak bisa memberinya informasi apa pun sehingga dia hanya bisa mencari di lantai VIP.Begitu pintu lift terbuka dan Eleanor keluar, dia melihat Jeremy yang wajahnya suram
Jeremy tidak pernah menjadi orang yang baik. Sebaliknya, dia adalah iblis yang menyeramkan.Yoana yang berdiri di belakang Jeremy pun ketakutan hingga tidak berani bersuara. Kepalanya tertunduk. Dalam hatinya, dia terus memaki pembantu bodoh itu.Pembantu itu masih meratap dan memohon. Kedua pengawal yang berjaga di luar segera masuk untuk menyeretnya keluar. Ketika melewati Yoana, pembantu itu menarik pakaiannya untuk memohon.Yoana pun menggertakkan giginya, lalu bergeser ke samping.DI koridor, selagi kedua pengawal itu tidak berada di tempat, Eleanor buru-buru mendekat dan mengintip ke dalam. Sayangnya, pandangannya terhalangi.Eleanor bisa melihat anak itu berbaring di ranjang, tetapi tidak terlalu jelas. Ketika melihat wajah anak itu, dia mengernyit dan teringat pada pertemuan di bandara itu.Kini, Eleanor makin yakin dengan intuisinya. Dia tidak salah lihat. Wajah anak itu memang persis dengan wajah Harry, yang berarti itu adalah anaknya. Dia harus mencari cara untuk membuktikan
Sejak awal, sup itu memang sudah dingin.Yoana buru-buru menjelaskan, "Mungkin termosnya rusak, makanya supnya nggak panas lagi."Jeremy telah meletakkan sup itu ke atas meja. Dia meletakkannya dengan kuat. Bam!Yoanna terkejut. Dia segera menunduk, lalu menyalahkan diri dengan ekspresi sedih, "Maafkan aku, Remy. Aku terlalu bodoh. Nggak ada yang bisa kulakukan.""Kamu bukan bodoh, tapi nggak tulus ingin melakukannya." Jeremy mengedarkan tatapan dinginnya.Jeremy tidak bodoh. Ketika mengambil mangkuk itu dari tangan Yoanna, dia langsung bisa merasakan bahwa sup itu sudah dingin.Sementara itu, Yoana yang memegangnya sejak tadi tidak mungkin tidak merasakannya. Meskipun tahu sup itu sudah dingin, dia tetap ingin memberikannya kepada Daniel.Jeremy tersenyum mencela, lalu menggeleng. Dia tahu perselisihan di antara Yoana dan Eleanor. Dia juga tahu Yoana tidak mungkin memperlakukan anak Eleanor dengan tulus. Namun, setidaknya jangan berniat jahat."Kamu keluar saja. Lain kali nggak usah j
Yoana hanya bisa menggertakkan gigi karena yang dikatakan Eleanor benar. Dia memang tidak merasa aman. Meskipun Jeremy berjanji akan bertunangan dengannya, semua itu karena Jeremy mengira Yoana adalah wanita yang berhubungan intim dengannya waktu itu.Faktanya, wanita itu bukan dirinya. Namun, ini bukan poin terpenting dari masalah ini. Masalahnya adalah dia tidak bisa merasakan cinta dari Jeremy. Makin dipahami, Yoana merasa makin gelisah.Apalagi, sekarang Eleanor telah kembali. Daniel juga tidak ada bedanya dengan bom waktu yang berada di sisi Jeremy. Yoana tentu merasa takut.Eleanor mengangkat alisnya dan tersenyum sinis. Yoana menggertakkan giginya saat berkata, "Aku pasti akan menjadi istri Jeremy. Kamu tunggu saja.""Kenapa aku harus tunggu? Terserah kamu kalau mau jadi istrinya. Apa urusannya denganku?" Usai melontarkan itu, Eleanor pun berbalik dan pergi.Ketika berbalik, Eleanor sengaja menjatuhkan foto di dalam sakunya. Itu adalah foto Harry. Eleanor pura-pura tidak menyada
Begitu Eleanor mengangkat kepalanya, dia melihat Jeremy naik ke kapal dengan tubuh yang basah kuyup dan membawa hawa dingin yang menusuk. Wajah Jeremy tampak kelam, pandangan matanya tajam dan penuh kebencian saat dia menatap Eleanor.Eleanor segera berjaga-jaga dan mengarahkan pistol ke arahnya.Malam itu, langit tampak kelabu dan mendung, menambah suasana yang mencekam.Jeremy menatap Eleanor dengan dingin dan mengejek, "Kamu memang punya nyali." Dia sempat mengira Eleanor sudah mati di laut. Namun, ternyata wanita itu bukan hanya berhasil menyelamatkan dirinya sendiri, tetapi juga berhasil membawa Vivi kembali. Kalau saja jaraknya ke daratan tidak terlalu jauh, mungkin dia juga bisa berenang sampai ke sana?"Kamu mau tembak aku?" Jeremy mengejek."Biarkan aku dan temanku pergi," Eleanor berkata tegas.Jeremy maju beberapa langkah dengan tatapan menghina. "Kamu pikir pistol kecil itu bisa mengancamku?"Dor!Peluru menembus papan kayu di depannya, hanya selangkah dari tubuh Jeremy.Je
Melihat tindakan Eleanor yang nekat, Jeremy mendecakkan lidahnya dengan kesal dan mengerutkan kening. "Dia gila atau apa?"Air laut sedingin ini, kenapa dia berani melompat begitu saja tanpa ragu? Apakah wanita cerewet itu benar-benar sepenting itu baginya?Andy yang berdiri di samping kehabisan kata-kata. 'Bukankah Anda sendiri yang memancingnya berbuat seperti ini?' batinnya.Setelah beberapa saat berlalu, Eleanor tidak kunjung muncul ke permukaan. Ekspresi Jeremy semakin muram. Andy berpikir sejenak sebelum bertanya, "Bos, perlu kupanggil orang untuk menarik Nyonya ke atas?"Jeremy menatap tajam ke arah laut dan tidak melihat tanda-tanda keberadaan Eleanor sedikit pun. Dia tertawa sinis, "Dia sendiri yang nggak takut mati dan melompat ke sana. Kalau dia tenggelam, itu salahnya sendiri."Setelah mematikan puntung rokoknya, Jeremy menambahkan dengan dingin, "Nggak usah khawatir."Andy terdiam mendengarnya. Siapa yang sebenarnya khawatir di sini? Dia hanya bertanya karena melihat Jerem
Ya, Andy memanggil Eleanor dengan sebutan Nyonya. Dia memang sengaja melakukannya.Charlie menatap pria di hadapannya dengan pandangan tajam penuh kebencian. Ekspresinya semakin dingin. "Pergi sana."Namun, Andy tetap bersikap sopan dan angkuh. "Saya harus bawa Nyonya dan Tuan Muda pulang." Sambil berbicara, dia melihat jam tangannya. "Tinggal dua menit lagi. Kalau Nyonya dan Tuan Muda nggak mau kembali, kami akan bertindak."Charlie tertawa sinis. Pandangan matanya dipenuhi aura membunuh yang mengerikan.Eleanor merasakan angin kencang berdesir di dekat wajahnya .... Sekejap kemudian, terdengar suara keras saat Andy yang berdiri tegap itu terjatuh ke tanah. Charlie mencekik lehernya dan menekan tubuhnya dengan kuat ke lantai.Aura membunuh dari tubuh Charlie menyebar begitu cepat dan kuat.Para pengawal di belakang Andy saling bertukar pandang dengan kaget. Mereka bahkan tidak sempat menarik senjata. Dalam sekejap mata, Charlie sudah berada di depan mereka dan menekan Andy ke tanah. J
Sekarang Eleanor berhasil membawanya pergi, Papa pasti tidak akan setuju dan akan mengejar Mama. Itu semua salahnya hingga Mama berada dalam bahaya."Anak bodoh, kamu ngomong apaan? Kamu nggak salah. Ini semua urusan antara Mama dan Jeremy. Kamu dan Harry nggak seharusnya ikut terlibat. Kalau ada yang harus meminta maaf, itu seharusnya Mama," ujar Eleanor dengan lembut.Setelah emosi keduanya sedikit lebih tenang, Charlie yang mengemudi akhirnya membuka suara, "Apa yang kamu tukarkan sama Jeremy?"Eleanor terdiam sejenak, tatapannya menggelap. Melihat wajah Eleanor melalui kaca spion, pria itu tertawa dingin, sorot matanya dipenuhi cahaya berbahaya. "Dirimu atau kebebasanmu?"Eleanor menarik napas dalam-dalam, menunduk memandang anak kecil di pangkuannya. "Tenang saja, aku sudah punya rencana."Jika Eleanor memenangkan permainan ini, dia bisa membawa kedua anaknya pergi jauh dari tempat ini. Jika dia kalah, Jeremy akan menangkapnya kembali. Namun, Eleanor punya satu kelebihan ... penya
Eleanor tidak mendengarkan ucapan Yoana lebih lanjut, dia buru-buru turun sambil memeluk Daniel. Yoana memandang punggung Eleanor yang menjauh, awalnya ingin mengikuti sarannya untuk berusaha menahan Jeremy.Namun, dia berpikir ulang. Bagaimana jika wanita sialan itu berbohong? Bagaimana jika ini hanya sandiwara dan dia sama sekali tidak berniat pergi? Jika Yoana benar-benar pergi menahan Jeremy, lalu malah membuat Jeremy marah, apa yang akan terjadi padanya?Pikiran itu membuat dahi Yoana berkerut. Tanpa memedulikan hal lainnya, dia langsung bergegas turun. Saat di lantai bawah, dia melihat Eleanor membawa Daniel naik ke mobil hitam.Yoana segera memotret pelat nomor mobil itu dan mengirimkannya ke Jeremy. Eleanor, masih mau nipu? Lucu sekali.Di dalam mobil, Charlie yang duduk di kursi pengemudi melihat Yoana memotret melalui kaca spion. Bibirnya melengkung tipis, sorot matanya memancarkan kebengisan yang menakutkan.Begitu Eleanor membawa Daniel masuk ke mobil, Charlie berkata denga
Telepon kedua Eleanor ditujukan kepada Vivi. Jika dia melarikan diri, kemungkinan besar Jeremy akan menculik orang-orang di sekitarnya untuk memaksa dia kembali. Demi keselamatan Vivi dan dirinya sendiri, bersembunyi selama dua jam ini adalah pilihan yang paling aman bagi semua orang.Telepon ketiga, Eleanor menelepon Harry, lalu menjelaskan situasinya secara singkat. Hari ini dia tidak bisa membawa Harry pergi. Karena Jeremy tidak mengetahui keberadaan Harry, maka situasi Harry akan tetap aman selamanya.Jika Eleanor membawa Harry bersamanya dan tertangkap, semuanya akan hancur total. Dia dan Daniel sudah berada dalam bahaya, jadi dia tidak bisa menyeret Harry ke dalamnya. Asalkan bisa melewati dua jam ini, dia bisa menjemput Harry kapan saja.Tak lama kemudian, mobil Eleanor tiba di rumah sakit. Saat dia memasuki ruang perawatan, untuk pertama kalinya dia berdekatan dengan Daniel. Daniel memandang Eleanor dan terdiam sejenak. Matanya tampak terkejut, bibirnya bergerak, lalu tanpa sad
Setelah mendengar perkataan Jeremy, wajah Eleanor sama sekali tidak menunjukkan rasa gembira. "Kalau aku nggak bisa bawa anak itu pergi?"Mulai sekarang, kamu harus patuh padaku. Aku panggil kapan saja, kamu harus datang. Apa pun yang aku suruh, termasuk menemaniku di ranjang."Seperti mainan, seperti milik pribadinya yang tidak bisa disentuh siapa pun.Tubuh Eleanor bergetar, wajahnya seketika berubah pucat. Dengan bibir bergetar, dia membalas, "Ini ibu kota, kamu menyuruhku membawa seorang anak melarikan diri dari tempat di mana kamu bisa mengendalikan segalanya. Jeremy, kamu sengaja mempersulitku."Hanya dengan sebuah perintah darinya, Jeremy bisa menangkap Eleanor kembali. Ini yang disebut memberinya kesempatan?"Ya, aku memang sengaja mempersulitmu."Jeremy mengangkat tangannya, jari-jarinya yang dingin sekali lagi menyapu lembut pipi Eleanor yang putih halus. "Eleanor, aku cuma ingin kamu belajar tunduk padaku. Kesempatan hanya ada satu kali, manfaatkan baik-baik.""Aku kasih kam
Mata Jeremy meredup, tubuhnya diselimuti oleh aura dingin saat berkata, "Nggak perlu."Fakta sudah jelas di depan mata. Melakukan pemeriksaan lagi hanyalah membuang-buang waktu. Dia juga tidak ingin lagi menghadapi kenyataan bahwa istrinya pernah dinodai oleh pria lain, bahkan melahirkan seorang anak, dan anak itu dibesarkan di sisinya selama ini.Jeremy tidak mengizinkan siapa pun dari Keluarga Adrian mengatakan bahwa Daniel adalah anak haram. Selama tidak ada yang membicarakannya, dia bisa memperlakukan Daniel seperti anak kandungnya sendiri.Secercah harapan yang baru saja muncul di hati Eleanor kembali padam. Benar, dia percaya pada bukti yang ada di depannya, percaya Yoana, percaya petugas pemeriksaan, percaya Andy, tetapi satu-satunya yang tidak dia percaya adalah Eleanor.Seorang wanita yang dikenalnya selama sepuluh tahun, bahkan telah menjadi istrinya selama tiga tahun. Tidak ada kepercayaan sedikit pun.Eleanor merasa dirinya sangat bodoh. Mengapa dia masih berharap pada Jere
Jika Jeremy tahu Daniel adalah anak kandungnya, mungkin dia akan memperlakukan Daniel dengan lebih baik.Eleanor merasa demikian. Namun, yang didapatkannya malah tawa sinis Jeremy. "Darah dagingku? Eleanor, apa serunya menipu diri sendiri?"Jeremy sangat jarang melakukan hal aneh saat mabuk. Dia yakin hal seperti itu hanya pernah terjadi sekali, yaitu saat kakeknya berulang tahun.Kala itu ketika dia bangun, wanita yang ada di sebelahnya adalah Yoana. Kemudian, Yoana pun hamil.Di luar dugaan, sebulan kemudian, Eleanor juga memberitahunya bahwa dirinya hamil, hamil anak Jeremy.Jeremy pun kebingungan. Dia menyuruh orang menyelidiki dan akhirnya mendapat informasi bahwa Yoana memberi obat kepada Eleanor. Obat itu membuat Eleanor memasuki kamar pria lain tanpa sadar. Itu sebabnya, dia hamil.Ketika memikirkan masalah ini, kepala Jeremy menjadi sangat pusing. Eleanor menunduk dan mengepalkan tangannya. Saat melihat celaan pada ekspresi Jeremy, hatinya terasa sakit."Kalau kamu nggak perca