Share

Bab 126

Penulis: Arizah Karimah
"Aku ... mau bawa Daniel pulang."

"Kamu rasa ibu sepertimu pantas membawanya pulang?"

Suasana seketika menjadi menegangkan. Eleanor bertatapan dengan Jeremy, lalu menarik napas dalam-dalam karena tidak ingin berdebat.

Keduanya sama-sama masuk. Jeremy melirik wanita di sampingnya sambil mengangkat alis. Eleanor seperti tamu yang sudah sering datang saja.

Di ruang tamu, Harry menahan diri supaya terlihat seperti Daniel. Dia duduk dengan tenang, selalu memasang ekspresi dingin.

Ketika melihat Jeremy dan Eleanor masuk, Harry sangat senang. Dia hampir melompat kegirangan, bahkan ingin meminta pelukan dari Eleanor. Namun, langkah kakinya sontak terhenti. Dia harus ingat bahwa dirinya adalah Daniel sekarang.

Eleanor juga kaget melihat tingkah Harry. Kalau sampai Harry melemparkan diri ke pelukannya tadi, Jeremy pasti akan curiga.

Eleanor tidak yakin Jeremy curiga atau tidak, tetapi harus diakui bahwa Harry sangat cerdas. Dia tahu bagian belakang kepala Daniel terluka dan diperban, jadi dia ju
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 127

    Begitu mendengarnya, jantung Eleanor serasa hampir copot. 'Nak, aku lebih baik mati kelaparan. Ngapain kamu melawan Jeremy?'Jeremy melirik Harry. "Dia mencampakkanmu, tapi kamu masih membelanya? Dasar nggak tahu terima kasih.""Mama sangat baik.""Kamu cuma ikut dia sehari, tapi sudah yakin dia baik? Kamu disihirnya ya?""Mama memang baik." Harry bersikeras.Jeremy tertawa saking kesalnya. Dia mengambil sendoknya sambil berujar, "Kamu panggil saja dia. Jangan harap aku panggil."Begitu mendengarnya, Harry menyingkirkan kekesalan pada wajahnya. Dia segera berlari ke depan Eleanor, lalu menariknya ke ruang makan.Eleanor bertatapan dengan Harry. Tatapannya itu seperti mengeluhkan tindakan Harry. Namun, dia tetap berkata, "Daniel, kamu makan saja. Nggak usah pedulikan aku."Harry yakin ibunya marah, tetapi ibunya tidak akan berani mengamuk di sini karena ada Jeremy. Setidaknya, nyawanya masih terselamatkan.Harry pun memasang ekspresi masam, lalu mengeluh, "Mama, aku capek sekali bujuk s

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 128

    Harry terkekeh-kekeh. "Jangan marah, Mama. Aku nggak bakal mengulanginya lagi kok.""Kamu cuma bisa bicara begini setiap kali. Kamu nggak pernah berdiskusi denganku. Kamu saja yang jadi ibuku.""Aku janji nggak bakal lagi, Mama. Ampuni aku ....""Ya sudah, nanti baru kuberi kamu pelajaran di rumah. Aku akan cari cara untuk membawamu pergi."Ketika Jeremy kembali, Eleanor segera duduk dengan tegak, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Harry juga terlihat seperti aktor profesional. Dia makan dengan santai tanpa terlihat panik sedikit pun.Jeremy melirik keduanya. Saat melihat semuanya normal, dia lanjut makan dengan tenang. Suasana seolah-olah menjadi harmonis.Namun, pembantu tiba-tiba mendorong Yoana masuk. Di rumah sakit, Yoana sudah curiga melihat Jeremy pergi dengan terburu-buru.Alhasil, begitu masuk, Yoana melihat Daniel. Bukankah Eleanor sudah membawanya pergi? Kenapa malah kembali lagi?Yoana yakin Eleanor ingin memanfaatkan anak itu untuk kembali ke sisi Jeremy. Dia sungguh murk

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 129

    Gawat!Harry langsung bersembunyi di dalam kamar. Dia hanya bisa berdoa untuk keselamatan ibunya.Eleanor menggertakkan giginya, lalu memaksakan senyuman. Dia menatap Jeremy sambil bertanya, "Kok kamu bisa tahu?""Anak kecil pun tahu apa yang ada di pikiranmu."Menyebalkan! Sejak kapan Jeremy begitu memahaminya?"Kamu mau keluar sendiri atau kulempar?" tanya Jeremy dengan dingin sambil menatapnya dengan ekspresi datar.Eleanor tidak bisa berkata-kata. Suasana menjadi suram. Dia tidak mungkin bisa membawa anaknya pergi lagi sekarang.Ketika Eleanor sedang dilema, tiba-tiba ponselnya berdering. Dia mengambilnya, lalu melihat pesan dari Harry.[ Mama, kamu pergi saja. Nggak usah pedulikan aku. Aku pasti aman di sini. Tenang saja. ]Eleanor menyimpan ponselnya kembali. Setelah merenung sejenak, dia mendongak dan menatap Jeremy, lalu berucap dengan kecewa, "Aku pergi sendiri."Usai berbicara, Eleanor perlahan-lahan berjalan pergi. Setelah berjalan agak jauh, dia menoleh dan bertemu pandang

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 130

    Harry menggembungkan pipinya. Ayah dan ibunya sama saja, selalu mengatakan kalimat ini. Dia sudah berusia 5 tahun. Siapa bilang masih kecil?"Kalau begitu, beri tahu aku di mana ayah kandungku," ujar Harry tiba-tiba sambil mencondongkan badannya.Jeremy meliriknya sekilas, lalu bertanya dengan ekspresi kesal, "Ngapain tanya soal ini?""Aku penasaran. Menurutmu, ayah kandungku tahu keberadaanku nggak? Gimana reaksinya kalau tahu? Apa aku harus ikut ayah kandungku?"Alis Jeremy berkerut. Dia makin kesal. "Siapa yang mengizinkanmu ikut pria berengsek itu?""Berengsek? Ayah kandungku berengsek?"Jeremy menyahut dengan sungguh-sungguh, "Ya."Harry hampir tergelak. Saking bersemangatnya, dia berdiri di atas kursi dan menatap mata Jeremy sambil bertanya, "Kenapa bicara begitu?"Karena pria itu tidak tahu diri, mengambil kesempatan dalam kesempitan. Eleanor berada di bawah pengaruh obat, tetapi pria itu tidak. Dia malah menodai Eleanor.Tentunya, Jeremy tidak akan mengatakan hal seperti itu di

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 131

    Andy termangu sejenak sebelum bertanya, "Kalau begitu, Bu Yoana akan tidur di kamar tamu atau ...." Kamarmu?Jeremy langsung melirik dengan dingin. "Kamar tamu."Andy buru-buru mengangguk. "Baik."Begitu mendengar kabar bahwa Jeremy menyuruhnya menginap, Yoana pun sangat senang. "Serius? Remy benaran bicara begitu?"Andy mengangguk. "Ya, Bu. Bos yang menyuruhmu menginap."Yoana tentu sangat gembira. Itu artinya, hubungannya dengan Jeremy tidak memburuk karena masalah Eleanor.Wajah Yoana berseri-seri. Benar juga, memangnya siapa Eleanor? Kelak, Yoana yang akan menjadi istri Jeremy. Jeremy begitu menyayanginya. Hubungan mereka tidak mungkin retak hanya karena Eleanor."Oke, aku sudah tahu."Ketika melihat Yoana yang begitu senang, Andy hanya bisa diam-diam menggeleng dan tersenyum dingin. Wanita ini masih tidak tahu apa yang akan dihadapinya nanti.....Keesokan hari, Harry bangun pagi-pagi sekali. Ini karena Jeremy bilang akan menghukum orang-orang yang telah melukai kakaknya.Jeremy m

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 132

    Yoana tahu Jeremy benar-benar marah kali ini. Dia ketakutan hingga kakinya melemas. Tanpa sempat peduli pada cederanya lagi, dia berlutut."Aku ... Remy ... aku sudah tahu salah. Daniel nggak menyukaiku. Dia sering melawanku. Aku melukainya karena terlalu marah. Tapi, aku benaran nggak sengaja. Kamu juga tahu aku pernah hampir menjadi ibu.""Setiap kali melihat Daniel, aku akan teringat pada anakku itu. Kadang dia nakal, jadi aku memberinya hukuman ringan. Aku juga nggak tega menyakitinya. Hukuman yang kamu bilang itu dari ibumu. Bibi sangat ketat. Kadang Daniel memang bandel. Semua ini juga demi kebaikannya."Yoana menangis dengan sangat sedih. Dia sengaja mengungkit anaknya yang telah tiada itu untuk memperingatkan Jeremy. Dia seharusnya punya anak, tetapi anaknya malah meninggal karena ibu Daniel yang kejam itu.Selain itu, dia tidak lupa melibatkan Bella dalam masalah ini. Tidak semua yang dikatakannya salah. Memang Bella yang menghukum Daniel berlutut dan menyalin. Yoana tidak aka

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 133

    "Ka ... kamu mau gimana lagi?" Suara Yoana terdengar bergetar. Dia tahu sekejam apa Jeremy. Dia tentu takut pada Jeremy.Dengan ekspresi datar, Jeremy menyahut, "Anakmu nggak ada kaitannya dengan masalah ini. Kamu nggak seharusnya melampiaskan amarahmu pada anak kecil. Dia nggak melakukan kesalahan apa pun."Yoana hanya bisa menatap Jeremy dengan ekspresi sedih. Jelas sekali, Jeremy ingin memberi keadilan kepada anak haram itu.Yoana menggertakkan giginya, lalu berkata, "Oke, aku salah. Aku seharusnya dihukum. Apa 20 cambukan sudah cukup?"Yoana menggigit bibirnya dengan kuat dan mengangkat tangan untuk menyeka air matanya. Ekspresinya dipenuhi keengganan.Meskipun Jeremy tidak mencintainya, Yoana yakin Jeremy tidak akan tega padanya. Jeremy tidak mungkin benar-benar memukulnya. Dia berkata demikian hanya supaya Jeremy tahu dirinya sudah menyesali perbuatannya.Saat berikutnya, Jeremy malah mengangkat tangannya untuk menyuruh pengawal maju. Pengawal segera menghampiri Yoana dengan meme

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 134

    Jeremy tidak punya selera makan. Setelah menyuruh orang mengantar Harry ke sekolah, dia langsung berangkat ke perusahaan.Andy yang duduk di depan menerima panggilan. Kemudian, dia menoleh dan melapor, "Bos, pihak rumah sakit bilang Bu Bella sudah siuman. Dia mau bertemu denganmu."Jeremy memijat pelipisnya. "Suruh dia istirahat baik-baik. Beri tahu dia soal kejadian pagi tadi. Suruh dia opname dua bulan lagi. Setelah sikapnya kepada Daniel berubah, dia baru boleh pulang. Kalau nggak, suruh dia rayakan tahun baru di rumah sakit saja."Ekspresi Andy tampak tidak karuan. Memangnya ada orang yang sekejam ini pada ibu kandung?"Baik."....Setibanya di sekolah, Harry berjalan masuk sambil menelepon Eleanor untuk menceritakan semua yang terjadi pagi ini.Eleanor cukup terkejut. Jeremy menghukum Yoana demi Daniel? Ini sungguh di luar dugaan Eleanor. Apa Daniel sepenting itu bagi Jeremy? Bukannya Yoana adalah yang terpenting baginya? Bagaimana bisa dia tega mencambuk Yoana? Kini, Eleanor bena

Bab terbaru

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 412

    Bella menggigit bibirnya dengan agak getir. "Hmm.""Semua ini ditulis oleh Jeremy. Awalnya, dia nggak percaya pada hal-hal seperti ini. Tapi karena kamu, setiap malam saat dia nggak bisa tidur, dia berlutut di depan altar dan berdoa. Totalnya ada 248 halaman, dia melakukannya selama 62 hari berturut-turut."Eleanor menatap buku tebal itu. Setiap halaman ditulis dengan rapi, semuanya adalah tulisan tangan Jeremy. Hatinya sedikit bergetar.Eleanor tidak tahu apakah Jeremy benar-benar percaya pada dewa, tetapi yang jelas, dia menulis ini sambil berdoa, sambil menyesali perbuatannya, sambil menyalahkan diri sendiri, sambil merasakan sakit.Melihat tulisan-tulisan itu, Eleanor bisa membayangkan sosok seorang pria yang menunduk sambil mencatat setiap tulisan dengan penuh ketulusan."Jeremy memang pernah menyakitimu. Selama kamu menghilang, dia hidup dalam penderitaan setiap hari, bahkan gangguan tidurnya semakin parah sampai nggak ada obat yang berkhasiat.""Dia sama sekali nggak bisa tidur.

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 411

    Eleanor mengernyitkan alisnya. "Nggak ada."Semua barang milik Eleanor sudah disimpan oleh Jovita, tidak ada yang tersisa lagi.Jovita menatap mata Eleanor, seolah-olah ingin memastikan yang dikatakan Eleanor memang benar. "Eleanor, coba pikirkan lagi baik-baik, benaran nggak ada benda lain?""Nggak ada," jawab Eleanor dengan tegas sambil menggelengkan kepala. Semua barang peninggalan ibunya untuknya berada di Keluarga Haningrat karena saat itu dia masih berusia puluhan tahun. Dia yang tidak memiliki persiapan apa pun tidak mungkin bisa melawan kelicikan dari Robert dan Felicia, sehingga semua barang itu tidak pernah sampai ke tangannya.Ekspresi Jovita berubah dan menganggukkan kepalanya, seolah-olah merasa lega."Nenek, kenapa kamu tiba-tiba bertanya seperti ini? Apa ada sesuatu yang penting?" tanya Eleanor.Jovita langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa. Hanya saja tiba-tiba teringat, jadi aku coba bertanya padamu."Eleanor yang cemberut pun menganggukkan kepala dengan

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 410

    "Di mana Nenek?" Eleanor tidak ingin membuang waktu berbicara dengan Tiara.Meskipun Eleanor tahu Tiara hanyalah alat yang dimanfaatkan oleh Yoana untuk menanggung kesalahannya, Tiara tetap memiliki niat buruk terhadap anak-anaknya dan bersedia dimanfaatkan secara sukarela.Saat ini, Eleanor tidak punya waktu untuk berurusan dengannya. Selama Tiara tidak menimbulkan masalah lagi, Eleanor akan menganggapnya tidak ada.Tiara tertegun sejenak sebelum menunjuk ke lantai atas. "Nenek ada di atas."Eleanor langsung menaiki tangga. Begitu dia pergi, Tiara buru-buru menelepon ayah dan ibunya. "Ayah, Eleanor masih hidup ...!"Eleanor tiba di depan kamar Jovita dan mengetuk pintu dengan pelan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari dalam. "Masuk."Eleanor membuka pintu dan melangkah masuk. Jovita yang memakai kacamata rabun tua sedang duduk di kursi malas dekat jendela besar sambil merajut sesuatu. Cahaya matahari menyelimuti tubuhnya, memberikan kesan hangat dan damai.Ketika dia mengangkat kepa

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 409

    "Kukembalikan kepadamu," ujar Jeremy.Charlie mengangkat alis. "Kamu menyelidikiku?"Jeremy menatapnya dengan tenang. "Aku cuma menebak."Selama dua bulan terakhir, kecurigaan Jeremy terhadap Charlie tidak pernah surut. Dia terus mengawasi Charlie dan akhirnya menemukan sejumlah besar uang yang keluar dari rekeningnya.Empat triliun. Bukan jumlah kecil, cukup untuk membeli sebuah kediaman mewah atau barang berharga lainnya. Anehnya, Charlie hanya mengeluarkan uang tanpa membeli aset apa pun.Lebih mencurigakan lagi, transaksi itu terjadi tepat tiga hari setelah Eleanor menghilang. Ditambah dengan pengakuan Eleanor bahwa dia terkena racun yang sangat langka, Jeremy menyimpulkan bahwa uang itu kemungkinan besar telah digunakan untuk menyelamatkan Eleanor.Jika itu memang untuk Eleanor, Jeremy merasa sudah seharusnya dia kembalikan.Charlie tertawa kecil, meletakkan cek itu di atas meja dengan santai. "Kamu ini siapa? Berani sekali kamu menggantikan dia membayar utangnya?"Jeremy menyahut

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 408

    Langkah kaki Eleanor terhenti sejenak. Masa dia tidak berani duduk di sofa rumah sendiri?Dengan tenang, dia mendekat dan duduk. Jarak di antara dia dan Jeremy tidak terlalu dekat, tetapi juga tidak jauh, cukup untuk satu orang duduk di antara mereka.Tidak ada yang berbicara. Seolah-olah mereka memang hanya tidak bisa tidur dan duduk untuk menonton film. Namun, nyatanya tidak ada yang benar-benar menonton.Saat film diputar hingga setengah, Jeremy tiba-tiba merasakan beban lembut di bahunya. Hatinya bergetar. Dia menoleh sedikit, dagunya tanpa sengaja menyentuh dahi Eleanor yang tertidur lelap.Perlahan-lahan, dia mengangkat tangannya, setengah merangkul wanita itu. Bibirnya membentuk senyuman tipis.Dia menggendong Eleanor dengan hati-hati, seolah-olah mengangkat barang paling berharga di dunia. Kemudian, dia berbaring di samping Eleanor.Aroma wangi yang samar dari tubuh Eleanor terasa menenangkan, perlahan meredam kegelisahan dalam hati Jeremy. Jeremy menunduk untuk mengecup dahiny

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 407

    Eleanor memberikan satu set pakaian untuk Vivi, sementara Jeremy sudah membawa anak-anak ke ruang tamu.Lima menit kemudian, mereka semua duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang. Vivi melihat Jeremy, lalu Eleanor, kemudian menatap mereka berempat. Di tengah keluarga ini, keberadaannya benar-benar terasa berlebihan.Saat berikutnya, dia teringat kejadian di restoran tadi. Mereka berdua ... mau balikan? Vivi berpikir, merasa lebih baik tidak ikut campur urusan asmara orang lain. Jadi, dia mengambil tasnya dan berdiri. "Aku paham, aku paham."Karena tidak ingin merusak momen, dia langsung bersiap untuk pergi. "Aku datang lagi lain kali."Dalam sekejap, Vivi melesat keluar. Eleanor melihat kepergiannya yang secepat kilat, merasa Vivi sudah sangat mahir dalam seni melarikan diri.Eleanor menatap Jeremy. "Kamu benar-benar mau menginap di sini?""Kalau tidur di luar, aku bisa mati kedinginan. Jadi ...." Jeremy menarik sudut bibirnya. "Kasihanilah aku."Eleanor mengangguk. Dia tidak sekej

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 406

    Jeremy terdiam sejenak, lalu menghela napas. Akhirnya, dia berkata, "Mobilku rusak."Mobil rusak, artinya dia tidak bisa pulang.Eleanor menatapnya. Pria ini ingin menginap? Jangan mimpi!Berpura-pura tidak mengerti, Eleanor berujar, "Tunggu sebentar."Jeremy tidak tahu maksudnya, sampai dia melihat Eleanor mengambil kunci mobil dan menjelaskan di mana mobilnya diparkir dengan sabar. "Pakai saja, besok suruh orang antar kembali."Jeremy menatap kunci mobil di telapak tangannya, lalu tiba-tiba tersenyum. Wanita ini sengaja!"Tebak gimana aku bisa membawa mereka ke sini?" tanyanya."Hm?" Eleanor berkedip bingung."Aku bilang kalau aku nggak melihatmu, aku akan mati. Kalau aku pulang, apakah orang tua keras kepala itu akan memindahkan rumahnya ke sini malam ini juga?"Eleanor melihat kedua anak yang dipegangnya. Dia tahu betapa keras kepala dan semena-menanya Simon. Pria tua itu memang akan melakukan hal seperti itu.Jadi, maksud Jeremy adalah kalau dia di sini, anak-anak di sini. Kalau d

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 405

    Simon perlahan-lahan menuruni tangga. "Sudah tengah malam, kalian mau ke mana?""Nggak bisa tidur, jadi mau jalan-jalan sebentar," balas Jeremy dengan tenang sambil menoleh, tanpa tanda-tanda berbohong."Nggak bisa tidur, jadi jalan-jalan?" Simon mengulangi kata-katanya, lalu mendengus dingin. "Jalan-jalan sebentar, lalu ujung-ujungnya pergi menemui Eleanor, 'kan?"Ekspresi Simon penuh dengan ketegasan. Kedua anak itu tinggal di rumah Keluarga Adrian. Selama Eleanor masih hidup, cepat atau lambat dia pasti akan kembali.Melihat perubahan sikap kedua anak itu terhadap Jeremy, Simon pun bisa menebak bahwa Eleanor pasti masih hidup dan sudah kembali. Hal ini membuat tatapan Simon dipenuhi kekhawatiran.Jeremy menggigit bibirnya erat-erat, lalu tiba-tiba berkata dengan nada ringan, "Aku hampir mati.""Apa?" Simon mengernyit tajam."Gangguan tidur. Bastian bilang kalau aku nggak segera mendapat perawatan, aku akan mati." Nada suara Jeremy begitu datar, seolah-olah dia hanya sedang membicara

  • Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam   Bab 404

    Jeremy mengusap keningnya, berjalan ke sisi tempat tidur. Dia melihat dua bagian pada selimutnya sedikit menggembung dan terus bergerak seperti ulat.Dia menarik selimut itu. Di bawahnya, terlihat dua bocah kecil yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya. Mereka menatapnya dengan senyuman penuh harapan."Papa, akhirnya kamu datang! Malam ini kami tidur bersamamu ya. Cepat naik!"Harry menepuk tempat di sebelahnya, sementara Daniel bergeser ke samping, memberikan ruang yang lebih luas untuk Jeremy.Alis Jeremy berkedut keras. "Kalian sedang merencanakan apa?""Papa 'kan susah tidur malam-malam. Nih, buatmu."Jeremy menatap buku pelajaran yang tiba-tiba diselipkan ke tangannya. Alisnya semakin berkedut. "Buat apa ini?""Baca buku! Aku selalu mengantuk kalau baca buku. Sangat efektif. Coba saja!"Jeremy sungguh kehabisan kata-kata melihat tingkah mereka.Harry masuk ke dalam selimut, lalu menatap Jeremy. "Cepat baca."Jeremy mengusap keningnya dengan pasrah. "Kalau ada sesuatu yang in

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status