Share

Penthouse

Penulis: sherina vellyn
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Yang benar saja! Memangnya Selena akan menerimanya? Tidak, tidak. Gadis itu terlalu polos. Axel akan menikahi putri dari pembunuh ibunya? Itu sangat tidak masuk akal,” ungkap Grace.

“Sebenarnya itu ibu angkat.” Damian meluruskannya dengan malas.

“Tetap saja. Itu sangat tidak masuk akal. Axel harusnya memikirkan perasaan Selena jika dia menikahi Arsella, bukan? Perasaan persaudaraan di antara mereka, setidaknya.”

Grace mendengus pelan, dia tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Axel. Sementara Damian tak begitu tertarik membicarakan hal yang sama dua kali. Dia hanya memakan makanan yang dibawakan Grace dengan santai. Ini kegiatan mereka belakangan ini, saling mentraktir.

“Aku tidak tahu pasti, tapi kelihatannya Axel ingin balas dendam,” ucap Luca.

“Baguslah kalau begitu! Aku juga kesal karena keluarganya membuat kita dalam masalah. Mereka menghancurkan acara kita. Jika bisa, aku ingin merusak pernikahan mereka juga. Tapi karena
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menjadi Tawanan Mafia   Hari Pernikahan Axel

    “Huft, aku lelah karena bersenang-senang.” Selena menghela nafasnya begitu tiba di rumah. Rumah sedikit berarakan karena beberapa barang yang berkaitan dengan pernikahan ada di sana. “Kau akhirnya pulang. Apakah menyenangkan?” tanya Axel sambil meliriknya sejenak. “Ya, sangat. Mereka bertiga juga bersenang-senang!” seru Selena seraya berjalan mendekat. Selena duduk dan melemparkan tasnya di sofa kosong di sisinya. Selena menatapi Axel yang masih sibuk bekerja. Selena mengambil nafas sejenak sebelum mengatakan sesuatu pada Axel. “Ngomong-ngomong, untuk kamar pengantin, kau hanya akan menggunakan kamar atas di griya tawang, kan?” tanya Selena sambil menatap Axel penuh harap. “Ya, rencananya begitu. Dan aku akan mengundang teman-temanku untuk menginap—““Sudah kau lakukan?” Selena melebarkan matanya. “Belum,” jawab Axel seraya mengalihkan pandangannya, menatap Selena, dia akan mendengarkan permintaan gadis i

  • Menjadi Tawanan Mafia   Perubahan Sikap Axel

    Arsella terkejut saat Luca mengatakan kalau Axel mengizinkannya menginap di griya tawang. Itu membuatnya menatap Axel yang tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan senang hati. “Ya, apa pun untuk teman-teman Selena. Juga, kalian telah berjasa padaku waktu itu, utamanya kau, Grace. Aku senang kami datang hari ini. Terima kasih juga, karena telah memenuhi undangan.” Axel mengatakannya dengan santai pada Luca dan Grace. Setelah Luca dan Grace pamit untuk melakukan hal lain, Arsella menatap ke arah Axel dengan heran. Entah kenapa saat itu juga Arsella merasakan adanya perbedaan dari tatapan Axel padanya yang sebelumnya lembut. “Kau mengizinkan mereka menginap di griya tawang? Bukankah kau bilang itu akan menjadi kamar pengantin?” tanya Arsella, dia bertanya dengan sedikit hati-hati di sana.“Di sama tersedia beberapa kamar. Dan ada dua lantai. Kita akan menggunakan kamar yang ada di atas, itu adalah kamar masternya. Dan mereka akan menginap di

  • Menjadi Tawanan Mafia   Malam Pertama

    Setelah pesta pernikahan selesai, Arsella bersama Axel menuju ke griya tawang. Arsella tak mengatakan apa pun karena tak ingin membuat suasana hati Axel yang kelihatannya memburuk entah kenapa. Dan Axel di sisinya juga hanya diam dengan wajah yang tampak kesal. Tiba di griya tawang, mereka disambut oleh kehadiran Selena, Damian, Luca, dan Grace. Keempatnya sedang berkumpul di ruang tengah dan bermain kartu saat itu. Keempatnya langsung menoleh ke arah pengantin baru yang baru saja memasuki ruangan itu. “Nah, ini dia pengantin barunya. Kau mau bergabung, Axel?” Luca menyambutnya. “Ah, sepertinya aku akan bergabung nanti. Ada sesuatu yang harus aku lakukan dulu,” tolak Axel. Axel melirik Arsella yang langsung tertunduk lagi begitu bertemu dengan Damian. Bisa dipastikan semua yang dilakukan Damian sangat berdampak besar padanya. Axel berjalan lebih dulu dan Arsella segera mengikuti Axel dari belakang. Dia berjalan dengan perasaan tidak nyaman.

  • Menjadi Tawanan Mafia   Lebarkan Kakimu!

    Tanpa melakukan pemanasan lebih lanjut dan tidak memastikan Arsella siap, Axel sudah mengambil posisi di antara kedua kaki Arsella yang terbuka untuknya. Dia berusaha untuk melakukan penyatuan, sayangnya Arsella seperti menolak miliknya. Axel bahkan sudah berkeringat karenanya. “Itu aneh. Kurasa itu tidak akan muat sama sekali. Tolong jangan dipaksakan!” pinta Arsella. Mendengar rengekan Arsella membuat Axel mendengus. Dia tahu seharusnya dia melakukan pemanasan lebih lama. Tapi dia tak ingin melakukannya. Dia akhirnya meraba inti tubuhnya lagi dengan jemarinya. Dia harus membuat jalan yang lebih licin untuk menjadi akses masuknya. “Lebarkan kakimu jika kau tidak ingin ini terasa sakit.” Axel berusaha membuat jalan dengan salah satu jemarinya, tangannya yang lain berusaha mempermainkan titik tersebut. Arsella dibuat menggeliat tak karuan karena apa yang dilakukan Axel di bawah sana. Tubuhnya yang sudah tak lagi menggunakan sehelai benang pun m

  • Menjadi Tawanan Mafia   Sesuatu yang Besar

    “Bukankah ini bukan hal yang aneh antara dirimu dan Selena? Kalian sudah sering melakukannya, bukan? Kau tidak menyentuhnya sama sekali malam ini?” tanya Axel. Damian menghela nafasnya. “Memang. Dia sedang datang bulan, aku tidak bisa menyentuhnya.”Luca seketika tertawa, dia dengan jelas menertawakan Damian. Damian hanya bisa mendengus. Axel bersandar di kursi sambil menatapi kartu yang barusan mereka mainkan. Dan ada tiga botol minuman di sana. Axel mengambil salah satunya dan menuangkannya ke gelas yang baru. “Kami tidak mendengar suaramu dan istrimu sama sekali,” ucap Luca. “Itu karena kamarnya memang kedap suara. Tidak akan ada suara yang keluar dari sana.”“Oh, pantas saja. Dia menangis untuk yang pertama kali? Bagaimana perasaanmu?” Damian menatap Axel sambil meneguk minumannya dengan tenang. Dia menikmati minumannya sedikit demi sedikit. Padahal dia sedang ingin menyentuh Selena setelah dua bulan tidak berkontak fisik

  • Menjadi Tawanan Mafia   Sesakit Itu?

    Arsella sempat mengharapkan sarapan yang tenang hanya berdua dengan Axel. Sayangnya, dia harus berkumpul dengan Selena dan yang lainnya di ruang makan yang ada griya tawang itu. Makanan mereka diantarkan pelayan, terlihat banyak yang telah tersaji di sana. Arsella tertunduk lagi di sana, meski Damian duduk jauh darinya. Axel sengaja agak menjauhkan Damian dari Arsella, meski tetap membuat mereka makan di meja yang sama. Axel dan Arsella duduk berhadapan, diikuti dengan Luca dan Grace, lalu Damian dan Selena. Sebenarnya Selena ingin menengahi antara Grace dan Arsella. Sayangnya, Damian sudah duduk di kursinya lebih dulu. Dia sedikitnya mengerti kenapa Grace tidak mau duduk di dekat Arsella dan mengabaikannya begitu saja. Tetapi ini lebih baik dari pada Damian duduk lebih dekat dengannya. “Makanlah lebih banyak, kau pasti lelah karena acara kemarin. Jangan buat dirimu kelaparan hari ini,” ujar Axel sambil menuangkan madu di atas pancake milik Arsella.

  • Menjadi Tawanan Mafia   Rumah Tangga Axel

    “Karena kau tertarik padaku?” Arsella menatapi Axel dengan meragukan jawabannya sendiri. “Benar, kau sangat menarik karena betapa kau inginnya memiliki aku,” jawab Axel singkat. Arsella tersenyum. Entah kenapa dia merasa lega mendengar jawaban Axel. Axel memang tidak mengatakan apa pun tentang mencintai Selena. Namun, Axel memberikan jawaban tentang Arsella sendiri. Itu cukup untuk membuatnya merasa puas. Setelah puas bermain golf, mereka kembali. Hari itu berakhir dengan kepulangan Damian, Luca dan Grace. Mereka pulang di sore hari setelah menikmati beberapa fasilitas hotel Gallent. Sementara Selena pulang ke rumah kakek dan neneknya untuk beristirahat karena besok sudah harus bekerja. Axel sendiri akhirnya membawa Arsella pulang ke rumah baru mereka. Arsella duduk di sebelah Axel sambil tersenyum senang karena akhirnya mereka bisa berduaan saja. Dia tidak menikmati hari ini sama sekali karena merasa ti

  • Menjadi Tawanan Mafia   Terlambat Datang Bulan

    “Dan aku yakin yang akan mengajukan perceraian lebih dulu adalah istrimu. Kau benar-benar sudah menyakiti hatinya, tahu!” Jenny mendecak pelan sambil menatap Axel. Dia tak habis pikir dengan cara Axel berpikir mengenai pernikahan. Bukankah sebelumnya dia pernah mencintai orang lain sebelum Arsella, dan harusnya dia tahu bagaimana caranya memperlakukan seorang gadis. Sayangnya, Axel tak menggunakan pengalamannya itu dengan baik. “Akui saja kalau kau menikah untuk balas dendam, kan? Aku memang tidak mengerti perasaanmu. Tapi, jika aku berada di posisi Arsella, aku akan membela diri kalau dia bulan pembunuh ibumu, tetapi ibunya.” Jenny melanjutkan mengomeli Axel. Axel mendengus, dia tak menyangka jika Jenny akan berpihak pada Arsella. Dia yakin Jenny akan mengerti perasaannya, ternyata tidak. Axel sekarang menyadari bahwa gerakan woman support woman adalah sebuah kenyataan. Itu membuatnya merasa sia-sia jika mengobrol dengan Jenny.

Bab terbaru

  • Menjadi Tawanan Mafia   Epilog

    Selena sedang menyiapkan makan malam untuk Damian malam itu. Menggunakan gaun yang menonjolkan perut hamilnya, Selena juga bertelanjang kaki di dapur. Ini sebenarnya pemandangan yang biasa. Namun, Damian merasa ngeri jika melihat Selena aktif melakukan kegiatan.“Kau tahu, bayinya seperti bisa lahir kapan saja dan sialnya itu sangat menggangguku. Bisakah kau diam dan istirahat saja?” tanyanya dengan khawatir. “Aku bosan. Aku sudah terlalu sering memanjakan diriku. Aku ingin tetap produktif. Aku merasa lebih lelah saat aku justru tidak produktif. Pikiran untuk produktif sangat menggangguku.” Damian menghela nafasnya dan mengurut pelan keningnya. Dia benar-benar tidak bisa menghentikan Selena jika memang itu yang Selena inginkan. “Kau ini...”“Mungkin karena ini anakmu, dia menginginkan aku lebih produktif seperti ayahnya. Dia membuatku resah jika diam. Makanya belakangan ini aku jadi sering memasak di dapur dan juga melakukan banyak kegiatan lainnya. Aku yakin anak ini akan jadi ana

  • Menjadi Tawanan Mafia   Laki-laki atau Perempuan?

    “Sebaiknya tidak dihisap, mengerti? Karena itu akan mengundang kontraksi dini. Kau tidak mau itu terjadi, kan?” Dokter langsung menatap Selena, yang menjelaskan tentang air yang berasal dari dadanya. Dokter memperingatkan suaminya agar tidak menghisapnya. Namun, sepertinya itu telah terjadi. Melihat Damian sama sekali tidak menyangkal dan justru hanya diam dengan ekspresi kakunya. Lain dengan Selena yang langsung menyengir mendengar apa yang dikatakan dokter.“Baik, Dokter.” “Kau boleh berbaring di brankar, kita akan memeriksa kondisi bayinya sekarang.” Selena berbaring di brankar dan menatapi layar yang berada tepat di depannya. Dia memperhatikan layar saat dokter mulai menaruh gel dan mengusapkannya di sekitar perutnya, menimbulkan sensasi geli dan dingin yang membuat Selena sempat bergidik sejenak. Terlihat bagaimana bayinya saat ini tengah meringkuk. Dengan USG 3D yang mereka lakukan, mereka sekarang bisa melihat dengan

  • Menjadi Tawanan Mafia   Gendut

    Selena menatapi perutnya yang semakin besar. Selain perutnya, dia bisa merasakan lengan dan kakinya semakin berisi. Belakangan ini dia memang lebih banyak makan. Selain berusaha memasok nutrisi terbaik untuk calon bayi, keinginan kuat untuk memakan makanan tertentu juga mendorongnya untuk banyak makan. Ditatapnya tubuhnya di cermin. Pipinya yang semakin tembam juga membuatnya semakin cemberut. Dia tidak ingin menyentuh timbangan kecuali diperlukan dan diminta dokter. “Perutku juga gatal,” keluhnya sambil mengusap perutnya dari balik gaun yang dia pakai. Selena belakangan ini juga lebih sering menggunakan gaun yang memang dikhususkan untuk wanita hamil, yang membuatnya merasa sedikit lebih bebas bergerak dan bahannya juga sangat nyaman. Damian yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja akhirnya kembali ke kamar. Dia menatapi pintu kamar yang terbuka, dan melihat Selena yang tengah bercermin di kamarnya. Damian tersenyum saat menge

  • Menjadi Tawanan Mafia   Gender Bayi

    Sesuai urutan pernikahan dan kehamilan, setelah Arsella, maka Grace yang melahirkan putri pertama mereka juga. Ini membuat Damian tengah menebak-nebak apa gender anak pertamanya bersama dengan Selena. Hingga mereka sempat membuat taruhan juga. “Jika sekarang tengah banyak anak perempuan yang lahir, maka aku yakin anak pertama kita juga perempuan. Baguslah, aku tinggal berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana cara membesarkan anak perempuan. Aku yakin dia akan menjadi secantik dirimu,” ucap Damian. “Tapi dari bagaimana aku mengidam, aku jarang mau makanan pedas. Aku lebih tertarik dengan makanan asin, kelihatannya ini anak laki-laki. Mengingat keturunanmu juga sepertinya dominan laki-laki. Kita tidak tahu riwayat keluarga Axel, tapi Luca punya dua saudara perempuan,” jelas Selena. Damian mendesis pelan. Selena benar tentang riwayat keluarga dari pihak laki-laki juga akan mempengaruhi hasil ini.“Ingat pamanmu? Padahal Gallent mempunyai dua ana

  • Menjadi Tawanan Mafia   Sentuhan yang Dirindukan

    Selena menoleh padanya dengan keheranan melihat semangat yang tiba-tiba pada Damian. Damian menutup pintu di belakangnya dan menatap Selena sambil bersandar ke pintu dan menyilangkan tangannya di depan dadanya. Selena keheranan dengan tingkah laku Damian belakangan ini. “Oh, ya... Itu bagus. Kau bisa mengikutinya kalau itu yang kau mau.” Selena mengangguk setuju. Damian menghela nafasnya dan mendekati Selena. Entah kenapa ini malah terasa seperti dia meminta izin Selena dan Selena mengizinkannya dengan mudah. Damian mendekat dan mendekap Selena dari belakang, membuat Selena hanya memegangi lengan Damian yang ada di lehernya. “Aku penasaran ada apa denganmu sebenarnya. Kenapa kau mendadak seperti ini?” tanya Selena. “Aku hanya merasa sepertinya kau akan suka jika aku bisa melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Axel. Kau sepertinya sangat bangga dan terharu melihat bagaimana Axel mampu melakukan hal kecil seperti itu,” ucap Damian.

  • Menjadi Tawanan Mafia   Seorang Ayah

    Damian mengobrol dengan Axel serta yang lainnya di ruang tamu. Awalnya, mereka membahas tentang bisnis, namun perlahan obrolan mereka menuju ke arah yang lebih pribadi seperti rumah tangga mereka. Mereka membicarakan tentang istri dan anak-anak mereka bagi yang sudah punya anak. Ini sedikit asyik saat mendengarkan para ayah bicara tentang anak-anak. “Aku sempat berharap aku menikah di usia yang lebih muda lagi. Aku merasa sangat tua dalam pertemuan orang tua anak-anak di sekolah.” Salah satunya terkekeh. “Aku justru sempat berharap agar aku tidak menikah terlalu cepat. Anak laki-lakiku benar-benar sangat nakal. Dia benar-benar mirip aku sewaktu kecil. Dan istriku tidak bisa mengatasinya.”“Ah, ayolah. Dia itu putramu, kau yang seharusnya bisa mengatasinya.”“Aku belum selesai bicara. Aku memang sangat berusaha keras mengatasinya. Aku melakukan berbagai cara, dari yang lembut sampai yang kasar. Sampai dia pernah berteriak kalau aku ayah yang buru

  • Menjadi Tawanan Mafia   Keponakan

    “Jadi, bagaimana rasanya morning sickness? Apakah kau masih berharap kita akan punya banyak anak?” Selena tertawa sambil menatapi Damian yang terbaring di kasurnya itu. Damian hanya memalingkan wajahnya sambil mendengus keras. Kelihatannya dia sangat tersiksa untuk mengalami ini. Dia kemudian hanya tersenyum tipis ke arah Selena yang merawatnya. “Aku rasa dia akan menjadi anak tunggal sepertiku,” balas Damian sambil terkekeh pelan. “Aku juga anak tunggal.” Selena seketika tertawa namun terdiam dengan cepat.Sekarang Damian yang tertawa pelan melihat ekspresi Selena langsung berubah saat menyadari tentang Axel yang adalah kakaknya. Dia bukan anak tunggal dan semua orang tahu itu. “Aku ingin memakan sesuatu yang asin dan pedas,” gumam Selena tiba-tiba. “Apa kau mengidam? Ah, sial. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi keinginanmu,” umpat Damian. “Kita bisa menggunakan layanan pesan antar, jadi kau tidak perlu pergi kelu

  • Menjadi Tawanan Mafia   Damian Muntah

    “Aku benar-benar tidak sabar melihatnya tumbuh besar di perutmu, lalu kita akan melihatnya dengan mata kepala kita sendiri bagaimana dia tumbuh di luar perutmu. Aku sangat menantikannya,” bisik Damian. Selena hanya terkekeh pelan dan bersandar dengan santai ke dada Damian. Damian menikmati rambut Selena yang menggelitik dadanya. Tangannya masih terus mengusap kulit halus Selena. Damian berdeham, dia merasakan sedikit rasa tidak nyaman di tenggorokannya dan juga perutnya. Kemudian, Damian menegakkan punggung Selena agar tidak bersandar lagi padanya dengan halus. Selena mengerutkan alisnya sambil menoleh ke arah Damian yang sekarang bangkit dari tempat duduknya. Itu membuat Selena keheranan saat Damian sudah keluar dari bak lebih dulu. Namun, Damian malah mengejutkan Selena dengan tiba-tiba muntah di wastafel. Selena langsung bangkit juga dan hendak menghampiri Damian. Selena mengambil jubah mandinya memakainya, lalu mengambilkan punya Damian juga. Itu sa

  • Menjadi Tawanan Mafia   Overprotektif

    Damian langsung menatap Selena saat menyadari Selena menatapnya. Dia sedikit gelagapan karena terlalu fokus pada gambar bayi mereka. Damian seharusnya lebih memperhatikan sekarang. “Oh, ya. Biji wijen yang lucu,” ucapnya seadanya. Selena dan dokter tertawa. Damian mengerutkan alisnya, tak tahu apa yang lucu dari ucapannya. Meski begitu, dia kemudian hanya menatap keduanya keheranan saja. Setelah mengobrol dan berkonsultasi, mengajukan banyak pertanyaan dan dokter menjawabnya dengan sabar, Selena dan Damian akhirnya keluar dari ruangan itu. Rumah sakit seharusnya menjadi tempat yang sangat aman dari berbagai kejadian berbahaya sebelumnya. Tapi, tanpa Selena sadari, anak buah Damian sudah berjaga-jaga di luar rumah sakit. Mereka semua sudah seperti mengawal presiden yang melakukan kunjungan ke sebuah rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, Damian membawa Selena pulang dan menyuruhnya istirahat saat dia sendiri harus melakukan pekerjaann

DMCA.com Protection Status